DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah tentang Demam Berdarah Dengue. Sholawat dan salam semoga
senatiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad Saw yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan
menjadi anugrah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.
Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang menjadi tugas mata
kuliah Keperwatan Medikal Bedah I . Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini sehingga dapat
terselesaikan.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan jangan
lupa ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………….2
Daftar Isi……………………………………………………………..3
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang………………………………………………………5
Rumusan Masalah…………………………………………………...5
Tujuan……………………………………………………………….6
BAB II PEMBAHASAN
Pengertian DHF/DBD……………………………………………….6
Etiologi DHF/DBD………………………………………………….7
Patofisiologi DHF/DBD…………………………………………….9
Pathway DHF/DBD………………………………………………....10
Kesimpulan ………………………………………………………...20
Saran ……………………………………………………………….20
DAFTAR PUSTAKA……………………………….…….21
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan adalah keadaan sejahtera daei badan,jiwa,sosial yang memungkinkan setiap orang
hidup produkitif secara sosial dan ekonomis. Pemeliharaan kesehatan adalah upaya
penanggulangan dan pencegahan penyakit. Salah satu tujuan nasional adalah memajukan
Demam Berdarah Dengue merupakan penyakit musiman setiap tahun yang ada di indonesia
banyak angka kematian akibat dari kasus ini. Sebagai tenaga kesehatan yakni perawat kita harus
DBD agar masyarakat tahu dan dapat mendektisi dini penyebab,gejala dan segera melakukan
Penyelenggaran penanggulangan dan pencegahan DBD tidak hanya melibatka sektor kesehatan
belaka, melainkan lewat kerja sama dan koordinasi segenap unsur masyarakat.
B. Rumusan Masalah
4
C. Tujuan Penulisan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
fever//DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disetai leucopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai
Sindrom renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan orang dewasa
yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut, perdarahan, nyeri otot dan
sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh
nyamuk Aedes Aegepty atau oleh Aedes Albopictus (Titik Lestari, 2016)
oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005). Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti
dan aedes albopictus. Virus ini akan mengganggu kinerja darah kapiler dan sistem pembekuan
tropis, seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika, termasuk diseluruh pelosok Indonesia,
kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 m diatas permukaan air laut. Demam
6
berdarah dengue tidak menular melalui kontak manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai
penyebab demam berdarah hanya dapat ditularkan melalui nyamuk (Prasetyono 2012).
B. Etiologi
Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue Haemoragic Fever
adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus Dengue mempunyai 4 tipe, yaitu : DEN 1,
DEN 2, DEN 3, dan DEN 4, yang ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini
biasanya hidup dikawasan tropis dan berkembang biak pada sumber air yang tergenang.
Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotip
akan menimbulkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe yang lain sangat kurang, sehingga
tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe yang lain tersebut.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama
hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di Indonesia
Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap inaktivitas oleh
distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 700C. Keempat tipe tersebut telah ditemukan
pula di Indonesia dengan tipe DEN 3 yang paling banyak ditemukan (Hendarwanto 2010).
7
C.Tanda dan Gejala
a. Panas, biasanya langsung tinggi dan terus menerus. Sebab tidak jelas dan hampir tidak
bereaksi dengan pemberian antipiretik. Panas berlangsung 2-7 hari.
b. Malaise, mual, muntah, diare, konstipasi, sakit kepala, anoreksia, kadang batuk
c. Tanda tanda perdarahan seperti petekia, perdarahan gusi, epiktasis, hematemesis melena
d. Muka kemerahan , leukopenia.
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati
f. Pembengkakan sekitar mata
g. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
h. Tanda tanda rejatan adalah sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun,
gelisah, capillary refill lebih dari2 detik, nadi cepat dan lemah.
Gambaran klinis yang tidak khas dan sering dijumpai adalah :
1. keluhan pada saluran pernafasan : batuk, pilek, sakit waktu menelan
2. keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi
3. Keluhan system tubuh yang lain : sakit kepala, nyeri otot tulang sendi, nyeri ulu hati, nyeri
perut, pegal pegal, kemerahan pada kulit, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan
fotofobia
4. Pada pasien yang mengalami dialysis perifer, kulit terasa lembab, dingin, tekanan darah
menurun, nadi cepat dan lemah.
5. Adanya pembesaran hati, limpa dan pembesaran kelenjar getah bening
8
D.Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh akan menimbulkan demam karena proses
infeksi. Hal tersebut akan merangsang hipotalamus sehingga terjadi termoregulasi yang akan
meningkatkan reabsorsi Na dan air sehingga terjadi hipovolemi, selain itu juga terjadi kebocoran
plasma karena terjadi peningkatan permeabilitas membran yang juga mengakibatkan hipovolemi,
syok dan jika tak teratasi akan terjadi hipoksia jaringan yang dapat mengakibatkan kematian.
Selain itu kerusakan endotel juga dapat mengakibatkan trombositopenia yang akan
mengakibatkan perdarahan, dan jika virus masuk ke usus akan mengakibatkan gastroenteritis
Sistim vaskuler
Patofisiologi primer DBD dan DSS adalah peningkatan akut permeabilitas vaskuler
yang mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan
hemokonsentrasi dan penurunan tekanan darah. Volume plasma menurun lebih dari 20%
pada kasus-kasus berat, hal ini didukung penemuan post mortem meliputi efusi pleura,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemi.(6) Tidak terjadinya lesi destruktif nyata pada vaskuler,
menunjukkan bahwa perubahan sementara fungsi vaskuler diakibatkan suatu mediator kerja
singkat. Jika penderita sudah stabil dan mulai sembuh, cairan ekstravasasi diabsorbsi dengan
cepat, menimbulkan penurunan hematokrit. Perubahan hemostasis pada DBD dan DSS
melibatkan 3 faktor: perubahan vaskuler, trombositopeni dan kelainan koagulasi. Hampir
semua penderita DBD mengalami peningkatan fragilitas vaskuler dan trombositopeni, dan
banyak diantaranya penderita menunjukkan koagulogram yang abnormal.
Sistim respon imun
Setelah virus dengue masuk dalam tubuh manusia, virus berkembang biak dalam sel
retikuloendotelial yang selanjutnya diikuiti dengan viremia yang berlangsung 5-7 hari. Akibat
infeksi virus ini muncul respon imun baik humoral maupun selular, antara lain anti netralisasi,
antihemaglutinin, anti komplemen. Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG dan
IgM, pada infeksi dengue primer antibodi mulai terbentuk, dan pada infeksi sekunder kadar
antibodi yang telah ada meningkat (booster effect). Antibodi terhadap virus dengue dapat
9
ditemukan di dalam darah sekitar demam hari ke-5, meningkat pada minggu pertama sampai
dengan ketiga, dan menghilang setelah 60-90 hari. Kinetik kadar IgG berbeda dengan kinetik
kadar antibodi IgM, oleh karena itu kinetik antibodi IgG harus dibedakan antara infeksi
primer dan sekunder. Pada infeksi primer antibodi IgG meningkat sekitar demam hari ke-14
sedang pada infeksi sekunder antibodi IgG meningkat pada hari kedua. Oleh karena itu
diagnosa dini infeksi primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksi antibodi IgM setelah
hari sakit kelima, diagnosis infeksi sekunder dapat ditegakkan lebih dini dengan adanya
peningkatan antibody IgG dan IgM yang cepat.
E. Pathway
Kebocoran plasma
10
Hipovolemi
2. Derajat 2 : sama seperti derjat 1, disertai perdarahan spontan dikulit atau perdarahan
lain.
3. Derajat 3 : ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut,
tekanan darah menurun (< 20 mmHg) atau hipotensi disertai kulit dingin, lembab, dan
4. Derajat 4 : syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
F. Manifestasi Klinis
1. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua lebih manifestasi
- Nyeri kepala
- Nyeri retro-orbital
- Mialgia / artralgia
- Ruam kulit
11
- Leucopenia
- Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan DD/DBD yang sudah dikonfirmasi
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini
dipenuhi
a. Demam atau riwayat demam akut 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.
c. Trombositopenia <100.00/ul
- Peningkatan nilai hematokrit ≥20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis kelamin.
- Hipoproteinemia
- Asites
- Efusi pleura
Seluruh kriteria DBD diatas ditandai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:
12
- Penurunan kesadaran, gelisah
- Hipotensi
G. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
a. Pada kasus DHF yang dijadikann pemeriksaan penunjang yaitu menggunakan darah atau
disebut lab serial yang terdiri dari hemoglobin, PCV, dan trombosit. Pemeriksaan
20% atau lebih dibandingkan dengan nilai hematoksit pada masa konvaselen.
trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis pasti pada DHF dengan dua kriteria
e. Protein rendah
13
h. Asidosis metabolic
2. Urine
Kadar albumin urine positif (albuminuria) (Vasanwala, 2012) Sumsum tulang pada awal sakit
biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke 5 dengan gangguan maturasi
3. Foto Thorax
Pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya posisi lateral dekubitus
kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih baik dalam mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi
4. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbangan karena tidak
menggunakan sistem pengion (sinar X) dan dapat diperiksa sekaligus berbagai organ pada
abdomen. Adanya acites dan cairan pleura pada pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai alat
menentukan diagnosa penyakit yang mungkin muncul lebih berat misalnya dengan melihat
5.Diagnosis Serologis
Tes ini adalah gold standart pada pemeriksaan serologis, sifatnya sensitif namun tidak
spesifik. Artinya tidak dapat menunjukkan tipe virus yang menginfeksi. Antibodi HI
bertahan dalam tubuh lama sekali (<48 tahun) sehingga uji ini baik digunakan pada studi
14
serologi epidemiologi. Untuk diagnosis pasien, kenaikan titer konvalesen 4x lipat dari
titer serum akut atau tinggi (>1280) baik pada serum akut atau konvalesen dianggap
sebagai pesumtif (+) atau diduga keras positif infeksi dengue yang baru terjadi
Jarang digunakan secara rutin karena prosedur pemeriksaannya rumit dan butuh tenaga
berpengalaman. Antibodi komplemen fiksasi bertahan beberapa tahun saja (sekitar 2-3
tahun).
c. Uji Neutralisasi Uji ini paling sensitif dan spesifik untuk virus dengue. Dan biasanya
memakai cara Plaque Reduction Neutralization Test (PNRT) (Vasanwala dkk. 2012)
Banyak sekali dipakai, uji ini dilakukan pada hari ke 4-5 infeksi virus dengue karena IgM
sudah timbul kemudian akan diikuti IgG. Bila IgM negatif maka uji harus diulang.
Apabila sakit ke-6 IgM masih negatif maka dilaporkan sebagai negatif. IgM dapat
bertahan dalam darah sampai 2-3 bulan setelah adanya infeksi (Vasanwala dkk. 2012)
e. Identifikasi Virus
Cara diagnostik baru dengan reverse transcriptase polymerase chain reaction (RTPCR)
sifatnya sangat sensitif dan spesifik terhadap serotype tertentu, hasil cepat dan dapat
diulang dengan mudah. Cara ini dapat mendeteksi virus RNA dari specimen yang berasal
dari darah, jaringan tubuh manusia, dan nyamuk (Vasanwala dkk. 2012).
15
H. Penatalaksanaan
1. Medis
a. Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan haus.
Pasien diberi banyak minum yaitu 1,5 – 2 liter dalam 24 jam. Keadaan hiperpireksia
diatasi dengan obat antipiretik. Jika terjadi kejang diberikan antikonvulsan. Luminal
diberikan dengan dosis : anak umur < 12 bulan 50 mg IM, anak umur > 1tahun 75 mg.
Jika kejang lebih dari 15 menit belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3
mg/kgBB. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila pasien terus menerus
muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi dan
b. Pasien mengalami syok segera segera dipasang infus sebagai pengganti cairan hilang
akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya RL, jika pemberian cairan
tersebut tidak ada respon diberikan plasma atau plasma ekspander banyaknya 20 – 30
mL/kg BB. Pada pasien dengan renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila
syok telah teratasi, nadi sudah jelas teraba, amplitude nadi sudah cukup besar, maka
1). Kristaloid
- Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer Laktat (D5/RL).
- Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer Asetat (D5/RA).
- Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam larutan Faali (d5/GF).
16
2). Koloid
- a). Dextran 40
- b). Plasma
2. Keperawatan
a) Derajat I
Pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa Ht, Hb dan trombosit
tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam dan kompres hangat.
b) Derajat II
Segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah sering dipasang pada 2 tempat
karena dalam keadaan renjatan walaupun klem dibuka tetesan infus tetap tidak lancar
- Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit (RL) dengan cara
- Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan secepatnya baik
biasanya dipasang NGT untuk membantu pengeluaran darah dari lambung. NGT bisa
17
dicabut apabila perdarahan telah berhenti. Jika kesadaran telah membaik sudah boleh
Dalam penanganan DBD, peran serta masyarakat untuk menekan kasus ini sangat menentukan.
Oleh karenanya program Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3M Plus perlu terus
dilakukan secara berkelanjutan sepanjang tahun khususnya pada musim penghujan. Program
PSN , yaitu: 1) Menguras, adalah membersihkan tempat yang sering dijadikan tempat
penampungan air seperti bak mandi, ember air, tempat penampungan air minum, penampung air
lemari es dan lain-lain 2) Menutup, yaitu menutup rapat-rapat tempat-tempat penampungan air
seperti drum, kendi, toren air, dan lain sebagainya; dan 3) Memanfaatkan kembali atau mendaur
ulang barang bekas yang memiliki potensi untuk jadi tempat perkembangbiakan nyamuk penular
Demam Berdarah.
Adapun yang dimaksud dengan 3M Plus adalah segala bentuk kegiatan pencegahan seperti 1)
Menaburkan bubuk larvasida pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan; 2)
Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk; 3) Menggunakan kelambu saat tidur; 4)
Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk; 5) Menanam tanaman pengusir nyamuk, 6) Mengatur
cahaya dan ventilasi dalam rumah; 7) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam
PSN perlu ditingkatkan terutama pada musim penghujan dan pancaroba, karena meningkatnya
18
sehingga seringkali menimbulkan kejadian luar biasa (KLB) terutama pada saat musim
penghujan.
Selain PSN 3M Plus, sejak Juni 2015 Kemenkes sudah mengenalkan program 1 rumah 1
Jumantik (juru pemantau jentik) untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan akibat
Demam Berdarah Dengue. Gerakan ini merupakan salah satu upaya preventif mencegah Demam
Berdarah Dengue (DBD) dari mulai pintu masuk negara sampai ke pintu rumah.
Terjadinya KLB DBD di Indonesia berhubungan dengan berbagai faktor risiko, yaitu: 1)
Lingkungan yang masih kondusif untuk terjadinya tempat perindukan nyamuk Aedes; 2)
nyamuk (PSN) 3M Plus; 3) Perluasan daerah endemic akibat perubahan dan manipulasi
lingkungan yang etrjadi karena urbanisasi dan pembangunan tempat pemukiman baru; serta 4)
19
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Untuk lebih memahami tentang penyakit DBD dan dapat melakukan penanggulangan dan
B.SARAN
Diharpakan dengan adanya makalah ini pembaca khususnya kita sebagai tenaga kesehatan yakni
perawat dapar memahami tentang penyakit DHF/DBD dalam rangka memajukan kesehatan
20
DAFTAR PUSTAKA
1. Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi pada Praktik Klinis,
Edisi 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
3. Price dan Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – Proses Penyakit. Edisi
6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
4. Smeltzer, Suzanne C dan Bare, Breda G.2001. Buku Aajar: Keperawatan Medikal-
Bedah, Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC.
dengan-psn-3m-plus.html
21