OLEH :
1710105092
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fever (DHF) sampai saat ini merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
menyerang kelompok umur balita sampai dengan umur sekitar 15 tahun. Kejadian
Luar Biasa (KLB) dengue biasanya terjadi di daerah endemik dan berkaitan
morbiditas dan mortalitasnya, DBD disebut the most mosquito transmitted disease
1968, dan di Jakarta dilaporkan pada tahun 1969. Pada tahun 1994 kasus DBD
DBD di Indonesia terus meningkat, tahun 1968 jumlah kasus DBD sebanyak 53
Pada tahun 1988 terjadi peningkatan kasus sebanyak 47.573 orang (IR
dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit, dan secara sporadis selalu
terjadi KLB. KLB terbesar terjadi pada tahun 1988 dengan IR 27,09/100.000
penduduk, tahun 1998 dengan IR 35,19/100.000 penduduk dan Case Fatality Rate
di pedesaan. Pada beberapa tahun terakhir, penyakit yang ditularkan oleh nyamuk
(semua kabupaten/kota) dan juga di beberapa kecamatan atau desa yang ada di
peningkatan. Pada tahun 2001 dan 2004 terjadi lonjakan kasus yang cukup drastis,
yaitu tahun 2001 sebanyak 8246 kasus (IR 23,50/100.000 penduduk), dan tahun
2004 (sampai dengan Mei) sebanyak 7180 kasus (IR 20,34/100.000 penduduk).
(Huda, 2016)
jumlah kasus DBD dalam 3 tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada tahun
2005 ditemukan 82 kasus, tahun 2006 ditemukan 156 kasus, pada tahun 2007
ditemukan 362 kasus dan pada tahun 2008 ditemukan 449 kasus. Pada tahun 2007
jumlah kematian akibat penyakit DBD ditemukan sebanyak 2 orang, attack rate
0,07%, CFR 0,55% dan pada tahun 2008 jumlah kematian ditemukan sebanyak 4
orang, attack rate 0,083% dan CFR 0,75%. Dari standar WHO, sebuah daerah
dapat dikatakan baik penanganan kasus DBD bila nilai CFR-nya di bawah 1%.
Jadi penanganan kasus DBD di Kabupaten Pacitan dapat dikatakan baik. Sesuai
dengan indikator keberhasilan propinsi Jawa Timur untuk angka kesakitan DBD
Berdasarkan data penyebaran kasus DBD per desa dari Dinas Kesehatan
kasus, tahun 2007 sebanyak 132 kasus dan tahun 2008 ditemukan kasus DBD
mengalami peningkatan jumlah kasus DBD nya yaitu Kelurahan Tanjungsari pada
tahun 2005 ditemukan 1 kasus, tahun 2006 ditemukan 25 kasus, tahun 2007
ditemukan 22 kasus dan tahun 2008 ditemukan 14 kasus; Kelurahan Pacitan pada
tahun 2005 ditemukan 1 kasus, tahun 2006 ditemukan 5 kasus, tahun 2007
ditemukan 19 kasus dan tahun 2008 ditemukan 45 kasus; dan Kelurahan Ploso
tahun 2005 tidak ada kasus, tahun 2006 ditemukan 10 kasus, tahun 2007
kasus DBD paling banyak tiap tahunnya adalah Kelurahan Ploso. Melihat jumlah
kasus DBD 3 tahun terakhir di Kelurahan Ploso yang selalu meningkat, hal ini
disebabkan karena lokasi rumah warga yang dekat pasar, lingkungan sekitar
rumah yang dekat dengan kebun, masyarakat masih terlihat membuang sampah
ingin meneliti lebih lanjut mengenai beberapa faktor lain yang berhubungan
dengan kejadian DBD di kelurahan Ploso yang meliputi keberadaan jentik Aedes
penyakit DBD.
B. Perumusan Masalah
adalah:
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
pencegah penyakit DBD agar dapat dijadikan sebagai monitoring dan evaluasi
2. Bagi Masyarakat
Penyakit DBD atau DHF ialah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di
tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut
dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam
mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah/lesu, gelisah, nyeri
ulu hati disertai tanda perdarahan dikulit berupa bintik perdarahan, lebam/ruam.
B. Etiologi DBD
dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu : DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Infeksi
serotipe lain. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan
banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat (Hadinegoro et al, 2001).
Vektor penyakit DBD adalah nyamuk jenis Aedes aegypti dan Aedes
albopictus terutama bagi Negara Asia, Philippines dan Jepang, sedangkan nyamuk
4. menghisap darah pada pagi hari sekitar pukul 09.00-10.00 dan sore hari pukul
16.00-17.00.
5. Nyamuk betina menghisap darah unuk pematangan sel telur, sedangkan
7. Di dalam rumah dapat hidup di bak mandi, tempayan, vas bunga, dan tempat
8. Di luar rumah dapat hidup di tampungan air yang ada di dalam drum, dan ban
bekas
dan laboratoris. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD yang dapat dilihat dari
1. Diagnosa Klinis
d. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit
selera makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.
2. Diagnosa Laboratoris
pada penularan infeksi virus, yaitu manusia, virus dan vektor perantara
merupakan sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah selama 4-
7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita DBD digigit nyamuk
penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk ke dalam lambung
menularkan kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan
berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, nyamuk
Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue menjadi penular sepanjang
Bersamaan air liur tersebut virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke orang
lain
penularnya. Oleh karena itu tempat yang potensial untuk terjadi penularan
DBD adalah:
pertukaran beberapa tipe virus dengue yang cukup besar seperti: sekolah,
masing lokasi.
G. Bionomik Vektor
tempat minuman burung, vas bunga, ban bekas, kaleng bekas, botol bekas
dan lain-lain
berulang kali (multiple bites) dalam satu siklus gonotropik untuk memenuhi
akan menetas menjadi jentik dalam waktu ± 2 hari setelah telur terendam air.
Setiap kali bertelur nyamuk betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100
tempat kering dengan suhu -2ºC sampai 42ºC, dan bila di tempat tersebut
tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur dapat menetas lebih cepat
Dikenal ada empat serotipe virus dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-
4.
Virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu
antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa
2. Host
a. Umur
terhadap infeksi virus dengue. Semua golongan umur dapat terserang virus
dengue, meskipun baru berumur beberapa hari setelah lahir. Saat pertama
1-5 tahun. Di Indonesia, Filipina dan Malaysia pada awal tahun terjadi
selama tahun 1968-1973 kurang lebih 95% kasus DBD menyerang anak-
b. Jenis kelamin
Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap
yang lebih tinggi pada anak perempuan namun perbedaan angka tersebut
c. Nutrisi
antibodi yang cukup baik, maka terjadi infeksi virus dengue yang berat.
d. Populasi
e. Mobilitas penduduk
(Sutaryo, 2015)
3. Lingkungan (environment)
adalah:
a. Letak geografis
antara 30º Lintang Utara dan 40º Lintang Selatan seperti Asia Tenggara,
Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat kejadian sekitar 50-100 juta
Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang disebut
terjadi menghilang dalam lima hari, disertai nyeri otot, nyeri pada sendi
dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat ini penyakit tersebut masih
lain atau dari suatu negara ke negara lain (Hadinegoro dan Satari, 2002).
b. Musim
dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal tersebut
menyikat) bak mandi, bak WC, dan lain-lain; Menutup tempat penampungan
air rumah tangga (tempayan, drum, dan lain-lain); dan Mengubur barang-
seminggu sekali agar nyamuk tidak dapat berkembangbiak di tempat itu. Pada
saat ini telah dikenal pula istilah ”3M” plus, yaitu kegiatan 3M yang
penularan DBD tidak terjadi lagi. Untuk itu upaya penyuluhan dan motivasi
insektisida pembasmi jentik (larvasida) ini antara lain dikenal dengan istilah
rata) untuk tiap 100 liter air. Larvasida dengan temephos ini mempunyai
c. Biologi
dilakukan dengan memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan
gupi, ikan cupang atau tempalo, dan lain-lain). Dapat juga digunakan Bacillus
3. Cara pencegahan
Aedes Aegypti.
b. Gunakan obat gosok anti nyamuk bagi orang-orang yang terpajan dengan
DBD adalah :
1. Faktor Internal
DBD. Hal tersebut dikarenakan tubuh memiliki daya tahan cukup kuat dari
infeksi baik yang disebabkan oleh bakteri, parasit, atau virus seperti penyakit
DBD. Oleh karena itu sangat penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh
pada musim hujan dan pancaroba. Pada musim itu terjadi perubahan cuaca
lebih banyak.
2. Faktor Eksternal
air masyarakat indonesia umumnya lembab, kurang sinar matahai dan sanitasi
baju/pakaian. Maka dari itu pakaian yang tergantung di balik pintu sebaiknya
dilipat dan disimpan dalam almari, karena nyamuk Aedes aegypti senang
menyebar, urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali, tidak adanya
kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah endemis, peningkatan sarana
transportasi.
bahan, warna, bentuk volume dan penutup kontainer serta asal air yang
Aedes, maka semakin tinggi pula risiko terinfeksi virus DBD dengan waktu
menutup, dan mengubur (3M) sangat tepat dan perlu dukungan luas dari
2. Kepadatan vektor
Kepadatan vektor nyamuk Aedes yang diukur dengan menggunakan
parameter ABJ yang di peroleh dari Dinas Kesehatan Kota. Hal ini nampak
peran kepadatan vektor nyamuk Aedes terhadap daerah yang terjadi kasus
KLB. Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh para peneliti
3. TPA yang berjentik, halaman yang tidak bersih dan anak dengan golongan
1. Kepadatan nyamuk
DBD. Semakin tinggi kepadatan nyamuk Aedes aegypti, semakin tinggi pula
risiko masyarakat untuk tertular penyakit DBD. Hal ini berarti apabila di suatu
daerah yang kepadatan Aedes aegypti tinggi terdapat seorang penderita DBD,
nyamuk dipengaruhi oleh adanya kontainer baik itu berupa bak mandi,
maka harus di kuras satu minggu satu kali secara teratur dan mengubur barang
bekas.
2. Kepadatan rumah
Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang jarak terbangnya
pendek (100 meter). Oleh karena itu nyamuk tersebut bersifat domestik.
mudah berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya. Apabila penghuni salah
satu rumah ada yang terkena DBD, maka virus tersebut dapat ditularkan
kepada tetangganya.
makan, nyamuk tersebut dapat menggigit banyak orang dalam waktu yang
pendek. Oleh karena itu bila dalam satu rumah ada penghuni yang menderita
DBD maka penghuni lain mempunyai risiko untuk tertular penyakit DBD.
bahwa kejadian DBD dipengaruhi oleh (1) Faktor keadaan lingkungan yang
kondisi fasilitas TPA yang baik yang disebabkan karena pengurasannya yang
lebih dari satu minggu sekali, tidak ditutup rapat dan terdapatnya jentik pada
1. Ketahanan tubuh
2. Stamina
Nyamuk Aedes
aegypti
Lingkungan Sumber
penular DBD
Faktor eksternal :
M. Kerangka Konsep
kontainer
Kejadian DBD
Ketersediaan tutup pada kontainer
Deskripsi: Ada atau tidaknya jentik dalam tempat penampungan air di setiap
kontainer.
Skala: Nominal
2. Ada jentik
Skala: Nominal
2. Biasa menggantung
Skala: Nominal
2. Ada tutup
Cara pengukuran:Wawancara
Skala: Nominal
Nyamuk).
Skala: Nominal
6. Kejadian DBD
Deskripsi: Keadaan dimana responden pernah terkena penyakit DBD yang ada
di Kelurahan Ploso.
Skala: Nominal
2. Pernah sakit
O. Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Ada hubungan antara keberadaan jentik Aedes aegypti pada kontainer dengan
3. Ada hubungan antara ketersediaan tutup pada kontainer dengan kejadian DBD
A. Desain Penelitian
dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan
penyakit pada individu-individu dari populasi tunggal pada satu saat atau periode
(Murti, 2017)
1. Jenis Data
Jenis data yang akan dikumpulkan dan dianalisis berupa data kualitatif
yaitu skor dari variabel yang diteliti, meliputi keberadaan jentik pada
a. Data Primer
penelitian.
b. Data Sekunder
D. Analisis Data
a. Analisis Univariat
karakteristik responden.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan uji chi square untuk mengetahui
Huda AH. 2016. Selayang Pandang Penyakit-Penyakit Yang diTularkan Oleh Nyamuk Di
Propinsi Jawa Timur Tahun 2004. Diakses : 8 Oktober 2008.
http://www.dinkesjatim.go.id/images/datainfo/200501031458-Selpandnyamuk.pdf.
Dinkes Jatim. 2006. Profil Kesehatan Propinsi Jawa Timur. Diakses: 1 November 2009.
http://www.dinkes jatim.go.id.
Kristina, Isminah, Wulandari L. 2014. Kajian Masalah Kesehatan Demam Berdarah Dengue.
Diakses: 8 September 2008. http://www.litbang.depkes.go.id.
Hadinegoro dan Satari. 2012. Demam Berdarah Dengue Naskah Lengkap Pelatihan bagi
Pelatih Dokter Spesialis Anak & Dokter Spesialis Penyakit Dalam dalam Tatalaksana
Kasus DBD. Jakarta: FK UI.
Murti B. 1997. Prisip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.