Anda di halaman 1dari 38

GAMBARAN PENGETAHUAN MAHASISWA FISIKA UNIVERSITAS

PADJADJARAN MENGENAI PENYAKIT DEMAM BERDARAH


DENGUE

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memenuhi Penilaian Mata Kuliah
Teknik Penulisan Ilmiah

MEGAN SASMI WILUJENG

140310160017

PROGRAM STUDI FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada zaman sekarang yang serba maju ini, kemajuan teknologi tidak bisa
dipungkiri lagi karena telah merasuk ke segala lapisan masyarakat. Tetapi
terkadang hal itu tidak diimbangi oleh kebiasaan hidup manusia dalam menjaga
kebersihan lingkungan. Banyak penyakit yang muncul akibat dari kelalaian
terhadap pentingnya menjaga kebersihan lingkungan tersebut. Salah satunya adalah
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau disebut juga Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF).

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu ancaman


kesehatan masyarakat di Indonesia yang cenderung semakin luas penularannya,
penyakit ini sering menimbulkan kekhawatiran masyarakat karena perjalanan
penyakitnya cepat dan dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat serta
merupakan penyakit menular yang dapat menimbulkan kejadian wabah [1]. Demam
Berdarah Dengue terus menghantui masyarakat kita seiring pergantian musim atau
pancaroba. Perubahan musim pasti berdampak terhadap kesehatan masyarakat. Hal
itu menyebabkan seseorang rentan terkena penyakit demam berdarah. Masyarakat
harus waspada dan meningkatkan kesadaran menjaga kebersihan sehingga tidak
memberikan kesempatan nyamuk berkembang biak yang menyebabkan penyakit
demam berdarah dengue.

DBD adalah salah satu penyakit menular yang merupakan masalah kesehatan
masyarakat di wilayah tropis. Daerah endemis tersebar di sebagian besar wilayah
Indonesia, dan berulang kali menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) disertai
kematian yang banyak. Penyebab DBD adalah virus dengue yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypty, yang dapat menyerang orang dewasa atau
[2]
anak-anak . Penyakit DBD adalah penyakit infeksi oleh virus dengue yang

1
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes, dengan ciri demam tinggi mendadak
disertai manifestasi perdarahan dan bertendensi menimbulkan renjatan (syok) dan
kematian. Sampai sekarang penyakit DBD belum ditemukan obat maupun
vaksinnya, sehingga satu-satunya cara untuk mencegah terjadinya penyakit ini
dengan memutuskan rantai penularan yaitu dengan pengendalian vektor [3].

Iklim dan pergantian musim, kepadatan penduduk, mobilitas penduduk, dan


transportasi adalah faktor pemicu terjadinya DBD. Kebersihan lingkungan yang
tidak memadai, serta kurangnya perhatian masyarakat terhadap kebersihan
lingkungan tempat tinggal sehingga terjadi genangan air yang menyebabkan
berkembangnya nyamuk adalah faktor utama penyebaran nyamuk penular [4].

Notoatmodjo menjelaskan bahwa salah satu strategi dalam meningkatkan


pengetahuan yaitu dengan memberikan informasi untuk mencapai hidup sehat salah
[5]
satunya dengan memberikan penyuluhan kesehatan pada masyarakat .
Pengetahuan yang diperoleh tersebut akan menyebabkan seseorang berperilaku
sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. Rogers (1974) dalam Fitriani
menjelaskan bahwa, perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng
dari pada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan, sehingga dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan merupakan hal penting bagi seseorang sebelum
melakukan tindakan kesehatan karena dengan adanya pengetahuan maka seseorang
mampu bertindak untuk meningkatkan kesehatannya [6].

Angka terjadinya kasus DBD mengalami peningkatan secara drastis diseluruh


dunia dalam beberapa tahun terakhir. Lebih dari 2,5 milyar penduduk di dunia, lebih
dari 40% nya beresiko mengalami DBD. Saat ini, diperkirakan 50-100 juta orang
di seluruh dunia terinfeksi Demam Berdarah Dengue setiap tahunnya [7].

Sebelum tahun 1970, hanya Sembilan negara yang dilaporkan mengalami


epidemi demam berdarah yang cukup parah akan tetapi untuk saat ini penyakit
demam berdarah menjadi endemik di berbagai negara di kawasan Afrika, Amerika,
Mediterania Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat yang merupakan daerah
paling serius terkena dampak dari penyakit tersebut. Kasus demam berdarah di

2
Amerika, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat melebihi 1,2 juta kasus pada tahun 2008
dan lebih dari 2,3 juta pada tahun 2010 (WHO 2012) [7].

Indonesia sebagai salah satu negara tropis di dunia dengan kelembapan yang
cukup tinggi menjadi pemicu berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti yang
merupakan salah satu vektor DBD sehingga DBD mudah ditularkan melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegypti. Hal tersebut menyebabkan masalah kesehatan karena
terdapat banyak daerah endemik sehingga jumlah penderita semakin meningkat dan
penyebaran pun semakin meluas ke wilayah lain dengan meningkatnya mobilitas
dan kepadatan penduduk [8].

Dampak peningkatan serta meluasnya penyebaran DBD dapat berpengaruh


terhadap perekonomian, karena kehilangan waktu kerja, waktu pendidikan maupun
biaya selama perawatan penderita DBD di kala sakit, selain itu jika tidak ditangani
secara serius maka akan berdampak terhadap tingginya angka kesakitan dan
meningkatkan resiko terjadinya kematian penderita DBD jika tidak ditangani secara
cepat dan tepat [9].

Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan pada tahun 2014, sampai


pertengahan bulan Desember tercatat penderita DBD di 34 provinsi di Indonesia
sebanyak 71.668 orang dan 641 diantaranya, yakni tahun 2013 dengan jumlah
penderita sebanyak 112.511 orang dan jumlah kasus meninggal sebanyak 871
penderita [1].

Berdasarkan data dari Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, hingga
28 Januari 2019 tercatat ada 2.204 orang yang terjangkit demam berdarah dengue
[10]
(DBD). Sebanyak 14 orang di antaranya meninggal dunia . Jatinangor adalah
salah satu kecamatan yang berada di Provinsi Jawa Barat.

Nama Jatinangor sebagai nama kecamatan baru dipakai sejak tahun 2000-an.
Seiring dengan hadirnya kampus-kampus, Jatinangor juga mengalami
perkembangan fisi dan sosial yang pesat. Sebagaimana halnya yang menimpa lahan
pertanian lain di Pulaiu Jawa, banyak lahan pertanian di Jatinangor yang berubah

3
fungsi menjadi rumah sewa untuk mahasiswa taupun pusat perbelanjaan. Pada
tahun 2015 Kecamatan Jatinangor menjadi salah salah satu wilayah yang ditetapkan
sebagai kawasan kota metropolitan Bandung Raya.

Dengan luas wilayah 262 km2, Kecamatan Jatinangor terletak di koordinat


antara 6o53’43,3” LS dan 107o-107o 45’8,5”-107o48’11”BT. Kecamatan Jatinangor
memiliki batas-batas wilayah : sebelah Utara Kecamatan Sukasari dan Tanjungsari;
Selatan Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung; Barat Kecamatan Cileunyi,
Kabupaten Bandung; Timur Kecamatan Tanjungsari dan Cimanggung.

Universitas Padjadjaran adalah salah satu perguruan tinggi yang ada di daerah
jatinangor. Dahulu sebagian Wilayah Desa Hegarmanah merupakan lahan tidur Eks
Perkebunan Karet, seiring dengan perkembangan wilayah dimana pada tahun 1988
Perguruan Tinggi UNPAD mulai menjadikan kawasan tersebut sebagai bagian dari
pada Kampus UNPAD khususnya untuk Fakultas Pertanian dan Peternakan.
Sampai dengan saat ini, daerah yang tadinya lahan eks perkebunan karet tersebut
telah berubah menjadi Kawasan Perguruan tinggi UNPAD.

Mahasiswa Unpad tercatat sekitasr 30.000 orang. Meskipun banyak mahasiswa


yang asli orang Bandung, tetapi karena jarak antara Bandung dan Jatinangor kurang
lebih 30 km, banyak anak Bandung yang memilih kos dekat kampus. Tentu tidak
[11]
sedikit pula mahasiswa yang berasal dari luar Jawa Barat juga kost di sana .
Mahasiswa yang hidup terpisah dari orang tuanya atau kost sering kali mengabaikan
kesehatan mereka. Mulai dari tidak ada waktu hingga malas menjadi alasannya.
Sehingga dapat dengan mudah terkena penyakit, ditambah sedang musim hujan.
Saat musim hujan seperti sekarang ini, kepadatan nyamuk akan meningkat dan
kemungkinan mahasiswa untuk terkena penyakit demam berdarah juga besar.

Berdasarkan latar belakang serta permasalahan-permasalahan yang telah


diuraikan tersebut diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang
dituangkan ke dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul “Gambaran
Pengetahuan Mahasiswa Fisika Universitas Padjadjaran Mengenai Penyakit
Demam Berdarah Dengue”.

4
1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan dengan latar belakang dan penjelasan diatas, maka rumusan


masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana gambaran pengetahuan mahasiswa mengenai penyakit demam


berdarah dengue?

1.3 Batasan Masalah

1. Lokasi penelitian bertempat di Universitas Padjadjaran, dengan


respondennya adalah mahasiswa fisika kelas A angkatan 2016 yang kost
disekitar daerah kampus.

1.4 Tujuan Penelitian

Penulis ingin mengetahui Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Fisika


Universitas Padjadjaran mengenai Penyakit Demam Berdarah Dengue
berdasarkan :

1. Pengalaman mahasiswa yang sudah pernah ataupun belum pernah terjangkit


penyakit demam berdarah.

2. Gambaran pengetahuan mahasiswa tentang penyakit demam berdarah.

3. Pilihan obat non medis yang dapat digunakan untuk pengobatan penyakit
demam berdarah.
4. Pencegahan yang paling banyak dilakukan oleh mahasiswa tentang penyakit
demam berdarah.

5. Sumber informasi yang paling banyak diperoleh mahasiswa mengenai


penyakit demam berdarah.

5
1.5 Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis
a. Menambah wawasan penulis tentang penyakit demam berdarah Dengue.
b. Sebagai media belajar untuk menambah pengetahuan dan pengalaman
serta menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh tentang penyakit
Demam Berdarah Dengue

2. Bagi Ruang Lingkup


a. Agar mahasiswa lebih mewaspadai bahaya dari penyakit Demam
Berdarah Dengue.
b. Agar tidak ada lagi kesalahpahaman dalam mendiagnosis penyakit DBD
dilingkungan oleh mahasiswa, sehingga mampu melakukan langkah-
langkah pengobatan terhadap penyakit DBD dengan benar.

1.6 Hipotesis

Seseorang yang sudah pernah mengalami penyakit DBD akan lebih

mengetahui mengenai penyebab, dan pencegahan untuk penyakit DBD.

1.7 Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kuantitatif dengan desain


deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui suatu gambaran pengetahuan
mahasiswa fisika universitas padjadjaran mengenai penyakit demam berdarah
dengue. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mahasiswa fisika kelas
A angkatan 2016 yang kost di sekitar kampus.

Analisis dalam penelitian ini dilakukan pada variabel penelitian yang meliputi:

a. Data pengalaman mahasiswa yang sudah pernah dan belum pernah mengalami
demam berdarah dengue.

6
b. Pengetahuan mahasiswa tentang pencegahan demam berdarah dengue.

c. Sumber informasi yang diperoleh mahasiswa tentang penyakit demam berdarah


dengue.

d. Obat non medis yang di gunakan mahasiswa selama anggota keluarga terkena
demam berdarah dengue.

1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Universitas Padjadjaran, Fakultas


Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Program Studi Fisika Tahun. Waktu
penelitian dilakukan pada bulan Maret 2019.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam penelitian kuantitatif kerangka berpikir berperan sebagai titik tolak


belakang dan landasan bagi peneliti untuk menganalisis dan memahami realitas
yang ditelitinya secara alamiah. Guna memudahkan pemahaman tentang makna dan
maksud dari konsep-konsep, teori-teori maupun pengertian-pengertian yang
digunakan dalam penulisan makalah ini agar tidak terjadi kesalahan interprestasi
maka perlu dijelaskan beberapa pengertian sebagai berikut :

2.1 Pengetahuan

Definisi pengetahuan menurut Mangkunegara yaitu kemampuan yang dimiliki


oleh seseorang yang lebih berorientasi pada intelegensi dan daya pikir serta
penguasaan ilmu yang lebih luas yang dimiliki oleh seseorang. Pengetahuan
seseorang dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, media, dan informasi yang
diterima [12].

Sementara Notoatmodjo pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau


hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang memilikinya (mata,
hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan
sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga [13].

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang


berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Notoatmodjo : [13]

1. Tahu (know)

8
Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada
sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa buah tomat
banyak menggandung vitamin C, penyakit DBD ditularkan oleh gigitan
nyamuk Aedes Aegypti, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur
bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan. Misalnya : apa
penyebab dari penyakit DBD, dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut,


tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
mengintrepetasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
Misalnya, orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam
berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M (mengubur, menutup dan
menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus dilakukan 3M.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek yang


dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui
tersebut pada situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang telah paham
tentang proses perencanaan, harus dapat membuat perencanaan program
kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana saja. Dalam aplikasi terhadap
kasus DBD, masyarakat mampu menjelaskan bagaimana menerapkan
prinsip 3M dalam mencegah DBD.

4. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau


memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen
yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi
bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah
apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan,

9
mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas
objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk Aedes Aegypti
dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram siklus hidup Aedes Aegypti,
dan sebagainya.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk


merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari
komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan
kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau
didengar, dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.
Pada tahap ini, masyarakat diharapkan mampu untuk menjelaskan proses
masuknya virus dengue sampai terjadinya DBD.

6. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan


justifikasi atau penilaian terhadap suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya, pada tahap ini
individu dapat menilai seseorang yang terinfeksi virus dengue melalui
tanda, gejala, serta gambaran klinis lainnya.

Lain halnya dengan Meliono, Irmayanti, et al bahwa pengetahuan adalah


informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk
menindaki, yang lantas melekat dibenak seseorang. Pada umumnya pengetahuan
memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas
suatu pola. Manakala informasi dan data sekedar berkemampuan untuk
menginformasikan atau menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan
berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Inilah yang disebut potensi untuk
menindaki. [14]

10
Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pengetahuan adalah pendidikan, media,
informasi. Hal ini sesuai pendapat Meliono, Irmayanti, et al. [14]

1. Pendidikan

Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku


sesorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah
visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.

2. Media

Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang


sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran,
dan majalah.

3. Informasi

Pengertian informasi menurut RUU teknologi informasi adalah


sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,
memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi
dengan tujuan tertentu.

Sementara Notoatmodjo, ada beberapa faktor yang mempengaruhi


pengetahuan seseorang yaitu : [13]

1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian


dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur
hidup.

2. Media Masa / Sumber Informasi

11
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti
televisi, radio, surat kabar, majalah, internet, dan lain-lain mempunyai
pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayaan orang.

3. Sosial Budaya dan Ekonomi

Kebiasan dan tradisi yang dilakukan oleh orang-orang tanpa melalui


penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk.

4. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik


lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

5. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk


memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi
masa lalu.

Dari beberapa pengertian tentang pengetahuan seseorang maka dapat


disimpulkan bahwa pengetahuan adalah kemampuan yang dimiliki oleh
seseorang yang orientasinya pada intelegensi dan daya pikir serta penguasaan
ilmu yang lebih luas yang dimiliki oleh seseorang. Pengetahuan seseorang dapat
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, media, informasi yang diterima,
pengalaman dan lingkungan.

2.2 Demam Berdarah Dengue

2.2.1 Pengertian Demam Berdarah Dengue

Menurut World Health Organization Demam berdarah dengue (DBD)


merupakan penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes yang

12
terinfeksi dengan salah satu dari empat virus dengue. Virus tersebut dapat
[7]
menyerang bayi, anak-anak dan orang dewasa . Sedangkan menurut Depkes
RI, DBD adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus DBD dan ditularkan
kepada manusia melalui gigitan nyamuk (Aedes Aegypti atau Albopictus) yang
terinfeksi virus DBD [15] .

Demam dengue adalah demam virus akut yang disertai sakit kepala,
nyeri otot, sendi dan tulang, penurunan jumlah sel darah putih dan ruam-ruam.
Demam berdarah dengue / Dengue Hemorraghagic Fever (DHF) adalah
demam dengue yang disertai pembesaran hati dan manifestasi perdarahan. Pada
keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh
dalam syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. Keadaan ini disebut Dengue
Shock Syndrome (DSS) [16].

2.2.2 Vektor Penyebab Demam Berdarah Dengue

Mardiana menjelaskan bahwa penyebab demam dengue dan DHF


disebabkan oleh salah satu dari 4 serotipe virus yang berbeda antigen. Virus ini
adalah kelompok Flavivirus dan serotipe tersebut terdiri dari DEN-1, DEN-2,
DEN-3, DEN-4 [16]. Sedangkan menurut Depkes RI menjelaskan bahwa dari 4
serotipe tersebut yang terbanyak kasusnya disebabkan oleh serotipe DEN-3 dan
DEN-2. Infeksi oleh salah satu jenis serotipe akan memberikan imunitas seumur
hidup terhadap serotipe tersebut, tetapi tidak menimbulkan kekebalan terhadap
serotipe yang lain [15].

Menurut Widoyono vektor primer dan yang paling efektif terhadap


penyakit DBD adalah nyamuk Aedes Aegypti (di daerah perkotaan) yang
merupakan nyamuk tropis dan sub tropis, akan tetapi distribusi nyamuk ini
dibatasi oleh ketinggian, biasanya tidak dijumpai pada daerah dengan
ketinggian lebih dari 1.000 meter dan vektor sekundernya yaitu nyamuk Aedes
Albopictus (di daerah pedesaan) [6].

13
Depkes RI menjelaskan bahwa nyamuk Aedes Aegypti aktif menggigit
pada pagi hari (pukul 08.00-13.00) dan sore hari (pukul 15.00-17.00). Nyamuk
Aedes Aegypti ini hidup dan berkembang biak pada tempat-tempat air bersih
yang tidak langsung berhubungan dengan tanah seperti : vas bunga, toren air,
bak mandi, tempayan, ban bekas, kaleng bekas, botol minuman bekas dan lain-
lain [18].

Menurut Ginanjar menjelaskan bahwa hanya nyamuk betina yang


menggigit dan menghisap darah serta milih darah manusia untuk mematangkan
telurnya, sedangkan nyamuk jantan tidak menghisap darah manusia, melainkan
hidup dari sari bunga tumbuh-tumbuhan [17].

Kepadatan nyamuk ini akan meningkat padat waktu musim hujan,


dimana terdapat banyak genangan air bersih yang dapat menjadi tempat
perkembang biakan nyamuk Aedes Aegypti. Vektor lain penyebab demam
berdarah juga dapat ditularkan oleh nyamuk Aedes Albopictus, namun nyamuk
ini kurang berperan dalam menyebarkan penyakit demam berdarah, jika
dibandingkan dengan nyamuk Aedes Aegypti. Hal ini karena nyamuk Aedes
Albopictus hidup dan berkembang biak di kebun atau semak-semak sehingga
lebih jarang kontak dengan manusia dibandingkan dengan nyamuk Aedes
Aegypti yang berada di dalam dan sekitar rumah.

2.2.3 Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti

Nyamuk Aedes Aegypti dalam siklus hidupnya mengalami


metamorfosis lengkap yaitu : [19]

a. Telur

Telur nyamuk Aedes Aegypti berbentuk lonjong, berwarna hitam


dan terdapat gambaran seperti sarang lebah. Telur diletakkan oleh betina
secara terpisah-pisah ditengah atau di tepi permukaan air jernih yang

14
tenang, juga ditemukan di genangan-genangan air jernih lain, baik
didalam rumah maupun diluar rumah. Di dalam rumah misalnya bak
mandi, tempat air minum, air vas bunga, perangkap semut, dan lain-lain.
Sementara itu di luar rumah terdapat benda-benda yang dpat
menampung air hujan, seperti kaleng bekas, pecahan botol, pot tanaman,
bekas potongan bambu dan lain-lain. Telur ini berumur 1-2 hari yang
kemudian dapat segera menetas apabila kondisinya memungkinkan,
yaitu terdapat di genangan air. Namun pada keadaan kering, telur dapat
bertahan lama bahkan dapat sampai bertahun-tahun, telur juga dapat
bertahan sampai berbulan-bulan pada suhu 20C sampai 420C. Namun
apabila kelembaban terlampau rendah maka telur akan menetes dalam
waktu 4 hari.

b. Larva (jentik-jentik)

Larva nyamuk berbentuk seperti cacing, aktif dan bergerak


dengan gerakan-gerakan naik ke permukaan dan turun sampai kedasar
secara berulang-ulang. Larva ini memakan mikroba di dasar genangan,
oleh karena itu larva Aedes Aegypti disebut sebagai permukaan di dasar.
Perilaku demikianlah yang mendasari pemberantasan larva ini dengan
abatisasi. Granul abate mengandung temefos yang merupakan racun
perut bagi larva, yang ditebarkan pada genangan air, dan akan
menempel pada dasar genangan, yang kemudian dapat meracuni larva
pada saat dia makan. Umur residu abate di dalam air tergantung dari
tempat penampungan air. Pada saat larva mengambil oksigen dari udara
(istirahat), posisi tubuh tampak menggantung pada permukaan air,
seolah-olah badan larva dalam posisi membentuk sudut dengan
permukaan air. Stadium larva umumnya berlangsung 5-7 hari untuk
kemudian menjadi pupa.

c. Pupa (kepompong)

15
Pupa mempunyai ciri morfologi yang khas yaitu mempunyai
terompet pernapasan berbentuk segitiga (triangular). Bentuk tubuh
seperti koma, bersifat aktif dan sensitif terhadap gerakan dan cahaya.
Biasanya pupa terbentuk pada sore hari dan berumur hanya 1-2 hari
untuk segara menjadi nyamuk dewasa. Biasanya nyamuk jantan keluar
lebih dahulu walaupun akhirnya perbandingan jantan dan betina 1:1 dari
kelompok telur yang sama.

d. Nyamuk dewasa

Nyamuk dewasa keluar dari pupa melalui celah antara kepala dan
dada. Aedes Aegypti dewasa mempunyai ciri-ciri morfologi yang khas
yaitu berukuran lebih kecil dari pada nyamuk rumah, dengan warna
dasar hitam berbelang-belang putih pada bagian tubuh dan kaki.
Nyamuk dewasa setelah berumur 1 hari melakukan kopulasi dan setelah
kopulasi nyamuk betina mengisap darah manusia (antropofilik). Untuk
keperluan pemasakan telur, biasanya nyamuk ini menghisap darah pada
siang hari (day biter), dengan puncak pengisapan pada pagi hari jam
08.00-13.00 dan sore 15.00-17.00. Nyamuk ini meghisap darah manusia
di dalam rumah maupun di luar rumah dan lebih suka beristirahat di luar
rumah dari pada di dalam rumah. Sifat seperti inilah yang menyebabkan
dalam saat yang sama dapat menginfeksi beberapa orang dalam satu
keluarga.

2.2.4 Siklus Penularan Demam Berdarah Dengue

Nyamuk yang menjadi vektor penyakit DBD adalah nyamuk yang


menjadi terinfeksi saat menghisap darah dari manusia yang sedang sakit dan
viremia (terdapat virus dalam darah). Virus berkembang dalam tubuh nyamuk
selama 8-10 hari, sehingga kelenjar air liur nyamuk menjadi terinfeksi dan virus
dapat disebarkan ketika nyamuk menggigit dan meninjeksikan air liur ke luka

16
gigitan pada orang lain. Dalam tubuh manusia, virus akan berkembang selama
3-14 hari (rata-rata 4-6 hari). Orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus
dengue tidak semuanya akan sakit DBD, tergantung dari status imunitas setiap
individu, ada yang mengalami demam ringan dan sembuh dengan sendirinya,
bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit, meskipun tidak mengalami
tanda dan gejala sakit, orang tersebut merupakan pembawa virus dengue selama
satu minggu. Akan tetapi pada individu yang imunitasnya lemah, akan tampak
gejala awal seperti demam, sakit kepala, mialgia, hilang nafsu makan, dan
gejala nonspesifik lain termasuk mual, muntah, dan ruam kulit [8].

2.2.5 Patogenesis Demam Berdarah Dengue

Virus dengue masuk kedalam tubuh manusia melalui perantara gigitan


nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Virus dengue tersebut akan
masuk ke sirkulasi darah dengan masa inkubasi virus terjadi selama 3-15 hari
(rata-rata 7-10 hari). Selama masa inkubasi virus akan memperbanyak diri
dengan cara replikasi [20].

WHO menjelaskan bahwa pathogenesis DHF menyebabkan perubahan


pada fisiologis manusia yaitu : [7]

a. Meningkatnya permeabilitas pembuluh darah mengakibatkan


kebocoran plasma hypovolemia dan syok. DHF memiliki ciri yang unik
karena kebocoran plasma khusus ke arah rongga pleura dan peritoneum
selain itu periode kebocoran cukup singkap (24-48 jam).

b. Hemostatis abnormal terjadi akibat vaskulopati, trombositopenia


sehingga terjadi berbagai jenis menifestasi perdarahan.

Aktivasi sistem komplemen merupakan temuan yang konstan pada


pasien DHF. Kadar C3 dan C5 turun, sementara C3a dan C5a naik. Mekanisme
aktivasi komplemen tidak diketehui. Keberadaan kompleks imun juga di

17
laporkan pada beberapa kasus DHF, tetapi kontribusi kompleks antibodi-
antigen terhadap aktivasi komplemen pada pasien DHF belum berhasil di
perlihatkan. [7]

Berdasarkan hipotesis tingkat keparahan DHF bila di bandingkan


dengan DF dapat ditunjukkan melalui peningkatan multiplikasi virus dalam
makrofag oleh antibodi heterotipik akibat infeksi dengue sebelumnya.
Walaupun begitu ada bukti yang memperlihatkan bahwa faktor virus dan respon
imun yang diperantarai sel juga terlihat dalam patogenesis DHF. [7]

2.2.6 Macam-Macam Demam Berdarah Dengue


Menurut Nisa, infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatik atau
mengakibatkan penyakit demam (sindrome virus), demam dengue (DF), atau
demam berdarah dengue (DHF) termasuk sindrom syok dengue (DSS) [17].

Berikut ini adalah perbedaan dari demam biasa (sindrom virus), demam
dengue (DF), dan demam berdarah (DHF), atau sindrom syok dengue (DSS).

Tabel II.1. Perbandingan Demam Biasa, Demam Dengue, DHF atau DSS
Demam Biasa Demam Dengue DHF atau DSS

Usia Bayi, anak- Anak dan dewasa Anak < 15 tahun paling
anak, &dewasa banyak dan dewasa
Gejala Sama seperti Sakit kepala, sakit Peningkatan suhu tiba-
awal demam biasa punggung, malaise, tiba dapat mencapai
akibat virus awitan tiba-tiba selama 40oC, kemerahan wajah,
lain. 5-7 hari, peningkatan anoreksia, muntah, sakit
suhu tajam (39-40oC) kepala, nyeri otot dan
disertai menggigil dan sendi, bisa terjadi kejang
kemerahan pada wajah. demam.
Gejala Ruam Nyeri retroorbital Sakit tenggorokan, faring
umum makupopular fotofobia, anoreksia, merah, perdarahan,

18
konstipasi, nyeri, ruam hepatomegali, kegagalan
kulit pada wajah, leher sirkulasi
dan dada, ptekie (+)
Hemostatis Normal Normal Penurunan trombosit
Perjalanan Terjadi akibat Berbeda-beda antar Peningkatan
penyakit infeksi dengue individu permeabilitas pembuluh
pertama kali. darah mengakibatkan
kebocoran plasma,
hypovolemia dan syok.

Sumber : WHO (2005).

2.2.7 Manifestasi Klinis Demam Berdarah Dengue


Infeksi oleh virus dengue menimbulkan variasi gejala mulai dari
sindrom virus nonspesifik sampai perdarahan yang dapat berakibat fatal
sehingga mengakibatkan terjadinya kegagalan sirkulasi [16].
Tanda atau gejala DBD yang muncul seperti bintik-bintik merah pada
kulit. Selain itu suhu badan lebih dari 38oC, badan terasa lemah dan lesu,
gelisah, ujung tangan dan kaki dingin berkeringat, nyeri ulu hati, dan muntah.
Dapat pula disertai pendarahan seperti mimisan buang air besar bercampur
darah serta turunnya jumlah trombosit hingga 100.000/mm3. [21]
Berdasarkan gejala DHF di kelompokkan menjadi 4 tingkatan: [7]
a. Derajat 1 : Demam diikuti gejala tidak spesifik. Satu-satunya
manifestasi perdarahan adalah dengan melakukan tes tourniquet positif.
b. Derajat 2 : Gejala yang ada pada tingkat 1 disertai dengan perdarahan
spontan pada kulit atau tempat lain.
c. Derajat 3 : Kegagalan sirkulasi ditandai oleh denyut nadi yang cepat
dan lemah, hipotensi, hipotermi dan pasien biasanya menjadi gelisah
d. Derajat 4 : Syok berat yang ditandai dengan nadi yang tidak teraba dan
tekanan darah tidak dapat diperiksa. Fase kritis pada penyakit ini terjadi
pada akhir masa demam.

19
2.2.8 Diagnosa Demam Berdarah Dengue

Rentang variasi klinis infeksi virus dengue sedemikian luas, maka


WHO, membuat kriteria diagnosis DBD yang dapat ditegakkan bila semua hal
dibawah ini terpenuhi : [7]

a. Demam : awalnya akut, cukup tinggi dan kontinu yang berlangsung


selama 2 sampai 7 hari.

b. Terdapat manifestasi perdarahan pada uji tourniquet positif, petekie,


purpura, ekimosis, epitaksis, gusi berdarah, dan hematemesis atau
melena.

c. Pembesaran hati (hepatomegali) tampak pada beberapa tahap penyakit

d. Syok ditandai dengan denyut yang cepat dan lemah disertai tekanan
denyut yang menurun atau hipotensi, kulit lembap, dingin, dan gelisah.

e. Trombositopenia (100.000/mm3 atau kurang).

f. Hemokonsentrasi, peningatan jumlah hematokrit sebanyak 20% atau


lebih.

Dua kriteria klinis pertama, ditambah dengan trombositopenia dan


hemokonsentrasi cukup untuk menetapkan diagnosis klinis DBD. Efusi pleura
yang tampak melalui rontgen dada hipoalbuminemia menjadi bukti penunjang
adanya kebocoran plasma. Bukti ini sangat berguna terutama pada pasien yang
anemia dan mengalami perdarahan berat. Pada kasus syok, jumlah hematokrit
yang tinggi dan trombositopenia memperkuat diagnosis terjadinya DBD. [7]

2.2.9 Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue

Tindakan medis yang dilakukan antara lain : [7]

20
a. Pemberian antipiretik untuk menjaga suhu tubuh di bawah 400 C.
Pemberian aspirin tidak dianjurkan karena dapat mengakibatkan
gastritis, perdarahan dan asidosis sebaiknya di berikan paracetamol.

b. Pemberian cairan intravena (sebagai contoh cairan kristaloid maupun


cairan koloid) jumlah cairan diberikan tergantung dari derajat dehidrasi
dan kehilangan elektrolit serta diperhatikan umur dan berat badan
pasien.

c. Pemberian sedativ jika pasien tampak gelisah.

d. Pemberian oksigen pada semua pasien yang mengalami syok dengan


menggunakan masker oksigen.

e. Transfusi darah diintruksikan pada kasus yang menampakkan


perdarahan yang signifikan dan di berikan sesuai indikasi

f. Pemeriksaan kadar hematokrit diukur setiap 2 jam selama 6 jam pertama


dan sesudahnya setiap 4 jam sampai kondisi pasien stabil.

2.2.10 Obat Tradisional Penyakit Demam Berdarah Dengue

Beberapa obat tradisional yang dapat digunakan untuk penyakit demam


berdarah dengue antara lain [25]

a. Meniran

Meniran merupakan salah satu bahan alami yang dapat digunakan


terhadap anak. Penyakit ini dapat diatasi oleh meniran yang merupakan
salah satu antivirus terbaik.

Caranya adalah menggunakan air rebusan meniran. Dengan


menyiapkan beberapa biji meniran ke dalam air, dan mengonsumsinya
secara berkala akan membuat trombosit akan bertambah secara alami.

21
b. Daun Jambu Biji

Ini merupakan salah satu bahan yang identik penyakit demam


berdarah. Sama seperti halnya meniran, daun ini biasanya direbus dan
diminum. Dengan menggunakan daun jambu biji, tentunya cara yang
mendapatkan daun ini mudah, membuat orang memilih hal ini sebagai
obat tradisional demam berdarah pada anak.

c. Daun Dewa

Berbagai macam dedaunan memang sangat berkhasiat bagi


kesehatan anda. Salah satunya adalah daun dewa. Daun dewa dapat
diracik dengan direbus. Air rebusannya ini dapat diminum secara rutin
pula.

d. Air Kelapa

Air kelapa ini memiliki khasiat yang mujarab bagi kesehatan


anda. Campuran dari air kelapa dan air jeruk nipis lalu diminum secara
rutin akan membuat anda jauh lebih sehat.

e. Beras Angkak

Salah satu jenis obat tradisional lainnya adalah menggunakan


ini. Beras angkak dapat dikonsumsi dengan membuatnya menjadi sup.
Sup ini dibuat dengan menggunakan beras angkak dan mencampurnya
dengan ayam. Ini dapat dilakukan jika anda sudah jenuh dengan
meminum berbagai macam ramuan.

f. Patikan Kebo

Saking bayaknya daun yang dapat digunakan, rebusan dari daun


ini menjadi salah satu bahan yang bisa anda minum. Rebusan daun
patikan kebo dapat diminum sebanyak dua kali sehari.

22
2.2.11 Upaya Pencegahan Demam Berdarah Dengue

a. Manajemen Lingkungan

Manajemen lingkungan mencakup semua perubahan yang dapat


mencegah atau meminimalkan perkembangbiakan vektor sehingga
kontak antara manusia dan vektor berkurang. [7]

b. Perlindungan Diri

Pakaian mengurangi resiko tergigit nyamuk jika pakaian itu


cukup tebal atau longgar. Baju lengan panjang dan celana panjang
dengan kaos kaki dapat melindungi tangan dan merupakan tempat yang
[7]
paling sering terkena gigitan nyamuk . Selain itu untuk menghindari
gigitan nyamuk Aedes Aegypti dapat menggunakan kelambu bila tidur,
memasang kawat kassa pada ventilasi udara, memakai obat nyamuk
bakar/semprot, serta obat nyamuk oles (repellent) di dalam maupun di
luar rumah pada pagi dan sore hari. [21]

c. Abate

Abatasi dilaksanakan di desa / kelurahan endemis terutama di


sekolah dan tempat-tempat umum. Semua tempat penampungan air di
rumah dan bangunan yang di temukan jentik nyamuk di taburi bubuk
abate sesuai dengan dosis yaitu 10 gram abate untuk 100 liter air. [7]

d. Pengendalian Biologis

Pengendalian secara biologis merupakan upaya pemanfaatan


agen biologi untuk pengendalian vektor DBD. Beberapa agen biologis
yang sudah di gunakan dan terbukti mampu mengendalikan populasi
larva vektor DBD ialah ikan pemakan jentik yang terbukti efektif dan
telah di gunakan salah satunya di kota Palembang adalah ikan cupang.
[21]

23
Penelitian yang di lakukan oleh Taviv Y. dkk, tentang
pengendalian DBD melalui pemanfaatan pemantauan jentik dan ikan
cupang mendapatkan hasil bahwa intervensi dengan pemanfaatan ikan
cupang plus pemantauan jentik lebih efektif untuk meningkatkan Angka
Bebas Jentik (ABJ) dan menurunkan House Index (HI), Container Index
(CI), Breteau Index (BI). [23]

e. Pemantauan Jentik Berkala (PJB)

Pemantauan jentik berkala yang dilakukan setiap 3 bulan di


rumah dan di tempat umum. Untuk pemantauan jentik berkala dirumah
dilakukan pemeriksaan sebanyak 100 rumah sebagai sampel untuk
setiap desa/kelurahan. Depkes RI mengungkapkan salah satu kebijakan
pemerintah di dalam pengendalian DBD yaitu dengan melibatkan warga
yang ditugaskan menjadi kader jumantik dalam mengawasi kegiatan
[18]
PSN DBD . Kader jumantik adalah juru pemantau jentik yang
bertugas memeriksa genangan-genangan air di dalam maupun luar
rumah, menemukan larva yang terdapat di dalam tempat-tempat yang
dapat menampung air, mengidentifikasi rumah-rumah yang tidak
berpenghuni dan mengajak pemilik rumah untu berpartisipasi dalam
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara teratur

f. Fogging Fokus

Fogging fokus merupakan kegiatan menyemprotkan insektisida


untuk membunuh nyamuk dewasa dan merupakan salah satu cara yang
cukup banyk di pakai di Indonesia, namun cara ini kurang efektif karena
hanya dapat membunuh nyamuk dewasa pada suatu wilayah pada radius
100-200 meter di sekitarnya dan efektif hanya untuk sampai dua hari.
Kegiatan fogging ini tidak dapat membunuh larva nyamuk.

24
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kuantitatif dengan desain


deskriptif, yang bertujuan untuk mengetahui suatu gambaran pengetahuan
mahasiswa tentang penyakit demam berdarah dengue. Metode penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka.
Penelitian ini dilakukan dalam satu waktu sehingga disebut cross sectional.

3.2 Kerangka konsep

Variabel Independent : Variabel Dependent :

1. Pengalaman
2. Cara pencegahan Pengetahuan
3. Obat non medis yang digunakan
4. Sumber informasi

3.3 Definisi Operasional Variabel

Tabel III.1. Definisi Operasional Variabel


No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
1. Pengalaman Pengalaman Kuesioner  Pernah Ordinal
responden responden identitas mengalami
mengalami responden DBD
DBD no. 14  Belum pernah
mengalami
DBD

25
2. Gambaran Pengetahuan Kuesioner  Baik, jika Ordinal
pengetahuan responden pertanyaan menjawab
tentang penyakit no. 1-13 pertanyaan
demam dengan benar
berdarah 10-13
 Sedang, jika
menjawab
pertanyaan
dengan benar
5-9
 Kurang baik,
jika menjawab
pertanyaan
dengan benar
1-4

3. Pencegahan Pengetahuan Kuesioner  Menggunakan Nominal


penyakit responden pertanyaan bubuk abate
demam tentang no. 15  Menguras bak
berdarah pencegahan mandi
dengue penyakit demam  Tidur dengan
berdarah dengue menggunakan
kelambu
 Memasang
jendela diberi
kawat kassa
 Memakai obat
oles lotion anti
nyamuk
 Fogging
 Menutup
 Mengubur
 Memakai obat
nyamuk bakar

26
Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur Skala
No
Operasional Ukur
4. Obat non Pengetahuan Kuesioner  Meniran Nominal
medis yang responden pertanyaan  Daun Jambu Biji
digunakan tentang obat no. 16-17  Daun Dewa
non medis  Air Kelapa
yang dapat  Beras Angkak
digunakan  Patikan Kebo
untuk  Lain-lain
pengobatan
penyakit
demam
berdarah
5. Sumber Informasi Kuesioner  Keluarga Nominal
informasi yang pertanyaan  Tetangga
diperoleh no. 18  Media elektonik
res-ponden (iklan tv, radio,
tentang internet)
penyakit  Media cetak (majalah,
demam brosur, koran)
berdarah  Petugas Kesehatan

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan jumlah anggota dari suatu himpunan yang
ingin diketahui karakteristiknya berdasarkan inferensi atau generalisasi. [23]
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa fisika universitas
padjadjaran yang pernah dan tidak pernah terkena penyakit Demam Berdarah
Dengue.

3.4.2 Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti, jika peneliti
memiliki beberapa ratus subjek dalam populasi, maka mereka dapat
[29]
menentukan kurang lebih 25-30% dari jumlah tersebut . Sampel pada

27
peneltian ini yaitu mahasiswa fisika kelas A angkatan 2016 yang kost di sekitar
daerah kampus.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data kuantitatif adalah suatu rangkaian kegiatan penelitian yang


mencakup data yang dikumpulkan untuk menjawab masalah penelitian, cara
pengumpulan data, dan alat pengumpulan data.
Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah data primer yang didapat melalui
wawancara dengan menggunakan kuesioner (lembar pertanyaan) yang merupakan
suatu teknik pengambilan data yang dilakukan melalui serangkaian pertanyaan
yang ditujukan kepada responden. Langkah-langkah yang dilakukan:

1. Tahap pertama yaitu peneliti memperkenalkan diri, menyampaikan maksud


dan tujuan. Peneliti memberikan kuisioner serta menjelaskan cara mengisi
kuisioner tersebut.

2. Tahap kedua yaitu pengolahan data. Peneliti memberikan kode pada


masing-masing kuisioner serta memberikan skor pada masing-masing
pernyataan untuk memudahkan pengolahan data, selanjutnya peneliti
memasukkan data tersebut ke dalam komputer dan melakukan analisis.
Tahap terakhir adalah memeriksa kembali apakah ada kesalahan pada data
atau pada proses input dan analisis.

3.6 Rancangan Analisis Data

Setelah dilakukan proses pengolahan/manajemen data, langkah selanjutnya


adalah melakukan proses analisis data. Tujuan analisis data adalah agar data yang
dikumpulkan memiliki arti/makna yang dapat berguna untuk mengatasi masalah
kesehatan [24]. Adapun analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari
satu tahap yaitu analisis univariat.

28
Analisis univariat adalah suatu analisis untuk mendeskripsikan masing-masing
variabel yang diteliti. Pada penelitian analisis univariat menggunakan analisis
persentase dari seluruh responden yang diambil dalam penelitian, dimana akan
menggambarkan bagaimana komposisinya ditinjau dari beberapa segi sehingga
dapat dianalisis karakteristik responden. Analisis univariat dalam penelitian ini
dilakukan pada variabel penelitian yang meliputi :

e. Data pengalaman mahasiswa yang sudah pernah dan belum pernah mengalami
demam berdarah dengue.

f. Pengetahuan mahasiswa tentang pencegahan demam berdarah dengue.

g. Sumber informasi yang diperoleh mahasiswa tentang penyakit demam berdarah


dengue.

h. Obat non medis yang di gunakan mahasiswa selama anggota keluarga terkena
demam berdarah dengue.

29
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan kepada mahasiswa program


studi fisika kelas A angkatan 2016, FMIPA Unpad sebagai berikut :
a. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penyakit Demam Berdarah
Dengue Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel IV.1. Distribusi pengetahuan responden tentang penyakit demam
berdarah dengue berdasarkan pengalaman.

Pengetahuan Responden
Total
No. Pengalaman Baik Sedang Tidak Baik
N % N % N % N %
Pernah Mengidap
1 8 100 0 0 0 0 8 100
DBD
Belum Pernah
2 7 58,3 5 41,7 0 0 12 100
Mengidap DBD
Total 20 100
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pengetahuan responden
berdasarkan pengalaman, lebih banyak pada responden yang sudah pernah
mengalami penyakit demam berdarah dengue yaitu yang pernah mengalami
DBD sejumlah 8 responden (100%) dan yang belum pernah mengalami DBD
sejumlah 7 responden (58,3%) Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel
IV.1.
Pengalaman adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh
dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Sehingga, seseorang
yang sudah pernah mengalami DBD lebih baik pengetahuannya mengenai
penyakit DBD dibandingkan dengan seseorang yang belum pernah mengalami
penyakit DBD.

30
b. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penyakit Demam Berdarah
Dengue
Tabel IV.2. Distribusi pengetahuan responden tentang penyakit demam
berdarah dengue.
No. Pengetahuan Jumlah Presentase
1 Baik 15 75
2 Sedang 5 25
3 Tidak Baik 0 0
Total 20 100
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pengetahuan responden
tentang penyakit demam berdarah dengue yang berpengetahuan baik yaitu 15
responden (75%) lebih besar dibandingkan dengan yang berpengetahuan
sedang yaitu 5 responden (25%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel IV.2.
Pengetahuan merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indera yang memilikinya (mata, hidung,
telinga, dan sebagainya). Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting
[13]
dalam pembentukan tindakan seseorang . Pengukuran pengetahuan dapat
diketahui dengan cara menanyakan kepada responden agar responden dapat
mengungkapkan apa yang diketahui dalam bentuk bukti atau jawaban lisan
maupun tertulis.

c. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Cara Pencegahan Penyakit


Demam Berdarah Dengue
Tabel IV.3. Distribusi pengetahuan responden tentang cara pencegahan
penyakit demam berdarah dengue.
No. Cara Pencegahan Jumlah Presentase
1 Bubuk abate 0 0
2 Menguras bak mandi 7 35
3 Tidur dengan menggunakan kelambu 0 0

31
4 Memasang jendela diberi kawat kassa 2 10
5 Memakai lotion anti nyamuk 4 20
6 Fogging 6 30
7 Menutup 0 0
8 Mengubur 0 0
9 Memakai obat nyamuk bakar 1 5
Total 20 100
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pengetahuan responden
tentang cara pencegahan penyakit demam berdarah dengue yang menguras
bak mandi yaitu 7 responden (35%) lebih banyak dibandingkan dengan
fogging yaitu 6 responden (30%), menggunakan lotion anti nyamuk yaitu 4
responden (20%), memasang jendela diberi kawat kassa yaitu 2 responden
(10%), memakai obat nyamuk bakar yaitu 1 responden (5%), memakai abate
yaitu 0 responden (0%), tidur menggunakan kelambu yaitu 0 responden (0%),
mengubur yaitu 0 responden (0%), dan menutup yaitu 0 responden (0%).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV.3.
Cara pencegahan penyakit DBD yang paling banyak dilakukan oleh
responden yaitu menguras bak mandi karena mahasiswa lebih sering
melakukannya dibandingkan cara pencegahan lainnya, dan juga pencegahan
ini mudah dilakukannya serta bisa dilakukan sehari-hari.

d. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Obat Non Medis yang Dapat


Digunakan Untuk Pengobatan Penyakit Demam Berdarah Dengue
Tabel IV.4. Distribusi pengetahuan responden tentang obat non medis yang
dapat digunakan untuk pengobatan penyakit demam berdarah
dengue.
No. Obat non medis Jumlah Presentase
1 Meniran 0 0
2 Daun jambu biji 15 75
3 Daun dewa 0 0

32
4 Air kelapa 3 15
5 Beras angkak 2 10
6 Patikan kebo 0 0
7 Lain-lain 0 0
Total 20 100
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pengetahuan responden
tentang obat non medis yang dapat digunakan untuk pengobatan penyakit
demam berdarah dengue yang menggunakan daun jambu biji yaitu 15
responden (75%) lebih banyak dibandingkan yang menggunakan air kelapa
yaitu 3 responden (15%), beras angkak yaitu 2 responden (10%), meniran
yaitu 0 responden (0%), daun dewa yaitu 0 responden (0%), dan patikan kebo
0 responden (0%), lain-lain yaitu 0 responden (0%),. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel IV.4.
Pengobatan obat non medis yang digunakan ataupun yang diketahui
responden yang paling banyak yaitu daun jambu biji karena selain banyak
diketahui untuk pengobatan penyakit DBD, daun jambu biji ini mudah di
dapat dan harga cukup terjangkau dibandingkan dengan tanaman seperti air
kelapa, meniran, daun dewa, dan patikan kebo.

e. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Penyakit Demam Berdarah


Dengue Berdasarkan Sumber Informasi yang Diperoleh
Tabel IV.5. Distribusi pengetahuan responden tentang penyakit demam
berdarah dengue berdasarkan sumber informasi yang diperoleh.
No. Sumber informasi Jumlah Presentase
1 Keluarga 4 20
2 Tetangga 1 5
3 Media Elektronik 15 75
4 Media cetak 0 0
5 Petugas kesehatan 0 0
Total 20 100

33
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pengetahuan responden
tentang penyakit demam berdarah dengue berdasarkan sumber informasi yang
diperoleh dari media elektronik yaitu 15 responden (75%) lebih banyak
dibandingkan sumber informasi yang diperoleh dari keluarga yaitu 4
responden (20%), tetangga yaitu 1 responden (5%), petugas kesehatan yaitu
0 responden (0%), dan media cetak yaitu 0 responden (0%). Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV.5.
Sumber informasi sangat mempengaruhi pengetahuan. Seseorang yang
mendapatkan informasi dari berbagai sumber maka cenderung mempunyai
pengetahuan yang lebih luas. Informasi akan memberikan pengaruh pada
pengetahuan seseorang, meskipun seseorang memiliki pendidikan rendah
tetapi jika mendapatkan sumber informasi yang baik dari berbagai bentuk
media massa (TV, radio, surat kabar, majalah, dan internet) akan berpengaruh
[13]
besar terhadap pembentuan opini dan kepercayaan seseorang . Kini di
zaman yang serba modern, banyak sekali manusia yang menggunakan media
elektronik sebagai sumber informasinya dibandingkan yang lainnya.

34
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

2.3 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis, dapat disimpulkan bahwa:


1. Pengetahuan mahasiswa tentang penyakit Demam Berdarah Dengue
berdasarkan pengalaman terkena penyakit DBD, yaitu 100%.
2. Pengetahuan mahasiswa tentang penyakit Demam Berdarah Dengue lebih
besar yang berpengetahuan baik yaitu 75%.
3. Pengetahuan mahasiswa tentang cara pencegahan penyakit Demam
Berdarah Dengue yang melakukan pencegahan menguras bak mandi lebih
besar yaitu 35%.
4. Pengetahuan mahasiswa tentang obat non medis yang dapat digunakan atau
yang diketahui yaitu daun jambu biji yaitu 75%.
5. Pengetahuan mahasiswa tentang penyakit Demam Berdarah Dengue
berdasarkan sumber informasi yang diperoleh dari media elektronik yaitu
50 %.

2.4 Saran

35
DAFTAR PUSTAKA

1. Demam berdarah dengue. Diambil dari : http://www.depkes.go.id. Diakses


pada tanggal 10 Maret 2019.
2. Avrina Rossa. Karakteristik penderita demam berdarah dengue di lima RSUD
Jakarta, tahun 2010. Jakarta : Badan Litbang Kesehatan Kementrian
Kesehatan. 2015.
3. Kamus Kesehatan. Diambil dari : http://www.kamuskesehatan.co.id. Diakses
pada tanggal 10 Maret 2019.
4. Departemen Kesehatan. Profil kesehatan Indonesia 2005. Jakarta :
Departemen Kesehatan RI. 2005.
5. Notoatmodjo Soekidjo. Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta :
Rhineka Cipta. 2007.
6. Fitriani Sinta. Promosi kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu. 2011.
7. WHO. Dengue and severe dengue. Diambil dari : http://
www.who.int/mediacentre/factsheets/fsl17/en/. Diakses pada tanggal 11
Maret 2019.
8. Widoyono. Penyakit tropis ; epidemiologi, penularan, pencegahan &
pemberantasannya. Jakarta : Erlangga. 2008.
9. Depkes RI. Gerakan indonesia cinta pembangunan kesehatan dengan upaya
promotive-preventive dengan tidak mengabaikan kuratif dan rehabilitatif.
Jakarta. 2012. Diambil dari : http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-
release/2052-gerakan-indonesia-cinta-sehat-pembangunan-kesehatan-
dengan-upaya-promotif-preventif-dengan-tidak-mengabaikan-kuratif-
danrehabilitatif.html. Diakses pada tanggal 11 Maret 2019.
10. Kasus DBD di Jawa Barat. Diambil dari : http://www.antarnews.com.
Diakses pada tanggal 11 Maret 2019.
11. Jumlah Mahasiswa Universitas Padjadjaran. Diambil dari :
https://www.kompasiana.com. Diakses pada tanggal 11 Maret 2019.
12. Mangkunegara Anwar Prabu. Pengertian kerja. 2005. Diambil dari :
http://www.sobatbaru.blogspot.com. Diakses pada tanggal 15 Maret 2019.
13. Notoatmodjo Soekidjo. Metode penelitian kesehatan, edisi revisi 2005.
Jakarta : Rhineka Cipta. 2005.
14. Meliono Irmayanti, et al. MPKT Modul 1. Jakarta : Lembaga Penerbitan FE.
2007

36
15. Depkes RI. Indonesia prakarsai pengendalian DBD di Asean. Diambil dari :
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1542-indonesia-
prakarsai-pengendalian-dbd-di-asean.html. Diakses pada tanggal 15 Maret
2019.
16. Mardiani Ratna. Panduan lengkap kesehatan : Mengenal, Mencegah, dan
Mengobati Penularan Penyakit dari Infeksi. Yogyakarta : Citra Pustaka. 2010.
17. Ginanjar Genis. Apa yang dokter anda tidak katakan tentang demam berdarah.
Jakarta : PT. Mizan Publika. 2007.
18. Depkes RI. Kampanye “tepat tangani demam melalui pelatihan kader
jumantik” sebagai wujud kerja sama kementerian kesehatan RI dan
ulaxosmithkline dalam upaya turunkan kasus DBD. Diambil dari :
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1539-kampanye-
ayo-stop-dbd-peran-serta-masyarakat-dalam-upaya-memberantas-dbd.html.
Diakses pada tanggal 15 Maret 2019.
19. Siklus hidup nyamuk aedes aegypti. Diambil dari : http://www.
informasikesling.blogspot.com. Diakses pada tanggal 15 Maret 2019.
20. Nasronudin. Penyakit infeksi di Indonesia solusi kini & mendatang.
Surabaya: Airlangga University Press. 2007.
21. Depkes RI. pemberantasan demam berdarah membutuhkan komitmen semua
pihak. Diambil dari : http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-
release/1547-pemberantasan-demam-berdarah-membutuhkan-komitmen-
semua-pihak.html. Diakses pada tanggal 18 Maret 2019.
22. Taviv Y, Saikhu A, Sitorus H. pengendalian DBD melalui pemanfaatan
pemantauan jentik dan ikan cupang di kota Palembang. Buletin Penelitian
Kesehatan. Vol. 38 (4). 2010.
23. Surahman, Supardi Sudibyo. Metodelogi penelitian untuk mahasiswa farmasi.
Jakarta : Trans Info Media. 2014
24. Obat tradisional demam berdarah dan jenisnya. Diambil dari :
http://sehatalamiku.com/obat-tradisional-demam-berdarah-dan-jenisnya.
Diakses pada tanggal 19 Maret 2019.
25. Arikunto Suharsimi. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek . Jakarta :
Rhineka Cipta. 2006.

37

Anda mungkin juga menyukai