DENGUE (DBD)
Dr.ETY PUSPITA
PUSKESMAS PASAR AHAD
NIP.19830919 200901 2 004
KATA PENGANTAR
Assalamualaikumwr, wb
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT, yang telah member kekuatan dan
kesempatan kepada kami, sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan waktu
yang di harapkan walaupun dalam bentuk yang sangat sederhana, dimana makalah
memahami tentang materi ini, karena akan meningkatkan mutu individu kita
Kami sangat menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih sangat
minim,sehingga saran serta kritikan dari semua pihak sangat kami harapkan demi
perbaikan makalah ini. Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
PENU
LIS
A. Latar Belakang
Musim hujan tiba maka perlu diwaspadai adanya genangan – genangan air
yang terjadi pada selokan yang buntu, gorong – gorong yang tidak lancar serta
adanya banjir yang berkepanjangan, perlu diwaspadai adanya tempat reproduksi
atau berkembangbiaknya nyamuk pada genangan – genangan tersebut sehingga
dapat mengakibatkan musim nyamuk telah tiba pula, itulah kata-kata yang
melakat pada saat ini. saatnya kita melakukan antisipasi adanya musim nyamuk
dengan cara pengendalian nyamuk dengan pendekatan perlakukan sanitasi
lingkungan atau non kimiawi yang tepat sangat diutamakan sebelum dilakukannya
pengendalian secara kimiawi.
Selama ini semua manusia pasti mengatahui dan mengenal serangga yang
disebut nyamuk. Antara nyamuk dan manusia bisa dikatakan hidup berdampingan
bahkan nyaris tanpa batas. Namun, berdampingannya manusia dengan nyamuk
bukan dalam makna positif. Tetapi nyamuk dianggap mengganggu kehidupan
umat manusia. Meski jumlah nyamuk yang dibunuh manusia jauh lebih banyak
daripada jumlah manusia yang meninggal karena nyamuk, perang terhadap
nyamuk seolah menjadi kegiatan tak pernah henti yang dilakukan oleh manusia.
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan
pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-
perdarahan.Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara,
India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-
tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan
tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak M Demam Berdarah Dengue
(DBD) kini sedang mewabah, tak heran jika penyakit ini menimbulkan kepanikan
di Masyarakat. Hal ini disebabkan karena penyakit ini telah merenggut banyak
nyawa. Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI terdapat 14 propinsi
dalam kurun waktu bulan Juli sampai dengan Agustus 2005 tercatat jumlah
penderita sebanyak 1781 orang dengan kejadian meninggal sebanyak 54 orang.
DBD bukanlah merupakan penyakit baru, namun tujuh tahun silam
penyakit inipun telah menjangkiti 27 provinsi di Indonesia dan menyebabkan
16.000 orang menderita, serta 429 jiwa meninggal dunia, hal ini terjadi sepanjang
bulan Januari sampai April 1998 (Tempo, 2004). WHO bahkan memperkirakan
50 juta warga dunia, terutama bocah-bocah kecil dengan daya tahan tubuh ringkih,
terinfeksi demam berdarah setiap tahun.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah demam dengue yang disertai
pembesaran hati dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi
kegagalan sirkulasi darah dan pasien jatuh syok hipovolemik akibat kebocoran
plasma. DBD merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang
penularannya dari satu penderita ke penderita lain disebarkan oleh nyamuk Aedes
aegypti. Oleh karena itu langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah
penyebaran DBD adalah dengan memotong siklus penyebarannya dengan
memberantas nyamuk tersebut. Salah satu cara untuk memberantas nyamuk Aedes
aegypti adalah dengan melakukan Fogging. Selain itu juga dapat dilakukan
pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan abatisasi untuk memberantas jentik
nyamuk..
Berbagai upaya pengendalian penyakit demam berdarah dengue (DBD)
telah dilaksanakan meliputi : promosi kesehatan tentang pemberantasan sarang
nyamuk, pencegahan dan penanggulangan faktor resiko serta kerja sama lintas
program dan lintas sector terkait sampai dengan tingkat desa /kelurahan untuk
pemberantasan sarang nyamuk. Masalah utama dalam upaya menekan angka
kesakitan DBD adalah belum optimalnya upaya pergerakan peran serta
masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue. Oleh
karena itu partisipasi masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD
tersebut perlu di tingkatkan antara lain pemeriksaan jentik secara berkala dan
berkesinambungan serta menggerakan masyarakat dalam pemberantasan sarang
nyamuk DBD.
A. Perumusan Masalah
Adapun beberapa masalah yang akan di rumuskan dalam memecahkan
masalah demam berdarah antara lain :
1. Apasebenarnyapenyakitdemamberdarah denguedanapapenyebabnya?
2.
Bagaimanacarapenularanpenyakitdemamberdarahdansiklushidupvektorpenularpen
yakit DBD?
3. Sepertiapapatogenitas DBD terhadapmanusia?
4. Bagaimana cara pencegahan penyakitDBD ?
5. Bagaimana cara memberantas penyakit demam berdarah agar tidak mewabah ?
6. Apa saja cara pengobatan penyakit demam berdarah ?
B. Tujuan
Tujuan di buatnya makalah ini adalah :
1. Memberipengetahuanmengenaipenyakitdemamberdarah dengue danpenyebabnya.
2. Memberipengetahuantentangcarapenularandanvektorpenyakitdemamberdarah
3. Memberipengetahuantentangpatogenitas DBD
4. Memberikan informasi tentang cara pemberantasan penyakit demam berdarah.
5. Memberikan pengetahuan tentang cara pengobatan penyakit demam berdarah.
6. Mengetahui gejala dan berbagai pencegahan untuk penyakit demam berdarah
tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertianpenyakitdemamberdarah dengue
(DBD)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan
pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia Tenggara,
India, Brazil, Amerika termasuk di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-
tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut. Dokter dan
tenaga kesehatan lainnya seperti Bidan dan Pak Mantri ;-) seringkali salah dalam
penegakkan diagnosa, karena kecenderungan gejala awal yang menyerupai
penyakit lain seperti Flu dan Tipes (Typhoid).
Tanda dan Gejala Penyakit Demam Berdarah Dengue Masa tunas /
inkubasi selama 3 – 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue, Selanjutnya
penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah sebagai
berikut :
1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 – 40 derajat Celsius).
2. Pada pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya bintik (ptekie) perdarahan.
3. Adanya bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan
(Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (feaces) berupa lendir bercampur
darah (Melena), dan lain-lainnya.
4. Terjadi pembesaran hati (Hepatomegali).
5. Tekanan darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6. Pada pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 – 7 terjadi penurunan trombosit
dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit
diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
7. Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah,
penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit
kepala.
8. Mengalami perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9. Demam yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada
persendian.
10. Munculnya bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
Klasifikasiilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Arthropoda
Kelas: Insecta
Ordo: Diptera
Famili: Culicidae
Genus: Aedes
Upagenus: Stegomyia
D. Patogenitasdbd
Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi virus Dengue
yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus. Virus
Dengue termasuk genus Flavivirus, famili Flaviviridae, yang dibedakan menjadi 4
serotipe yaitu DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Keempat serotipe virus ini
terdapat di Indonesia dan dilaporkan bahwa serotipe virus DEN 3 sering
menimbulkan wabah, sedang di Thailand penyebab wabah yang dominan adalah
virus DEN 2 (Syahrurahman A et al., 1995). Penyakit ini ditunjukkan dengan
adanya demam secara tiba-tiba 2-7 hari, disertai sakit kepala berat, sakit pada
sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam merah terang, petechie dan
biasanya muncul dulu pada bagian bawah badan menyebar hingga menyelimuti
hampir seluruh tubuh. Radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di
perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare (Soewandoyo E., 1998).
Manifestasi klinik terwujud sebagai akibat adanya kebocoran plasma dari
pembuluh darah perifer ke jaringan sekitar. Infeksi virus Dengue dapat bersifat
asimtomatik atau simtomatik yang meliputi panas tidak jelas penyebabnya
(Dengue Fever, DF), Demam Berdarah Dengue (DBD), dan demam berdarah
dengan renjatan (DSS) dengan manifestasi klinik demam bifasik disertai gejala
nyeri kepala, nyeri sendi, nyeri otot, dan timbulnya ruam pada kulit ( Soegijanto
S., 2004).
Virus Dengue masuk ke dalam tubuh manusia lewat gigitan nyamuk
Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus. Di dalam tubuh manusia, virus
berkembang biak dalam sistem retikuloendotelial, dengan target utama virus
Dengue adalah APC (Antigen Presenting Cells ) di mana pada umumnya berupa
monosit atau makrofag jaringan seperti sel Kupffer dari hepar dapat juga terkena
(Harikushartono et al., 2002). Segera terjadi viremia selama 2 hari sebelum timbul
gejala dan berakhir setelah lima hari gejala panas mulai. Makrofag akan segera
bereaksi dengan menangkap virus dan memprosesnya sehingga makrofag menjadi
APC (Antigen Precenting Cell). Antigen yang menempel di makrofag ini akan
mengaktifasi sel T-Helper dan menarik makrofag lain untuk memfagosit lebih
banyak virus. T-helper akan mengaktifasi sel T-sitotoksik yang akan melisis
makrofag yang sudah memfagosit virus juga mengaktifkan sel B yang akan
melepas antibodi. Ada 3 jenis antibodi yang telah dikenali yaitu antibodi
netralisasi, antibodi hemaglutinasi, antibodi fiksasi komplemen (Gubler DJ.,
1998).
Penyakit infeksi virus Dengue merupakan hasil interaksi multifaktorial
yang pada saat ini mulai diupayakan memahami keterlibatan faktor genetik pada
penyakit infeksi virus, yaitu kerentanan yang dapat diwariskan. Konsep ini
merupakan salah satu teori kejadian infeksi berdasarkan adanya perbedaan
kerentanan genetik (genetic susceptibility) antar individu terhadap infeksi yang
mengakibatkan perbedaan interaksi antara faktor genetik dengan organisme
penyebab serta lingkungannya (Darwis D., 1999).
Patofisiologi primer DBD dan Dengue Shock Syndrom (DSS) adalah
peningkatan akut permeabilitas vaskuler yang diikuti kebocoran plasma ke dalam
ruang ekstravaskuler, sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan
tekanan darah (Gambar 2.1). Volume plasma menurun lebih dari 20% pada kasus-
kasus berat, yang didukung penemuan post mortem meliputi efusi serosa, efusi
pleura, hemokonsentrasi dan hipoproteinemi (Soedarmo, 2002).
Patogenesis DBD masih kontroversial dan masing-masing hanya dapat
menjelaskan satu atau beberapa manifestasi kliniknya dan belum dapat
menjelaskan secara utuh keseluruhan fenomena (Soetjipto et al., 2000). Beberapa
teori tentang patogenesis DBD adalah The Secondary Heterologous Infection
Hypothesis, Hipotesis Virulensi Virus, Teori Fenomena Antibodi Dependent
Enhancement (ADE), Teori Mediator, Peran Endotoksin, dan Teori Apoptosis
(Soegijanto S., 2004).
Pencegahan dan pemberantasan infeksi Dengue diutamakan pada
pemberantasan vektor penyakit karena vaksin yang efektif masih belum tersedia.
Pemberantasan vektor ini meliputi pemberantasan sarang nyamuk dan
pembasmian jentik. Pemberantasan sarang nyamuk meliputi pembersihan tempat
penampungan air bersih yang merupakan sarana utama perkembangbiakan
nyamuk, diikuti penimbunan sampah yang bisa menjadi tempat
perkembangbiakan nyamuk. Tempat air bersih perlu dilindungi dengan ditutup
yang baik. Pembasmian jentik dilakukan melalui kegiatan larvaciding dengan
abate dan penebaran ikan pemakan jentik di kolam-kolam (Soegijanto S., 2004).
Cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan
mengkombinasikan cara-cara di atas, yang disebut dengan 3M Plus, yaitu
menutup, menguras dan mengubur barang-barang yang bisa dijadikan sarang
nyamuk. Selain itu juga melakukan beberapa plus seperti memelihara ikan
pemakan jentik, menabur larvasida, menggunakan kelambu pada waktu tidur,
memasang kasa, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent,
memasang obat nyamuk dan memeriksa jentik berkala sesuai dengan kondisi
setempat (Deubel V et al., 2001).
Kegiatannya dapat berupa kerja bakti untuk membersihkan rumah dan
pekarangannya, selokan selokan di samping rumah serta melakukan 3M (
Menguras kamar mandi (termasuk mengganti air untuk minuman burung dan air
dalam vas bunga), menutup tampungan / tandon air dan mengubur barang-barang
bekas yang mungkin menjadi tempat sarang nyamuk, termasuk pecahan botol dan
potongan ban bekas). Jika diperlukan dapat ditaburkan abate dengan dosis 10 gr/
100 liter air, untuk membunuh jentik-jentik pada bak kamar mandi maupun
kolam-kolam ikan di rumah, dalam hal ini masyarakat tidak perlu takut kalau-
kalau terjadi keracunan karena abate ini hanya membunuh jentik nyamuk dan
aman bagi manusia maupun ikan. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dalam
memutus rantai penularan penyakit demam berdarah adalah dengan pelaksanaan
PSN oleh masyarakat, kemudian dilakukan fogging oleh petugas dan kembali
dilaksanakan PSN oleh masyarakat. Jika cara ini telah dilakukan oleh seluruh
masyarakat secara merata di berbagai wilayah, artinya tidak hanya satu Rt atau
Rw saja, tetapi telah meluas di semua wilayah maka pemberantasan demam
berdarah akan lebih cepat teratasi. Sebab jika hanya satu daerah saja yang
melaksanakan program tersebut namun daerah lainnya tidak, maka dimungkinkan
orang yang berasal dari wilayah yang telah bebas namun berkunjung ke daerah
yang masih terdapat penderita demam berdarah dan tergigit oleh nyamuk Aedes
aegypti akan tertular demam berdarah pula dan dengan cepat penyakit inipun akan
tersebar luas kembali.
Pemerintah juga memberdayakan masyarakat dengan mengaktifkan
kembali (revitalisasi) pokjanal DBD di Desa/Kelurahan maupun Kecamatan
dengan fokus pemberian penyuluhan kesehatan lingkungan dan pemeriksaan
jentik berkala. Perekrutan warga masyarakat sebagai Juru Pemantau Jentik
(Jumantik) dengan fungsi utama melaksanakan kegiatan pemantauan jentik,
pemberantasan sarang nyamuk secara periodik dan penyuluhan kesehatan. Peran
media massa dalam penanggulangan KLB DBD dan sebagai peringatan dini
kepada masyarakat juga ditingkatkan. Dengan adanya sistem pelaporan dan
pemberitahuan kepada khalayak yang cepat diharapkan masyarakat dan
departemen terkait lebih wasapada. Intensifikasi pengamatan (surveilans) penyakit
DBD dan vektor dengan dukungan laboratorium yang memadai di tingkat
Puskesmas Kecamatan/Kabupaten juga perlu dibenahi (Kristina et al., 2004).
b. PadaNyamukDewasa :
1. Dilakukan Space Treatment :Pengasapan (Fogging) danPengkabutan (Ultra Low
Volume) denganinsectisida yang bersifat knock down
mampunmenekantingkatpopulasinyamukdengancepat.
2. Dilakukan Residual treatment :Penyemprotan (Spraying)
padatempathinggapnyanyamukbiasanyabekisaranantara 0 – 1 meter
diataspermukaanlantaibangunan.
3. Denganmemasangobatnyamukbakarmaupunobantnyamuksemprot yang
siappakaidanbisajugamemakaiobatoles anti nyamuk yang
memberikandayafungsimenolak (repellent) padanyamuk yang akanmendekat.
Beberapa upaya untuk menurunkan, menekan dan mengendalikan nyamuk dengan
cara pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:
1. Modifikasi Lingkungan
Yaitu setiap kegiatan yang mengubah fisik lingkungan secara permanen
agar tempat perindukan nyamuk hilang. Kegiatan ini termasuk penimbunan,
pengeringan, pembuatan bangunan (pintu, tanggul dan sejenisnya) serta
pengaturan sistem pengairan (irigasi). Kegiatan ini di Indonesia populer dengan
nama kegiatan pengendalian sarang nyamuk ”3M” yaitu dari kata menutup,
menguras dan menimbun berbagai tempat yang menjadi sarang nyamuk.
2. Manipulasi Lingkungan
Yaitu suatu bentuk kegiatan untuk menghasilkan suatu keadaan sementara
yang tidak menguntungkan bagi keberadaan nyamuk seperti pengangkatan lumut
dari laguna, pengubahan kadar garam dan juga sistem pengairan secara berkala di
bidang pertanian.
3. Mengubah atau Memanipulasi Tempat Tinggal dan Tingkah Laku
Yaitu kegiatan yang bertujuan mencegah atau membatasi perkembangan
vektor dan mengurangi kontak dengan manusia. Pendekatan ini dilakukan dengan
cara menempatkan dan memukimkan kembali penduduk yang berasal dari sumber
nyamuk (serangga) penular penyakit, perlindungan perseorangan (personal
protection), pemasangan rintangan-rintangan terhadap kontak dengan sumber
serangga vektor, penyediaan fasilitas air, pembuangan air, sampah dan buangan
lainnya.
4. Pengendalian Hayati
Yaitu cara lain untuk pengendalian non kimiawi dengan memanfaatkan
musuh-musuh alami nyamuk. Pelaksanaan pengendalian ini memerlukan
pengetahuan dasar yang memadai baik mengenai bioekologi, dinamika populasi
nyamuk yang akan dikendalikan dan juga bioekologi musuh alami yang akan
digunakan. Dalam pelaksanaanya metode ini lebih rumit dan hasilnyapun lebih
lambat terlihat dibandingkan dengan penggunaan insektisida. Pengendalian hayati
baru dapat memperlihatkan hasil yang optimal jika merupakan bagian suatu
pengendalian secara terpadu.
5. Musuh alami yang yang digunakan dalam pengendalian hayati adalah predator,
patogen dan parasit.
a. Predator
Adalah musuh alami yang berperan sebagai pemangsa dalam suatu
populasi nyamuk. Contohnya beberapa jenis ikan pemakan jentik atau larva
nyamuk.Ikan pemakan jentik nyamuk yang telah lama digunakan sebagai
pengendali nyamuk adalah ikan jenis guppy dan ikan kepala timah. Jenis ikan lain
yang dikembangkan adalah ikan mas, mujahir dan ikan nila di persawahan. Selain
ikan dikenal pula larva nyamuk yang bersifat predator yaitu jentik nyamuk
Toxorrhynchites yang ukurannya lebih besar dari jentik nyamuk lainnya ( sekitar
4-5 kali ukuran larva nyamuk Aedes aegypti). Di beberapa negara pemanfaatan
larva Toxorrhynchites telah banyak dilakukan dalam rangkaian usaha
memberantas nyamuk demam berdarah secara tepadu.
b. Patogen
Merupakan jasad renik yang bersifat patogen terhadap jentik nyamuk.
Sebagai contoh adalah berbagai jenis virus (seperti virus yang bersifat
cytoplasmic polyhedrosis), bakteri (seperti Bacillus thuringiensis
subsp.israelensis, B. sphaericus), protozoa (seperti Nosema vavraia, Thelohania)
dan fungi (seperti Coelomomyces, Lagenidium, Culicinomyces)
c. Parasit
Yaitu mahluk hidup yang secara metabolisme tergantung kepada serangga
vektor dan menjadikannya sebagai inang. Contohnya adalah cacing Nematoda
seperti Steinermatidae (Neoplectana), Mermithidae (Romanomermis) dan
Neotylenchidae (Dalandenus) yang dapat digunakan untuk mengendalikan
populasi jentik nyamuk dan serangga pengganggu kesehatan lainnya. Nematoda
ini memerlukan serangga sebagai inangnya, masuk ke dalam rongga tubuh,
merusak dinding dan jaringan tubuh serangga tersebut. Jenis cacing
Romanomermis culiciforax merupakan contoh yang sudah diproduksi secara
komersial untuk mengendalikan nyamuk.
Meskipun demikian pemanfaatan spesies Nematoda sampai saat ini masih
terbatas pada daerah-daerah tertentu karena sebaran spesiesnya terbatas, hanya
menyerang pada fase dan spesies serangga tertentu dan memerlukan dasar
pengetahuan bioekologi yang kuat.
BAB III
KASUS
Identitaspasien
Nama : Tn .R
Umur : 19th
Jeniskelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Sigiran
Anamnesa
KeluhanUtama :Demam
RiwayatPenyakitSekarang :
- PasienmengalamiDemamTinggisejak 3 hari yang lalu,demamtiba-
tibamendadak,tidakturunnaik
- Pasienmengeluhkannyerisendidansakitkepala
- Timbulbintikbintikmerahditangan
- Pasientinggaldipadang,pulangkarenademam
- Gigi berdarahketikamenggosokgigitadipagi
- Sudahberobatkebidanmendapatobat amoxicillin ,paracetamol,neurodex
- Nafsumakanmenurun
- Bakdan BAB Normal
RiwayatPenyakitDahulu : -
RiwayatPenyakitKeluarga: DM dan HT
PemeriksaanFisik
KeadaanUmum :sedangKeadaanSakit : sedang
Vital sign Kesadaran: CM
TekananDarah :90/70 mmhg
FrekuensiNadi : 76 x/menit
FrekuensiNafas: 18 x / menit
Suhu:39° C
Mata :konjungtivatidakanemis,scleratidakikterik
Hidung: T A K
Mulut: T A K
Leher: KgbTidakmembesar,TVJdalambatas normal
Paru-paru :Inspeksi : simetriskiridankanan
Palpasi :stem fremitus kiri=kanan
Perkusi :sonorkedualapanganparu
Auskultasi :vesikuler,suaratambahannegatif
Jantung :
Inspeksi :apekkordistidakterlihat
Palpasi :apekkordistidakkuatangkat
Perkusi :jantungdalambatas normal
Auskultasi :iramasinus,reguler
Abdomen
Inspeksi :peruttidakmembesar
Palpasi :Hepardan lien tidakteraba
Perkusi : Tympani
Auskultasi : peristaltic usus normal
Genitalia :tdkdiperiksa
Ekstremitas :Refleksfisiologisnormal,reflespatologis -
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan masalah yang telah dibuat, dapat diambil
kesimpulan bahwa fogging merupakan salah satu upaya untuk memberantas
nyamuk yang merupakan vektor penyakit demam berdarah sehingga rantai
penularan penyakit dapat diputuskan. Selain fogging juga dapat dilakukan
abatisasi, yaitu penaburan abate dengan dosis 10 gram untuk 100 liter air pada
tampungan air yang ditemukan jentik nyamuk. Penyuluhan dan penggerakan
masyarakat dalam PSN ( Pemberantasan Sarang Nyamuk ) dengan 3M, yaitu :
Menguras
Menutup tampungan air, dan
Mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk juga dapat
menjadi cara untuk memberantas DBD.
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam mengobati penyakit DBD
diantaranya yaitu:
Mengatasi perdarahan.
Mencegah keadaan syok.
Menambah cairan tubuh dengan infus.
Untuk mencegah DBD, dapat dilakukan dengan cara menghindari gigitan
nyamuk pada waktu pagi hingga sore hari dengan cara mengoleskan lotion anti
nyamuk.
B. SARAN
1. Setiap individu sebaiknya mengerti dan memahami bahaya dari penyakit DBD
tersebut, sehingga setiap individu tersebut bisa lebih merasa khawatir dan mampu
menjaga diri dan lingkungannya dari kemungkinan terserangnya demam berdarah.
2. P e r l u n ya d i ga l a k k a n G e r a k a n 3 M p l u s , tidak hanya bila terjadi wabah
tetapi harusdijadikan gerakan nasional melalui pendekatan masyarakat.
3. Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS) perlu dilakukan
secara berdaya guna dan berhasil guna.
4. Segenap pihak yang terkait dapat bekerja sama untuk mencegah DBD.18
DAFTAR PUSTAKA
Anonym.
2011.PengendalianNyamuk.http://www.pc3news.com/index.php?cat=news&id=9
11&sub=2&view=news. Di aksestanggal 23 maret 2012.
Anonym.2011. Pengendalian Nyamuk Dengan Pendekatan Secara Non Kimiawi
Lebih Diutamakan.http://masterhama.wordpress.com/2009/04/22/pengendalian-
nyamuk-dengan-pendekatan-secara-non-kimiawi-lebih-diutamakan/.
Di aksestanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011. Vektor DBD. http://indonesiannursing.com/2008/05/vektor-dbd.
Di aksestanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011.Etiologi dan Patogenesis
DBD.http://indonesiannursing.com/2008/05/etiologi-dan-patogenesis-dbd/. Di
aksestanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011. Program Penanggulangan DBD di Indonesia.
http://indonesiannursing.com/2008/05/program-penanggulangan-dbd-di-
indonesia/. Di aksestanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011. Nyamuk Transgenic HarapanBaru PenanggulanganDBD
http://majalahkesehatan.com/nyamuk-transgenik-harapan-baru-
penanggulangan-dbd. Di aksestanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011. Aedes aegypti.
http://id.wikipedia.org/wiki/Aedes_aegypti. Di aksestanggal 23 maret
2012.
Anonym. 2011. Ciri-CiriNyamuk
PenyebabPenyakitDemamBerdarahhttp://danialonline.wordpress.com/2009/08/07
/ciri-ciri-nyamuk-penyebab-penyakit-demam-berdarah-nyamuk-aedes-aegypti/. Di
aksestanggal 23 maret 2012.
Anonym. 2011. PenyakitDemamBerdarah Dengue.
http://www.infopenyakit.com/2008/03/penyakit-demam-berdarah-dengue-
dbd.html. Di aksestanggal 23 maret 2012.
Dr.Faziah A. Siregar.2004.Epidemiologi dan Pemberantasan Demam Berdarah
Dengue di Indonesia.www.library.usu.co.idDi aksestanggal 23 maret 2012.