Anda di halaman 1dari 21

DEMAM BERDARAH DENGUE

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2

1. Anisa Tamarani (Po 7120118010)


2. Dewinda (Po 7120118010)
3. Indah Sari (Po 7120118010)

Dosen Pembimbing : Ns. Aguscik, S.Kep, M.Kes

POLTEKKES KEMENKKES PALEMBANG


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Demam Berdarah Dengue. Sholawat dan salam semoga
senatiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad Saw yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan
menjadi anugrah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata
kuliah Keperwatan Medikal Bedah I . Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini sehingga dapat
terselesaikan.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan jangan
lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Palembang, Agustus 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar……………………………………………………….2

Daftar Isi……………………………………………………………..3

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang………………………………………………………5

Rumusan Masalah…………………………………………………...5

Tujuan……………………………………………………………….6

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian DHF/DBD……………………………………………….6

Etiologi DHF/DBD………………………………………………….7

Tanda dan Gejala DHF/DBD……………………………………….8

Patofisiologi DHF/DBD…………………………………………….9

Pathway DHF/DBD………………………………………………....10

Manifestasi Klinis DHF/DBD………………………………………11

Pemeriksaan Penunjang DHF/DBD………………………………..13

Penatalaksanaan Pengobatan DHF/DBD…………………………..16

Program Penanggulangan dan Pencegahan DHF/DBD……………18

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ………………………………………………………...20

Saran ……………………………………………………………….20

DAFTAR PUSTAKA……………………………….…….21

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera daei badan,jiwa,sosial yang memungkinkan setiap orang

hidup produkitif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya

penanggulangan dan pencegahan penyakit. Salah satu tujuan nasional adalah memajukan

kesejahteran bangsa yang berarti memenuhi kebutuhan dari manusia.

Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit musiman setiap tahun yang ada di indonesia

banyak angka kematian akibat dari kasus ini. Sebagai tenaga kesehatan yakni perawat kita harus

memberikan ilmu pengetahuan kepada masyarakat tentang penanggulangan dan pencegahan

DBD agar masyarakat tahu dan dapat mendektisi dini penyebab,gejala dan segera melakukan

pengobatan apabila terserang DBD demi mencegah terjadinya kematian.

Penyelenggaran penanggulangan dan pencegahan DBD tidak hanya melibatka sektor kesehatan

belaka, melainkan lewat kerja sama dan koordinasi segenap unsur masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian DHF/DBD?

2. Apa tanda dan gejala DHF/DBD?

3. Bagaimana cara pengobatan DHF/DBD

4.Bagaimana penanggulangan dan pencegahan DHF/DBD

4
C. Tujuan Penulisan.

1. Untuk mengetahui definisi DHF/DBD.

2. Untuk mengetahui tanda dan gejala DHF/DBD.

3 Untuk mengetahui cara pengobatan DHF/DBD.

4. Untuk mengetahui penanggulangan dan pencegahan DHF/DBD

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorhagic

fever//DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi

klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disetai leucopenia, ruam, limfadenopati,

trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai

dengan hemokonsentrasi (peningkatan hemotokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh.

Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang

ditandai oleh renjatan atau syok (Sudoyo Aru, dkk 2009)

Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan orang dewasa

yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut, perdarahan, nyeri otot dan

sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh

nyamuk Aedes Aegepty atau oleh Aedes Albopictus (Titik Lestari, 2016)

DHF adalah infeksi arbovirus( arthropoda-borne virus) akut, ditularkan

oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005). Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah

penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti

dan aedes albopictus. Virus ini akan mengganggu kinerja darah kapiler dan sistem pembekuan

darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah

tropis, seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika, termasuk diseluruh pelosok Indonesia,

kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan air laut. Demam

6
berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai

penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk (Prasetyono 2012).

B. Etiologi

Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue Haemoragic Fever

adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus Dengue mempunyai 4 tipe, yaitu : DEN 1,

DEN 2, DEN 3, dan DEN 4, yang ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini

biasanya hidup dikawasan tropis dan berkembang biak pada sumber air yang tergenang.

Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotip

akan menimbulkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe yang lain sangat kurang, sehingga

tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe yang lain tersebut.

Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama

hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di Indonesia

(Sudoyo dkk. 2010)

Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap inaktivitas oleh

distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 700C. Keempat tipe tersebut telah ditemukan

pula di Indonesia dengan tipe DEN 3 yang paling banyak ditemukan (Hendarwanto 2010).

7
C.Tanda dan Gejala
a. Panas, biasanya langsung tinggi dan terus menerus. Sebab tidak jelas dan hampir tidak
bereaksi dengan pemberian antipiretik. Panas berlangsung 2-7 hari.
b. Malaise, mual, muntah, diare, konstipasi, sakit kepala, anoreksia, kadang batuk
c. Tanda tanda perdarahan seperti petekia, perdarahan gusi, epiktasis, hematemesis melena
d. Muka kemerahan , leukopenia.
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati
f. Pembengkakan sekitar mata
g. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
h. Tanda tanda rejatan adalah sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, capillary refill lebih dari2 detik, nadi cepat dan lemah.
Gambaran klinis yang tidak khas dan sering dijumpai adalah :
1. keluhan pada saluran pernafasan : batuk, pilek, sakit waktu menelan
2. keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi
3. Keluhan system tubuh yang lain : sakit kepala, nyeri otot tulang sendi, nyeri ulu hati, nyeri
perut, pegal pegal, kemerahan pada kulit, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan
fotofobia
4. Pada pasien yang mengalami dialysis perifer, kulit terasa lembab, dingin, tekanan darah
menurun, nadi cepat dan lemah.
5. Adanya pembesaran hati, limpa dan pembesaran kelenjar getah bening

Tanda penting dari DBD ini adalah adanya kebocoran plasma

A. Hematokrit meningkat lebih dari 20%.


B. Pada kebocoran plasma terjadi perpindahan aliran plasma dari kapiler masuk ke ruang
interstitial seperti palpebra, perut, skrotum, sebagian ke pleura, dengan manifestasi klinis
:effusi pleura, asites, edema palpebra, hidroproteinemia.
(Sylvia A. Price, 2005).

8
D.Patofisiologi

Virus dengue yang telah masuk ke tubuh akan menimbulkan demam karena proses

infeksi. Hal tersebut akan merangsang hipotalamus sehingga terjadi termoregulasi yang akan

meningkatkan reabsorsi Na dan air sehingga terjadi hipovolemi, selain itu juga terjadi kebocoran

plasma karena terjadi peningkatan permeabilitas membran yang juga mengakibatkan hipovolemi,

syok dan jika tak teratasi akan terjadi hipoksia jaringan yang dapat mengakibatkan kematian.

Selain itu kerusakan endotel juga dapat mengakibatkan trombositopenia yang akan

mengakibatkan perdarahan, dan jika virus masuk ke usus akan mengakibatkan gastroenteritis

sehingga terjadi mual dan muntah.

 Sistim vaskuler
Patofisiologi primer DBD dan DSS adalah peningkatan akut permeabilitas vaskuler
yang mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan
hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah. Volume plasma menurun lebih dari 20%
pada kasus-kasus berat, hal ini didukung penemuan post mortem meliputi efusi pleura,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemi.(6) Tidak terjadinya lesi destruktif nyata pada vaskuler,
menunjukkan bahwa perubahan sementara fungsi vaskuler diakibatkan suatu mediator kerja
singkat. Jika penderita sudah stabil dan mulai sembuh, cairan ekstravasasi diabsorbsi dengan
cepat, menimbulkan penurunan hematokrit. Perubahan hemostasis pada DBD dan DSS
melibatkan 3 faktor: perubahan vaskuler, trombositopeni dan kelainan koagulasi. Hampir
semua penderita DBD mengalami peningkatan fragilitas vaskuler dan trombositopeni, dan
banyak diantaranya penderita menunjukkan koagulogram yang abnormal.
 Sistim respon imun
Setelah virus dengue masuk dalam tubuh manusia, virus berkembang biak dalam sel
retikuloendotelial yang selanjutnya diikuiti dengan viremia yang berlangsung 5-7 hari. Akibat
infeksi virus ini muncul respon imun baik humoral maupun selular, antara lain anti netralisasi,
antihemaglutinin, anti komplemen. Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG dan
IgM, pada infeksi dengue primer antibodi mulai terbentuk, dan pada infeksi sekunder kadar
antibodi yang telah ada meningkat (booster effect). Antibodi terhadap virus dengue dapat

9
ditemukan di dalam darah sekitar demam hari ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai
dengan ketiga, dan menghilang setelah 60-90 hari. Kinetik kadar IgG berbeda dengan kinetik
kadar antibodi IgM, oleh karena itu kinetik antibodi IgG harus dibedakan antara infeksi
primer dan sekunder. Pada infeksi primer antibodi IgG meningkat sekitar demam hari ke-14
sedang pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat pada hari kedua. Oleh karena itu
diagnosa dini infeksi primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM setelah
hari sakit kelima, diagnosis infeksi sekunder dapat ditegakkan lebih dini dengan adanya
peningkatan antibody IgG dan IgM yang cepat.

E. Pathway

Infeksi virus dengue

Kompleks virus- antibody depresi sumsum tulang

Aktivasi komplemen perdarahan, trombositopenia

Antihistamin dilepaskan PK Perdarahan

Permeabilitas membran meningkat

Kebocoran plasma

10
Hipovolemi

Renjatan hipovolemi, hipotensi Asidosis metabolic

Derajat Dengue Haemorhagic Fever menurut WHO

1. Derajat 1: demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya manifestasi

perdarahan adalah uji tourniquet positif

2. Derajat 2 : sama seperti derjat 1, disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan

lain.

3. Derajat 3 : ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut,

tekanan darah menurun (< 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab, dan

pasien menjadi gelisah.

4. Derajat 4 : syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.

F. Manifestasi Klinis

1. Demam dengue

Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua lebih manifestasi

klinis sebagai berikut :

- Nyeri kepala

- Nyeri retro-orbital

- Mialgia / artralgia

- Ruam kulit

- Manifestasi perdarahan(petekie atau uji bending positif)

11
- Leucopenia

- Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan DD/DBD yang sudah dikonfirmasi

pada lokasi dan waktu yang sama

2. Demam berdarah dengue

Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini

dipenuhi

a. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.

b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :

- Uji tourniquet positif

- Petekie, ekimosis, atau purpura

- Perdarahan mukosa (epitaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,tempat bekas suntik.

- Hematemesis atau melena

c. Trombositopenia <100.00/ul

d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:

- Peningkatan nilai hematokrit ≥20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis kelamin.

- Penurunan nilai hematokrit ≥20% setelah pemberian cairan yang adekuat

e. Tanda kebocoran plasma seperti :

- Hipoproteinemia

- Asites

- Efusi pleura

3. Sindrom syok dengue

Seluruh kriteria DBD diatas ditandai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:

12
- Penurunan kesadaran, gelisah

- Nadi cepat, lemah

- Hipotensi

- Tekanan darah turun <20mmHg

- Perfusi perifer menurun

- Kulit dingin, lembab.

(Wiwik dan Hariwibowo, 2008)

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Darah

a. Pada kasus DHF yang dijadikann pemeriksaan penunjang yaitu menggunakan darah atau

disebut lab serial yang terdiri dari hemoglobin, PCV, dan trombosit. Pemeriksaan

menunjukkan adanya tropositopenia (100.000 / ml atau kurang) dan hemotoksit sebanyak

20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematoksit pada masa konvaselen.

b. Hematokrit meningkat > 20 %, merupakan indikator akan timbulnya renjatan. Kadar

trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis pasti pada DHF dengan dua kriteria

tersebut ditambah terjadinya trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara

uji serologi hemaglutnasi (Brasier dkk 2012).

c. Leukosit menurun pada hari kedua atau ketiga

d. Hemoglobin meningkat lebih dari 20 %

e. Protein rendah

f. Natrium rendah (hiponatremi)

g. SGOT/SGPT bisa meningkat

13
h. Asidosis metabolic

i. Eritrosit dalam tinja hampir sering ditemukan

2. Urine

Kadar albumin urine positif (albuminuria) (Vasanwala, 2012) Sumsum tulang pada awal sakit

biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi

dan pada hari ke 10 sudah kembali normal untuk semua system

3. Foto Thorax

Pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya posisi lateral dekubitus

kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih baik dalam mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi

berdiri apalagi berbaring.

4. USG

Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbangan karena tidak

menggunakan sistem pengion (sinar X) dan dapat diperiksa sekaligus berbagai organ pada

abdomen. Adanya acites dan cairan pleura pada pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai alat

menentukan diagnosa penyakit yang mungkin muncul lebih berat misalnya dengan melihat

ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan pankreas

5.Diagnosis Serologis

a. Uji Hemaglutinasi (Uji HI)

Tes ini adalah gold standart pada pemeriksaan serologis, sifatnya sensitif namun tidak

spesifik. Artinya tidak dapat menunjukkan tipe virus yang menginfeksi. Antibodi HI

bertahan dalam tubuh lama sekali (<48 tahun) sehingga uji ini baik digunakan pada studi

14
serologi epidemiologi. Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen 4x lipat dari

titer serum akut atau tinggi (>1280) baik pada serum akut atau konvalesen dianggap

sebagai pesumtif (+) atau diduga keras positif infeksi dengue yang baru terjadi

(Vasanwala dkk. 2012).

b. Uji komplemen Fiksasi (uji CF)

Jarang digunakan secara rutin karena prosedur pemeriksaannya rumit dan butuh tenaga

berpengalaman. Antibodi komplemen fiksasi bertahan beberapa tahun saja (sekitar 2-3

tahun).

c. Uji Neutralisasi Uji ini paling sensitif dan spesifik untuk virus dengue. Dan biasanya

memakai cara Plaque Reduction Neutralization Test (PNRT) (Vasanwala dkk. 2012)

d. IgM Elisa (Mac Elisa, IgM captured ELISA)

Banyak sekali dipakai, uji ini dilakukan pada hari ke 4-5 infeksi virus dengue karena IgM

sudah timbul kemudian akan diikuti IgG. Bila IgM negatif maka uji harus diulang.

Apabila sakit ke-6 IgM masih negatif maka dilaporkan sebagai negatif. IgM dapat

bertahan dalam darah sampai 2-3 bulan setelah adanya infeksi (Vasanwala dkk. 2012)

e. Identifikasi Virus

Cara diagnostik baru dengan reverse transcriptase polymerase chain reaction (RTPCR)

sifatnya sangat sensitif dan spesifik terhadap serotype tertentu, hasil cepat dan dapat

diulang dengan mudah. Cara ini dapat mendeteksi virus RNA dari specimen yang berasal

dari darah, jaringan tubuh manusia, dan nyamuk (Vasanwala dkk. 2012).

15
H. Penatalaksanaan

1. Medis

a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus.

Pasien diberi banyak minum yaitu 1,5 – 2 liter dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia

diatasi dengan obat antipiretik. Jika terjadi kejang diberikan antikonvulsan. Luminal

diberikan dengan dosis : anak umur < 12 bulan 50 mg IM, anak umur > 1tahun 75 mg.

Jika kejang lebih dari 15 menit belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3

mg/kgBB. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila pasien terus menerus

muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi dan

hematokrit yang cenderung meningkat .

b. Pasien mengalami syok segera segera dipasang infus sebagai pengganti cairan hilang

akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya RL, jika pemberian cairan

tersebut tidak ada respon diberikan plasma atau plasma ekspander banyaknya 20 – 30

mL/kg BB. Pada pasien dengan renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila

syok telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitude nadi sudah cukup besar, maka

tetesan infus dikurangi menjadi 10 mL/kg BB/jam (Ngastiyah 2005)

c. Cairan (Rekomendasi WHO, 2007)

1). Kristaloid

- Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer Laktat (D5/RL).

- Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer Asetat (D5/RA).

- Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam larutan Faali (d5/GF).

16
2). Koloid

- a). Dextran 40

- b). Plasma

2. Keperawatan

a) Derajat I

Pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit

tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam dan kompres hangat.

b) Derajat II

Segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang pada 2 tempat

karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka tetesan infus tetap tidak lancar

maka jika 2 tempat akan membantu memperlancar. Kadang-kadang 1 infus untuk

memberikan plasma darah dan yang lain cairan biasa.

c) Derajat III dan IV

- Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit (RL) dengan cara

diguyur kecepatan 20 ml/kgBB/jam.

- Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.

- Pengawasan tanda – tanda vital dilakukan setiap 15 menit.

- Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.

- Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan secepatnya baik

obat – obatan maupun darah yang diperlukan.

- Makanan dan minuman dihentikan, bila mengalami perdarahan gastrointestinal

biasanya dipasang NGT untuk membantu pengeluaran darah dari lambung. NGT bisa

17
dicabut apabila perdarahan telah berhenti. Jika kesadaran telah membaik sudah boleh

diberikan makanan cair 2.6

I. Program Pemerintah dalam Penanggulangan dan Pencegahan DBD

Dalam penanganan DBD, peran serta masyarakat untuk menekan kasus ini sangat menentukan.

Oleh karenanya program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus perlu terus

dilakukan secara berkelanjutan sepanjang tahun khususnya pada musim penghujan. Program

PSN , yaitu: 1) Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat

penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air

lemari es dan lain-lain 2) Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air

seperti drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya; dan 3) Memanfaatkan kembali atau mendaur

ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular

Demam Berdarah.

Adapun yang dimaksud dengan 3M Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan seperti 1)

Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan; 2)

Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk; 3) Menggunakan kelambu saat tidur; 4)

Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk; 5) Menanam tanaman pengusir nyamuk, 6) Mengatur

cahaya dan ventilasi dalam rumah; 7) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam

rumah yang bisa menjadi tempat istirahat nyamuk, dan lain-lain.

PSN perlu ditingkatkan terutama pada musim penghujan dan pancaroba, karena meningkatnya

curah hujan dapat meningkatkan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk penular DBD,

18
sehingga seringkali menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) terutama pada saat musim

penghujan.

Selain PSN 3M Plus, sejak Juni 2015 Kemenkes sudah mengenalkan program 1 rumah 1

Jumantik (juru pemantau jentik) untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat

Demam Berdarah Dengue. Gerakan ini merupakan salah satu upaya preventif mencegah Demam

Berdarah Dengue (DBD) dari mulai pintu masuk negara sampai ke pintu rumah.

Terjadinya KLB DBD di Indonesia berhubungan dengan berbagai faktor risiko, yaitu: 1)

Lingkungan yang masih kondusif untuk terjadinya tempat perindukan nyamuk Aedes; 2)

Pemahaman masyarakat yang masih terbatas mengenai pentingnya pemberantasan sarang

nyamuk (PSN) 3M Plus; 3) Perluasan daerah endemic akibat perubahan dan manipulasi

lingkungan yang etrjadi karena urbanisasi dan pembangunan tempat pemukiman baru; serta 4)

Meningkatnya mobilitas penduduk.

19
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Untuk lebih memahami tentang penyakit DBD dan dapat melakukan penanggulangan dan

pencegahan agar dapat mewujudkan kesehatan secara optimal

B.SARAN

Diharpakan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai tenaga kesehatan yakni

perawat dapar memahami tentang penyakit DHF/DBD dalam rangka memajukan kesehatan

masyarakat seta meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui penanggulangan dan

pencegahan penyakit DHF/DBD.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis,
Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

2. Doenges, Marillyn E. 1999.Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3.Jakarta: EGC.

3. Price dan Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Edisi
6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

4. Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Breda G.2001. Buku Aajar: Keperawatan Medikal-
Bedah, Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.

5. Kementrian Kesehatan Republik indonesia ( 2016, 16 januari). Penanggulangan dan

pencegahan DBD. http://www.depkes.go.id/article/view/16020900002/kendalikan-dbd-

dengan-psn-3m-plus.html

21

Anda mungkin juga menyukai