Anda di halaman 1dari 14

NATA DE RICE SEBAGAI SOLUSI PENYAKIT DEMAM

BERDARAH DENGUE (DBD)

Diajukan untuk mengikuti lomba


National Idea Essay Competition (NIEC) 2021

Diusulkan Oleh :
Indra Prasetya/1817011039/2018
Nur Mayana Putri/1817011028/2018

UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia dengan Iklim tropisnya memiliki banyak keunggulan, tetapi disamping itu
terdapat dampak buruk yang dialami karena pengaruh iklim tersebut. Seperti yang
sudah kita ketahui, Indonesia beriklim tropis dan memiliki 2 musim, yaitu musim
hujan dan musim kemarau.  Musim kemarau di Indonesia kebanyakan berlangsung
antara bulan April sampai bulan September. Sedangkan musim hujan di Indonesia
berlangsung antara bulan Oktober sampai bulan Februari. Badan Meteorologi,
Klimatologi dan Geofisika menyatakan bahwa curah hujan 3 bulan kedepan yaitu
periode Maret - Mei akan mengalami curah hujan Bulanan (mm) menengah, antara
100-300 mm/bulan.

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Demam Berdarah Dengue


banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis. Karena pada daerah tropis dan sub-
tropis, saat musim hujan tiba genangan air menjadi habitat bagi nyamuk Aedes
Aegepti sehingga populasinya cukup meningkat.

Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia menempati urutan pertama dalam jumlah
penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung sejak tahun 1968 hingga
tahun 2009, World Health Organization (WHO) mencatat negara Indonesia sebagai
negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Penyakit Demam Berdarah
Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama di Indonesia. Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin
bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk. Di
Indonesia Demam Berdarah pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun
1968, dimana sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang diantaranya meninggal
dunia (Angka Kematian (AK) : 41,3 %). Dan sejak saat itu, penyakit ini menyebar
luas ke seluruh Indonesia.
Data Pengantar
Saat ini Kasus DBD tersebar di 472 kabupaten/kota di 34 Provinsi. Kematian Akibat
DBD terjadi di 219 kabupaten/kota. Kasus DBD sampai dengan Minggu Ke-49
sebanyak 95.893, sementara jumlah kematian akibat DBD sampai dengan Minggu Ke
49 sebanyak 661. Info terkini DBD tanggal 30 November 2020 ada 51 penambahan
kasus DBD dan 1 penambahan kematian akibat DBD. sebanyak 73,35% atau 377
kabupaten/kota sudah mencapai Incident Rate (IR) kurang dari 49/100.000 penduduk.
Proporsi DBD Per Golongan Umur antara lain < 1 tahun sebanyak 3,13 %, 1 – 4
tahun: 14,88 %, 5 – 14 tahun 33,97 %, 15 – 44 tahun 37,45 %, > 44 tahun 11,57 %.
Adapun proporsi Kematian DBD Per Golongan Umur antara lain < 1 tahun, 10,32 %,
1 – 4 tahun 28,57 %, 5 – 14 tahun 34,13 %, 15 – 44 tahun : 15,87 %. > 44 tahun
11,11 %. Saat ini terdapat 5 Kabupaten/Kota dengan kasus DBD tertinggi, yakni
Buleleng 3.313 orang, Badung 2.547 orang, Kota Bandung 2.363, Sikka 1.786,
Gianyar 1.717.

Di Indonesia DBD menyerang laki-laki sebanyak 53,11% dan perempuan sebanyak


46,89%. Pemerintah juga telah mengupayakan pengendalian DBD dengan
melaksanakan gerakan 1 rumah 1 jumantik di 131 kabupaten/kota, 7.454 koordinator
Jumantik, 5.620 supervisor jumantik,dan 1.109 kader jumantik pelabuhan.

Urgensi Permasalahan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Hubungan Curah Hujan Dengan Kasus
Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Kota Bandar Lampung Tahun 2016-2018,
diketahui bahwa terdapat kekuatan korelasi yang sedang dimana curah hujan
memberikan peran terhadap timbulnya kasus DBD, walaupun tidak bersifat mutlak
karena masih dapat dipengaruhi oleh faktor lainnya seperti faktor temperatur,
kelembaban dan suhu udara serta arah positif yang memiliki arti peningkatan angka
kasus DBD berjalan lurus dengan peningkatan curah hujan. (Triwahyuni, T., Husna.,
I., dan Andesti., M. 2020. Hubungan Curah Hujan dengan Kasus Demam Berdarah
Dengue di Bandar Lampung 2016-2018. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol. 1, No. 3. hlm.
184-189). Dengan adanya kemungkinan terburuk dari peningkatan kasus DBD karena
meningkatnya curah hujan maka dilakukan inovasi untuk mengobati penyakit
tersebut. Inovasi ini memanfaatkan limbah air cucian beras untuk dijadikan Nata De
Rice, yang mirip dengan Nata De Coco sebagai alternatif untuk membantu kecukupan
cairan pada pasien DBD.

Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini adalah
ISI
Pemaparan Masalah
Indonesia termasuk salah satu negara beriklim tropis. Sementara itu beberapa masalah
menimpa berbagai negara beriklik tropis dan sub-tropis salah satunya Indonesia yaitu
penyakit DBD. Penyakit ini bukan penyakit biasa bahkan dapat merenggut nyawa
seseorang yang terkena virus denguenya. Telah banyak solusi yang diterapkan oleh
pemerintah baik dalam menangani maupun mencegah penyakit DBD antara lain
seperti fogging, sosialisasi, dan sebagainya. Menurut WHO vektor yang penting dari
virus dengue adalah A.aegepty. Pemberantasan DBD yang efektif diutamakan untuk
mengendalikan vector, karena belum ditemukan vaksin yang efektif untuk virus
dengue. Penyemprotan dengan insektisida kimia saat ini banyak menimbulkan
masalah yaitu meningkatnya resistensi, pencemaran lingkungan, keracunan, dan
kematian hewan bukan sasaran (Prabakaran et al, 2008). Salah satu metode yang kini
mendapat banyak perhatian para ahli adalah cara biologis dengan menggunakan
Bacillus sp pembentuk spora (Mardihusodo, 1989). Salah satu species Bacillus yang
biasa digunakan untuk pemberantasan nyamuk adalah Bacillus thurigiensis israelensis
serotype H-14 atau disingkat Bti (Visser B et al, 1993). Bakteri ini bersifat patogen
terhadap larva Ae.aegypti yang merupakan vektor DBD. Bakteri ini juga memiliki
keuntungan lain dalam mengendalikan vektor DBD yaitu timbulnya resistensi
nyamuk rendah dan aman terhadap lingkungan (Prabakaran et al, 2008). Bakteri
Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) telah dijadikan sebagai bahan bioinsektisida
untuk pengendali larva nyamuk dan lalat hitam (WHO, 1979).

Bakteri Bti saat ini telah dikembangkan untuk pengendalian vektor, namun usaha
untuk memanfaatkan isolat lokal bakteri Bti pada skala luas masih sulit dilakukan.
Faktor utamanya adalah sulitnya mendapatkan media standar seperti Trypthose
Phospat Broth (TPB) untuk perbanyakan bakteri, dan harganya relatif mahal. Oleh
karena itu, perlu dicari media alternatif yang murah dan mudah didapatkan dengan
tidak mengurangi tingkat patogenitasnya.
Penggunaan air cucian beras dapat dikembangkan sebagai media alternatif untuk
pertumbuhan Bti karena sangat mudah dan murah didapat mengingat masyarakat
mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Menurut Direktorat Gizi DEPKES RI
komposisi kandungan dalam 100 gram beras mengandung protein 8,7 %, lemak kasar
1,5 %, karbohidrat 71,8 %, dan asam amino. Selain itu, beras juga mengandung
unsur-unsur seperti Calcium (Ca), Phospor (P), Ferrum (Fe). Magnesium (Mg), serta
Vitamin B1(Direktorat Gizi Depkes, 1991). Bahan-bahan tersebut dapat merangsang
pertumbuhan dan menunjang perkembangbiakan Bti (Yuniarti & Ch.p Blondine,
2007).
Tinjauan Pustaka
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan yang
sangat penting di Negara tropis dan beberapa negara subtropis di Asia, Amerika, dan
Afrika. Penyakit ini telah meluas penyebarannya ke berbagai belahan dunia dan
dinyatakan bahwa lebih dari 100 negara statusnya endemis. Penyakit DBD juga
dilaporkan mengancam 40 % penduduk yang tinggal di daerah perkotaan, pinggiran
kota, dan pedesaan beriklim tropis dan subtropis (Kosiyachinda, 2003). Penyakit
DBD pertama kali dilaporkan di Indonesia sejak adanya kejadian Luar Biasa (KLB)
di Jakarta dan Surabaya pada tahun 1968. Pada awal tahun 2004, serangan penyakit
DBD terjadi di hampir semua Provinsi di Indonesia, selama bulan Januari dan
Februari tahun 2004 (Sembel, 2009). Kasus DBD di Indonesia telah menjadi salah
satu masalah kesehatan masyarakat yang insidennya semakin tinggi dan
penyebarannya semakin luas (Sungkar S, 2002).

Penyakit DBD disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan oleh nyamuk
Ae.aegypti. Nyamuk ini sangat antropofilik, hidup dekat dengan manusia dan sering
hidup di dalam rumah. Menurut WHO vektor yang paling penting dari virus Dengue
adalah Ae.aegypti yang menjadi target utama pengendalian (WHO, 1999).
Pemberantasan DBD yang efektif diutamakan untuk mengendalikan vektor, karena
belum ditemukan vaksin yang efektif untuk virus dengue. Penyemprotan dengan
insektisida kimia saat ini banyak menimbulkan masalah yaitu meningkatnya
resistensi, pencemaran lingkungan, keracunan, dan kematian hewan bukan sasaran
(Prabakaran et al, 2008). Salah satu metode yang kini mendapat banyak perhatian
para ahli adalah cara biologis dengan menggunakan Bacillus sp pembentuk spora
(Mardihusodo, 1989). Salah satu species Bacillus yang biasa digunakan untuk
pemberantasan nyamuk adalah Bacillus thurigiensis israelensis serotype H-14 atau
disingkat Bti (Visser B et al, 1993). Bakteri ini bersifat patogen terhadap larva
Ae.aegypti yang merupakan vektor DBD. Bakteri ini juga memiliki keuntungan lain
dalam mengendalikan vektor DBD yaitu timbulnya resistensi nyamuk rendah dan
aman terhadap lingkungan (Prabakaran et al, 2008). Bakteri Bacillus thuringiensis
israelensis (Bti) telah dijadikan sebagai bahan bioinsektisida untuk pengendali larva
nyamuk dan lalat hitam (WHO, 1979).

Bakteri Bti bersifat gram positif, dan dapat memproduksi kristal protein toksin (delta
endotoksin) selama proses sporulasi. Mempunyai efek toksisita yang tinggi terhadap
serangga vektor, bersifat spesifik target dan belum menyebabkan resistensi vektor
(Mulla et al, 1986). Bakteri Bti menghasilkan kristal protein pada masa sporulasi.
Kristal protein akan bersifat toksik apabila termakan oleh jentik, berikatan dengan sel
epitel usus dan mengakibatkan lubang pada usus sehingga jentik mati (WHO, 1999b).
Apabila Bti ditumbuhkan pada media yang mendukung pertumbuhannya maka
bakteri Bti akan menghasilkan toksin (delta endotoksin) yang bersifat patogen
terhadap larva. Komposisi media pertumbuhan bakteri mempengaruhi kemampuan
bakteri untuk memproduksi toksin. Semakin banyak toksin yang termakan oleh larva
maka semakin banyak larva yang mati (WHO, 1991).

Bakteri Bti saat ini telah dikembangkan untuk pengendalian vektor, namun usaha
untuk memanfaatkan isolat lokal bakteri Bti pada skala luas masih sulit dilakukan.
Faktor utamanya adalah sulitnya mendapatkan media standar seperti Trypthose
Phospat Broth (TPB) untuk perbanyakan bakteri, dan harganya relatif mahal. Oleh
karena itu, perlu dicari media alternatif yang murah dan mudah didapatkan dengan
tidak mengurangi tingkat patogenitasnya.

Penggunaan air cucian beras dapat dikembangkan sebagai media alternatif untuk
pertumbuhan Bti karena sangat mudah dan murah didapat mengingat masyarakat
mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Menurut Direktorat Gizi DEPKES RI
komposisi kandungan dalam 100 gram beras mengandung protein 8,7 %, lemak kasar
1,5 %, karbohidrat 71,8 %, dan asam amino. Selain itu, beras juga mengandung
unsur-unsur seperti Calcium (Ca), Phospor (P), Ferrum (Fe). Magnesium (Mg), serta
Vitamin B1(Direktorat Gizi Depkes, 1991). Bahan-bahan tersebut dapat merangsang
pertumbuhan dan menunjang perkembangbiakan Bti (Yuniarti & Ch.p Blondine,
2007).

Nata adalah kata yang diterjemahkan dari bahasa latin “natare“ yang berarti
terapung–apung, sedangkan “Encyclopedia Universal Illustrade“ mendefinisikan
sebagai suatu lapisan yang terbentuk pada permukaan media yang menggunakan gula
(Ketaren, 1978). Produk nata banyak digunakan sebagai pencampur es krim, es buah,
sirup dan sebagainya (Palungkun, 1996). Nata merupakan produk fermentasi oleh
bakteri Acetobacter xylinum pada substrat yang mengandung gula. Bakteri tersebut
menyukai kondisi asam dan memerlukan nitrogen stimulasi aktifitasnya. Acetobacter
xylinum yang ditumbuhkan pada media dengan kadar gula tinggi seperti air kelapa,
sari nenas atau sari buah lainnya akan menggunakan sebagian glukosa untuk aktifitas
metabolisme dan sebagian lagi diuraikan menjadi suatu polisakarida yang dikenal
dengan “exracelluler cellulose“ berbentuk gel. Polisakrida inilah yang disebut nata
(Djide, 2006). Apabila dilakukan pengamatan secara mikroskopik akan tampak
sebagai suatu masa fibril tidak beraturan yang menyerupai benang atau kapas. Nata
mengandung air sekitar 98%, karbohidrat 7,27%, protein 0,29%, lemak 0,2%,
kalsium 0,012%, fosfor 0,002% dan vitamin B3 0.017% dengan tekstur agak kenyal,
padat, kokoh, putih dan transparan yang menyerupai kolang–kaling (Sutarminingsih,
2004). Produk ini tergolong makanan berkalori rendah. Namun memiliki kadar serat
yang tinggi sehingga baik bagi pencernaan, dapat menjaga kelangsingan tubuh,
menolong penderita diabetes dan mencegah kanker usus (Warisno, 2004).

Meskipun produk nata dibuat dari bahan baku yang dikategorikan sebagai limbah
tetapi produk ini disukai konsumen. Bahkan, karena bahan baku yang digunakan
adalah limbah, produk nata mempunyai nilai tambah yang tinggi serta bahan bakunya
dapat diperoleh dalam jumlah besar dengan harga yang relatif murah (Suryani, 2005).

Seperti penelitian–penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diantaranya yaitu


pembuatan Nata De Banana dari sari limbah kulit pisang kepok dalam beberapa
konsentrasi menggunakan bakteri Acetobacter xylinum dengan tujuan untuk
mengetahui konsentrasi sari limbah kulit pisang kepok yang tepat dalam mencapai
ketebalan nata yang paling optimum. Penelitian ini menggunakan 8 konsentrasi sari
limbah kulit pisang yaitu 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70% dan 80%, dengan
penambahan gula 10%. Lapisan selulosa ini dihitung ketebalannya dengan
menggunakan jangka sorong dan ditentukan kualitas tekstur, warna dan rasa
menggunakan penilaian dari panelis. Dan Pembuatan Nata Dari Air Rebusan Tauge
(Dahri, 2004). Hal inilah yang mendasari sehingga perlunya menemukan cara
Pembuatan Nata dengan menggunakan bahan dasar lain yang mudah diperoleh dan
tersedia sepanjang tahun serta harganya relatif murah, selain itu untuk
penganekaragaman sumber media fermentasi nata yang pada akhirnya akan
memberikan nilai ekonomis yang berarti, dan dalam hal ini digunakan air cucian
beras.

Makanan pokok penduduk Indonesia adalah beras. Hal ini menunjukkan hampir
setiap hari rumah tangga perharinya menghasilkan atau membuang limbah yang
berupa air cucian beras. Jenis limbah ini sejak dahulu hingga sekarang belum jelas
bentuk dan jenis pemanfaatannya. Umumnya terbuang percuma pada selokan-selokan
atau tergenang bersama air limbah lainnya (Djajakusuma, 1990). Selaput beras (pada
bagian permukaan butir pati pecah kulit) merupakan sumber vitamin B1 (Thiamin)
yang penting dalam metabolisme tubuh serta dikenal sebagai zat anti beri. Disamping
air cucian beras cukup banyak mengandung karbohidrat, protein dan mineral yang
terbawa dari selaput beras ketika dicuci. Dengan demikian dimungkinkan untuk dapat
dimanfaatkan sebagai media bagi mikroorganisme untuk keperluan tertentu. Salah
satu diantaranya adalah untuk media yang digunakan dalam pembuatan nata (Buckle,
1987).
Tentang Nata De rice dan pembuatan
Gagasan Penulis
DAFTAR PUSTAKA

Kosiyachinda, 2003. Enhancement of the efficacy of a combination of Mesosyclops


aspericornis and Bacillus thuringiensis var. israelensis by community-based product
in controlling aedes aegypti Larvae in Thailand. Journall Tropical medicine, 2(69),
pp.206–211.

Sembel, 2009. Entomologi Kedokteran CV.Yogyakarta, ed., Yogyakarta:


C.V.Yogyakarta.

Sungkar S, 2002. Demam Berdarah dengue, Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia.

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS NATIONAL IDEA ESSAY


COMPETITION (NIEC) 2021

Judul Karya :
Nama : Indra Prasetya
Asal Institusi : Universitas Lampung
Alamat Institusi : Jl. Soemantri Brojonegoro
Alamat Rumah : Jl. Adi Sucipto Gg. Podang No.16
No. Telp/Hp : 08983086449
Alamat Email : iprasetya84@gmail.com

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa memang benar Esai
dengan judul ( ) merupakan karya orisinil dan belum pernah dipublikasikan
dan/atau dilombakan diluar kegiatan “National Idea Essay Competition (NIEC)
2021 “ panitia berhak mempublikasikan kaya tersebut dengan tetap mencantumkan
identitas penulis.

Demikian pernyataan ini kami buat dengan sebenarny dan apabila terbukti terdapat
pelanggaran di dalamnya, maka kami siap didiskualifaikasi dari lomba ini sebagai
bentuk tanggungjawaban kami.
Bandar Lampung, 16 Maret 2021

(Indra Prasetya)

FORMULIR PENDAFTARAN

NATIONAL IDEA ESSAY COMPETITION (NIEC) 2021

Subtema :
Judul :
Nama : Indra Prasetya
Tempat Tanggal Lahir : Bandar Lampung, 20 Juli 2000
No. Hp : 08983086449
Email : iprasetya84@gmail.com
Instansi : Universitas Lampung
Alamat : Jl. Adi Sucipto Gg. Podang No.16

Bandar Lampung, 16 Maret 2021

(Indra Prasetya)

Anda mungkin juga menyukai