ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN DHF
( DENGUE HEMORAGIC FIVER)
OLEH
KELOMPOK 2
FERDERIKA AMTIRAN
AYU ADRIANI
REBECCA HEIDY MENGKOLA
A. LATAR BELAKANG
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit yang dapat terjadi pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam
atau tanpa ruam (Soeparman, 2006). DBD disebabkan oleh Arbovirus (Arthropodborn
Virus) melalui gigitan nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dan Aedes Aegepty). Tanda dan
gejala penyakit DBD adalah : meningkatnya suhu tubuh, nyeri pada otot seluruh tubuh,
nyeri, sesak nafas, batuk, epistaksis, nafsu makan menurun, mual, muntah, petekie,
ekimosis, purpura, perdarahan gusi, hematemesis, hematuria masif, melena dan syok.
Penyebaran DBD sangat mudah dan dapat menjadi wabah di suatu lingkungan tertentu.
Demam berdarah dengue tersebar diwilayah Asia tenggara, Pasifik barat dan Karibia.
Indonesia merupakan wilayah endemis dengan sebaran diseluruh wilayah tanah air. Insiden
DBD di Indonesia antara 6 hingga 15 per 100.000 penduduk. Penularan infeksi virus dengue
terjadi melalui vector nyamuk genus Aedes. Peningkatan kasus tiap tahunnya berkaitan
dengan sanitasi lingkungan dan tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu di bejana yang
berisi air jernih. Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di Indonesia yang cenderung meningkat jumlah penderita dan penyebarannya
yang sejalan dengan arus transfortasi dan kepadatan penduduk. Data dari Depkes RI tahun
2020 mencantumkan peningkatan jumlah kasus DBD, hingga pada bulan maret 2020
68.000 kasus dengan jumlah kematian mencapai 30% dan didominasi kematian pada anak
dan balita .Di Indonesia Kasus terbanyak dari 10 Propinsi adalah Bandar lampung dengan
3423 Kasus, dan 11 kasus meninggal.Peningkatan dan penyebaran kasus DBD tersebut
kemungkinan disebabkan oleh mobilitas penduduk yang tinggi, perkembangan wilayah
perkotaan, perubahan iklim, perubahan kepadatan dan distribusi penduduk serta faktor
epidemiologi lainnya yang masih memerlukan penelitian lebih lanjut (Kementerian
Kesehatan RI, 2010).
A. DEFINISI
Penyakit demam berdarah dengue atau yang disingkat sebagai DBD adalah suatu penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue yang dibawa oleh nyamuk aedes aegypti betina lewat air
liur gigitan saat menghisap darah manusia. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang
ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga
tubuh Demam berdarah Dengue adalah Infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus
(arthropadborn Virus) dan di tularkan melalui gigitan nyamuk Aides (Aides albipices dan
Aedes Aegypti). Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk aedes aegepty
B. ETIOLOGI
Penyebab penyakit dengue hemoragic fever (DHF) atau demam berdarah adalah
virusdengue. Virus ini tergolong dalamfamily/suku/grup flaviviridae yang dikenal ada
4serotipe, dengue 1, dengue 2, dengue 3, dengue4, yang ditularkan melalui vector nyamuk
aedesaegypti. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup
terhadap serotype bersangkutan. Tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype lain.
C. MANIFESTASI KLINIK
Kasus DHF ditandai oleh manifestasi klinik, yaitu: demam tinggi dan mendadak yang dapat
mencapai 400C atau lebih dan terkadang disertai dengan kejang, demam, sakit
kepala,anoreksia, mual muntah, epigastrik, discomfort, nyeri perut kanan atas atau seluruh
bagian perut dan pendarahan, terutama pendarahan kulit, walaupun hanya berupa uji
tourniquet positif. Selain itu, pendarahan kulit dapat terwujud memar atau juga berupa
pendarahan spontan mulai dari petekie pada ektremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis
dan pendarahan gusi. Sementara pendarahan gastrointestinal masih lebih jarang terjadi dan
biasanya hanya terjadi pada kasus dengan syok yang berkepanjangan atau setelah syok yang
tidak dapat teratasi. Pendarahan lain seperti pendarahan sub konjungtiva terkadang juga
D. PATHOFISIOLOGI
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty. Pertama-tama
yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala,
mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit
(petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran
kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa
(Splenomegali). Kemudian virus akan bereaksi dengan antibody dan terbentuklah kompleks
virus-antibody. Dalam sirkulasi akan mengaktivasi system komplemen. Akibat aktivasi C3
dan C5 akan dilepas C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamine
dan merupakan mediator kuat sebagai factor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler.
Perembesan plasma ke ruang ekstra seluler mengakibatkan berkurangnya volume plasma,
terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok).
Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan
adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk
patokan pemberian cairan intravena. Terjadinya trobositopenia, menurunnya fungsi
trombosit dan menurunnya faktor koagulasi (protombin dan fibrinogen) merupakan faktor
penyebab terjadinya perdarahan hebat , terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada
DHF. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya
cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard
yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian
cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah
teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya
untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak
mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat
mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium :
a. Trombosit menurun
b. Hematokrit meningkat 20% atau lebih
c. Leukosit menurun pada hari kedua dan ketiga
d. Kadar albumin menurun dan bersifat sementara
e. Hipoproteinemia( Protein darah rendah )
f. Hiponatremia( NA rendah )
2. Pemeriksaan Radiologi
Pada foto trorax( pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade II) di dapatkan efusi
pleura
F. PENATALAKSANAAN
1. Tirah baring
2. Pemberian makanan lunak
3. Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam)
4. Pemberian cairan melalui infuse
5. Pemberian obat-obtan; antibiotic, antipiretik
6. Antikonvulsi jika terjadi kejang
7. Monitor TTV
8. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
9. Monitor tanda-tanda pendarahan lanjut
10. Periksa HB, HT, dan trombosit setiap hari
b. Nutrisi-Metabolik
Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai konsumsi makanan
dan cairan, tipe intake makan dan minum sehari, penggunaan suplemen, vitamin
makanan. Masalah nafsu makan, mual, rasa panas diperut, lapar dan haus
berlebihan.
c. Eliminasi
Menggambarkan informasi tentang riwayat pasien mengenai pola BAB, BAK
frekwensi karakter BAB terakhir, frekwensi BAK.
d. Aktivitas – Latihan
Meliputi informasi riwayat pasien tentang pola latihan, keseimbangan energy, tipe
dan keteraturan latihan, aktivitas yang dilakukan dirumah, atau tempat sakit.
5. INTERVENSI
Diagnose 1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (viremia).
Kriteria evaluasi ( NOC ) :
suhu dalam batas normal, bebas dari demam
Tidak mengalami komplikasi yang berhubungan dengan keadaan penyakit
Intervensi (NIC) Rasional
Mandiri Pola demam dapat membantu dalam
Monitor suhu pasien. diagnosis.
Anjurkan pasien untuk banyak minum Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan
( lebih kurang 2,5 liter/24 jam ). penguapan tubuh meningkat sehingga
perlu diimbangi dengan asupan cairan
yang banyak.
Berikan kompres hangat Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan
penguapan yang mempercepat penurunan
suhu tubuh.
Anjurkan untuk tidak memakai selimut Pakaian tipis membantu mengurangi
dan pakaian yang tebal. penguapan tubuh.
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. I.Md
Umur : 38 tahun
Tanggal Lahir : 22 Januari 1982
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Agama : Hindu
Pendidikan : Strata 1
Alamat : Jl. Imam Bonjol no 22.
No RM : 20 – 06 - 65
Tanggal Masuk : 16 – 06 - 2020
Tanggal Pengkajian : 20 – 06 - 2020
Diagnosa Medis : DHF
Nama : Ny. N. A
Umur : 32 Tahun
Pekerjaan : Pegawai Swasta.
Hubungan dengan Klien : Istri
3. Keluhan Utama
Panas Sejak 4 hari yang lalu
Endothelium hipotalamus
meningkatkan produksi
prostaglandin &
neurotransmitter
Prostaglandin berikatan
dengan neuron prepiotik di
hipotalamus
Peningkatan thermostatic set
poin
Hipertemi
gangguan
Keseimbangan
volume cairan
tubuh