Disusun Oleh :
Kelompok 2 :
Indra Prasetya (1817011039)
Jilda Sofiana Dewi (1817011017)
Khairunisa (1817011006)
Khoiriyah Dea Setyana (1817011061)
M. Aan Saputra (1817011090)
M. Rifki Fadilah (1817011085)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
LAMPUNG
2019
KATA PENGANTAR
Kelompok 2
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
II. PEMBAHASAN
3. Anorganik
Bahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh mikroorganisme,
umumnya adalah logam. Apabila masuk ke perairan, maka akan terjadi
peningkatan jumlah ion logam dalam air. Bahan buangan anorganik ini biasanya
berasal dari limbah industri yag melibatkan penggunaan unsure-unsur logam
seperti timbal (Pb), Arsen (As), Cadmium (Cd), air raksa atau merkuri (Hg), Nikel
(Ni), Calsium (Ca), Magnesium (Mg) dll. Kandungan ion Mg dan Ca dalam air
akan menyebabkan air bersifat sadah. Kesadahan air yang tinggi dapat merugikan
karena dapat merusak peralatan yang terbuat dari besi melalui proses pengkaratan
(korosi). Juga dapat menimbulkan endapan atau kerak pada peralatan. Apabila
ion-ion logam berasal dari logam berat maupun yang bersifat racun seperti Pb, Cd
ataupun Hg, maka air yang mengandung ion-ion logam tersebut sangat berbahaya
bagi tubuh manusia, air tersebut tidak layak minum.
4. Cairan minyak
Bahan buangan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan
mengapung menutupi permukaan air. Jika bahan buangan minyak mengandung
senyawa yang volatile, maka akan terjadi penguapan dan luas permukaan minyak
yang menutupi permukaan air akan menyusut. Penyusutan minyak ini tergantung
pada jenis minyak dan waktu. Lapisan minyak pada permukaan air dapat
terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, tetapi membutuhkan waktu yang lama.
Lapisan minyak di permukaan akan mengganggu mikroorganisme dalam air. Ini
disebabkan lapisan tersebut akan menghalangi diffusi oksigen dari udara ke dalam
air, sehingga oksigen terlarut akan berkurang. Juga lapisan tersebut akan
menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air, sehingga fotosintesapun
terganggu. Selain itu, burungpun ikut terganggu, karena bulunya jadi lengket,
tidak dapat mengembang lagi akibat kena minyak.
5. Zat kimia
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi dalam bahan pencemar
air ini akan dikelompokkan menjadi :
a. Sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih lainnya),
b. Bahan pemberantas hama (insektisida),
c. Zat warna kimia,
d. Zat radioaktif
Adanya bahan buangan zat kimia yang berupa sabun (deterjen, sampo dan
bahan pembersih lainnya) yang berlebihan di dalam air ditandai dengan timbulnya
buih-buih sabun pada permukaan air. Sebenarnya ada perbedaan antara sabun dan
deterjen serta bahan pembersih lainnya. Sabun berasal dari asam lemak (stearat,
palmitat atau oleat) yang direaksikan dengan basa Na(OH) atau K(OH),
berdasarkan reaksi kimia berikut ini :
1 Pencucian 20
2 Perendaman 12
3 Penggilingan 3
4 Pemasakan 30
5 Pencucian ampas 50
6 . Perebusan 20
Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu
limbah cair tahu pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 80 0C sampai
100 0C. Suhu yang meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi
kehidupan biologis, kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan
tegangan permukaan. Bahan – bahan organik yang terkandung di dalam buangan
industri tahu pada umumnya sangat tinggi.Senyawa – senyawa organik di dalam
air buangan tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, dan lemak. Di antara
senyawa – senyawa tersebut, protein dan lemak jumlahnya paling besar, yang
mencapai 40% - 60% protein, 25% - 50% karbohidrat, dan 10% lemak.
Bertambah lama, bahan – bahan organik ini volumenya semakin meningkat,
dalam hal ini akan menyulitkan pengelolaan limbah, karena zat sulit diuraikan
oleh mikroorganisme di dalam air limbah tahu tersebut. (Pohan N, 2008)
Limbah industri tahu pada umumnya dibagi menjadi 2 (dua) bentuk limbah,
yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pabrik pengolahan tahu berupa
kotoran hasil pembersihan kedelai (batu, tanah, kulit kedelai, dan benda padat lain
yang menempel pada kedelai) dan sisa saringan bubur kedelai yang disebut
dengan ampas tahu. Limbah padat yang berupa kotoran berasal dari proses awal
(pencucian) bahan baku kedelai dan umumnya limbah padat yang terjadi tidak
begitu banyak (0,3% dari bahan baku kedelai). Sedangkan limbah padat yang
berupa ampas tahu terjadi pada proses penyaringan bubur kedelai. Ampas tahu
yang terbentuk besarannya berkisar antara 25-35% dari produk tahu yang
dihasilkan.
Limbah cair pada proses produksi tahu berasal dari proses perendaman,
pencucian kedelai, pencucian peralatan proses produksi tahu, penyaringan dan
pengepresan/pencetakan tahu. jumlah kebutuhan air proses dan jumlah limbah cair
yang dihasilkan dilaporkan berturut-turut sebesar 45 dan 43,5 liter untuk tiap
kilogram bahan baku kacang kedelai. Pada beberapa industri tahu, sebagian kecil
dari limbah cair tersebut (khususnya air dadih) dimanfaatkan kembali sebagai
bahan penggumpal.Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri
pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang
disebut dengan air dadih (whey).Limbah cair industri tahu mengandung bahan-
bahan organik kompleks yang tinggi terutama protein dan asam-asam
amino dalam bentuk padatan tersuspensi maupun terlarut.Adanya senyawa-
senyawa organik tersebut menyebabkan limbah cair industri tahu mengandung
BOD, COD dan TSS yang tinggi.Limbah ini sering dibuang secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari
lingkungan.
b. Pupuk Organik
Air limbah tahu yang mengandung zat organik oleh pabrik langsung dibuang
ke saluran irigasi dapat dimanfaatkan untuk kesuburan tanah pertanian.Air limbah
tahu merupakan limbah organik mudah terurai dan baik untuk pertanian.Biasanya
para petani mencari air untuk mengairi sawahnya dan memanfaatkannya.Selain itu
air limbah tahu juga berguna untuk tambahan makanan ikan-ikan peliharaan
disawah.Biasanya para petani yang mengelola ikan disawah secara rutin dan terus
menerus mengaliri sawahnya untuk makanan ikan dan hasilnya ikan cepat besar.
YOH + HX → XY + H2O
Pada air limbah yang bersifat asam, dibutuhkan basa untuk netralisasi dan
sebaliknya. Pada netralisasi air limbah dapat pula terbentuk padatan sehingga
dibutuhkan proses pemisahan padatan.
b. Proses Koagulasi-Flokulasi
Koagulasi dan flokulasi merupakan proses pengolahan air dan air limbah
secara kimia yaitu dengan penambahan bahan kimia kedalam air limbah. Air
limbah pada umumnya mengandung padatan tersuspensi, partikel koloid
(berukuran < 1 mikron), bahan terlarut (berukuran < nanometer). Padatan-padatan
dalam air pada umumnya bermuatan negatif dan padatan-padatan tersebut sangat
sulit dipisahkan secara fisik (sedimentasi dan filtrasi dengan media padat) dan
dapat dilakukan secara kimia melalui proses koagulasi-flokulasi
Pada proses koagulasi (destabilisasi) dibutuhkan bahan kimia yang mampu
merubah muatan partikel, perubahan muatan partikel dapat dilakukan dengan
berbagai bahan kimia tetapi bahan kimia yang bervalensi 3 (trivalent) sepuluh kali
lebih efektif dibanding dengan bervalensi 2 (divalent). Bahan kimia yang sering
dipergunakan dalam proses koagulasi seperti tercantum dalam tabel berikut.
Koagulan Formula Berat molekul
Aluminium sulphate Al2(SO4)3 .18 H2O 666,7
Ferrous sulphate Fe (SO4). 7 H2O 278,0
Lime Ca(OH)2 56 sebagai CaO
Ferric chloride FeCl3 162,1
Ferric sulphate Fe2(SO4)3 400
Berbagai reaksi yang terjadi pada penambahan koagulan kedalam air atau air
limbah seperti reaksi-reaksi berikut:
Aluminium sulphate
Al2(SO4)3 + 3 Ca(HCO3)2 → 2 Al(OH)3 + 3CaSO4 + 6 CO2
Ferric sulfate
Fe2(SO4)3 + 3 Ca(HCO3)2 → 2 Fe(OH)3 + 3CaSO4 + 6 CO2
Ferric chloride
2 Fe Cl3 + 3 Ca(HCO3)2 → 2 Fe(OH)3 + 3CaCl2 + 6CO2
Ferrous sulfate
FeS04 + Ca(HCO3)2 → Fe(OH)2 + CaS04 + 2CO2
Sodium aluminate
2 Na2Al2O4 + Ca(HCO3)2 → 8 Al(OH)3 + 3 Na2CO3 + 6 H2O
b. Anaerobik – Biogas
Secara umum proses anaerobik akan menghasilkan
gas Methana (Biogas). Biogas (gas bio) adalah gas yang dihasilkan dari
pembusukan bahan-bahan organik oleh bakteri pada kondisi anaerob (tanpa ada
oksigen bebas). Biogas tersebut merupakan campuran dari berbagai macam gas
antara lain : CH4 (54%-70%), CO2 (27%-45%), O2 (1%-4%), N2 (0,5%-3%), CO
(1%), dan H2 <<<<< (KLH, 2006). Sifat penting dari gas metan ini adalah tidak
berbau, tidak berwarna, beracun dan mudah terbakar.Karena sifat gas tersebut,
maka gas metan ini termasuk membahayakan bagi keselamatan manusia
(Sugiharto, 2005).
c. Pengelolaan Limbah Cair Sistem Aerobik
Pada pengolahan air limbah tahu proses biologi aerobik merupakan
proses lanjutan untuk mendegradasi kandungan senyawa organik air limbah yang
masih tersisa setelah proses anaerobik. Sistem penanganan aerobik digunakan
sebagai pencegah timbulnya masalah bau selama penaganan limbah, agar
memenuhi persyaratan effluent dan untuk stabilisasi limbah sebelum dialirkan ke
badan penerima (Jenie dan Rahayu, 1993).
Proses pengolahan limbah aerobik berarti proses dimana terdapat oksigen
terlarut. Oksidasi bahan-bahan organik menggunakan molekul oksigen sebagai
aseptor elektron akhir adalah proses utama yang menghasilkan energi kimia untuk
mikroorganisme dalam proses ini. Mikroba yang menggunakan oksigen sebagai
aseptor elektron akhir adalah mikroorganisme aerobik (Jenie dan Rahayu, 1993).
Pengolahan limbah dengan sistem aerobik yang banyak dipakai antara lain dengan
sistem lumpur aktif, piring biologi berputar (Rotating Biological Contractor =
RBC) dan selokan oksidasi (Oxidation Ditch).
H. Pengolahan Limbah Industri Tahu Menjadi Pupuk Organik Cair
Limbah cair industri tahu dapat diolah kembali atau daur ulang menjadi
pupuk organik dikarekan limbah cair tahu mengandung senyawa-senyawa
organik yang bisa dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman, senyawa tersebut
adalah protein sebesar 40 – 60%, karbohidrat sebesar 25 – 50%, lemak berkisar 8
– 12%, dan sisanya berupa kalsium, besi, fosfor, dan vitamin (3). Kandungan
dalam limbah cair tahu dapat digunakan untuk pupuk organik cair dengan uji
penelitian pendahuluan yaitu diantaranya dengan menganalisis kandungan unsur
hara yang terdapat limbah cair tahu murni berupa N total 0,66%, P2O5 (Posfor )
222,16% ppm dan K2O( Kalium) yaitu 0,042% (4). Penambahan EM-4 (Effektive
Microorganisme 4) merupakan salah satu cara yang efektif dalam mempercepat
proses pembuatan pupuk organik, selain itu stimulator EM-4 juga dapat
meningkatkan kualitas dari pupuk yang dihasilkan, hal ini dibuktikan oleh
Sutrisno et al., 2014 melakukan uji proses fermentasi dari limbah cair industri
tahu menggunakan EM-4 dengan perbandingan 1/20 (5%), yaitu sebanyak 648 ml
EM-4 aktif dan 8.640 ml limbah cair tahu yang kemudian di fermentasikan
selama 15 hari yang di lakukan di Laboratorium Sumberdaya Lahan Universitas
Pembangunan Nasional Surabaya mendapatkan hasil unsur hara N, P, K, dan C-
Organik dengan nilai masing-masing 1,16%, 1,137% dan 5,803% dan posfor
0,04% (5). Pencemaran lingkungan salah satunya adalah pada badan air
dikarenakan limbah cair yang dihasilkan oleh industri tahu kebanyakan langsung
dibuang ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu, sehingga menimbulkan bau busuk
dan mengganggu estetika.Kasus ini di jumpai pada industri tahu yang berada di
lokasi Kelurahan Tompobalang Kecamatan Sombaopu Kabupaten Gowa.
Metode pengolahan limbah tahu menjadi pupuk ini menggunakan
rancangan penelitian pretest-postest design, pengumpulan data tahap pertama
(pretest) diperoleh dari hasil pemeriksaan kandungan organik dari karakteristik
limbah cair tahu sebelumnya, kemudian dilakukan perlakuan dengan penambahan
EM-4 5% dengan lama fermentasi yang berbeda - beda yaitu lama fermentasi 10
hari dan lama fermentasi 14 hari, dari hasil perlakuan diperoleh data tahap kedua
(postest) yaitu nilai kandungan unsurhara C-Organik, Nitrogen Total, Pospor
(P2O5), Kalium (K2O) dan zat besi (Fe) serta parameter limbah cair BOD, COD,
dan TSS. Sampel adalah limbah cair tahu yang belum difermentasikan diambil
pada proses pengolahan tahu yang menghasilkan limbah cair mulai dari
pencucian, perendaman, penggilingan, perebusan kedelai, penyaringan,
penggumpalan, sebelum di buang ke sungai, dan sudah difermentasikan yaitu
diambil pada hari ke-10 dan hari ke-14. Data hasil penelitian dari hasil uji
laboratorium dianalisis menggunakan metode deskriptif dengan tabel, grafik dan
narasi yang menggambarkan secara menyeluruh sebelum dan sesudah limbah cair
tahu diolah menjadi pupuk organik cair.
Adapun alat yang digunakan dalam pembuatan pupuk cair organik adalah:
1. Ember ukuran 80 L
2. Derijen 20 L
3. Plastik
4. Tali Karet
5. Sebatang Kayu sebagai pengaduk
Sedangkan bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk cair organik adalah:
1. Limbah Tahu 40 L
2. Air Kelapa 20 L
3. Alkohol 70% 250 ml
4. EM4 120 ml
5. Gula Putih 1 kg
6. Air 20 L
Prosedur Kerja
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pencemaran lingkungan hidup yaitu masuknya atau dimasukkannya
mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan
hidup, oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukkannya.
2. Indikator yang digunakan dalam pencemaran air antara lain pengamatan
secara fisis (kekeruhan), kimiawi(pH), dan biologis(mikroorganisme).
3. Parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas air diantaranya
adalah Dissolved Oxygen, BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD
(Chemical Oxygen Demand), Jumlah total Zat terlarut
4. Limbah cair pada proses produksi tahu berasal dari proses perendaman,
pencucian kedelai, pencucian peralatan proses produksi tahu, penyaringan
dan pengepresan/pencetakan tahu.
5. Beberapa cara pemanfaatan limbah cair tahu yang dilakukan di pabrik tahu
yaitu gas bio, dan pupuk organik.
6. Beberapa proses pengolahan air limbah secara kimia seperti Netralisasi,
Koagulasi/flokulasi, dan gas transfer.
B. Saran
Makalah ini sifat nya hanya membantu memudahkan mahasiswa untuk
memahami mengenai pencemaran lingkungan terutama oencemaran pada air,
yang tentunya sangat terbatas baik contoh maupun penjelasannya, olehnya
kami harapkan bagi para pembaca bisa menambah referensi lain. Jika hanya
menggunakan makalah ini tentu masih sangat sedikit yang anda dapatkan.
Semoga anda tidak puas dengan membaca makalah ini, sebab jika anda puas
niscaya anda tidak akan menambah pengetahuan anda.
DAFTAR PUSTAKA
Fardiaz, S., 1999, Polusi Air dan Udara, hal. 59, 64, Kanisius, Yogyakarta.
Wardhana, A.W., 1995, Dampak Pencemaran Lingkungan, Edisi II, hal. 35,
AndiOffset, Yogyakarta.