Anda di halaman 1dari 7

Makalah Penyakit DBD

by La Ode RezamrinApril 18, 20202 Comments


Makalah Penyakit DBD by Agen Preventif
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat kompleks. Hal ini saling berkaitan dengan
masalah-masalah lain di luar kesehatan. Penyakit berbasis lingkungan merupakan penyebab kematian
di Indonesia. Penyakit Demam Berdarah Dengue salah satu berbasis lingkungan. Penyakit Demam
Berdarah Dengue merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini menjadi masalah
kesehatan masyarakat yang sering menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) dikarenakan penyebaran
penyakit ini yang begitu cepat dan berpotensi meninmbulkan kematian. Penyakit ini disebabkan oleh
salah satu dari 4 virus dengue yang berbeda, yang mana cara penularan penyakit DBD ini melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana pengaruh status sosial ekonomi masyarakat peisisir terhadap kejadian penyakit Demam
Berdarah Dengue?
2. Bagaimana pengaruh lingkungan masyarakat pesisir terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue?
3. Bagaimana pengaruh kepercayaan masyarakat pesisir terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue?
4. Bagaimana pengaruh budaya masyarakat pesisir terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue?
5. Apa saja faktor risiko terjadinya penyakit Demam Berdarah Dengue?
6. Bagaimana upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue?
C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui pengaruh status sosial masyarakat peisisir terhadap kejadian penyakit Demam
Berdarah Dengue
2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan masyarakat pesisir terhadap kejadian Demam Berdarah
Dengue
3. Untuk mengetahui pengaruh kepercayaan masyarakat pesisir terhadap kejadian Demam Berdarah
Dengue
4. Untuk mengetahui pengaruh budaya masyarakat pesisir terhadap kejadian Demam Berdarah Dengue
5. Untuk mengetahui faktor risiko terjadinya penyakit Demam Berdarah Dengue
6. Untuk mengetahui upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit Demam Berdarah Dengue
BAB 2 TINJAUN PUSTAKA
A. Pengertian

Menurut Kementerian Kesehatan Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi virus
akut yang disebabkan oleh virus dengue yang ditandai demam 2-7 hari disertai dengan
manifestasi perdarahan, penurunan trombosit, adanya hemokonsentrasi yang ditandai kebocoran
plasma. Dapat disertai dengan gejala-gejala tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri otot dan tulang,
ruam kulit atau nyeri belakang bola mata
B. Frekuensi

1. Frekuensi IR (Insidense Rate)

Incidence Rate (IR) DBD per 100.000 Penduduk Di Indonesia Tahun 2017

Pada tahun 2017 jumlah kasus DBD yang dilaporkan sebanyak 68. 407 kasus dengan
jumlah kasus meninggal sebanyak 493 orang dan IR 26,12 per 100.000 penduduk dibandingkan
tahun 2016 dengan kasus sebanyak 204.171 serta IR 78,85 per 100.000 penduduk terjadi
penurunan kasus pada tahun 2017. pada tahun 2016 angka IR sebesar 78,85 per 100.000
penduduk namun mengalami penurunan drastic pada tahun 2017 dengan angka kesakitan atau
Incidence Rate 26,12 per 100.000 penduduk (Indrayani, 2018).
Tahun 2017 terdapat 30 provinsi dengan angka kesakitan kurang dari 49 per 100.000 penduduk
yang mengalami peningkatan jumlahnya jika dibandingkan dengan tahun 2016 terdapat 10
provinsi dengan angka kesakitan kurang dari 49 per 100.000 penduduk. Provinsi dengan angka
kesakitan DBD tertinggi yaitu Bali sebesar 105,95 per 100.000 penduduk selanjutnya
Kalimantan Timur sebesar 62,57 per 100.000 penduduk dan angka kesakitan Kalimantan Barat
sebesar 52,61 per 100.000 penduduk. Angka kesakitan pada Provinsi Bali menurun hampir lima
kali lipat dibandingkan tahun 2016 yaitu 515,90 per 100.000 penduduk 105,95 per 100.000
penduduk pada tahun 2017. Provinsi Kalimantan Timur juga mengalami penurunan dari 305,95
per 100.000 penduduk menjadi 62,57 per 100.000 penduduk pada tahun 2017. Sedangkan
Provinsi Kalimantan Barat mengalami peningkatan dari 12,09 per 100.000 penduduk pada tahun
2016 menjadi 52,61 per 100.000 penduduk pada tahun 2017. Sebagian provinsi lainnya juga
mengalami penurunan angka kesakitan.

Baca Juga : Contoh Fish Bone DBD

2. Frekuensi Case Fatality Rate (CFR)

CFR DBD di Indonesia pada tahun 2017

Secara umum CFR tahun 2017 menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya,
terdapat 10 provinsi yang memiliki CFR tinggi dimana 3 provinsi dengan CFR tertinggi adalah
Gorontalo (2,18%), Sulawesi Utara (1,55%) dan Sulawesi Tenggara (1,47%). Pada provinsi-
provinsi dengan CFR tinggi masih diperlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
dan peningkatan pengetahuan masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke sarana kesehatan
jika ada gejala DBD sehingga tidak terlambat ditangani dan bahkan menyebabkan
kematian (Indrayani, 2018).
C. Distribusi

1. Distribusi Penyakit DBD Berdasarkan Orang

tabel Distribusi Penyakit DBD Berdasarkan Orang


Berdasarkan data diatas maka dapat diketahui bahwa banyaknya penderita Demam Berdarah
Dengue pada tahun 2015 tertinggi golongan umur 16-55 tahun dan terendah golongan umur 0>1.
Tahun 2016 tertinggi golongan umur 16-55 tahun dan terendah golongan umur 0>1 tahun. Dan
tahun 2017 tertinggi golongan umur 1-5 tahun dan terendah golongan umur 6-15 tahun dari
tahun 2015 sampai dengan 2017 total 169 kasus

2. Distribusi Berdasarkan Tempat


Sebanyak 68.407 kasus DBD pada tahun 2017 mengalami penurunan yang signifikan dari
tahun 2016 sebanyak 204.171 kasus. Jumlah kasus tertinggi terjadi di 3 provinsi di Pulau Jawa
masing-masing Provinsi Jawa Barat dengan total kasus sebanyak 10.016 kasus, Provinsi Jawa
Timur sebesar 7.838 kasus dan Provinsi Jawa Tengah sebesar 7.400 kasus. Sedangkan untuk
jumlah kasus terendah terjadi di Provinsi Maluku Utara dengan jumlah 37 kasus (Indrayani,
2018)..
3. Distribusi berdasarkan waktu

Puskesmas Purwokerto Selatan pada tahun 2015 sampai dengan tahun 2017 kejadian tertinggi
terjadi pada bulan Januari sampai dengan bulan Agustus secara terus menerus pada 3 tahun
terahir. Sedangkan bulan September sampai dengan bulan desember mengalami penurunan kasus
penderita Demam Berdarah Dengue.

D. Distribusi

Penyakit menular merupakan hasil perpaduan berbgai faktor yang saling mempengaruhi. Ada tiga faktor
yang mempengaruhi yaitu lingkungan, agen penyebab penyakit dan penjamu. Ketiga faktor faktor ini
biasa disebut segitiga epidemiologi.

1. Agent

Agent (penyebab penyakit) yaitu semua unsur atau elemen hidup dan mati yang kehadiran atau
ketidakhadirannya, apabila diikuti dengan kontak yang efektif dengan manusia rentan dalam keadaan
yang memungkinkan akan menjadi stimulus untuk mengisi dan memudahkan terjadinya suatu proses
penyakit. Dalam ini menjadi agent dalam penyebaran DBD virus Dengue (Arsin, 2013).

Agent penyebab penyakit DBD adalah virus Dengue yang termasuk B arthropoda Borne Virus
(arbopirosis). Anggota dari genus Falvivirus, famili Flaviviridae yang ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypti dan juga nyamuk Aedes albopictus yang merupakan vektor infeksi DBD (Arsin, 2013).

Virus Dengue berasal dari reservoir hewan. Dua yang berbeda DENV (Dengue Viruses) siklus
transmisi diakui. Siklus endemik dan epidemik melibatkan host manusia dan virus yang ditularkan
oleh A. aegypti, A. albopictus dan nyamuk sebagai vektor sekunder lainnya. Siklus penularan
sylvatic (zoonosis siklus) melibatkan monyet dan beberapa yang berbeda nyamuk Aedes
diidentifikasi di Asia dan Afrika (Arsin, 2013).
2. Host

Penjamu adalah manusia atau organisme yang rentan oleh pengaruh agent dalam penelitian ini yang
diteliti dari faktor penjamu adalah faktor karakteristik kader juru pemantau jentik (pengetahuan,
sikap, kesempatan, kemauan, kempuan dan ligkungan) (Arsin, 2013).

Host (penjamu) yang dimaksud adalah manusia yang kemungkinan terpapar terhadap penyakit DBD.
Faktor Host (penjamu) antara lain umur, ras, sosial ekonomi, cara hidup, status perkawinan,
hereditas, nutrisi dan imunitas. Dalam penularan DBD faktor manusia erat kaitannya dengan
perilaku seperti peran serta dalam kegiatan pemberantasan vektor di masyarakat dan mobilitas
penduduk (Arsin, 2013).

3. Lingkungan

Lingkungan adalah kondisi atau faktor berpengaruh yang bukan bagian dari agen maupun
penjamu, tetapi mampu mengintraksikan agent penjamu. Dalam penelitian ini yang
berperan sebagai faktor lingkungan meliputi lingkungan fisik (jarak rumah, tata rumah,
kelembapan rumah, sanitasi lingkungan, dan musim). Lingkungan biologis (tanaman hias/
tumbuhan, indeks jentik (host indeks, container indeks, breatu indeks (Arsin, 2013).

Lingkungan yang mempengaruhi penularan DBD terutama adalah banyaknya tanaman hias
dan tanaman pekarangan, yang mempengaruhi kelembaban, pencahayaan di dalam
rumah, merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap dan beristirahat
(Soegijanto, 2003).

Faktor curah hujan mempunyai pengaruh nyata terhadap flukstuasi populasi Aedes aegypti
(Irpis 1972). Suhu juga berpegaruh terhadap aktivitas makan (Wu & Chang 1993), dan laju
perkembangan telur menjadi larva, larva menjadi pupa dan pupa menjadi imago (Rueda et.
al. 1990). Faktor suhu dan curah hujan berhubungan dengan evaporasi dan suhu mikro di
dalam kontainer (Arsin, 2013).

Nyamuk betina ini lebih menyukai darah manusia, biasanya nyamuk betina mencari
mangsanya pada pagi hari. Aktivitas menggigit biasanya (pukul 9.00-10.00) dan petang
hari (16.00-17.00). Aedes aegypti mempunyai kebiasan mengisap darah berulang kali
untuk memenuhi lambungnya dengan darah (Arsin, 2013).

Anda mungkin juga menyukai