Anda di halaman 1dari 4

LAPORAN KEGIATAN

DOKTER INTERNSIP PUSKESMAS POASIA


KOTA KENDARI
PERIODE JUNI 2016 OKTOBER 2016

UPAYA KESEHATAN LINGKUNGAN

PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE DENGAN PEMERIKSAAN


JENTIK NYAMUK AEDES AEGYPTI DI SMA NEGERI 2 KENDARI

A. Latar Belakang
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemik akut
yang disebabkan oleh virus. Dalam lima puluh tahun terakhir, insidensi penyakit
meningkat tiga puluh kali dan menyebar secara geografis ke negara yang
sebelumnya belum terjangkit. Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini
masih merupakan masalah kesehatan baik bagi tenaga kesehatan khususnya,
maupun masyarakat luas pada umumnya. Hal ini dikarenakan penyakit ini dapat
menimbulkan wabah yang apabila penanganannya tidak tepat dapat
mengakibatkan kematian. Masyarakat di Asia Tenggara memiliki resiko yang
sangat besar terhadap penularan virus dengue. Dari 2,5 miliar orang yang
beresiko tertular, sekitar 1,8 miliar tinggal di negara-negara Asia Tenggara dan
regio Pasifik Barat.1,3,4 Negara yang memiliki kerentanan terhadap serangan
endemis dengue antara lain Indonesia, Malaysia, Thailand dan Timor Leste. Hal
ini disebabkan karena cuaca yang tropis dan masih merupakan area equatorial
dimana Aedes aegepty menyebar di seluruh daerah tersebut.
Sejak pertama kali ditemukan penyakit DBD di Indonesia (Surabaya dan
Jakarta) pada tahun 1968, jumlah kasus cenderung meningkat dan daerah
penyebarannya bertambah luas, sehingga pada tahun 1994 DBD telah tersebar ke
seluruh provinsi di Indonesia. Pada tahun 1998, terjadi. Kejadian Luar Biasa
(KLB) DBD dengan jumlah penderita sebanyak 72.133 orang dan merupakan
wabah terbesar sejak kasus DBD ditemukan pertama kali di Indonesia dengan
1.411 kematian. Jumlah penderita pada tahun 2004 periode Januari-April di 188
kabupaten/kota dari 12 provinsi sebanyak 53.719 kasus, 590 diantaranya
meninggal dunia. Adapun ke 12 provinsi tersebut adalah Nanggroe Aceh
Darussalam, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I.Yogyakarta,
Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa
Tenggara Timur (Depkes RI, 2006).
Jumlah kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi
Sulawesi Tenggara pada tahun 2009 berjumlah 772 kasus. Kejadian DBD
tertinggi terdapat di kota Kendari dengan jumlah 298 kasus dan kasus yang paling
sedikit di Kabupaten Buton dan Konawe Utara. Kasus Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Sulawesi Tenggara meningkat dari tahun ke tahun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian DBD, antara lain faktor host
(kerentanan dan respon imun), lingkungan (kondisi geografi seperti ketinggian
dari permukaan laut, curah hujan, angin, kelembaban, musim, dan kondisi
demografi seperti kepadatan, mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi
penduduk), serta faktor agentnya sendiri (virus dengue). Pencegahan terhadap
DBD dapat dilakukan dengan mengontrol vektornya yaitu Aedes aegepty.
Manajemen lingkungan, kontrol biologi dan kontrol kimia merupakan cara yang
efektif dalam memberantas perkembangbiakan dari Aedes aegepty.

B. Permasalahan di Masyarakat
Menurut data WHO 1955-2007, didapatkan lima puluh juta infeksi
Dengue setiap tahunnya dan terdapat 2,5 miliar orang yang hidup di negara
endemis. Insiden demam berdarah dengue di Indonesia termasuk tinggi. Jumlah
penderita pada tahun 2004 periode Januari-April di 188 kabupaten/kota dari 12
provinsi sebanyak 53.719 kasus, 590 diantaranya meninggal dunia. Adapun ke 12
provinsi tersebut adalah Nanggroe Aceh Darussalam, Banten, DKI Jakarta, Jawa
Barat, Jawa Tengah, D.I.Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi,
Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur (Depkes RI, 2006).
Kasus demam berdarah dengue di wilayah kerja Puskesmas Poasia Kota
Kendari masih merupakan permasalahan yang jelas. Hal ini terlihat dengan
jumlah penderita DBD yang terkesan meningkat di musim pancaroba maupun di
musim hujan, baik yang rawat jalan maupun rawat inap. Insiden tertinggi yakni
anak-anak. Sanitasi lingkungan yang tidak memadai dan daya tahan tubuh yang
rendah saat musim hujan terutama pada anak-anak masih menjadi salah satu
penyebab tingginya kunjungan pasien DBD di wilayah kerja Puskesmas Poasia
Kota Kendari.
C. Pemilihan Intervensi
Oleh karena permasalahan yang terjadi diatas, maka diadakan kegiatan
profilaksis dengan mencari faktor penyebab penyakit DBD dengan melakukan
pemeriksaan jentik nyamuk Aedes Aegypti penyebab Demam Berdarah Dengue
(DBD)

D. Pelaksanaan
Pemeriksaan jentik nyamuk ini diadakan secara bersamaan dengan kegiatan
penyuluhan di SMA Negeri 2 Kendari pada tanggal 4 Agustus 2016.

E. Evaluasi
Dalam kegiatan ini dilakukan pemeriksaan jentik nyamuk serta pemberian
penjelasan pentingnya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat serta bebas dari
penyakit. Selain itu juga diberikan penyuluhan tentang cara pencegahan penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD). Dari hasil pemeriksaan, ditemukan jentik
nyamuk di air yang tergenang pada pot bunga plastik yang digantung pada setiap
kelas.

Kendari, 23 Oktober 2016

Peserta Program Dokter Internsip

dr. Meita Marseilla dr. Nur Fadilah dr. Rahmat Faradilla

Pembimbing

dr. H. Juriadi Paddo, M. Kes

Anda mungkin juga menyukai