Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN MTE (MEET THE EXPERT)

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)

Oleh :

Hyasintha Aryanti 202014061

Ika Setyasari 202014062

Imam Fakrur Rozi 202014063

Isna Asti Nur C. 202014064

Izmi Rohmah I. 202014065

Joey Anung A.W. 202014066

Jumami Nopita S. 202014067

Khairulnisa M. 202014068

Lambang Abu H. 202014069

Laras Meylawati 202014070

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH SURAKARTA
2020
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kementrian Kesehatan RI mengemukakan bahwa penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah umum kesehatan
masyarakat di Indonesia, yang dengan mudah menyebar luas penularannya di
berbagai wilayah di Indonesia. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue, ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti dan Aedes (Kementrian Kesehatan RI, 2019). Indonesia menurut WHO
merupakan negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. Pada tahun
2018 jumlah kasus DBD di Indonesia meningkat mencapai 65.602 kasus menjadi
110.921 kasus pada tahun 2019 (Kementrian Kesehatan RI, 2019), di Jawa Barat
tahun 2018 ditemukan 1.175 kasus DBD dan tahun 2019 sebesar 2.469 kasus
(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2019), dan di Kabupaten Bandung Barat
pada tahun 2018 sebesar 1.146 kasus DBD dengan rata-rata mencapai 100 kasus
dalam satu bulan dan terjadi peningkatan yang signifikan per Januari 2019 sudah
mencapai 238 kasus (Zein, M., 2019). Rata-rata kasus terjadi dengan didominasi
usia 14-15 tahun, selanjutnya usia 15-44 tahun, diatas 44 tahun, usia 1-4 tahun
dan terendah pada usia dibawah 1 tahun (Kementrian Kesehatan RI, 2019).
Tingginya angka kesakita DBD disebabkan ketika curah hujan cukup
banyak pada musim penghujan yang merupakan sarana perkembangbiakan
nyamuk Aedes Aegypti. Tidak heran jika tiap tahunnya, penyakit DBD
digolongkan dalam kejadian luar biasa (KLB). Upaya pencegahan DBD palig
efektif dan efisien sampai saat ini adalah kegiatan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus yang tertera pada surat edaran Menteri
Kesehatan RI nomor PV.02.01/Menkes/721/2018 tanggal 22 November 2018
perihal kesiapsiagaan peningkatan kasus DBD.
2. Tujuan
a) Tujuan Umum
Melaksanakan pencegahan dan memutus rantai penyebaran DBD
b) Tujuan Khusus
- Selalu melakukan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun
- Apabila merasakan gejala yang mengarah ke DBD segera melakukan cek
laborat.
- Menghindari genangan air yang mungkin dicemari dengan air
B. ISI
1. Pengertian
Demam berdarah Dengue adalah Infeksi akut yang disebabkan oleh
arbovirus (arthropadborn Virus) dan di tularkan melalui gigitan nyamuk Aides
(Aides albipices dan Aedes Aegypti). Demam berdarah dengue adalah penyakit
yang diesebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan
masuk kedalam tubuh penderita melaluigigitan nyamuk aedes aegypti (betina),
terutama menyerengan anak, remaja, dandewasa dan seringkali menyebabkan
kematian bagi penderita.
2. Etiologi
Penyebab penyakit dengue hemoragic fever (DHF) atau demam berdarah
adalah virus dengue. Virus ini tergolong dalam family/suku/grup flaviviridae
yang dikenal ada 4 serotipe, dengue 1, dengue 2, dengue 3, dengue 4, yang
ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti. Infeksi dengan salah satu
serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap
serotype bersangkutan. Tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype lain.
3. Gejala Klinis
Demam Berdarah Dengue (DBD) ditandai oleh demam mendadak tanpa
sebab yang jelas disertai dengan gejala lain seperti lemah, nafsu makan
berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut.
Gejala-gejala tersebut menyerupai influensa biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3
demam muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling
ringan sampai perdarahan dibawah kulit, peradarahan gusi, epistaksis, sampai
perdarahan yang hebat sampai muntah darah akibat perdarahan lambung, melena,
dan juga hematuria masif. Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya
dijumpai saat demam telah menurun antarahari ke-3 dan ke-7 dengan tanda-tanda
makin lemah, ujung-ujung jari,telinga, dan hidung teraba dingin dan lembab
(Ngastiah, 2005).
4. Diagnosis
Masa inkubasi pada tubuh manusia sekitar 4 sampai 6 hari (rentang 3-14
hari), timbul gejala prodormal yang tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri tulang
belakang dan perasaan lelah. Demam Dengue (DD) merupakan penyakit demam
akut selama 2 sampai 7 hari, ditandai dengan 2 atau lebih manifestasi klinis
sebagai berikut:
a) Nyeri kepala
b) Nyeri retroorbital
c) Mialgia/artralgia
d) Ruam kulit
e) Manifestasi perdarahan (Petekie atau uji bendung positif)
f) Leukopenia

Dan pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan pasien DD/DBD/DHF


yang sudah dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
5. Diagnosis Penunjang
a) Rumple Leed
b) Pemeriksaan Darah
c) Hitung Trombosit
d) Hitung Leukosit
e) Hitung Hematokrit
f) Imunoserologi IgM dan IgG
6. Cara Pemeriksaan
a) Rumple Leed
- Pasang manset pada lengan atas
- Tentukan sistol dan diastol
- Tahan tekanan antara sistol dan diastol selama 5 menit
- Hasil dinyatakan (+) bila terdapat 10 atau lebih petachie di bagian volar lengandengan
luas 2,5 cm x 2,5cm.
b) Hitung Trombosit
Cara Hitung trombosit dengan Larutan Rees Ecker :
- Hisap darah EDTA dengan pipet eritrosit → sampai tanda 0,5
- Hapus kelebihan darah dengan kertas tissue
- Hisap larutan Rees Echer sampai tanda 101
- Kocok darah dan larutan 3 menit
- Buang larutan 3 - 4 tetes → masukan kedalam kamar hitung
- Hitung trombosit dalam seluruh bidang besar ditengah- tengah dengan
mikroskop, kalikan 2000.
c) Hitung Leukosit
Cara Hitung trombosit dengan Larutan Turk :
- Hisap darah EDTA dengan pipet Leukosit → sampai tanda 0,5
- Hapus kelebihan darah dengan kertas tissue.
- Hisap larutan Turk sampai tanda 11
- Kocok darah dan larutan ± 2 – 3 menit
- Buang larutan 3 – 4 tetes → masukan kedalam kamar hitung
- Hitung leukosit yang terdapat dalam keempat bidang besar di sudut
dengan mikroskop, kalikan 50.
d) Hitung Hematokrit
Cara Hitung Hematokrit dengan Mikrometode:
- Sampel darah dimasukkan ke dalam tabung kapiler sampai 2/3 volume tabung.
- Salah satu ujung tabung ditutup dengan dempul (clay)
- Sentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 16.000 rpm.
- Tinggi kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca hematokrit.
- Nilainya dinyatakan dalam %.
e) Imunoserologi IgM dan IgG
Pemeriksaan antibodi IgG dan IgM yang spesifik berguna dalam diagnosis infeksi virus
dengue. IgM terdeteksi mulai hari ke 3–5, meningkat sampai minggu ke 3,
menghilang setelah 60–90 hari. IgG pada Infeksi primer terdeteksi mulai hari
ke 14, pada infeksi sekunder terdeteksi mulai hari ke 2.
Lampiran tanya jawab :

Materi MTE : Terlampir

C. PEMBAHASAN
1. Relevansi Materi MTE dengan Jurnal
Berdasarkan uraian hasil wawancara yang telah dijelaskan pada poin
sebelumnya, materi dari MTE kelompok kami berupa Demam Berdarah Dengue
dan Sosialisasi 1 rumah 1 Jumantik, memiliki relevansi dengan jurnal berikut ini:
a. Jurnal yang berjudul ”Pilot Study: Efektivitas Penerapan Lembar Pemantauan
Jentik Nyamuk Aedes Aegypti secara Mandiri di Desa Lampuja, Aceh Besar”,
dengan rincian:
1) Nama peneliti: Farah Diba, Farkhan (Fakultas Keperawatan Unsyiah Banda
Aceh)
2) Diterbitkan pada tahun 2017 di Idea Nursing Journal
3) ISSN: 2087-2879
b. Jurnal yang berjudul ”Hubungan Pendidikan dan Pelatihan Jumantik dengan
Keberhasilan Program PSN di Kelurahan Tanah Kalikedinding Kota
Surabaya”, dengan rincian:
1) Nama peneliti: Emy Muliawati (Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR)
2) Diterbitkan pada tahun 2016 di Jurnal Keperawatan Muhammadiyah
3) ISSN: 2541-2396
c. Jurnal yang berjudul ”Hubungan Praktik Pencegahan dengan Kejadian DBD
pada Anak Usia 5-14 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Mranggen I
Kabupaten Demak”, dengan rincian:
1) Nama peneliti: Zuyyinatul Mualifah, Martini, Retno Hestiningsih, Sri
Yuliawati (Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP)
2) Diterbitkan pada tahun 2018 di Jurnal Kesehatan Masyarakat
3) ISSN: 2356-3346

2. Kelebihan Materi MTE


Materi MTE yang telah dijelaskan memiliki beberapa kelebihan antara lain:
a. Sudah dijelaskan dengan rinci terkait informasi penyakit DBD. Khususnya
tentang pengertian, tanda dan gejala faktor resiko, siklus DBD & pengobatan
DBD
b. Sudah dijelaskan juga terkait sosialisasi 1 Rumah 1 Jumantik, berupa langkah-
langkah pembentukan Kader Jumantik, tugas Kader Jumantik, serta peran dan
tanggung jawab Puskesmas
c. Pada proses wawancara juga telah terjawab apa saja yang menjadi pertanyaan
mahasiswa terkait DBD & Jumantik, seperti apakah anak lebih beresiko terkena
DBD, pengobatan DBD, cara mencegah DBD terutama di penampungan air,
tanda dan gejala khas DBD, siklus DBD, pertolongan pertama pada DBD,
pentingnya partisipasi masyarakat dan peran Puskesmas dalam program PSN
dan Jumantik, fakta tentang jus jambu sebagai pengobatan DBD & cara
meningkatkan kesadaran masyarakat terkait pencegahan DBD.
Kelebihan materi MTE tersebut & dijelaskannya materi oleh pakar langsung
di bidangnya cukup membantu mahasiswa dalam mengetahui informasi tentang
DBD & Program PSN secara lebih detail.

3. Kekurangan Materi MTE


Secara umum tidak ada kekurangan yang berarti dalam materi MTE. Materi
MTE telah menjawab seputar informasi yang dibutuhkan oleh mahasiswa dan
masyarakat tentang penyakit DBD yang menjadi masalah terkini selain masalah
COVID-19 di Indonesia.

4. Persamaan Materi MTE dengan Jurnal


Terdapat persamaan materi MTE dengan beberapa jurnal pembanding di atas,
antara lain:
a. Program PSN berupa pembentukan Kader Jumantik per satu rumah yang
dijelaskan di materi MTE telah terbukti secara efektif dapat menekan angka
kejadian DBD. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Efendy,
2010) terhadap siswa sebagai pemantau jentik. Didapatkan hasil bahwa ada
hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan para siswa sebelum dan
sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Angka bebas jentik yang semula 7%
dapat ditingkatkan menjadi 96% pada akhir pelatihan. Angka bebas jentik yang
meningkat dapat memutus siklus hidup nyamuk Aedes aegypti sehingga
kepadatan populasi serta regenerasi nyamuk akan berkurang
b. Pada materi MTE dan wawancara juga dijelaskan terkait kendala pelaksanaan
PSN di masyarakat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menyatakan bahwa
seringkali terdapat kendala dalam pelaksanaan PSN. Kendala yang sering
dihadapi dalam pelaksanaan pemeriksaan jentik di rumah warga yaitu warga
yang merasa enggan apabila rumahnya diperiksa. Selain itu, jumantik juga
merasa risih karena setiap minggu harus memeriksa rumah warga. Oleh karena
itu, hal tersebut berdampak pada kelengkapan pelaporan pematauan jentik
berkala di Puskesmas (Agustini, 2017).
c. Pada materi MTE dijelaskan bahwa peran masyarakat sangat menentukan
keberhasilan PSN dalam mencegah DBD. Pernyataan tersebut sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Hardayati, et. al (2018) yang meneliti bahwa
perilaku masyarakat akan sangat menentukan kesehatan itu sendiri. Sehingga
terdapat hubungan antara perilaku masyarakat terhadap keberhasilan program
pencegahan DBD.
d. Pada materi MTE dijelaskan beberapa tanda dan gejala khas dari DBD yaitu uji
petechie positif. Hal ini sesuai pernyataan dalam jurnal penelitian dari
Muliawati (2016) yang menjelaskan bahwa gejala yang sering timbul pada
penyakit Demam Berdarah Dengue adalah ditandai dengan demam dua saapai
dengan tujuh hari dapat disertai sakit kepala, nyeri otot dan persendian, sakit
belakang bola mata dengan manifestasi perdarahan seperti uji torniket positif,
bintik perdarahan (petechie), mimisan, gusi berdarah, muntah darah, buang air
besar berdarah serta penurunan jumlah trombosit 100.000/mm3 di mana tanda-
tanda kebocoran plasma bisa berupa peningkatan hematokrit ≥ 20% dari nilai
baseline, efusi pleura, ascites, maupun hypoproteinemia/hipoalbuminemia.

5. Perbedaan Materi MTE dengan Jurnal


Terdapat juga beberapa perbedaan materi MTE dengan jurnal pembanding di
atas, antara lain:
a. Pada wawancara MTE dijelaskan bahwa anak-anak lebih beresiko terkena DBD,
tidak ada pilihan genetik bagi penderita DBD, semua dapat terkena. Pada
penjelasan tersebut terdapat perbedaan dalam penelitian dari Mualifah et. al
(2018) yang meneliti bahwa anak usia 5-14 tahun yang tidak menggunakan
repellent 4 kali lebih berisiko terkena DBD dibanding dengan anak yang
menggunakan repellent secara baik. Serta anak usia 5-14 tahun yang tidak
menggunakan obat anti nyamuk 12 kali lebih berisiko terkena DBD dibanding
dengan anak yang menggunakan obat anti nyamuk secara baik. Dapat
disimpulkan bahwa anak-anak akan beresiko terkena DBD jika memiliki
beberapa kondisi tersebut.
b. Pada materi MTE dijelaskan bahwa keberhasilan PSN dalam pencegahan DBD
sangat ditentukan oleh partisipasi masyarakat. Hal tersebut memiliki perbedaan
bahwa tidak hanya partisipasi masyarakat yang utama namun juga pelatihan
bagi Kader Jumantik. Hal ini sesuai dengan penelitian dari Muliawati (2016)
yang meneliti bahwa pelatihan yang berkelanjutan memiliki pengaruh terhadap
keberhasilan PSN dalam mencegah DBD.
6. Hal yang Mempengaruhi Keberhasilan Pencegahan DBD
Berdasarkan materi MTE dan jurnal penelitian dengan topik serupa, terdapat
beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilan pencegahan DBD, antara lain:
a. Partisipasi masyarakat. Peran serta masyarakat dapat diwujudkan dengan
mendukung dan melaksanakan Program Pemberantasan Sarang Nyamuk yang
kemudian akan dipantau oleh Jumantik (Mualifah et.al, 2018)
b. Monitoring jalannya pelaksanaan PSN minimal satu bulan sekali setelah
diadakan pelatihan agar selalu berkesinambungan dan dapat berkoordinasi
dengan kader Jumantik (Muliawati, 2016)
c. Kepatuhan Kader Jumantik dalam mengisi lembar pemantauan jentik nyamuk.
Penggunaan Lembar jentik ini efektif membantu meningkatkan tingkat
pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat terkait penanganan DBD (Diba &
Farkhan, 2018)

D. PENUTUP
1. KESIMPULAN
Demam berdarah Dengue adalah Infeksi akut yang disebabkan oleh
arbovirus (arthropadborn Virus) dan di tularkan melalui gigitan nyamuk Aides
(Aides albipices dan Aedes Aegypti). Virus ini tergolong dalam family/suku/grup
flaviviridae yang dikenal ada 4 serotipe, dengue 1, dengue 2, dengue 3, dengue 4,
yang ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti. Infeksi dengan salah satu
serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap
serotype bersangkutan. Tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype lain.
DBD ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai dengan
gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota
badan, punggung, sendi, kepala dan perut
2. SARAN
Pada musim penghujan seperti ini sebaiknya lebih memperhatikan
kesehatan terutama menjaga lingkungan agar tetap bersih, hindari berenang di air
yang sudah dicemari oleh bakteri dan selalu upayakan cuci tangan dengan sabun
dan air mengalir.
E. REFERENSI
Diba & Farkhan. 2018. Pilot Study: Efektivitas Penerapan Lembar Pemantauan Jentik
Nyamuk Aedes Aegypti secara Mandiri di Desa Lampuja, Aceh Besar. Idea
Nursing Journal. Fakultas Keperawatan Unsyiah Banda Aceh.
Mualifah et.al. 2016. Hubungan Praktik Pencegahan dengan Kejadian DBD pada
Anak Usia 5-14 Tahun di Wilayah Kerja Puskesmas Mranggen I Kabupaten
Demak. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP.
Muliawati. 2016. Hubungan Pendidikan dan Pelatihan Jumantik dengan Keberhasilan
Program PSN di Kelurahan Tanah Kalikedinding Kota Surabaya. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah. Fakultas Kesehatan Masyarakat UNAIR.

Anda mungkin juga menyukai