Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banjir adalah salah satu bencana alam yang paling sering terjadi dan membuat
kesulitan bagi masyarakat serta kerugian ekonomi. Banjir dapat merusak dan
menghancurkan rumah-rumah dan peternakan, menggusur keluarga, hewan peliharaan
dan ternak, kerusakan tanaman, dan mengganggu pertanian dan bisnis (Sayed &
Gonzalez, 2014, p. 145). Banjir merupakan bencana yang selalu terjadi setiap tahun di
Indonesia terutama pada musim hujan. Berdasarkan kondisi morfologinya, bencana
banjir disebabkan oleh relief bentang alam Indonesia yang sangat bervariasi dan
banyaknya sungai yang mengalir diantaranya. Banjir pada umumnya terjadi di
wilayah Indonesia bagian Barat yang menerima curah hujan lebih banyak
dibandingkan dengan wilayah Indonesia bagian timur (BAPPENAS, 2006, p. II-6).
Dampak lanjutan banjir ialah muncul dan meningkatnya penyakit menular,
bahkan sampai menimbulkan wabah. Penyakit menular menyebar melalui air (water
borne disease), melalui udara (crowding borne disease) dan timbul akibat lingkungan
yang tidak bersih (vector borne disease). Menurut Kementerian Kesehatan RI, ada
tujuh penyakit yang sering muncul akibat banjir, yaitu diare, leptospirosis, Infeksi
Saluran Pernapasan Akut (ISPA), penyakit kulit, penyakit saluran pencernaan, tifoid,
dan demam berdarah atau malaria (Promkes Kemenkes RI, 2013, p.1).
Pencegahan penyakit menular yang terjadi setelah bencana banjir melanda
tentunya harus didukung oleh pengetahuan, sikap dan tindakan masayarakat yang baik
terkait dengan hal yang harus dilakukan untuk mencegah hal tersebut. World Health
Organization (WHO) (2006, p.7-9) menyebutkan bahwa terdapat lima hal yang harus
dipahami dan dilaksanakan oleh masyarakat untuk mencegah penyakit menular akibat
bencana termasuk banjir yaitu: menjaga kebersihan air, sanitasi dan rencana tempat
pengungsian; pelayanan kesehatan primer; sistem peringatan dini; imunisasi;
pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan malaria.
Demam Berdarah Dengue, atau biasa disingkat DBD adalah penyakit yang
selalu menjadi keresahan pada masyarakat, apalagi pada saat musim hujan wabah
penyakit DBD semakin meningkat. DBD (Demam Berdarah Dengue) dan Demam
Tifoid merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi di Indonesia. Penderita
penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue) dan Demam Tifoid semakin tahun
semakin meningkat, dapat menyerang anak-anak dan orang dewasa. Bagi penderita
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan Demam Tifoid apabila tidak segera
diberi pengobatan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu upaya untuk
membatasi angka kematian dari penyakit ini sangat penting. Salah satu cara
pencegahannya adalah dengan diagnosa penyakit yang tepat.
Demam berdarah juga bukanlah penyakit baru karena penyakit ini terjadi
hampir setiap tahun seiring dengan perubahan musim, yaitu dari musim penghujan ke
musim kemarau dan sebaliknya (Lestari, 2015). Lima puluh tahun terakhir, jumlah
kasus demam berdarah dengue (DBD) telah meningkat tiga puluh kali dan telah
menyebar ke negara-negara baru sehingga kurang lebih lima puluh juta infeksi DBD
yang terjadi pada masa tersebut dan sekitar 2,5 miliar populasi beresiko terjangkit
virus ini karena tinggal di daerah tropis (Sidiek, 2012).
Pencegahan terhadap demam berdarah dengue DBD dapat dilakukan dengan
mengontrol vektornya yaitu Aedes aegepty. Manajemen lingkungan, kontrol biologi,
dan kontrol kimia merupakan cara yang efektif dalam memberantas
perkembangbiakan dari Aedes aegepty. Keberhasilan pencegahan DBD membutuhkan
partisipasi masyarakat. Pengetahuan tentang penyakit DBD serta pencegahannya
menjadi hal yang penting diketahui oleh masyarakat, terutama di lingkungan keluarga
sebagai unit terkecil dari sistem masyarakat. Hendaknya orang tua diharapkan
memiliki pengetahuan yang cukup tentang penyakit DBD serta pencegahannya
sehingga menekan resiko demam berdarah dengue (DBD) terutama pada anak-anak
(Sidiek, 2012).
Sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World Health Organization (WHO)
mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia
Tenggara. Di Indonesia, DBD pertama kali ditemukan di kota Surabaya pada tahun
1968, sebanyak 58 orang terinfeksi dan 24 orang meninggal dunia. Sejak saat itu,
penyakit ini menyebar luas ke seluruh Indonesia (Depkes RI, 2010). Pada tahun 2002
jumlah kasus sebanyak 40.377 (IR: 19,24/100.000 penduduk dengan 533 kematian
(CFR: 1,3%), tahun 2003 jumlah kasus sebanyak 52.566 (IR: 24,34/100.000
penduduk) dengan 814 kematian (CFR: 1,5%), tahun 2004 jumlah kasus sebanyak
79.462 (IR: 37,01/100.000 penduduk) dengan 957 kematian (IR: 1,20%), tahun 2005
jumlah kasus sebanyak 95.279 (IR: 43,31/100.000 penduduk) dengan 1.298 ematian
(CFR: 1,36%) tahun 2006 jumlah kasus sebanyak 114.656 (IR: 52,48/100.000
penduduk) dengan 1.196 kematian (CFR: 1,04%) sampai dengan bulan November
2007, kasus telah mencapai 124.811 (IR: 57,52/100.000 penduduk) dengan 1.277
kematian (CFR: 1,02%).
Berdasarkan permasalahan yang ada saat ini dengan meningkatnya data kasus
pasien yang terkonfimasi penyakit DBD dan adanya permasalahan terhadap
masyarakat Di desa Hutadaa Kecamatan Telaga Jaya, yaitu kurangnya saluran air dan
got sehingga terjadinya banyak genangan di sekitar lingkungan rumah bahkan
mengakibatkan banjir dan air sampai masuk ke dalam rumah warga sekitar. Dengan
ini banyak masyarakat terkonfirmasi penyakit diantaranya penyakit DBD karena area
yang lembab menjadi tempat favorit nyamuk untuk berkembang biak dan banyaknya
genangan sehingga semua jenis nyamuk selalu bertelur di genangan air tersebut. Maka
dengan ini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-faktor
yang berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengeu pada masyarakat yang
terdampak banjir Di Hutadaa Kecamatan Telaga Jaya” .
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka didapatkan identifikasi
masalah sebagai berikut .
1. Kurangnya saluran air dan got sehingga mengakibatkan genangan air dan banjir
2. Perilaku masyarakat yang kurang memperhatikan kebersihan lingkungan
3. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS)
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka penulis merumuskan masalah
penilitian sebagai berikut : “Bagaimana faktor hubungan yang berkaitan dengan
demam berdarah dengeu pada masyarakat yang terdampak banjir di Desa Hutadaa
Kecamatan Telaga Jaya” ?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Tujuan penelitian ini adalah guna mengetahui faktor apa yang berhubungan
dengan demam berdarah dengeu pada masyarakat yang terdampak banjir di Desa
Hutadaa Kecamatan Telaga Jaya.
2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan demam berdarah dengeu pada
masyarakat yang terdampak banjir di Desa Hutadaa Kecamatan Telaga Jaya.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Sebagai bahan untuk menambah pengetahuan dan pengalaman analisis faktor
yang berhubungan dengan demam berdarah dengeu pada masyarakat yang
terdampak banjir di Desa Hutadaa Kecamatan Telaga Jaya.
2. Manfaat Institusi
Hasil penilitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan ilmiah dan informasi
untuk menambah wawasan dan kreatifitas dalam memperkaya ilmu pengetahuan
dan pengalaman dan utamanya dalam menganalisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian demam berdarah dengeu pada masyarakat yang
terdampak banjir di Desa Hutadaa Kecamatan Telaga Jaya.
3. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan dan pertimbangan bagi pengambilan
keputusan untuk perbaikan program dan penanggulangan penyakit demam
berdarah dengeu pada masyarakat yang terdampak banjir di Kabupaten Gorontalo
pada umunya dan khususnya di Desa Hutadaa Kecamatan Telaga Jaya.

Anda mungkin juga menyukai