Anda di halaman 1dari 29

PENCEMARAN DAN PENGOLAHAN

LIMBAH PADA AIR

Disusun Oleh :

Kelompok 2 :
Indra Prasetya (1817011039)
Jilda Sofiana Dewi (1817011017)
Khairunisa (1817011006)
Khoiriyah Dea Setyana (1817011061)
M. Aan Saputra (1817011090)
M. Rifki Fadilah (1817011085)

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
LAMPUNG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, penulis memohon pertolongan kepada-Nya


dan selalu bersyukur kepada Allah atas rahmat dan karunia-Nya yang telah diberi
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Pencemaran Dan Pengolahan Limbah Pada Air” Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada seluruh elemen yang telah
membantu menyelesaikan makalah ini. Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini
dan semoga bermanfaat bagi penulis khususnya dan rekan-rekan kelas B kimia
angkatan 2018 FMIPA Universitas Lampung pada umumnya.

Bandar Lampung, 28 Agutus 2019


Penulis,

Kelompok 2
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
II. PEMBAHASAN

A. Definisi Pencemaran Air


Pencemaran lingkungan hidup menurut UU Republik Indonesia No 23 tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang dimaksud dengan pencemaran
lingkungan hidup yaitu; masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi
dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup, oleh kegiatan manusia
sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Demikian
pula dengan lingkungan air yang dapat pula tercemar karena masuknya atau
dimasukannya mahluk hidup atau zat yang membahayakan bagi kesehatan. Air
dikatakan tercemar apabila kualitasnya turun sampai ke tingkat yang
membahayakan sehingga air tidak bisa digunakan sesuai peruntukannya.
Asas-asas ilmu lingkungan yang berkaitan dengan pembahasan makalah
ini mengenai pencemaran air yaitu “kemampuan lingkungan habitat untuk
menyokong satu materi ada batasnya”. Pada saat ini sungai terus menerus
dicemari oleh berbagai macam zat yang dihasilkan dari beberapa kegiatan, seperti
industri, pabrik, maupun pemukiman warga. Apabila pencemaran terhadap air
sungai terus menerus dibiarkan, maka kemampuan lingkungan sungai tersebut
untuk menampung (menyokong) zat-zat pencemar akan ada batasnya dan pada
akhirnya akan menimbulkan kerusakan lingkungan itu sendiri.
Berdasarkan PP no 82 tahun 2001 pasal 8 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup, klasifikasi dan kriteria mutu air ditetapkan menjadi 4 kelas yaitu:
Kelas 1 : air yang dapat digunakan untuk bahan baku air minum atau peruntukan
lainnya mempersyaratkan mutu air yang sama
Kelas 2 : air yang dapat digunakan untuk prasarana/ sarana rekreasi air, budidaya
ikan air tawar, peternakan, dan pertanian
Kelas 3 : air yang dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar, peternakan dan
pertanian
Kelas 4 : air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman/ pertanian
B. Indikator Pencemaran Air
Indikator atau tanda bahwa air lingkungan telah tercemar adalah adanya
perubahan atau tanda yang dapat diamati yang dapat digolongkan menjadi 6:
1. Pengamatan secara fisis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan tingkat
kejernihan air (kekeruhan), perubahan suhu, warna dan adanya perubahan
warna, bau dan rasa.
2. Pengamatan secara kimiawi, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan zat
kimia yang terlarut, perubahan pH.
3. Pengamatan secara biologis, yaitu pengamatan pencemaran air berdasarkan
mikroorganisme yang ada dalam air, terutama ada tidaknya bakteri pathogen.
Beberapa parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas air diantaranya
adalah :
– DO (Dissolved Oxygen)
– BOD (Biochemical Oxygen Demand)
– COD (Chemical Oxygen Demand), dan
– Jumlah total Zat terlarut
1. Air Yang Tercemar > DO/ Dissolved Oxygen (Oksigen Terlarut)
Yang dimaksud adalah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air,
berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen diperlukan
oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan hewan
lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri.Agar ikan dapat hidup, air harus
mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm (part per million).
Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang
kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang.
Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah yang mengandung
bahan organik, sebagian besar oksigen terlarut digunakan bakteri aerob untuk
mengoksidasi karbon dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida
dan air. Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang dengan cepat dan
akibatnya hewan-hewan seperti ikan, udang dan kerang akan mati. Lalu apakah
penyebab bau busuk dari air yang tercemar? Bau busuk ini berasal dari gas NH3
dan H2S yang merupakan hasil proses penguraian bahan organik lanjutan oleh
bakteri anaerob.
2. Air Yang Tercemar > BOD (Biochemical Oxygen Demand)
BOD (Biochemical Oxygen Demand) artinya kebutuhan oksigen biokimia
yang menunjukkan jumlah oksigen yang digunakan dalam reaksi oksidasi oleh
bakteri. Sehingga makin banyak bahan organik dalam air, makin besar B.O.D nya
sedangkan D.O akan makin rendah. Air yang bersih adalah yang B.O.D nya
kurang dari 1 mg/l atau 1 ppm, jika B.O.D nya di atas 4 ppm, air dikatakan
tercemar.
3. Air Yang Tercemar > COD (Chemical Oxygen Demand)
COD (Chemical Oxygen Demand) sama dengan BOD, yang menunjukkan
jumlah oksigen yang digunakan dalam reaksi kimia oleh bakteri. Pengujian COD
pada air limbah memiliki beberapa keunggulan dibandingkan pengujian BOD.
Keunggulan itu antara lain Sanggup menguji air limbah industri yang beracun
yang tidak dapat diuji dengan BOD karena bakteri akan mati dan waktu pengujian
yang lebih singkat, kurang lebih hanya 3 jam
4. Air Yang Tercemar > Zat Padat Terlarut
Air alam mengandung zat padat terlarut yang berasal dari mineral dan
garam-garam yang terlarut ketika air mengalir di bawah atau di permukaan tanah.
Apabila air dicemari oleh limbah yang berasal dari industri pertambangan dan
pertanian, kandungan zat padat tersebut akan meningkat. Jumlah zat padat terlarut
ini dapat digunakan sebagai indikator terjadinya pencemaran air. Selain jumlah,
jenis zat pencemar juga menentukan tingkat pencemaran. Air yang bersih adalah
jika tingkat D.O nya tinggi, sedangkan B.O.D dan zat padat terlarutnya rendah.

C. Sumber Pencemar Air


Banyak penyebab pencemaran air tetapi secara umum dapat dikategorikan
sebagai sumber kontaminan langsung dan tidak langsung. Sumber langsung
meliputi efluen yang keluar dari industri, TPA (tempat Pembuangan Akhir
Sampah), dan sebagainya. Sumber tidak langsung yaitu kontaminan yang
memasuki badan air dari tanah, air tanah, atau atmosfer berupa hujan. Tanah dan
air tanah mengandung mengandung sisa dari aktivitas pertanian seperti pupuk dan
pestisida. Kontaminan dari atmosfer juga berasal dari aktivitas manusia yaitu
pencemaran udara yang menghasilkan hujan asam.
Pencemar air dapat diklasifikasikan sebagai organik, anorganik, radioaktif, dan
asam/basa. Saat ini hampir 10 juta zat kimia telah dikenal manusia, dan hampir
100.000 zat kimia telah digunakan secara komersial. Kebanyakan sisa zat kimia
tersebut dibuang ke badan air atau air tanah. Pestisida, deterjen, PCBs, dan PCPs
(polychlorinated phenols), adalah salah satu contohnya. Pestisida digunakan di
pertanian, kehutanan dan rumah tangga. PCB, walaupun telah jarang digunakan di
alat-alat baru, masih terdapat di alat-alat elektronik lama sebagai insulator, PCP
dapat ditemukan sebagai pengawet kayu, dan deterjen digunakan secara luas
sebagai zat pembersih di rumah tangga.
Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai hal dan memiliki
karakteristik yang berbeda-beda:
1. Meningkatnya kandungan nutrien dapat mengarah pada eutrofikasi.
2. Sampah organik seperti air comberan (sewage) menyebabkan peningkatan
kebutuhan oksigen pada air yang menerimanya yang mengarah pada
berkurangnya oksigen yang dapat berdampak parah terhadap seluruh ekosistem.
3. Industri membuang berbagai macam polutan ke dalam air limbahnya seperti
logam berat, toksin organik, minyak, nutrien dan padatan. Air limbah tersebut
memiliki efek termal, terutama yang dikeluarkan oleh pembangkit listrik, yang
dapat juga mengurangi oksigen dalam air.
4. Pencemaran air disebabkan oleh aktifitas manusia sehari hari yang dapat
mengakibatkan adanya perubahan pada kualitas air tersebut. Pencemaran air ini
terjadi di sungai, lautan, danau dan air bawah tanah.

Menurut Wardhana (1995), komponen pencemaran air yang berasal dari


industri, rumah tangga (pemukiman) dan pertanian dapat dikelompokkan sebagai
bahan buangan:
1. Padat
Yang dimaksud bahan buangan padat adalah adalah bahan buangan yang
berbentuk padat, baik yang kasar atau yang halus, misalnya sampah. Buangan
tersebut bila dibuang ke air menjadi pencemaran dan akan menimbulkan
pelarutan, pengendapan ataupun pembentukan koloidal. Apabila bahan buangan
padat tersebut menimbulkan pelarutan, maka kepekatan atau berat jenis air akan
naik. Kadang-kadang pelarutan ini disertai pula dengan perubahan warna air. Air
yang mengandung larutan pekat dan berwarna gelap akan mengurangi penetrasi
sinar matahari ke dalam air. Sehingga proses fotosintesa tanaman dalam air akan
terganggu. Jumlah oksigen terlarut dalam air menjadi berkurang, kehidupan
organism dalam air juga terganggu.

2. Organik dan olahan bahan makanan


Bahan buangan organik umumnya berupa limbah yang dapat membusuk
atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga bila dibuang ke perairan akan
menaikkan populasi mikroorganisme. Kadar BOD dalam hal ini akan naik. Tidak
tertutup kemungkinan dengan berambahnya mikroorganisme dapat berkembang
pula bakteri pathogen yang berbahaya bagi manusia. Demikian pula untuk
buangan olahan bahan makanan yang sebenarnya adalah juga bahan buangan
organic yang baunya lebih menyengat. Umumnya buangan olahan makanan
mengandung protein dan gugus amin, maka bila didegradasi akan terurai menjadi
senyawa yang mudah menguap dan berbau busuk (misal. NH3).

3. Anorganik
Bahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh mikroorganisme,
umumnya adalah logam. Apabila masuk ke perairan, maka akan terjadi
peningkatan jumlah ion logam dalam air. Bahan buangan anorganik ini biasanya
berasal dari limbah industri yag melibatkan penggunaan unsure-unsur logam
seperti timbal (Pb), Arsen (As), Cadmium (Cd), air raksa atau merkuri (Hg), Nikel
(Ni), Calsium (Ca), Magnesium (Mg) dll. Kandungan ion Mg dan Ca dalam air
akan menyebabkan air bersifat sadah. Kesadahan air yang tinggi dapat merugikan
karena dapat merusak peralatan yang terbuat dari besi melalui proses pengkaratan
(korosi). Juga dapat menimbulkan endapan atau kerak pada peralatan. Apabila
ion-ion logam berasal dari logam berat maupun yang bersifat racun seperti Pb, Cd
ataupun Hg, maka air yang mengandung ion-ion logam tersebut sangat berbahaya
bagi tubuh manusia, air tersebut tidak layak minum.
4. Cairan minyak
Bahan buangan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan
mengapung menutupi permukaan air. Jika bahan buangan minyak mengandung
senyawa yang volatile, maka akan terjadi penguapan dan luas permukaan minyak
yang menutupi permukaan air akan menyusut. Penyusutan minyak ini tergantung
pada jenis minyak dan waktu. Lapisan minyak pada permukaan air dapat
terdegradasi oleh mikroorganisme tertentu, tetapi membutuhkan waktu yang lama.
Lapisan minyak di permukaan akan mengganggu mikroorganisme dalam air. Ini
disebabkan lapisan tersebut akan menghalangi diffusi oksigen dari udara ke dalam
air, sehingga oksigen terlarut akan berkurang. Juga lapisan tersebut akan
menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam air, sehingga fotosintesapun
terganggu. Selain itu, burungpun ikut terganggu, karena bulunya jadi lengket,
tidak dapat mengembang lagi akibat kena minyak.

5. Zat kimia
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi dalam bahan pencemar
air ini akan dikelompokkan menjadi :
a. Sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih lainnya),
b. Bahan pemberantas hama (insektisida),
c. Zat warna kimia,
d. Zat radioaktif

Adanya bahan buangan zat kimia yang berupa sabun (deterjen, sampo dan
bahan pembersih lainnya) yang berlebihan di dalam air ditandai dengan timbulnya
buih-buih sabun pada permukaan air. Sebenarnya ada perbedaan antara sabun dan
deterjen serta bahan pembersih lainnya. Sabun berasal dari asam lemak (stearat,
palmitat atau oleat) yang direaksikan dengan basa Na(OH) atau K(OH),
berdasarkan reaksi kimia berikut ini :

C17H35COOH + Na(OH) → C17H35COONa + H2O


Asam stearat basa sabun
Sabun natron (sabun keras) adalah garam natrium asam lemak seperti pada
contoh reaksi di atas. Sedangkan sabun lunak adalah garam kalium asam lemak
yang diperoleh dari reaksi asam lemak dengan basa K(OH). Sabun lemak diberi
pewarna yang menarik dan pewangi (parfum) yang enak serta bahan antiseptic
seperti pada sabun mandi.
Sedangkan deterjen juga bahan pembersih sepeti halnya sabun, akan tetapi
dibuat dari senyawa petrokimia. Deterjen mempunyai kelebihan dibandingkan
dengan sabun, karena dapat bekerja pada air sadah. Bahan deterjen yang umum
digunakan adalah dedocylbenzensulfonat. Deterjen dalam air akan mengalami
ionisasi membentuk komponen bipolar aktif yang akan mengikat ion Ca dan/atau
ion Mg pada air sadah. Komponen bipolar aktif terbentuk pada ujung
dodecylbenzen-sulfonat. Untuk dapat membersihkan kotoran dengan baik,
deterjen diberi bahan pembentuk yang bersifat alkalis. Contoh bahan pembentuk
yang bersifat alkalis adalah natrium tripoliposfat. Bahan buangan berupa sabun
dan deterjen di dalam air lingkungan akan mengganggu karena alasan berikut :
Larutan sabun akan menaikkan pH air sehingga dapat mengganggu
kehidupan organisme di dalam air. Deterjen yang menggunakan bahan non-Fosfat
akan menaikkan pH air sampai sekitar 10,5-11.
Bahan antiseptic yang ditambahkan ke dalam sabun/deterjen juga mengganggu
kehidupan mikro organisme di dalam air, bahkan dapat mematikan.
Tingkat pencemaran yang terberat adalah akibat limbah industri yang
dibuang ke sungai dan juga tumpahan minyak dilautan. Pencemaran di sungai dan
dilautan ini telah menyebabkan ekosistem dan habitat air menjadi rusak bahkan
mati. Untuk sungai, pembuangan limbah industri / pabrik telah merusak habitat
sungai sepanjang puluhan kilometer.Limbah industri ini mengandung logam berat,
toksin organik, minyak dan zat lainnya yang memiliki efek termal dan juga dapat
mengurangi kandungan oksigen dalam air. Limbah berbahaya ini selain
menyebabkan kerusakan bahkan matinya habitat sungai, juga mengakibatkan
timbulnya masalah kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di sepanjang sungai
yang menggunakan air sungai tsb untuk keperluan MCK (Mandi, Cuci dan
Kakus).
Selain limbah industri, limbah rumah tangga juga memiliki peranan yang
besar dalam pencemaran air. Limbah rumah tangga ini terbagi menjadi 2
golongan, yakni limbah organik dan anorganik. Limbah organik adalah limbah
yang dapat diuraikan oleh bakteri seperti sisa sayuran, buah dan daun daunan.
Sementara limbah anorganik tidak dapat diurai oleh bakteri seperti bekas kaca,
karet, plastik, logam, kain, kayu, kulit, dan lain – lain.

D. Pencemaran Limbah Air Tahu


Limbah Cair Tahu Limbah industri tahu terdiri dari atas 2 jenis, yaitu
limbah cair dan limbah padat.Dari kedua jenis limbah tersebut, limbah cair
merupakan bagian terbesar dan berpotensi mencemari lingkungan. Sebagian besar
limbah cair yang dihasilkan bersumber dari cairan kental yang terpisah dari
gumpalan tahu pada tahap proses penggumpalan dan penyaringan yang disebut air
dadih atau whey. Sumber limbah cair lainnya berasal dari proses sortasi dan
pembersihan, pengupasan kulit, pencucian, penyaringan, pencucian peralatan
proses dan lantai. Jumlah limbah cair yang dihasilkan oleh industri pembuatan
tahu sebanding dengan penggunaan air untuk pemrosesannya. Jumlah kebutuhan
air proses dan jumlah limbah cair yang dihasilkan berturut – turut sebesar 45 dan
43,5 liter untuk tiap kilogram bahan baku kacang kedelai. Pada beberapa industri
tahu, sebagian kecil dari limbah cair tersebut (khususnya whey) dimanfaatkan
kembali sebagai bahan penggumpal. (Pohan N, 2008). Adapun perincian
penggunaan air dalam setiap tahapan proses dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut
ini :
Tabel 2.1 Perkiraan Kebutuhan Air pada Pengolahan Tahu tiap 3 kg Kedelai
No. Tahapan Proses Kebutuhan Air (Liter)

1 Pencucian 20
2 Perendaman 12
3 Penggilingan 3
4 Pemasakan 30
5 Pencucian ampas 50
6 . Perebusan 20
Suhu buangan industri tahu berasal dari proses pemasakan kedelai. Suhu
limbah cair tahu pada umumnya lebih tinggi dari air bakunya, yaitu 80 0C sampai
100 0C. Suhu yang meningkat di lingkungan perairan akan mempengaruhi
kehidupan biologis, kelarutan oksigen dan gas lain, kerapatan air, viskositas, dan
tegangan permukaan. Bahan – bahan organik yang terkandung di dalam buangan
industri tahu pada umumnya sangat tinggi.Senyawa – senyawa organik di dalam
air buangan tersebut dapat berupa protein, karbohidrat, dan lemak. Di antara
senyawa – senyawa tersebut, protein dan lemak jumlahnya paling besar, yang
mencapai 40% - 60% protein, 25% - 50% karbohidrat, dan 10% lemak.
Bertambah lama, bahan – bahan organik ini volumenya semakin meningkat,
dalam hal ini akan menyulitkan pengelolaan limbah, karena zat sulit diuraikan
oleh mikroorganisme di dalam air limbah tahu tersebut. (Pohan N, 2008)

E. Limbah Industri Tahu

Limbah industri tahu pada umumnya dibagi menjadi 2 (dua) bentuk limbah,
yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat pabrik pengolahan tahu berupa
kotoran hasil pembersihan kedelai (batu, tanah, kulit kedelai, dan benda padat lain
yang menempel pada kedelai) dan sisa saringan bubur kedelai yang disebut
dengan ampas tahu. Limbah padat yang berupa kotoran berasal dari proses awal
(pencucian) bahan baku kedelai dan umumnya limbah padat yang terjadi tidak
begitu banyak (0,3% dari bahan baku kedelai). Sedangkan limbah padat yang
berupa ampas tahu terjadi pada proses penyaringan bubur kedelai. Ampas tahu
yang terbentuk besarannya berkisar antara 25-35% dari produk tahu yang
dihasilkan.
Limbah cair pada proses produksi tahu berasal dari proses perendaman,
pencucian kedelai, pencucian peralatan proses produksi tahu, penyaringan dan
pengepresan/pencetakan tahu. jumlah kebutuhan air proses dan jumlah limbah cair
yang dihasilkan dilaporkan berturut-turut sebesar 45 dan 43,5 liter untuk tiap
kilogram bahan baku kacang kedelai. Pada beberapa industri tahu, sebagian kecil
dari limbah cair tersebut (khususnya air dadih) dimanfaatkan kembali sebagai
bahan penggumpal.Sebagian besar limbah cair yang dihasilkan oleh industri
pembuatan tahu adalah cairan kental yang terpisah dari gumpalan tahu yang
disebut dengan air dadih (whey).Limbah cair industri tahu mengandung bahan-
bahan organik kompleks yang tinggi terutama protein dan asam-asam
amino dalam bentuk padatan tersuspensi maupun terlarut.Adanya senyawa-
senyawa organik tersebut menyebabkan limbah cair industri tahu mengandung
BOD, COD dan TSS yang tinggi.Limbah ini sering dibuang secara langsung tanpa
pengolahan terlebih dahulu sehingga menghasilkan bau busuk dan mencemari
lingkungan.

E. Karakteristik Limbah Industri Tahu


a) Temperatur
Temperatur air limbah pabrik tahu biasanya lebih tinggi dari temperatur normal
dibadan air. Hal ini dikarenakan dalam proses pembuatan tahu selalu pada
temperatur panas baik pada saat penggumpalan atau pada saat menyaring yaitu
pada suhu 60 – 80oC.Pencucian yang mempergunakan air dingin selama proses
berjalan tidak mampu menurunkan suhu limbah tahu. Limbah panas yang
dikeluarkan adalah sisa air susu tahu yang tidak menggumpal menjadi tahu,
biasanya berwarna kuning muda dan apabila diperam dalam satu hari akan berasa
asam.
b) Warna
Warna air buangan transparan sampai kuning muda dan disertai adanya suspensi
warna putih. Zat terlarut dan tersuspensi yang mengalami penguraian hayati dan
kimia akan berubah warna. Hal ini merupakan proses yang merugikan, karena
adanya proses dimana kadar oksigen didalam air buangan menjadi nol maka air
buangan berubah menjadi warna hitam dan busuk.
c) Bau
Bau air buangan industri tahu dikarenakan proses pemecahan protein oleh
mikroba alam. Bau sungai atau saluran menyengat apabila disaluran tersebut
sudah berubah an aerob. Bau tersebut adalah terpecahnya penyusun dari protein
dan karbohidrat sehingga timbul bau busuk dari gas H2S.
d) Kekeruhan
Padatan yang terlarut dan tersuspensi dalam air limbah pabrik tahu
menyebabkan air keruh.Zat yang menyebabkan air keruh adalah zat organik atau
zat-zat yang tersuspensi dari tahu atau kedelai yang tercecer atau zat organik
terlarut yang sudah terpecah sehingga air limbah berubah seperti emulsi keruh.
e) BOD
Padatan yang terdapat dalam air buangan terdiri dari zat organik dan zat an
organik . Zat organik tersebut misalkan protein, karbohidrat,lemak dan minyak.
Protein dan karbohidrat biasanya lebih mudah terpecah secara proses hayati
menjadi amoniak, sulfida dan asam-asam lainnya. Sedangkan lemak lebih stabil
terhadap pengrusakan hayati, namun apabila ada asam mineral dapat menguraikan
asam lemak menjadi glicerol.Pada limbah tahu adanya lemak ditandai banyak zat-
zat terapung berbentuk skum.
Untuk mengetahui berapa besarnya jumlah zat organik yang terlarut dalam air
limbah tahu dapat diketahui dengan melihat besarnya angka BOD ( bio Chemical
Oxygen Demand) atau kebutuhan oksigen biokimia ( KOB ). Angka BOD ini
menunjukkan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk keperluan aktifitas mikroba
dalam memecah zat organik bio degradasi didalam air buangan, angka BOD
dalam satuan mg per liter atau ppm ( part per million ) dan biasanya dinyatakan
dalam beban yaitu gram atau kg per satuan waktu.
f) COD
Para meter ini dalam air buangan menunjukkan juga zat organik, terutama zat
organik non biodegradasi selain itu zat dapat di oksidasi oleh bahan kimia
K2Cr2O7 dalam asam, misalnya SO3 ( sulfit ), NO2 ( nitrit ) kadar tinggi dan zat-
zat reduktor lainnya. Besarnya angka COD biasanya lebih besar dari BOD,
biasanya 2 sampai 3 kali besarnya BOD.
g) pH
pH dalam air limbah sangat dipengaruhi oleh kegiatan mikroorganisme dalam
memecah bahan organik. Air limbah tahu cenderung asam, dan pada keadaan
asam ini terlepas zat- zat yang mudah menjadi gas. (Nurhasan,1991).

Solusi Pemanfaatan Limbah dari Pabrik Tahu


Ada beberapa cara pemanfaatan limbah cair tahu yang dilakukan di pabrik
tahu, diantaranya :
Air limbah tahu yang dihasilkan dari proses pembuatan tahu biasanya
oleh pabrik ditampung dibak penampungan air limbah sebelum dibuang
kelingkungan dan ada juga yang dibuang langsung ke saluran irigasi.
a. Gas bio.
Beberapa pabrik menggunakan bak penampungan dalam pengelolaan air
limbah tahu.Bak-bak penampungan tersebut ada yang dibuat sistem kedap
udara atau rapat udara dan ada yang sistem terbuka. Bak sistem kedap udara
dengan proses anaerobik yang dapat menghasilkan gas alami (bio gas) yang
kemudian ditampung dengan drum kemudian gas tersebut disalurkan melalui
selang ke dapur yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan memasak.
Air limbah yang ditampung di bak-bak terbuka dibiarkan mengalir dan
tergenang secara terbuka lalu mengalir ke saluran irigasi.Dalam hal ini bau busuk
dari limbah tahu masih menyengat.

b. Pupuk Organik
Air limbah tahu yang mengandung zat organik oleh pabrik langsung dibuang
ke saluran irigasi dapat dimanfaatkan untuk kesuburan tanah pertanian.Air limbah
tahu merupakan limbah organik mudah terurai dan baik untuk pertanian.Biasanya
para petani mencari air untuk mengairi sawahnya dan memanfaatkannya.Selain itu
air limbah tahu juga berguna untuk tambahan makanan ikan-ikan peliharaan
disawah.Biasanya para petani yang mengelola ikan disawah secara rutin dan terus
menerus mengaliri sawahnya untuk makanan ikan dan hasilnya ikan cepat besar.

F. Definisi Pengolahan Limbah Cair

Teknologi pengolahan air limbah adalah kunci dalam memelihara kelestarian


lingkungan. Apapun macam teknologi pengolahan air limbah industri yang
dibangun harus dapat dioperasikan dan dipelihara oleh perusahana setempat.
Berbagai teknik pengolahan air buangan untuk menyisihkan bahan polutannya
telah dicoba dan dikembangkan selama ini.
Pengolahan Limbah Cair Secara Kimia
Pengolahan air limbah secara kimia merupakan pengolahan air limbah dengan
penambahan bahan kimia (padat, cair, dan gas) kedalam air limbah. Beberapa
proses pengolahan air limbah secara kimia seperti Netralisasi, Koagulasi/flokulasi,
dan gas transfer, setiap proses mempunyai tujuan tertentu.
a. Proses Netralisasi
Proses netralisasi bertujuan untuk melakukan perubahan derajat keasaman
(pH) air limbah. Proses ini dilakukan pada awal proses (pengkondisian) air limbah
sebelum dilakukan proses lanjutan atau pada akhir proses sebelum air limbah
dibuang kelingkungan dalam rangka memenuhi standar baku mutu air limbah
yaitu pH 6-9.
Beberapa air limbah memiliki derajat keasaman (pH) asam dan basa,
dalam proses netralisasi diharapkan pH air limbah menjadi netral atau berkisar 6-
9. Berbagai reaksi yang terjadi pada proses netralisasi :

YOH + HX → XY + H2O

Y dan X mewakili monovalen kation dan anion, XY merupakan garam yang


terbentuk, sebagai contoh reaksi netralisasi yaitu natrium hidroksida dengan asam
clorida seperti berikut.

HCl + NaOH → NaCl + H2O

Dimana Na merupakan Y dan Cl merupakan X, pada reaksi tersebut akan


dihasilkan garam yaitu NaCl. Berbagai reaksi netralisasi seperti berikut :

HCl + NaOH → NaCl + H2O


2 HCl + Mg → MgCl2 + H2
H2SO4 + NaOH → Na2SO4 + H2O
Reaksi yang terjadi pada netralisasi ada yang bersifat eksotermis (the enthalpy of
neutralization)seperti reaksi antara natrium hidroksida dengan asam clorida, dan
bersifat endotermis yaitu natrium karbonat dengan asam asetat.

Pada air limbah yang bersifat asam, dibutuhkan basa untuk netralisasi dan
sebaliknya. Pada netralisasi air limbah dapat pula terbentuk padatan sehingga
dibutuhkan proses pemisahan padatan.

b. Proses Koagulasi-Flokulasi
Koagulasi dan flokulasi merupakan proses pengolahan air dan air limbah
secara kimia yaitu dengan penambahan bahan kimia kedalam air limbah. Air
limbah pada umumnya mengandung padatan tersuspensi, partikel koloid
(berukuran < 1 mikron), bahan terlarut (berukuran < nanometer). Padatan-padatan
dalam air pada umumnya bermuatan negatif dan padatan-padatan tersebut sangat
sulit dipisahkan secara fisik (sedimentasi dan filtrasi dengan media padat) dan
dapat dilakukan secara kimia melalui proses koagulasi-flokulasi
Pada proses koagulasi (destabilisasi) dibutuhkan bahan kimia yang mampu
merubah muatan partikel, perubahan muatan partikel dapat dilakukan dengan
berbagai bahan kimia tetapi bahan kimia yang bervalensi 3 (trivalent) sepuluh kali
lebih efektif dibanding dengan bervalensi 2 (divalent). Bahan kimia yang sering
dipergunakan dalam proses koagulasi seperti tercantum dalam tabel berikut.
Koagulan Formula Berat molekul
Aluminium sulphate Al2(SO4)3 .18 H2O 666,7
Ferrous sulphate Fe (SO4). 7 H2O 278,0
Lime Ca(OH)2 56 sebagai CaO
Ferric chloride FeCl3 162,1
Ferric sulphate Fe2(SO4)3 400

Berbagai reaksi yang terjadi pada penambahan koagulan kedalam air atau air
limbah seperti reaksi-reaksi berikut:
Aluminium sulphate
Al2(SO4)3 + 3 Ca(HCO3)2 → 2 Al(OH)3 + 3CaSO4 + 6 CO2
Ferric sulfate
Fe2(SO4)3 + 3 Ca(HCO3)2 → 2 Fe(OH)3 + 3CaSO4 + 6 CO2
Ferric chloride
2 Fe Cl3 + 3 Ca(HCO3)2 → 2 Fe(OH)3 + 3CaCl2 + 6CO2

Ferrous sulfate
FeS04 + Ca(HCO3)2 → Fe(OH)2 + CaS04 + 2CO2

Sodium aluminate
2 Na2Al2O4 + Ca(HCO3)2 → 8 Al(OH)3 + 3 Na2CO3 + 6 H2O

Na2Al2O4 + CO2 → 2 Al(OH)3 + NaCO3

Na2Al2O4 + MgCO3 → MgAl2O4 + Na2CO3

Berbagai parameter perancangan sedimentasi untuk koagulasi berdasarkan


jenis koagulan yang dipergunakan seperti tercantum dalam tabel berikut
Tabel .Perancangan sedimentasi berdasarkan jenis koagulan
Jenis Koagulan Laju alir limpahan Waktu tinggal
(gallon/hari-ft2) (jam)
Aluminium 500 - 800 2–8
Besi 700 - 1000 2–8
Kapur-Soda 700 - 1500 4–8

Flokulasi merupakan suatu peristiwa penggabungan partikel-partikel yang


telah mengalami proses destabilisasi (koagulasi) dengan penambahan bahan kimia
(flokulan) sehingga terbentuk partikel dengan ukuran lebih besar (macrofloc) yang
mudah untuk diendapkan. Mekanisme flokulasi seperti terlihat dalam gambar 4.4.
berikut
Beberapa jenis bahan kimia yang berfungsi sebagai flokulan seperti
tercantum dalam tabel berikut.
Tabel .Jenis flokulan
Sumber flokulan Jenis flokulan
Flokulan Mineral Silika aktif
Tanah liat (koloid) : bentonit
Logam hidroksida (aluminium dan ferri
hidroksida)
Flokulan organik Turunan pati (pati singkong, dan kentang)
Polisakarida
Kitosan
Gelatin dan alginate
Flokulan sintetis Polyethylene-imines (cationic)
Polyamides-amines (cationic)
Polyamines (cationic)
Polyethylene-oxide (nonionic)
Komponen karboksil dan sulfonate (anionic)
Polyacrylamide (nonionic)

Flokulan sintetis merupakan flokulan yang diproduksi dengan berbagai


kebutuhan sehingga flokulan ini diproduksi bermuatan negatif (anionic),
bermuatan positif (cationic) dan netral (nonionic), flokulan bermuatan negatif
dapat bereaksi dengan partikel bermuatan negatif seperti garam-garam dan logam-
logam hidroksida, sedangkan flokulan yang bermuatan positif akan bereaksi
dengan partikel bermuatan negatif seperti silika maupun bahan-bahan organik,
tetapi hukum itu tidak berlaku secara umum karena flokulan negatif dapat
mengikat tanah liat yang bermuatan negatif.

G. Pengelolaan Limbah Cair Industri Tahu


Berbagai upaya untuk mengolah limbah cair industri tahu telah dicoba
dandikembangkan.Secara umum, metode pengolahan yang dikembangkan
tersebut dapat digolongkan atas 3 jenis metode pengolahan, yaitu secara fisika,
kimia maupun biologis.
1. Cara fisika
Merupakan metode pemisahan sebagian dari beban pencemaran
khususnya padatan tersuspensi atau koloid dari limbah cair. Dalam pengolahan
limbah cair industri tahu secara fisika, proses yang dapat digunakan antara lain
adalah filtrasi dan pengendapan (sedimentasi). Filtrasi (penyaringan)
menggunakan media penyaring terutama untuk menjernihkan dan memisahkan
partikel-partikel kasar dan padatan tersuspensi dari limbah cair.Padatan
tersuspensi yang lolos dari penyaringan selanjutnya disisihkan dalam unit
sedimentasi dengan menambahkan koagulan sehinggga terbentuk flok. Proses ini
termasuk proses kimia. Dalam sedimentasi, flokflok padatan dipisahkan dari
aliran dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
2. Cara kimia
Merupakan metode penghilangan atau konversi senyawa-senyawa
polutan dalam limbah cair dengan penambahan bahan-bahan kimia atau reaksi
kimia lainnya. Beberapa proses yang dapat diterapkan dalam pengolahan limbah
cair industri tahu diantaranya termasuk koagulasi-flokulasi dan netralisasi. Dalam
proses koagulasi-flokulasi, partikel-partikel koloid hidrofobik cenderung
menyerap ion-ion bermuatan negatif dalam limbah cair melalui sifat adsorpsi
koloid tersebut, sehingga partikel tersebut menjadi bermuatan negatif. Koloid
bermuatan negatif ini melalui gaya-gaya Van der Waals menarik ionion
bermuatan berlawanan dan membentuk lapisan kokoh (lapisan stern) mengelilingi
partikel inti.Selanjutnya lapisan kokoh (stern) yang bermuatan positif menarik
ion-ion negatif lainnya dari dalam larutan membentuk lapisan kedua (lapisan
difus).Kedua lapisan tersebut bersama-sama menyelimuti partikel-partikel koloid
dan membuatnya menjadi stabil. Partikel-partikel koloid dalam keadaan stabil
menurut Davis dan Cornwell (1991) cenderung tidak mau bergabung satu sama
lainnya membentuk flok-flok berukuran lebih besar, sehingga tidak dapat
dihilangkan dengan proses sedimentasi ataupun filtrasi.
Koagulasi pada dasarnya merupakan proses destabilisasi partikel koloid
bermuatan dengan cara penambahan ion-ion bermuatan berlawanan (koagulan) ke
dalam koloid, dengan demikian partikel koloid menjadi netral dan dapat
beraglomerasi satu sama lain membentuk mikroflok. Selanjutnya
mikroflokmikroflok yang telah terbentuk dengan dibantu pengadukan lambat
mengalami penggabungan menghasilkan makroflok (flokulasi), sehingga dapat
dipisahkan dari dalam larutan dengan cara pengendapan atau filtrasi.
Koagulan yang biasa digunakan antara lain polielektrolit, aluminium,
kapur, dan garam-garam besi. Masalah dalam pengolahan limbah secara kimiawi
adalah banyaknya endapan lumpur yang dihasilkan , sehingga membutuhkan
penanganan lebih lanjut. (Rahman. 2010)
3. Cara biologi
Dapat menurunkan kadar zat organik terlarut dengan memanfaatkan
mikroorganisme atau tumbuhan air. Pada dasarnya cara biologi adalah pemutusan
molekul kompleks menjadi molekul sederhana oleh mikroorganisme. Proses ini
sangat peka terhadap faktor suhu, pH, oksigen terlarut (DO) dan zat-zat inhibitor
terutama zat-zat beracun.Mikroorganisme yang digunakan untuk pengolahan
limbah adalah bakteri, algae, atau protozoa Sedangkan tumbuhan air yang
mungkin dapat digunakan termasuk gulma air (aquatic weeds).
Metode biologis lainnya dapat dilakukan dengan Anaerobik, Anaerobik-Biogas,
Aerobik, Kombinasi Anaerobik dan Aerobik.

a. Pengelolaan Limbah Cair Anaerobik


Proses anaerobik pada hakikatnya adalah proses yang terjadi karena
aktivitas mikroba yang dilakukan pada saat tidak terdapat oksigen bebas. Proses
anaerobik dapat digunakan untuk mengolah berbagai jenis limbah yang bersifat
biodegradable, termasuk limbah industri makanan salah satunya adalah limbah
tahu.Proses biologi anaerobik merupakan sistem pengolahan air limbah tahu yang
banyak digunakan. Pertimbangan yang dilakukan adalah mudah, murah dan
hasilnya bagus. Proses biologi anaerobik merupakan salah satu sistem pengolahan
air limbah dengan memanfaatkan mikroorganisme yang bekerja pada kondisi
anaerob. Kumpulan mikroorganisme, umumnya bakteri, terlibat dalam
transformasi senyawa komplek organik menjadi metana.Selebihnya terdapat
interaksi sinergis antara bermacammacam kelompok bakteri yang berperan dalam
penguraian limbah.
Kelompok bakteri non metanogen yang bertanggung jawab untuk proses
hidrolisis dan fermentasi tardiri dari bakteri anaerob fakultatif dan obligat.
Mikroorganisme yang diisolasi dari digester anaerobik
adalah Clostridium spp., Peptococcus
anaerobus, Bifidobacterium spp., Desulphovibrio spp., Corynebacterium spp., La
ctobacillus, Actonomyces, Staphylococcus, and Eschericia coli (Metcalf and
Eddy, 2003).
Ada tiga tahapan dasar yang termasuk dalam keseluruhan proses
pengolahan limbah secara oksidasi anaerobik, yaitu : hidrolisis, fermentasi (yang
juga dikenal dengan sebutan asidogenesis), dan metanogenesis (Metcalf and
Eddy, 2003). Selama proses hidrolsis, bakteri fermentasi merubah materi organik
kompleks yang tidak larut, seperti selulosa menjadi molekul-molekul yang dapat
larut, seperti asam lemak, asam amino dan gula. Materi polimer komplek
dihidrolisa menjadi monomer-monomer, contoh : selulosa menjadi gula atau
alkohol. Molekul-molekul monomer ini dapat langsung dimanfaatkan oleh
kelompok bakteri selanjutnya.Hidrolisis molekul kompleks dikatalisasi oleh
enzim ekstra seluler seperti selulase, protease, dan lipase. Walaupun demikian
proses penguraian anaerobik sangat lambat dan menjadi terbatas dalam
penguraian limbah selulolitik yang mengandung lignin.
Pada proses fermentasi (asidogenesis), bakteri asidogenik (pembentuk
asam) merubah gula, asam amino, dan asam lemak menjadi asam-asam organik
(asam asetat, propionate, butirat, laktat, format) alkohol dan keton (etanol,
methanol, gliserol dan aseton), asetat, CO2 dan H2. Produk utama dari proses
fermentasi ini adalah asetat. Hasil dari fermentasi ini bervariasi tergantung jenis
bakteri dan kondisi kultur seperti pH dan suhu.
Proses metanogenesis dilaksanakan oleh suatu kelompok
mikroorganisme yang dikenal sebagai bakteri metanogen. Ada dua kelompok
bakteri metanogen yang dilibatkan dalam proses produksi metan. Kelompok
pertama, aceticlastic methanogens, membagi asetat ke dalam metan dan
karbondioksida.Kelompok kedua, hidrogen memanfaatkan metanogen, yaitu
menggunakan hidrogen sebagai donor elektron dan CO2 sebagai aseptor elektron
untuk memproduksi metan. Bakteri di dalam proses anaerobik, yaitu
bakteri acetogens, juga mampu menggunakan CO2 untuk mengoksidasi dan
bentuk asam asetat. Dimana asam asetat dikonversi menjadi metan.Sekitar 72%
metan yang diproduksi dalam digester anaerobik adalah formasi dari asetat.

b. Anaerobik – Biogas
Secara umum proses anaerobik akan menghasilkan
gas Methana (Biogas). Biogas (gas bio) adalah gas yang dihasilkan dari
pembusukan bahan-bahan organik oleh bakteri pada kondisi anaerob (tanpa ada
oksigen bebas). Biogas tersebut merupakan campuran dari berbagai macam gas
antara lain : CH4 (54%-70%), CO2 (27%-45%), O2 (1%-4%), N2 (0,5%-3%), CO
(1%), dan H2 <<<<< (KLH, 2006). Sifat penting dari gas metan ini adalah tidak
berbau, tidak berwarna, beracun dan mudah terbakar.Karena sifat gas tersebut,
maka gas metan ini termasuk membahayakan bagi keselamatan manusia
(Sugiharto, 2005).
c. Pengelolaan Limbah Cair Sistem Aerobik
Pada pengolahan air limbah tahu proses biologi aerobik merupakan
proses lanjutan untuk mendegradasi kandungan senyawa organik air limbah yang
masih tersisa setelah proses anaerobik. Sistem penanganan aerobik digunakan
sebagai pencegah timbulnya masalah bau selama penaganan limbah, agar
memenuhi persyaratan effluent dan untuk stabilisasi limbah sebelum dialirkan ke
badan penerima (Jenie dan Rahayu, 1993).
Proses pengolahan limbah aerobik berarti proses dimana terdapat oksigen
terlarut. Oksidasi bahan-bahan organik menggunakan molekul oksigen sebagai
aseptor elektron akhir adalah proses utama yang menghasilkan energi kimia untuk
mikroorganisme dalam proses ini. Mikroba yang menggunakan oksigen sebagai
aseptor elektron akhir adalah mikroorganisme aerobik (Jenie dan Rahayu, 1993).
Pengolahan limbah dengan sistem aerobik yang banyak dipakai antara lain dengan
sistem lumpur aktif, piring biologi berputar (Rotating Biological Contractor =
RBC) dan selokan oksidasi (Oxidation Ditch).
H. Pengolahan Limbah Industri Tahu Menjadi Pupuk Organik Cair

Limbah cair industri tahu dapat diolah kembali atau daur ulang menjadi
pupuk organik dikarekan limbah cair tahu mengandung senyawa-senyawa
organik yang bisa dimanfaatkan untuk menyuburkan tanaman, senyawa tersebut
adalah protein sebesar 40 – 60%, karbohidrat sebesar 25 – 50%, lemak berkisar 8
– 12%, dan sisanya berupa kalsium, besi, fosfor, dan vitamin (3). Kandungan
dalam limbah cair tahu dapat digunakan untuk pupuk organik cair dengan uji
penelitian pendahuluan yaitu diantaranya dengan menganalisis kandungan unsur
hara yang terdapat limbah cair tahu murni berupa N total 0,66%, P2O5 (Posfor )
222,16% ppm dan K2O( Kalium) yaitu 0,042% (4). Penambahan EM-4 (Effektive
Microorganisme 4) merupakan salah satu cara yang efektif dalam mempercepat
proses pembuatan pupuk organik, selain itu stimulator EM-4 juga dapat
meningkatkan kualitas dari pupuk yang dihasilkan, hal ini dibuktikan oleh
Sutrisno et al., 2014 melakukan uji proses fermentasi dari limbah cair industri
tahu menggunakan EM-4 dengan perbandingan 1/20 (5%), yaitu sebanyak 648 ml
EM-4 aktif dan 8.640 ml limbah cair tahu yang kemudian di fermentasikan
selama 15 hari yang di lakukan di Laboratorium Sumberdaya Lahan Universitas
Pembangunan Nasional Surabaya mendapatkan hasil unsur hara N, P, K, dan C-
Organik dengan nilai masing-masing 1,16%, 1,137% dan 5,803% dan posfor
0,04% (5). Pencemaran lingkungan salah satunya adalah pada badan air
dikarenakan limbah cair yang dihasilkan oleh industri tahu kebanyakan langsung
dibuang ke sungai tanpa diolah terlebih dahulu, sehingga menimbulkan bau busuk
dan mengganggu estetika.Kasus ini di jumpai pada industri tahu yang berada di
lokasi Kelurahan Tompobalang Kecamatan Sombaopu Kabupaten Gowa.
Metode pengolahan limbah tahu menjadi pupuk ini menggunakan
rancangan penelitian pretest-postest design, pengumpulan data tahap pertama
(pretest) diperoleh dari hasil pemeriksaan kandungan organik dari karakteristik
limbah cair tahu sebelumnya, kemudian dilakukan perlakuan dengan penambahan
EM-4 5% dengan lama fermentasi yang berbeda - beda yaitu lama fermentasi 10
hari dan lama fermentasi 14 hari, dari hasil perlakuan diperoleh data tahap kedua
(postest) yaitu nilai kandungan unsurhara C-Organik, Nitrogen Total, Pospor
(P2O5), Kalium (K2O) dan zat besi (Fe) serta parameter limbah cair BOD, COD,
dan TSS. Sampel adalah limbah cair tahu yang belum difermentasikan diambil
pada proses pengolahan tahu yang menghasilkan limbah cair mulai dari
pencucian, perendaman, penggilingan, perebusan kedelai, penyaringan,
penggumpalan, sebelum di buang ke sungai, dan sudah difermentasikan yaitu
diambil pada hari ke-10 dan hari ke-14. Data hasil penelitian dari hasil uji
laboratorium dianalisis menggunakan metode deskriptif dengan tabel, grafik dan
narasi yang menggambarkan secara menyeluruh sebelum dan sesudah limbah cair
tahu diolah menjadi pupuk organik cair.

Adapun alat yang digunakan dalam pembuatan pupuk cair organik adalah:
1. Ember ukuran 80 L
2. Derijen 20 L
3. Plastik
4. Tali Karet
5. Sebatang Kayu sebagai pengaduk
Sedangkan bahan yang digunakan dalam pembuatan pupuk cair organik adalah:
1. Limbah Tahu 40 L
2. Air Kelapa 20 L
3. Alkohol 70% 250 ml
4. EM4 120 ml
5. Gula Putih 1 kg
6. Air 20 L

Prosedur Kerja

Adapun prosedur kerja dalam percobaan ini adalah:


1. Isi ember ukuran 8 L dengan air bersih, kemudian larutkan gula 1 kg dalam air
tersebut.
2. Tambahkan EM4 120 ml ke dalam larutan yang sudah dibuat sebelumnya,
kemudian diamkan ± 30 menit.
3. Siapkan ember ukuran besar ukuran 80 L, kemudian masukkan limbah tahu
dengan volume 40 L.
4. Masukkan alcohol 70% 120 ml ke dalam ember yang yang berisi limbah tahu,
sambil diaduk-aduk hingga larutan sudah dianggap homogen.
5. Sambil diaduk-aduk kembali masukkan air kelapa dengan volume 20 L.
6. Setelah dianggap larutan homogen, tambahkan larutan air yang telah dicampur
dengan EM4 ke dalam ember penampung (komposter).
7. Kemudian tutup dengan plastic dan ikat dengan tali karet pengikat, biarkan
proses fermentasi berlangsung.
III. PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa :
1. Pencemaran lingkungan hidup yaitu masuknya atau dimasukkannya
mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam lingkungan
hidup, oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai
dengan peruntukkannya.
2. Indikator yang digunakan dalam pencemaran air antara lain pengamatan
secara fisis (kekeruhan), kimiawi(pH), dan biologis(mikroorganisme).
3. Parameter yang digunakan untuk menentukan kualitas air diantaranya
adalah Dissolved Oxygen, BOD (Biochemical Oxygen Demand), COD
(Chemical Oxygen Demand), Jumlah total Zat terlarut
4. Limbah cair pada proses produksi tahu berasal dari proses perendaman,
pencucian kedelai, pencucian peralatan proses produksi tahu, penyaringan
dan pengepresan/pencetakan tahu.
5. Beberapa cara pemanfaatan limbah cair tahu yang dilakukan di pabrik tahu
yaitu gas bio, dan pupuk organik.
6. Beberapa proses pengolahan air limbah secara kimia seperti Netralisasi,
Koagulasi/flokulasi, dan gas transfer.

B. Saran
Makalah ini sifat nya hanya membantu memudahkan mahasiswa untuk
memahami mengenai pencemaran lingkungan terutama oencemaran pada air,
yang tentunya sangat terbatas baik contoh maupun penjelasannya, olehnya
kami harapkan bagi para pembaca bisa menambah referensi lain. Jika hanya
menggunakan makalah ini tentu masih sangat sedikit yang anda dapatkan.
Semoga anda tidak puas dengan membaca makalah ini, sebab jika anda puas
niscaya anda tidak akan menambah pengetahuan anda.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.Pengolahan Air Limbah Secara Kimia. Diakses pada tanggal 3


September 2019 Pukul 20.05.

Darmono, 2001, Lingkungan Hidup dan Pencemaran, hal. 140-141,


IndonesiaUniversity Press, Jakarta.

Fardiaz, S., 1999, Polusi Air dan Udara, hal. 59, 64, Kanisius, Yogyakarta.

Wardhana, A.W., 1995, Dampak Pencemaran Lingkungan, Edisi II, hal. 35,
AndiOffset, Yogyakarta.

Puspasari, S.A. 2006. Analisis Kapasitas Terpasang Pelabuhan Khusus Terhadap


Produksi dan Arus Muatan LNG. Universitas Diponegoro. Semarang

Safitri, S.2009.Perencanaan Sistem Pengolahan Limbah


Cair Industri. Universitas Indonesia. Depok.

Sholichin, M. 2012. Pengelolaan Air Limbah: Teknologi Pengolahan Air


Limbah. Universitas Brawijaya. Malang.

Anda mungkin juga menyukai