DOSEN PENGAMPU
Disusun Oleh
1. Asep Suherman ( 20181313007 )
( 20181313014 )
2. Ivan Nikola
( 20181313015 )
3. Julhaidir Akbar ( 20181321020 )
( 20181313027 )
4. Nur Khalifah
5. Roy Yanto
1. Ibu Nurul Amaliyah, S.K.M., M.SC selaku Ketua Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes
Kemenkes Pontianak.
2. Bapak Zainal Akhmadi, S.H., M.Kes selaku Ketua Prodi Diploma IV Kesehatan Lingkungan
Poltekkes Kemenkes Pontianak.
3. Ibu Salbiah K., S.E, M.P.H selaku dosen mata kuliah Sanitasi Permukiman yang penuh
kesabaran dan perhatiannya dalam memberikan ilmu.
4. Seluruh teman-teman sekalian yang telah banyak membantu, serta semua pihak yang tidak
dapat penyusun sebutkan satu persatu yang telah membantu dan bekerja sama dalam penyusunan
laporan ini.
Makalah ini disadari masih banyak kekurangan dan kelemahannya, baik dari bentuk
penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diperlukan
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi kami dan
pihak lain yang membutuhkan, khususnya mahasiswa/i dari Politeknik Kesehatan Kemenkes
Pontianak Jurusan Kesehatan Lingkungan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
di Indonesia, salah satu penyakit endemis dengan angka kesakitan yang cenderung
meningkat dari tahun ke tahun dan daerah terjangkit semakin meluas hingga mencapai
Kejadian Luar Biasa (KLB). Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya mobilitas dan
kepadatan penduduk. Sampai saat ini vaksin dan obat virus DBD belum ditemukan,
sehingga salah satu strategi utama dan paling efektif untuk mengendalikan penyakit DBD
DBD termasuk kategori emerging disease atau penyakit yang sering terjadi di
masyarakat terutama di daerah tropis seperti ASEAN. Dimana target global yang
dicanangkan untuk mengurangi kematian akibat DBD hingga 50% dan mengurangi
penularan DBD hingga 25% di Tahun 2020. Data dari seluruh dunia menunjukkan Asia
menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD setiap tahunnya. Sementara itu,
terhitung sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai
Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian DBD, faktor hospes yaitu kerentanan
dan respon imum sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian DBD antara
lain suhu udara, kelembaban udara, pencahayaan, kepadatan hunian rumah, kondisi
demografis (kepadatan penduduk, mobilitas, perilaku, adat istiadat, sosial ekonomi
B. Rumusan Masalah
data skunder?
C. Tujuan
LANDASAN TEORI
oleh virus dengue yang ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan nyamuk
Aedes aegyptimerupakan vektor yang valing utama, namun spesies lain seperti
Aedes albopictus juga dapat menjadi vektor penular. Nyamuk penular dengue ini
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Penyakit DBD banyak
dijumpai terutama di daerah tropis dan sering menimbulkan kejadian luar biasa
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang
ditandai dengan demam 2-7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan, jumlah
pada penderita tersangka DBD menunjukkan hasil positif atau terjadi peninggian
(positif) IgG saja atau IgM dan IgG pada pemeriksaan dengue rapid test
yang jelas berlangsung selama 2-7 hari dan disertai tanda-tanda perdarahan:
Demam disertai 2 atau lebih gejala penyerta seperti sakit kepala, nyeri dibelakang bola
mata, pegal, nyeri sendi (arthralgia), rash, dan manifestasi perdarahan, leucopenia
positif atau terjadi peninggian (positif) IgG saja atau IgM dan IgG pada
Sindrom Syock Dengue (SSD). Kasus DBD yang masuk dalam derajat
III dan IV dimana terjadi kegagalan sirkulasi yang ditandai dengan denyut nadi
yang cepat dan lemah, menyempitnya tekanan nadi (≤ 20mmHg) atau hipotensi
yang ditandai dengan kulit dingin dan lembab serta pasien menjadi gelisah
sampai terjadi syok berat (tidak rerabanya denyut nadi maupun tekanan darah).
dengan kegagalan organ berat seperti hati, ginjal, otak dan jantung.
Aedes (Ae). Ae aegypti merupakan vektor epidemis yang paling utama, namun
spesies lain seperti Ae. albopictus, Ae. polynesiensis dan Ae. niveus juga
merupakan host yang sangat baik untuk virus dengue, biasanya mereka
penyakit DBD adalah nyamuk yang menjadi terinfeksi saat menggigit manusia
yang sedang sakit dan viremia (terdapat virus dalam darahnya). Virus
berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam kelenjar
liurnya dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka virus dengue akan
dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan
berkembang selama 4-7 hari dan orang tersebut akan mengalami sakit demam
berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan
berada dalam darah selama satu minggu.Orang yang di dalam tubuhnya terdapat
virus dengue tidak semuanya akan sakit demam berdarah dengue, ada yang
mengalami demam ringan dan sembuh dengan sendirinya atau bahkan ada yang
sama sekali tanpa gejala sakit, tetapi semuanya merupakan pembawa virus
dengue selama satu minggu, sehingga dapat menularkan kepada orang lain di
dari berbagai wilayah dan beraktivitas pagi sampai dengan sore, waktu dimana
Dengan demikian para penduduk rentan untuk tertular demam berdarah dengue
1. Telur. Telur berwarna hitam dengan ukuran ±0,80 mm, berbentuk oval yang
mengapung satu persatu pada permukaan air yang jernih, atau menempel
pada dinding tempat penampung air. Telur dapat bertahan hingga enam
bulan dalam kondisi kering, dan akan menetas setelah 1-2 hari
terkenan/terendam air.
2. Jentik (larva). Jentik nyamuk Aedes terdiri dari kepala, torak dan abdomen,
2. Instar II : 2,5-3,8 mm
berukuran lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata pupa nyamuk lain,
dengan rata-rata nyamuk lain dan mempunyai warna dasar hitam dengan
bintik-bintik putih pada bagian badan dan kaki nyamuk Aedes aegypti
bercorak putih pada bagian kepala, torak abdomen. Yang membedakan jenis
Aedes aegypti dengan Aedes albopictus, pada bagian torak Aedes aegypti
terdapat warna putih bentuk bulan sabit sedangkan Ae, albopictus bentuk
garis lurus. Sebenarnya yang dimaksud vektor DBD adalah nyamuk Aedes
C. Habitat perkembangbiakan.
tempat min burung, vas bunga, perangkap semut, bak kontrol pembuangan air,
permukaan air untuk sementara waktu. Beberapa saat setelah itu, sayap
Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk
keperluan hidupnya sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk betina ini
diperlukan untuk pematangan sel telur, agar dapat menetas. Waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur mulai dari nyamuk
Jangka waktu aktivitas menggigit nyamuk Aedes aegypti biasanya mulai pagi
dan petang hari, dengan 2 puncak aktifitas antara pukul 09.00-10.00 dan 16.00-
17.00. Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali dalam
gelap, lembab dan sedikit dingin serta gorden dan pakaian yang menggantung di
dalam rumah di luar rumah berupa semak-semak yang ada di halaman rumah,
akan meletakkan telurnya di atas permukaan air, kemudian telur menepi dan
telur akan menetas menjadi jentik/larva dalam waktu ±2 hari. Setiap kali
bertelur nyamuk betina dapat menghasilkan telur sebanyak ±100 butir. Telur itu
di tempat yang kering (tanpa air) dapat bertahan ±6 bulan, jika tempat-tempat
tersebut kemudian tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur dapat
meter, namun secara pasif misalnya karenan angina atau terbawa kendaraan
dapat berpindah lebih jauh. Aedes aegypti tersebar luas di daerah tropis dan sub-
tropis, di Indonesia nyamuk ini tersebar luas baik di rumah maupun di tempat
umum. Nyamuk Aedes aegypti dapat hidup dan berkembang biak sampai
ketinggian daerah ±1.000 m dpl. Pada ketinggian diatas ±1.000 m dpl, suhu
meningkat karena telur-telur yang tadinya belum menetas akan menetas ketika
mulai terisi air hujan. Kondisi tersebut akan meningkatkan populasi nyamuk
suatu penyakit. Waktu juga sering dikaitkan dengan variabel lain yaitu musim.
Pola penyakit pada sebuah komunitas dan sekaligus masalah kesehatan, berubah
dari waktu ke waktu, dari musim ke musim, serta dari tempat ke tempat lain.
terhadap munculnya sumber penularan DBD (Depkes RI, 2009 dalam Munawir,
2018).
nyamuk dari satu rumah ke rumah yang lain. Semakin dekat jarak antar rumah
semakin mudah nyamuk menyebar ke rumah yang lain. Depkes RI, (1998) jarak
rumah mempengaruhi penyebaran nyamuk dari
suatu penyakit. Waktu juga sering dikaitkan dengan variabel lain yaitu musim.
Pola penyakit pada sebuah komunitas dan sekaligus masalah kesehatan, berubah
dari waktu ke waktu, dari musim ke musim, serta dari tempat ke tempat lain.
Lingkungan fisik mencakup keadaan iklim (suhu, kelembaban, curah hujan dan
munculnya sumber penularan DBD (Depkes RI, 2009 dalam Munawir, 2018).
nyamuk dari satu rumah ke rumah yang lain. Semakin dekat jarak antar rumah
semakin mudah nyamuk menyebar ke rumah yang lain.Depkes RI, (1998) jarak
semakin dekat jarak antara rumah semakin mudah menyebar ke rumah sebelah.
disbanding dengan jarak antar rumah >5 meter. Jarak antar rumah
semakin dekat jarak antar rumah semakin mudah nyamuk menyebar ke rumah
yang lain (Soeroso, 2006).
kegiatan ini secara rutin serta penguatan peran tokoh masyarakat untuk mau
kegiatan promosi, penyuluhan di media masa, serta reward bagi yang berhasil
dengan Angka Bebas Jentik (ABJ), apabila ABJ lebih atau sama dengan
95% diharapkan penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi. PSN DBD
menampung air hujan (M3). Selain itu ditambah (plus) dengan cara
luar rumah.
- Menggunakan kelambu
pengendalian vektor yang yang diusulkan oleh WHO untuk mengefektifkan berbagai kegiatan
pemberantasan vektor berbagai institusi. IVM dalam pengendalian vektor DBD saat ini lebih difokuskan
pada peningkatan peran serta sector lain melalui kegiatan Pokjanal DBD, Kegiatan PSN anak sekolah
PEMBAHASAN
A. Pengertian DBD
Demam berdarah dengue (DBD) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus dengue. DBD adalah penyakit akut dengan manifestasi klinis perdarahan
yang menimbulkan syok yang berujung kematian. DBD disebabkan oleh salah satu dari
empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Beberapa faktor yang
perindukan nyamuk yang biasanya terjadi pada musim penghujan (Kemenkes RI, 2015).
Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang ditandai dengan demam 2-
7 hari disertai dengan manifestasi perdarahan. Virus dengue ditularkan dari orang ke
orang melalui gigitan nyamuk Aedes (Ae). Ae aegypti merupakan vektor epidemis yang
paling utama, namun spesies lain seperti Ae. albopictus, Ae. polynesiensis dan Ae. niveus
juga dianggap sebagai vektor sekunder. Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama
8-10 hari terutama dalam kelenjar liurnya dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka
virus dengue akan dipindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini
akan berkembang selama 4-7 hari dan orang tersebut akan mengalami sakit demam
berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak diri dalam tubuh manusia dan berada
dalam darah selama satu minggu.Orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dengue
tidak semuanya akan sakit demam berdarah dengue, ada yang mengalami demam ringan
dan sembuh dengan sendirinya atau bahkan ada yang sama sekali tanpa gejala sakit,
tetapi semuanya merupakan pembawa virus dengue selama satu minggu, sehingga dapat
menularkan kepada orang lain di berbagai wilayah yang ada nyamuk penularnya.
Sumber
Media
Penduduk Penularan
Kejadian Transmisi
Penyakit Perilaku Agent :
Lingkungan
Nyamuk
Sehat/Sakit Pengetahuan Fisik
Aedes
aegypti
Dengan mengacu pada gambar skematik tersebut diatas maka simpul-simpul dalam
berhubungan dengan kejadian DBD sebagai berikut:
a. Simpul 1 : yaitu sumber penularan penyakit adalah agent nyamuk Aedes aegypti
menularkan melalui gigitannya yang membawa virus Dengue.
b. Simpul 2 yaitu media transmisi penyakit adalah lingkungan meliputi suhu,
pencahayaan, kelembaban, curah hujan, kecepatan angin, topografi, keberadaan
jentik, tempat penampungan air, kondisi rumah dan nyamuk Aedes aegypti.
c. Simpul 3 : yaitu kependudukan, variabel yang meliputi penduduk adalah karakteristik
penduduk meliputi : umur, gender, pendidikan, kepadatan penduduk, pengetahuan,
perilaku dan tindakan.
d. Simpul 4 yaitu kejadian penyakit atau gangguan dari hasil hubungan interaktif
manusia dengan lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan
manusia, yaitu sakit atau sehat.
Diketahui penyakit DBD tergolong penyakit Endemi karena penyakit ini muncul
di wilayah tertentu dan menjadi karakteristik wilayah tersebut. Hal ini tampak dari
D. Sirklus prognosisnya
Pada fase ini, pasien akan mengalami demam tinggi hingga 40º Celsius yang
berlangsung selama 2-7 hari. Selain itu, pasien juga akan mengalami beberapa gejala lain,
seperti mual, muntah, sakit kepala, sakit tenggorokan, muncul bintik-bintik kemerahan di
kulit, serta nyeri otot, tulang, dan sendi. Dalam fase ini, dokter akan memantau jumlah
dengan cepat hingga kurang dari 100.000/mikroliter darah. Penurunan jumlah trombosit
Setelah melewati fase demam, banyak pasien merasa dirinya telah sembuh karena
suhu tubuhnya mulai turun. Padahal, ini justru fase demam berdarah yang paling
berbahaya, karena kemungkinan bisa terjadi perdarahan dan kebocoran plasma darah
yang akan menyebabkan syok dan berpotensi mengancam nyawa.Fase kritis dapat terjadi
3-7 hari sejak demam dan berlangsung selama 24-48 jam. Pada fase ini, cairan tubuh
penderita harus dipantau ketat. Pasien tidak boleh kekurangan maupun kelebihan
cairan.Pada beberapa kasus, pasien dapat mengalami syok atau penurunan tekanan darah
yang drastis, serta perdarahan pada kulit, hidung, dan gusi. Apabila tidak ditangani
terjadi 48-72 jam setelah fase kritis. Di fase ini, cairan yang keluar dari pembuluh darah
akan kembali masuk ke dalam pembuluh darah. Oleh karena itu, sangat penting menjaga
cairan yang masuk agar tidak berlebihan. Cairan berlebih dalam pembuluh darah dapat
menyebabkan kematian akibat gagal jantung dan edema paru.Kadar trombosit pun akan
meningkat dengan cepat hingga mencapai angka sekitar 150.000/mikroliter darah, sampai
Dalam penanganan DBD, sebenarnya tidak ada pengobatan khusus yang dapat
diberikan. Penderita hanya disarankan untuk banyak beristirahat dan minum air putih
yang banyak untuk mencegah dehidrasi. Bila perlu, dokter akan memberikan cairan
melalui infus. Selain itu, dokter juga akan memberikan obat penurun panas untuk
meredakan demam.