Nama :
Novia Wahyu Febryanti 1130018040
Dosen Pembimbing :
Erika Martining R, S.Kep.,Ns.,M.Trop
A. Latar Belakang
Dengue ata’u epidemik seperti dengue dilaporkan terjadi pada abad 19 dan
awal abad 20 di Amerika, Eropa Selatan, Afrika Utara, Mediterania, Asia dan
Australia, dan beberapa pulau di Samudra Hindia, Samudra Pasifik dan
Karibia. DF dan DHF telah meningkat dengan pesat sejak 40 tahun lalu, dan
pada tahun 1996, 2500-3000 masyarakat tinggal di daerah dengan risiko
potensial transmisi virus dengue. Tiap-tiap tahun diperkirakan terdapat sekitar
20 juta kasus infeksi dengue, yang mengakibatkan angka kematian sekitar
24.000.
Demam dengue atau DF dan demam berdarah dengue atau DBD (dengue
hemorrhagic fever disingkat DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi
yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis
hemoragik. Pada DHF terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokosentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga
tubuh. Sindrom renjatan dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok (Nurarif &
Kusuma 2015).
A. Etiologi
B. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus
sehingga menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin)
terjadinya: peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada
dinding pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari
intravascular ke intersisiel yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia
dapat terjadiakibat dari penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi
melawan virus (Murwani 2018).
C. Manifestasi Klinis
Diagnosis penyakit DHF bias ditegakkan jika ditemukan tanda dan gejala
seperti :
a. Demam dengue : Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai
dengan dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut:
1. Nyeri kepala
2. Nyeri retro-orbital
3. Myalgia atau arthralgia
4. Ruam kulit
5. Manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji bending positif
6. Leukopenia
7. Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD yang
sudah di konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
b. Demam berdarah dengue : Berdasarkan kriteria WHO 2016 diagnosis DHF
ditegakkan bila semua hal dibawah ini dipenuhi :
1. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat
bifastik
2. Manifestasi perdarahan yang berupa :
a. Uji tourniquet positif
b. Petekie, ekimosis, atau purpura
c. Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna, tempat
bekas suntikan
d. Hematemesis atau melena
3. Trombositopenia <100.00/ul
4. Kebocoran plasma yang ditandai dengan
a. Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai umur dan
jenis kelamin
b. Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan yang
adekuat
5. Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi pleura
c. Sindrom syok dengue : Seluruh kriteria DHF diatas disertai dengan tanda
kegagalan sirkulasi yaitu:
1. Penurunan kesadaran, gelisah
2. Nadi cepat, lemah
3. Hipotensi
4. Tekanan darah turun < 20 mmHg
5. Perfusi perifer menurun
6. Kulit dingin lembab
D. Klasifikasi DHF
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif & Kusuma 2015) :
1) Derajat I dan II
a) Pemberian cairan yang cukup dengan infus ringer laktat (RL) dengan
dosis 75 ml/kgBB/hari untuk anak dengan berat badan kurang dari 10kg
atau bersama diberikan oralit, air, buah, atau susu secukupnya, atau
pemberian cairan dalam waktu 24 jam antara lain sebagai berikut :
1. 100ml/kgBB/24 jam
2. untuk anak dengan BB < 25kg.75 ml/kgBB/24 jam
3. untuk anak dengan BB < 26-30kg60 ml/kgBB/24 jam
4. untuk anak dengan BB < 31-40kg.50 ml/kgBB/24 jam
5. untuk anak dengan BB < 41-50kg.
b) Pemberian antibiotik apabila adanya infeksi sekunder.
c) Pemberian antipiretik untuk menurunkan panas.
d) Apabila ada perdarahan hebat maka berikan darah 15cc/kgBB/hari.
2) Derajat III
a) Pemberian cairan yang cukup dengan infus RL dengan dosis
20ml/kgBb/jam, apabila ada perbaikan lanjutkan pemberian RL 10 ml/
kgBB/jam, jika nadi dan tensi stabil lanjutkan jumlah cairan
berdasarkan kebutuhan dalam waktu 24 jam dikurangi cairan yang
sudah masuk dengan perhitungan sebagai berikut :
1. 100ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 25kg.
2. 75 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 26-30kg.
3. 60 ml/kgBB/24 jam untuk anak dengan BB < 31-40kg.
b) Pemberian plasma atau plasma ekspander (dextran L atau lainya) sebanyak
10 ml/ kgBB/jam dapat diulang maksimal 30 ml/kgBb dalam 24 jam,
apabila setelah satu jam pemakaian RL 20 ml/kgBB/jam keadaan takanan
darah kurang dari 80 mmHg dan nadi lemah, maka berikan cairan yang
cukup berupa infus RL dengan dosis 20 ml/kgBB/, jika baik lanjutkan RL
sebagaimana perhitungan di atas.
c) Apabila 1 jam pemberian RL 10 ml/kgBb/jam keadaan tensi masih
menurun dan dibawah 80mmHg, maka penderita harus mendapatkan
plasma ekspander sebanyak 10 ml/kgBB/jam diulang maksimal
30ml/kgBB/24 jam. Bila baik, lanjutkan cairan RL sebagaimana
perhitungan di atas.
3) Derajat IV
a) Pemberian cairan cukup dengan infus RL dosis 30 ml/kgBB/jam,apabila
keadaan tekanan darah baik, lanjutkan RL sebanyak 10 ml/kgBb/jam,
sebagaimana perhitungan di atas.
b) Apabila keadaan tensi memburuk maka harus dipasang dua saluran infus
dengan tujuan satu untuk RL 10 ml/kgBb/1jam dan satunya pemberian
plasma ekspander (dextran L) sebanyak 20 ml/kgBb/jam selama 1 jam, jika
membaik lanjutkan RL sebagaimana perhitungan diatas.
c) Apabila keadaan masih juga buruk, maka berikan plasma ekspander
20ml/kgBb/jam, jika membaik lanjutkan Rl sesusai perhitungan di atas
d) Apabila masih tetap buruk, maka berikan plasma ekspander 10
ml/kgBB/jam diulangi maksimum 30 ml/ kgBB/24 jam, jika membaik,
berikan RL sebagaimana perhitungan di atas.
e) Jika setelah dua jam pemberian plasma dan RL tidak menunjukkan
perbaikan, maka konsultasikan ke bagian anastesi untuk perlu tidaknya
dipasang Central Vascular Pressure (CVP).
b. Non Medis
i. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum dan tanda-tanda vital: Adanya penurunan kesadaran,
kejang dan kelemahan; suhu tinggi: nadi cepat, lemah,kecil sampai
tidak teraba:tekanan darah menurun (sistolok menurunb sampai 80
mmHg atau kurang).
b) Body system :
1) Pernapasan (B1: Breathing) : Anamnesa Pada derajat 1 dan 2 awal
jarang terdapat gangguan pada system pernapasan kecuali bila
pada derajat 3 dan 4 sering disertai keluhan sesak napas sehingga
memerlukan pemasangan 02.
Pemeriksaan fisik : Pada derajat 1 dan 2 kadang terdapat batuk dan
pharingitis karena demam yang tinggi.suara napas tambahan
(ronchi; wheezing), pada derajat 3 dan 4 napas dangkal dan cepat
disertai penurunan kesadaran.
2) Cardiovaskuler (B2: Bleeding) : Anamnesa pada derajat 1 dan 2
keluhan memdadak demam tinggi 2 -7 hari. badan
lemah,pusing,mual muntah,derajat 3 dan 4 orang tua/keluarga
melaporkan pasien mengalami penurunan kesadaran gelisah dan
kejang.
Pemeriksaan fisik : Derajat Uji tomiquet positif,merupakan satu -
satunya manifestasi perdarahan.Derajat 2
ptekie.purpura,echymosis dan perdarahan konjungtiva Derajat 3
kulit dingin pada daerah akral, nadi cepat, hipotensi sakit kepala,
menurunnya plasma, meningginya permeabilitas dinding
pembuluh volome darah, trombositopenia dan diatesis hemoragic.
Derajat 4 nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak daapat diukur
3) Persarafan (B3: Brain) : Anamnesa :Pasien gelisah, cengeng dan
rewel karena demam tinggi derajat Idan 2 serta penurunan tingkat
kesadaran pada derajat 3 dan 4.
Pemeriksaan fisik : Pada derajat 2 konjungtiva mengalami
perdarahan, sedang penurun-an Tingkat kesadaran (composmentis,
ke-apatis, ke-somnolent, kesopor kekoma) atau gelisah, GCS
menurun, pupil miosis atau midriasis, reflek fisiologis atau
patologis sering terjadi pada derajat 3 dan 4.
4) Perkemihan - Eliminasi Uri (B4: Bladder) : Anamnesa Derajat 3
dan 4 kencing sedikit bahkan tidak ada kencing.
Pemeriksaan fisik : Produksi urin menurun(oliguria sampai
anuria).warna berubah pakat dan berwana coklat tua pada derajat 3
dan 4.
5) Pencernaan Eliminasi Alvi (B5: Bowel) : Anamnesa pada derajat 1
dan 2 mual dan muntah/tidak ada nafsu makan.haus.sakit
menelan,derajat 3 terdapat nyeri tekan pada ulu hati.
Pemeriksaan fisik : Derajat 1 dan 2 Mukosa mulut
kering,hiperemia tenggorokan, derajat 3 dan 4 terdapat
pembesaran hati dan Nyeri tekan sakitmenelan, pembesaran
limfe,nyeri tekan epigastrik, hematemisis dan melena
6) integumen (B6: Bone) : Anamnesa pasien mengeluh otot.
persendian dan punggung kepanas-an, wajah tampak merah pada
derajat 1 dan 2. derajat 3 dan 4 terdapat kekakuan otot/kelemahan
otot dan tulang akibat kejang atau tirah baring lama.
Pemeriksaan fisik : Nyeri pada sendi, otot, punggung dan kepala:
kulit terasa panas, wajah tampak merah dapat disertai tanda
kesakitan, pegal seluruh tubuh derajat I dan 2 sedangkan derajat 3
dan 4 pasien mengalami parese atau kekakuan bahkan
kelumpuhan.
2. Diagnose Kepeawatan
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit infeksi Virus dengue
ditandai dengan suhu tubuh diatas normal.
3. Intervensi
4. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi adalah tindakan yang di rencanakan dalam
rencana keperawatan (Tarwoto Wartonah, 2015). Perawat melakukan
pengawasan terhadap efektifitas intervensi yang dilakukan, bersamaan pula
menilai perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan atau hasil yang
diharapkan. Pelaksanaan atau implementasi keperawatan adalah suatu
komponen dari proses keperawatan yang merupakan kategori dari perilaku
keperawatan di mana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan
hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan
diselesaikan (Perry & Potter, 2015).
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dalam proses keperawatan
dengan cara menilai sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak. Evaluasi yang dilakukan pada pasien dilakukan untuk
menurunkan suhu tubuh pasien pada anak DHF. Dalam perumusan evaluasi
keperawatan menggunakan SOAP, yaitu:
a) S (Subjektif) merupakan data berupa keluhan pasien,
b) O (Objektif) merupakan hasil dari pemeriksaan,
c) A (Analisa Data) merupakan pembanding data dengan teori,
d) P (Perencanaan) merupakan tindakan selanjutnya yang akan dilakukan
oleh perawat (Hidayat, 2012).
Woc
Daftar Pustaka
Min Huda Nurarif & Kusuma, Hardhi. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC (Edisi Revisi).
MediAction
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia