Anda di halaman 1dari 28

PROPOSAL PENELITIAN

GAMBARAN FAKTOR LINGKUNGAN DAN PERILAKU

MASYARAKAT TERHADAP PENINGKATAN KASUS DEMAM

BERDARAH DANGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

DANGA, KABUPATEN NAGEKEO,

PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR

NAMA : DELFIANA BENGA

NIM : 25000119183411

SEMESTER : VI (Tujuh)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

2020

1
2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sedang diterpa cobaan berat dalam aspek kesehatan. Selain

diterpa wabah corona virus (Covid-19) yang menjadi pendemi global,

Indonesia juga dilanda wabah Demam berdarah (DBD), yang secara global

menunjukan bahwa, asia tenggara menempati urutan pertama dalam jumlah

penderitaan DBD setiap tahunnya sedangkan berdasarkan data dari World

Health organization (WHO) Indonesia tercatat sebagai negara dengan kasus

DBD tertinggi oleh karena itu perlu adanya pencegahan secara efektif serta

ada upaya preventif yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi Demam

berdarah yang terjadi disetiap daerah yang ada di Indonesia.

Dalam upaya pencegahan serta mengatasi masalah penyakit virus

demam berdarah di Indonesia faktor lingkungan sosial memegang peranan

penting dalam menentukan terjadinya proses interaksi antara manusia serta

penyebab dalam proses terjadinya penyakit, kondisi faktor lingkungan sosial

yang buruk memberi keuntungan virus penyakit cepat berkembang biak, dan

penyebar penyakit DBD maka perlu adanya perbaikan kualitas lingkungan

sosial sehingga dapat memutuskan mata rantai penularan penyakit DBD.

Penularan penyakit DBD di Indonesia dalam buku demam berdarah

(2007) karya Genis Ginanjar sebagai pakar epidemiologi penyebaran

pnyakit infeksi penularan DBD dipengaruhi tiga faktor yaitu faktor penjamu

(target, penyakit, inang) dalam hal ini manusia yang rentan tertular penyakit

3
DBD faktor penyebar (vektor) dan penyebab penyakit (agen) adalah virus

DEN tipe 1-4 sebagai agen penyebab penyakit, sedangkan nyamuk aedes

aegepty dan aedes albopictus sebagai vector penyebar penyakit DBD serta

faktor lingkungan yang dapat memudahkan kita untuk penularan penyakit

DBD.

Penyebab serta penularan penyakit demam berdarah Di Indonesia

mengakibatkan ribuan orang dinyatakan positif sepanjang tahun 2020,

tercatat mencapai 17.820 kasus penularan demam berdarah DBD dengan

angka kematian sebanyak 104 orang, maka dibidang kesehatan pemerintah

harus melakukan sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat,

kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap masyarakat agar

dapat terwujudnya kesehatan masyarakat secara baik karena kasus tersebut

sering menimbulkan kejadian luar biasa dengan jumlah kematian yang

banyak.

Kematian akibat penyakit demam berdarah setiap daerah seluruh

Indonesia memang cukup relative seperti yang terjadi di Nusa Tenggara

Timur, dari data Dinas Kesehatan Provinsi NTT bahwa, dengan jumlah

kematian akibat penyakit demam berdarah dari awal tahun 2020 yang terjadi

sebanyak 37 orang. Jumlah kasus demam berdarah terus meningkat dengan

jumlah sebanyak 1190 jiwa serta tingkat kematian sebesar 1,09 persen.

Pencegahan DBD terus dilakukan oleh Pemerintah Nusa Tenggara Timur

dengan cara terus melakukan upaya pemberantasan yang difokuskan pada

penggerakan potensi masyarakat serta menjaga lingkungan yang bersih.

4
Sebagian besar kasus demam berdarah di Nusa Tenggara Timur

disebabkan karena pergantian musim dengan bulan bulan yang memiliki

intensitas curah hujan yang tinggi hal ini menyebabkan banyaknya

genangan air serta penyebab utama adalah masyarakat memiliki perilaku

menampung air diember atau bak tanpa melakukan kegiatan 3M (Menutup,

menguras dan mengubur) hal ini mengakibatkan peluang besar bagi nyamuk

aedes aegypti untuk bertumbuh dan berkembang serta penyebaran penyakit

DBD.

Bertumbuh serta perkembangan penyebaran penyakit demam

berdarah di Nusa Tenggara Timur mengakibatkan ada beberapa fakor yaitu

Faktor lingkungan sosial berupa Kepadatan Penduduk, mobilitas penduduk,

sanitasi lingkungan, keberadaan kontainer dan kepadatan vektor merupakan

faktor yang berperan terhadap penularan ataupun terjadinya penyakit

Demam Berdarah Dengue, selain faktor penyakit, dan perilaku masyarakat.

Dengan mengetahui keadaan lingkungan, maka upaya-upaya pencegahan

terhadap penyakit dan penularannya dapat dilakukan dengan baik.

Kasus penularan penyakit demam berdarah terus terjadi disetiap

daerah yang ada di Nusa Tenggaara Timur (NTT) kondisi tersebut terus

meningkat di awal Tahun 2020 seperti yang terjadi di Puskkesmas Danga,

Kabupaten Nagekeo yang saat ini intensitas curah hujan yang cukup tinggi

maka warga yang terserang penyakit DBD di Puskesmas Danga akibat

gigitan nyamuk aedes aegypty terus meningkat dengan jumlah pada tahun

2019 terdapat 6 kasus dan terus bertambah di tahun 2020 menjadi 18 kasus

yang terjadi di Puskesmas Danga, Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagekeo

5
Faktor yang beresiko terjadinya penularan dan semakin

berkembangnya penyakit DBD di Puskesmas Danga, Kabupaten Nagekeo

adalah system pengelolaan limbah dan penyediaan air bersih yang tidak

memadai, berkembangnya penyebaran dan kepadatan nyamuk, kurangnya

system pengendalian nyamuk yang efektif, serta melemahnya struktur

kesehatan masyarakat. Selain faktor lingkungan tersebut diatas, status

imunologi seseorang juga sangat berpengaruh, virus yang menginfeksi, usia,

dan riwayat genetic juga berpengaruh terhadap penularan penyakit demam

berdarah di Puskesmas Danga, Kabupaten Nagekeo. Oleh karena itu dari

permasalahan tersebut diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul; Gambaran Faktor Lingkungan Dan Perilaku

Masyarakat Terhadap Peningkatan Kasus Demam Berdarah Dangue

(DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Danga, Kabupaten Nagekeo,

Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2020

B. Rumusan masalah

1. Apakah Gambaran Faktor Lingkungan Dan Perilaku Masyarakat

Terhadap Peningkatan Kasus Demam Berdarah Dangue (DBD)?

2. Apa yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Nagekeo dalam

pencegahan penyebaran penyakit DBD?

3. Bagimana cara penanganan yang dilakukan oleh para tenaga kesehatan

yang positif penyakit DBD?

6
C. Tujuan penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran Faktor Lingkungan Dan Perilaku

Masyarakat Terhadap Peningkatan Kasus Demam Berdarah Dangue

(DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Danga, Kabupaten Nagekeo,

Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2020

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui kepadatan penduduk yang dapat

mempengaruhi penyebaran penyakit DBD di Kabupaten Nagekeo.

b. Untuk mengetahui Mobilitas Penduduk terhadap persebaran

penyakit DBD

c. Untuk mengetahui sanitasi Lingkungan yang dapat mempengaruhi

penyebaran penyakit DBD di Kabupaten Nagekeo

d. Untuk mengetahui keberadaan kontainer dan kepadatan vector

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat praktis

Hasil dari proposal penelitian ini dapat digunakan atau menjadi landasan

dalam pengembangan ilmu pengetahuan kesehatan masyarakat dan dapat

memacu penelitian lanjutan, serta bagi masyarakat sehingga dapat

mengetahui tentang gambaran faktor lingkungan terhadap peningkatan

penyakit demam berdarah dengue.

2. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan

terutama tenaga kesehatan masyarakat tentang gambaran faktor

7
lingkungan dan perilaku masyarakat terhapat peningkatan kasus

penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue)

b. Penelitian ini diharapkan menjadi acuan atau refrensi bagi

mahasiswa yang ingin melakukan penelitaian tentang masalah

demam berdarah dengue (DBD)

3. Manfaat untuk Dinas Kesehatan

Sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam pemecahan masalah

pada program kesehatan bidang penyakit menular, khususnya masalah

penyabaran penyakit DBD agar dapat dijadikan sebagai monitoring dan

evaluasi program pemberantasan penyakit menular.

4. Manfaat Untuk Puskesmas

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya gambaran

faktor lingkungan dan perilaku masyarakat terhapat peningkatan kasus

penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue)

5. Manfaat Untuk Masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya gambaran

faktor lingkungan dan perilaku masyarakat terhapat peningkatan kasus

penyakit DBD (Demam Berdarah Dengue)

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang Lingkup Tempat

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Danga,

Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, Propinsi NTT.

2. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2020.

8
3. Ruang Lingkup Keilmuan

Penelitian ini merupakan bagian ilmu kesehatan masyarakat terutama

bidang Kesehatan Lingkungan untuk mengetahui Gambaran Faktor

Lingkungan Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Peningkatan Kasus

Demam Berdarah Dangue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Danga,

Kabupaten Nagekeo, Propinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2020

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

9
A. Demam Berdarah dengue (DBD)

Demam berdarah dengue adalah salah satu penyakit febris-virus akut,

sering kali disertai dengan sakit kepala, nyeri tulang atau sendi, dan otot

ruam. DBD disebabkan virus dengue yang merupakan family flaviviridae.

Vektor dari penyakit ini DBD adalah nyamuk Aedes aegypti yang

merupakan nyamuk tropis dan sub tropis (WHO,1997).

Demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit menular yang

sering terjadi menimbulkan wabah serta menyebabkan kematian terutama

pada anak usia remaja sampai pada anak- anak balita. Penyakit DBD adalah

penyakit yang mengakibatkan dari infeksi dari virus dengue yang ditularkan

melalui gigitan nyamuk aedes oegypty, dengan ciri-ciri demam tinggi yang

sangat mendadak disertai bermanifestasi pendarahan serta bertedensi sampai

pada terjadi rejatan dan kematian. (Ditjen PPMΠ2015) tetapi demam

berdarah dengue tidak semua yang terinfeksi Virus dengue akan

menunjukan manifestasi DBD berat.

Ada yang hanya bermanifestasi demam ringan yang akan sembuh dengan

sendirian atau bahkan ada yang sama sekali tidak ada tanda- gejala

sedangkan sebagian lagi akan menderita demam dengue saja tidak juga

menimbulkan pada kebocoran plasma dan penyebab pada kematian.

B. Etiologi demam berdarah dengue (DBD

Profil kesehatan Indonesia (2014) dan serta menurut widoyono mengatakan

bahwa,virus demam berdarah dengue yang tergolong arthropodborne virus

genusflavivirus, dan flaviviride. Berdasarkan david baylon (1979) dalam

10
widoyono epidemiologi dengue di Batavia disebabkan oleh tiga faktor utama

yaitu, Virus manusia dan nyamuk.

C. Penularan demam berdarah (DBD)

Virus demam berdarah dengue yang dibawah serta ditularkan oleh vector

nyamuk sumantri (2013). Vector utamanya ialah, nyamuk aedes, khususnya

aedes aegypti (daerah perkotaan) serta aedes albopictus (daerah pedesaan)

Ada pun ciri-ciri nyamuk aedessp dewasa yang merupakan sebagai berikut:

a. Aedes aegypti

Menurut widoyono (2008) Aedes aegypti memiliki ciri ciri sebagai

berikut:

1. Sayap dan badanya berbentuk belang-belang dan bergaris putih

2. Aedes aegypti akan berkembang biak di air yang sangat jernih

serta tidak beralaskan tanah, seperti bak mandi, WC, drum

serta tempat penampung lainya yang tidak bersentuhan dengan

tanah

3. Nyamuk betina bersifat multiple biters (nyamuk tersebut akan

menggit banyak orang ketika kenyang akan berpindah tempat)

4. Jarak terbang kurang lebi akan mencapai 100 meter

5. Tahan akan suhu yang panas serta kelembaban tinggi.

b. Aedes albopictus

Menurut Anies (2006) Aedes albopictus memiliki ciri-ciri antara lain

sebagai berikut:

1. Memiliki corak garis yang berbentuk lurus pada

bagian    punggung.

11
2. Lebih banyak berkembang biak di tempat penampung air

yang    berada diluar rumah.

Nyamuk aedes spp yang menjadi vector penyebab demam berdarah adalah

nyamuk yang terinfeksi saat menggit manusia yang sedang sakit dan

viremia (yang memiliki virus di dalam tubuhnya). Menurut laporan bahwa

virus tersebut dapat ditularkan secara transovarial dari nyamuk ketelur-

telunya, Widoyono (2008) sedangkan virus akan terus berkembang dalam

tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam kelencar air liurnya,

nyamuk yang telah menginkubasi virus tersebut disebut dengan nyamuk

infektif dan juga nyamuk tersebuat akan menggit orang lain maka virus

dengue tersebut akan pindah bersama air liurnya.

Dalam tubuh manusia, virus ini akan tumbuh dan berkembang biak selam

4-6 hari dan orang yang digigit virus dengue akan mengalami sakit demam

berdarah dangue. Virus dengue memperbanyak dalam diri manusia serta

beradah dalam darah selama 1 minggu.

Menurut pendapat dari sudjana (2010) bahwa menurut gambaran klinis

penderitaan dengue terdiri ada tujuh faktor yaitu:

a) Fase kritis

Biasanya kalau gejala demam mendadak tinggi 2 – 2 hari, disertai

muka kemerahan, eritema kulit, nyeri seluruh tubuh, myalgia,

antralgia, dan sakit kepala. Di beberapa kasus nyeri tenggorokan

injeksi farings serta konjungtive, anoreksia, dan mulai muntah -

muntah. Pada fase ini dapat pula di temukan tanda pendarahan

sperti ptekie, pendaraga mukoso walupun jarang dapat pula

12
terjadi pendaraan prafandireaan yang dapat pula terjadi

pendarahan prevaginaan serta pendaraha ngastrointestina

b) Fase kritis

Terjadi pada hari ketiga sampai hari ke 7 sakit ditandai dengan

penurunan suhu tubuh yang akan disertai kenaikan premabilitas

kapiler dan timbulnya kebocoran plasma yang biasnya

berlangsung selama 24-48 jam. Kebocoran plasma sering

didahului oleh lekopeni progresif disertai penurunan hitung

trombosit

c) Fase pemulihan

Setelah fase kritis terlewati maka akan pengembalian sebuah

cairan dari ekstravaskuler ke intravaskuler secara berlahan pada

48-72 jam setelahnya. Keadaan umum penderitaan membaiki

maka nafsu makan akan pulih kembali , hemodinamik stabil dan

diuresis membaik.

D. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu menjadi salah satu ajuan dalam melakukan penelitian

sehingga peneliti dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji

atau masalah penelitian yang digunakan. Dari penelitian terdahulu penulis

tidak menemukan dengan judul yang sama tetapi penulis mengngakat

masalah sebagai refrensi sebagai bahan unutuk memperkaya bahan kajian

bagi peneliti. Berikut ada beberapa peneliti terdahulu sebagai berikut:

1. Yulita Louisa Ekel*, Billy J. Kepel*, Max Tulung* (April 2017)

hubungan antara faktor lingkungan fisik dengan kejadian penyakit

13
demam berdarah dengue (dbd) di wilayah kerja puskesmas tikala baru

manado. Dengan tujuan penelitian sebagai berikut: Maka dari itu tujuan

penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara faktor lingkungan fisik

dengan kejadian penyakit DBD di wilayah kerja Puskesmas Tikala Baru

Manado.

2. Puji astuti, elisabeth deta lustiyati, program studi kesehatan masyarakat

universitas respati Yogyakarta dengan judul: Hubungan Kondisi

Lingkungan Fisik Terhadap Tingkat Kepadatan Larva Aedes Sp Di

Sekolah Dasar Wilayah Kecamatan Kasihan, Bantul, Di Yogyakarta.

Maka dari itu tujuan penelitian ini untuk mengetahui kondisi hubungan

lingkungan fisik wilaya, serta Populasi penelitian ini adalah seluruh

sekolah dasar di wilayah Kecamatan Kasihan yaitu sebanyak 34 sekolah

dasar berdasarkan data Dinas Pendidikan Dasar Kabupaten Bantul Tahun

2015. Sampel dalam penelitian ini adalah sekolah dasar yang bersedia

menjadi tempat penelitian di wilayah Kecamatan Kasihan yaitu 30

sekolah dasar. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah

total sampling.

3. Marwantya, Tri Yunis Miko Wahyonob, Dinas Kesehatan Kota Palopo

Sulawesi Selatan Departemen Epidemiologi, Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Indonesia dengan judul: Faktor Lingkungan

Rumah dan Kejadian Demam Berdarah Dengue di Kota Palopo 2016

dengan tujuan serta metode penelitian sebagai berikut: Desain yang

digunakan dalam penelitian ini adalastudi analitik dengan rancangan

14
kasus kontrol yang bertujuan untuk melihat hubungan antara faktor

lingkungan rumah dengan kejadian DBD di Kota Palopo tahun 2016.

4. Adik sunarya, Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit

Demam Berdarah Dengue (Dbd) Di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa

Baru Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan Tahun 2019 dengan

tujuan penelitian sebagai berikut: Untuk mengetahui hubungan sanitasi

lingkungan dengan kejadian penyakit DBD di Kecamatan Medan

Perjuangan serta metode penelitian: Penelitian ini menggunakan desain

penelitian survei analitik karena penelitian ini mencoba menggali

bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian

melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara resiko

dengan faktor efek. Yang dimaksud dengan faktor efek adalah suatu

akibat dari adanya faktor resiko, sedangkan faktor resiko adalah suatu

fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek.

5. Abdul Rohim,(2015). Gambaran Kejadian Demam Berdarah Dengue

Berdasarkan Faktor Lingkungan Dan Host di wilayah kerja puskesmas

pamulang. Serta tujuan untuk mengetahui distribusi dan frekuensi

kejadian DBD berdasarkan pola dan penyebaran serta faktor lingkungan

(keberadan kawat kasa, keberadan tempat penampung air, keberadaan

ikan pemakan jentik) di wilayah kerja puskesmas pamulang kota

tangerang selatan.

E. Kerangka Teori

15
Faktor
Lingkungan

1. Suhu
2. Kelembaban
3. Pencahayaan Nyamuk Ac Apty
4. Mobilitas
Masalah
Sosial
5. Pemandatan
Penduduk
Firus dangue

Kejadian demam
Pemerintah berdarah

Mengidentifikasi

Sosialisai Sasaran

Pencegaha dan
Penanganan

16
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah puskesmas Danga, Kecamatan Aesesa,

Kabupaten Nagekeo waktu penelitian dilakukan selama 2 bulan dari bulan

Desember 2020 – Bulan Januari 2021

B. Jenis Penelitian dan Sumber Data

1. Jenis Penelitian

Jika dilihat berdasarkan tujuannya, penelitian ini dapat kategorikan ke

dalam penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono (2003:11) penelitian

deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk mengetahui ini

variabel mandiri baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa

membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel satu

dengan variabel yang lainnya.

Penelitian ini bersifat deskriptif karena berusaha memberikan

gambaran secara menyeluruh dan mendalam mengenai masalah

gambaran faktor lingkungan terhadap peningkatan penyakit DBD yang

terjadi di Puskesmas Danga, Kabupaten Nagekeo

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif

dengan pendekatan cross sectional dimana variabel independen dan

dependennya diobservasi pada saat yang sama. Penelitian deskriptif

bertujuan untuk mendeskripsikan peristiwa-peristiwa yang terjadi

pada masa kini. (Nursalam, 200).

17
Penelitian deskriptif adalah menggambarkan apa adanya tentang

suatu variabel, gejala tau keadaan (Arikunto, 2005).

2. Sumber Data

Penelitian merupakan aktifitas ilmiah yang sistematis, terarah

dan bertujuan, maka data yang dikumpulkan relevan dengan

permasalahan yang dihadapi. Data yang diperlukan dalam penelitian

ini terdiri dari 2 (dua) jenis yaitu primer dan sekunder, yang

sumbernya masing-masing sebagai berikut:

a. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya.

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan

cara wawancara bebas terstruktur, yaitu dengan mengajukan

pertanyaan-pertanyaan secara lisan, tanpa terikat suatu susunan

pertanyaan struktur yang telah dipersiapkan sebelumnya, namun

tetap memiliki pedoman yang mengacu serta relevan dengan

kerangka dan tujuan penelitian.

Hal ini dilakukan dengan tujuan-tujuan untuk memperoleh

informasi yang sebanyak-banyaknya tanpa harus melenceng dari

tujuan dilakukannya penelitian, tentunya yang berkaitan dengan

gambaran factor lingkungan dan perilaku masyarakat terhadap

peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD), diantaranya: a.

Jawaban responden terhadap kuesioner; b. Jawaban responden

terhadap beberapa pertanyaan wawancara; c. Hasil observasi

18
penulis dilapangan; d. Dokumentasi/foto-foto mengenai keadaan

dilapangan.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber tidak

langsung. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dengan

melalui studi kepustakaan mengenai peraturan perundang-

undangan, buku-buku, literatur , buku-buku, dokumen-dokumen,

serta arsip-arsip yang brkaitan dan relevan dengan permasalahan

yaitu peningkatan kasus penyakit Demam Berdarah Dengue

(DBD).

C. Metode Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi adalah merupakan suatu proses yang kompleks yang

tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, dua diantaranya

yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.

Sutrisno Hadi (dalam Sugiyono, 2012:166) atau dengan kata lain suatu

penyelidikan yang dijalankan secara sistematis dan dengan

menggunakan alat indera terutama mata terhadap kejadian-kejadian

yang langsung.

Jadi disini penulis melakukan pengamatan secara langsung

dilapangan untuk mendapatkan data yang erat hubungannya dengan

penelitian ini. Dalam kaitan penelitian ini penulis melakukan

pengamatan secara langsung mengenai gambaran faktor lingkungan

19
dan perilaku masyarakat terhadap peningkatan kasus demam berdarah

dengue (DBD) di Kabupaten Nagekeo.

2. Kuesioner (Angket)

Kuesioner (Angket) adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis

kepada responden untuk dijawabnya. (Sugiyono, 2012:162). Atau

dengan kata lain pengumpulan data dengan menggunakan daftar

pertanyaan yang disebarkan kepada responden mengenai gambaran

faktor lingkungan dan perilaku masyarakat terhadap peninngkatan

kasus demam berdaarah dengue (DBD) di Kabupaten Nagekeo.

3. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data

dan informasi yang dibutuhkan melalui dialog langsung secara lisan

terhadap sebagian responden yang dianggap perlu dengan

berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disediakan.

4. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang

berupa catatan, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, lengger

agenda dan sebagainya. Adapun dokumentasi dalam penelitian ini,

berupa foto-foto mengenai wawancara.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subyek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

20
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(dalam Sugiyono, 2012:90). Berdasarkan pengertian diatas maka

populasi dalam penelitian ini adalah semua pihak yang terlibat bersama

penelitian dalam mengalisis masalah antara gambaran faktor

lingkungan dan perilaku masyarakat terhadap peningkatan kasus

penyakit demam berdarah di Kabupaten Nagekeo.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

(Hidayat, 2007).

2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Apabila populasi besar, dan peneliti

tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya

karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat

menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu (dalam Sugiyono,

2012:91).

Dalam melakukan teknik pengambilan sampel, peneliti

menggunakan metode non probability sampling dimana dalam teknik

ini jumlah atau ukuran sampel disesuaikan dengan masalah dan tujuan

dari penelitian. Spesifikasi metode non probability sampling yang

digunakan peneliti adalah purposive sampling.

21
E. Metode Analisis Data

Analisis data adalah langkah selanjutnya untuk mengolah hasil

penelitian menjadi data, dimana data yang diperoleh, dikerjakan dan

dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga dapat menyimpulkan persoalan

yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian itu. Untuk mengetahui

tentang gambaran faktor lingkungan dan perilaku masyarakat terhadap

peningkatan kasus penyakit demam berdarah penulis menggunakan

metode analisa kualitatif, yaitu suatu analisa yang berusaha memberikan

gambaran terperinci mengenai gambaran faktor lingkungan dan perilaku

masyarakat terhadap peningkatan kasus demam berdarah di Kabupaten

Nagekeo

Berdasarkan kenyataan dilapangan dan hasilnya akan disajikan dalam

bentuk table yang dilengkapi dengan menguraikan serta mengaitkan

dengan teori dan memberikan keterangan yang mendukung untuk

menjawab masing-masing masalah, serta memberikan interprestasi

terhadap hasil yang relevan dan diambil kesimpulan serta

saran.Selanjutnya data yang terkumpul diolah dengan menggunakan teknik

skalalikert.

Menurut Sugiyono (2008:93) Skala Likert digunakan untuk

mengukursikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang

tentang fenomenasosial. Dengan skala likert, variabel yang akan diukur

dijabarkan menjadiindikator variabel. Kemudian indikator tersebut

dijadikan sebagai tolak ukuruntuk menyusun item-item instrumen yang

dapat berupa perrnyataan dan pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen

22
yang menggunakan skala likertempunyai gradasi dari positif sampai

dengan sangat negatif.

Berdasarkan metode penelitian yang telah dikemukakan diatas maka

data informasi yang diperoleh akan dikelompokkan dan dipisahkan sesuai

dengan jenisnya dan diberi nilai persentase, disajikan dalam bentuk tabel

dan uraian dengan rumus persentasenya sebagai berikut:

P = x 100%

Keterangan :

P = Persentase

F = Frekuensi

N = Populasi

Kemudian untuk mendapatkan kesimpulan dari masalah tersebut maka

keseluruhan indikator yang telah diajukan kepada responden dengan

menggunakan teknik pengukuran sesuai dengan pendapat (Husaini, Usman

2009:146) sebagai berikut:

Baik : 80 - 100 %

Cukup Baik : 50 - 79 %

Kurang Baik : 40 - 59 %

Tidak Baik : 0 - 39 %

23
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan masalah tersebut penulis menarik kesimpulan dalam

proposal penelitian tentang gambaran faktor lingkungan dan perilaku

masyarakat terhadap peningkatan kasus penyakit demam berdarah

(DBD ) di Puskesmas Danga, Kecamatan Aesesa Kabupaten Nagkeo

adalah

1. faktor yang beresiko terjadinya penularan dan semakin

berkembangnya penyakit DBD di kabupaten Nagekeo

adalah system pengelolaan limbah dan penyediaan air bersih

yang tidak memadai, berkembangnya penyebaran dan

kepadatan nyamuk, kurangnya system pengendalian nyamuk

yang efektif, serta melemahnya struktur kesehatan

masyarakat.

2. Status imunologi seseorang juga sangat berpengaruh, virus

yang menginfeksi, usia, dan riwayat genetic juga

berpengaruh terhadap penularan penyakit demam berdarah

di kabupaten Nagekeo.

3. Ada pengaruh intensitas curah hujan yang cukup tinggi maka

warga yang terserang penyakit DBD di kabupaten Nagekeo

akibat gigitan nyamuk aedes aegypty terus meningkat

dengan jumlah dari 3 0rang kini menjadi 15 orang dari tujuh

kecamatan.

24
B. Saran

1. Masyaraka harus berperan aktif dalam melaksanakan kebersihan

lingkungan trutama dalam melaksanakan pemberantasan

sarang nyamuk guna menekan sekecil mungkin peluang nyamuk

untuk bersarang serta berkembang biak.

2. Diharapkan petugas kesehatan lebih rutin untuk melaksanakan

penyuluhan dimasyarakat tentang penebaran serta cara pencegahan

penyakit demam berdarah dangue serta pentingnya pelaksanaan

pemberantasan sarang nyamuk (PSN) guna menekan terjadinya

perkembangan kasus akibat dari faktor lingkungan sosial.

3. Perluadanya pencegahan secara efektif serta ada upaya preventif

yang dilakukan pemerintah nagekeo yaitudinas kesehaatan untuk

mengatasi Demam berdarah yang terjadi di setiap kecamatan yang

ada dikabupaten nagekeo.

25
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rohim,(2015). Gambaran Kejadian Demam Berdarah Dengue

Berdasarkan Faktor Lingkungan Dan Host di wilayah kerja puskesmas

pamulang.

Adik sunarya,(2019). Hubungan Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Penyakit

Demam Berdarah Dengue (Dbd), Kota Medan Tahun 2019

Anies. (2006). Manajemen Berbasis Lingkungan Solusi Mencegah dan

Menanggulangi Penyakit Menular. Jakarta: PT Elex Media Komputind.

Antonius, N., dan Silliaman, S., (2005), Diabetes Mellitus and Stroke, (online),

(http://www.dcmsonline.org/jaxmedicine/2005journals/Diabetes/diab05

g-stroke.pdf, diakses pada tanggal 24 mei 2011).

Apriyani, Ummiyati, S. R, Sutomo, A.H. (2016). Sanitasi Lingkungan Dan

Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes Sp Dengan Kejadian Demam

Berdarah Dengue Di Bangun tapan Bantul. Jurnal. Berita Kedokteran

Masyarakat. Diterbitkan 1 Februari 2017.

Baylon, (1979) dalam widoyono. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan,

Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). (2015). Pencegahan dan

Penanggulangan Penyakit Demam Dengue dan Demam Berdarah

Dengue. Jakarta: Direktorat Jendral Pemberantasan Penyakit Menular

dan Penyehatan Lingkungan pemukiman (DITJEN PPM & PL).

26
Ginanjar, genis. (2007) demam berdarah A survival guide. Yogyakarta: mizan

group

Hartani A.L, (2011), Manajemen Pendidikn, Yogyakarta: LaksBan Pressindo.

Marwantya, Tri Yunis Miko Wahyonob,(2016) Faktor Lingkungan Rumah dan

Kejadian Demam Berdarah Dengue, Fakultas Kesehatan Masyarakat,

Universitas Indonesia.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003;117). Lingkungan pekerjaan. Jakarta: Rineka

Cipta.

NURYANTI, E. (2013). Perilaku pemberantasan sarang nyamuk di masyarakat.

Jurnal Kesehatan Masyarakat, 9, 15-23.

Puji astuti, elisabeth deta lustiyati,(2015).: Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik

Terhadap Tingkat Kepadatan Larva Aedes Sp, universitas respati

Yogyakarta, jurnal 2015.

sudjana. (2010) Studi Kohort Kejadian Penyakit Demam berdarah Dengue, Berita

kedokteran Masyarakat, Vol. 26, No. 4.

Sugiyono, (2003:11), Metode Penelitian Deskriptif. Edisi 1.Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012:162). Metode Kuesioner (angket). Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2012:90). Metode Penelitian tentang populasi. Bandung: Alfabeta.

Sumantri, Danang. 2013. Perbedaan Karakerisasi Genetik Udang Vannamei

(Litopenaeus vannamei) yang Terinfeksi White Spot Syndrome Virus

27
(WSSV) di Tambak Porong dan Tambak Bangil. Skripsi. Malang:

Universitas Brawijaya.

Sunaryo (1988). Mobilitas Penduduk Sirkuler dari Desa ke Kota di Indonesia.

Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM.

Usman, Husaini, (2009:146). Metode Penelitian Sosial, (Jakarta; Bumi Aksara

2009)

Widoyono, (2008) Penyakit Tropis, Epidemiologi Penularan aedas aegypti,

Pencegahan dan Pemberantasannya. Jakarta: Erlangga; 2008.

World Health Organization (WHO). 1997. Dengue Hemorrhagic Fever:

Diagnosis, Treatment, Prevention, and Control. 2nd ed. Geneva: WHO.

Yulita Louisa Ekel*, Billy J. Kepel*, Max Tulung* (April 2017) hubungan

antara faktor lingkungan fisik dengan kejadian penyakit demam

berdarah dengue (dbd) di wilayah kerja puskesmas tikala baru manado

28

Anda mungkin juga menyukai