OLEH :
NIM : P07120121039
NO ABSEN : 39
JURUSAN KEPERAWATAN
2023
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengertian
Dengue Hemmorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat menyebar di seluruh wilayah dalam
beberapa tahun terakhir. Virus dengue ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari spesies
Aedes aegypti dan pada tingkat lebih rendah, A. albopictus. Penyakit ini tersebar luas di seluruh
daerah tropis, dengan variasi lokal dalam risiko dipengaruhi oleh curah hujan, suhu dan
urbanisasi yang cepat tidak direncanakan (WHO, 2015).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang anak dan orang
dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut, perdarahan, nyeri
otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut
ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh Aedes Aebopictus (Wijayaningsih 2017).
Demam dengue atau DF dan demam berdarah dengue atau DBD (dengue hemorrhagic
fever disingkat DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DHF terjadi perembesan plasma
yang ditandai dengan hemokosentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan
dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok (Nurarif &
Kusuma 2015).
2. Penyebab
Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam berdarah. Demam
berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi virus. Nyamuk Aedes
aegypti adalah spesies utama yang menyebar penyakit ini. Ada lebih dari 100 juta kasus baru
demam berdarah setiap tahun di seluruh dunia. Sejumlah kecil ini berkembang menjadi demam
berdarah. Kebanyakan infeksi di Amerika Serikat yang dibawa dari negara lain. Faktor risiko
untuk demam berdarah termasuk memiliki antibodi terhadap virus demam berdarah dari infeksi
sebelumnya (Vyas, et al, 2014).
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4 serotipe virus
dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, keempatnya ditemukan di Indonesia dengan den-
3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe
yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain.
Seseorang yang tinggal di daerah epidermis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe
selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia (Nurarif & Hardhi, 2015).
3. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal
tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga
menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin) terjadinya: peningkatan
suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang
menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang
menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat dari penurunan produksi
trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus (Murwani 2018).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti
petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan
kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut dapat
menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok. Masa virus
dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan
penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam
atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati atau hepatomegali (Murwani 2018).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibodi.
Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan di
lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang
mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke
ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan atau syok. Hemokonsentrasi
atau peningkatan hematokrit >20% menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran atau
perembesan sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena (Murwani 2018).
4. Klasifikasi
5. Gejala Klinis
Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif & Kusuma 2015) :
a. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih
manifestasi klinis sebagai berikut:
1) Nyeri kepala
2) Nyeri retro-orbital
3) Myalgia atau arthralgia
4) Ruam kulit
5) Manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji bending positif
6) Leukopenia
7) Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD yang sudah di
konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
b. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 2016 diagnosis DHF ditegakkan bila semua hal dibawah ini
dipenuhi :
1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifastik
2) Manifestasi perdarahan yang berupa :
a) Uji tourniquet positif
b) Petekie, ekimosis, atau purpura
c) Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna, tempat bekas
suntikan
d) Hematemesis atau melena
3) Trombositopenia
4) Kebocoran Plasma ditandai dengan
a) peningkatan nilai hematrokit >20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis
kelamin
b) Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan yang adekuat
5) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi pleura
c. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DHF diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:
1) Penurunan kesadaran, gelisah
2) Nadi cepat, lemah
3) Hipotensi
4) Tekanan darah turun < 20 mmHg
5) Perfusi perifer menurun
6) Kulit dingin lembab
6. Pemeriksaan Diagnostik
1) Tes Darah
a. Trombosit menurun ≤ 100.000/μl
b. Hb (hemoglobin) meningkat bisa sampai 20%.
c. Ht (hematokrit) meningkat bisa sampai 20%, normalnya : pria 40-50%, wanita 35-
47%.
d. Leukosit menurun pada hari ke-2 dan ke-3
e. Protein darah rendah
f. Ureum PH bisa meningkat
g. Na dan Cl rendah
2) Rontgen thorax
Pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade II) di dapatkan efusi
pleura.
7. Penatalaksanaan Medis
8. Komplikasi
a. Perdarahan
Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan koagulopati, dan
trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit muda dalam sel-sel tulang
dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji
torniquet positif, ptekie, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan
melena.
b. Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom)
Terjadi pada hari ke 2-7 yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler
sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan
peritoneum, hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya alran balik vena, penurunan volume sekuncup dan curah jantung
sehingga terjadi disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan
hemeostasis yang mengakibatkan aktivitas dan integritas sistem kardiovaskular, perfusi
miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi
jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan
sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.
c. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan dengan nekrosis
karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak
sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi
atau komplek virus antibody.
d. Efusi Pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan intravaskuler sel,
hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura dan adanya dipsnea.
3. Perencanaan Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosis dilanjutkan dengan perencanaan dan aktivitas
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan serta mencegah masalah keperawatan
pasien. Dalam tahap perencanaan keperawatan terdiri dari dua rumusan utama yaitu
rumusan luaran keperawatan dan rumusan intervensi keperawatan (Tim Pokja SIKI
DPP PPNI, 2018).
Observasi
- Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi
Terapeutik
- Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk
bertanya
Edukasi
- Ajarkan kompres hangat
jika demam
- Ajarkan cara pengukuran
suhu
- Anjurkan penggunaan
pakaian yang dapat
menyerap keringat
- Anjurkan tetap
memandikan pasien, jika
memungkinkan
- Anjurkan pemberian
antipiretik, sesuai indikasi
- Anjurkan menciptakan
lingkungan yang nyaman
- Anjurkan membanyak
minum
- Anjurkan penggunaan
pakaian yang longgar
- Anjurkan minum
analgesik jika merasa
pusing, sesuai indikasi
- Anjurkan melakukan
pemeriksaan darah jika
demam >3 hari
2. Hipovolemia (D. 0023) Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipovolemia (I.
berhubungan dengan keperawatan selama …x... 03116)
peningkatan permeabilitas maka diharapkan Status
kapiler ditandai dengan Cairan (L.03028) Observasi
frekuensi nadi meningkat, membaik, dengan kriteria - Periksa tanda dan gejala
nadi teraba lemah, tekanan hasil : hipovolemia (mis:
darah menurun, tekanan nadi 1. Kekuatan nadi frekuensi nadi meningkat,
menyempit, turgon kulit meningkat nadi teraba lemah, tekanan
menurun, membran mukosa 2. Output urine darah menurun, tekanan
kering, volume urine meningkat nadi menyempit, turgor
menurun, hematokrit 3. Membran mukosa kulit menurun, membran
meningkat, merasa lemah, lembap meningkat mukosa kering, volume
mengeluh haus, pengisian 4. Pengisian vena urin menurun, hematokrit
vena menurun, status mental meningkat meningkat, haus, lemah)
berubah, suhu tubuh 5. Ortopnea menurun - Monitor intake dan output
menngkat, konsentrasi urin 6. Dispnea menurun cairan
meningkat, berat badan 7. Paroxysmal
turun tiba- tiba. nocturnal dyspnea Terapeutik
(PND) menurun - Hitung kebutuhan cairan
8. Ederna anarsarka - Berikan posisi modified
menurun Trendelenburg
9. Edema perifer - Berikan asupan cairan oral
menurun
10. Berat badan Edukasi
menurun - Anjurkan memperbanyak
11. Distensi vena asupan cairan oral
jugularis menurun - Anjurkan menghindari
12. Suara napas perubahan posisi
tambahan menurun mendadak
13. Kongesti paru
menurun Kolaborasi
14. Perasaan lemah - Kolaborasi pemberian
menurun cairan IV isotonis (mis:
15. Keluhan haus NaCL, RL)
menurun - Kolaborasi pemberian
16. Konsentrasi urine cairan IV hipotonis (mis:
menurun glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
17. Frekuensi nadi - Kolaborasi pemberian
membaik cairan koloid (albumin,
18. Tekanan darah plasmanate)
membaik - Kolaborasi pemberian
19. Tekanan nadi produk darah
membaik
20. Turgor kulit
membaik
21. Jugular Venous
Pressure (JVP)
membaik
22. Hemoglobin
membaik
23. Hematokrit
membaik
24. Cenral Venous
Pressure membaik
25. Refluks
hepatojugular
membaik
26. Berat badan
membaik
27. Hepatomegali
membaik
28. Oligura membaik
29. Intake cairan
membaik
30. Status mental
membaik
31. Suhu tubuh
membaik
4. Implementasi
Pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Perawa melakukan pengawasan
terhadap efektifitas intervensi yang dilakukan, bersamaan juga dalam menilai
perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan dan hasil yang diharapkan.
Pelaksanaan atau implementasi adalah suatu komponen dari proses keperawatan
yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan di mana tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang
dilakukan dan diselesaikan (Perry & Potter, 2005).Pelaksanaan atau implementasi
merupakan realisasi dari rangkaian dan penentuan diagnosa keperawatan. Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun untuk membantu pasien
mencapai tujuan yang diharapkan dan implementasi harus sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah dibuat.
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan
untuk mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien ke
arah pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2010). Evaluasi merupakan tahap akhir proses
asuhan keperawatan. Pada tahap ini kita melakukan penilaian terakhir terhadap kondisi
pasien dan disesuaikan dengan kriteria hasil sebelumnya yang telah dibuat.
Evaluasi keperawatan adalah fase kelima atau terakhir dalam proses
keperawatan. Evaluasi keperawatan terbagi menjadi :
a. Evaluasi Formatif : Merefleksikan observasi perawat terhadap pasien terhadap
respon langung dan intevensi keperawatan
b. Evaluasi Sumatif : merefleksikan dan synopsis observasi dan analisis mengenai
status kesehatan pasien terhadap waktu
Dalam evaluasi asuhan keperawatan menggunakan format SOAP seperti :
S : Subjective ( pernyataan atau keluhan dari pasien)
O : Objective ( data yang diobservasi oleh perawat)
A : Analisys ( kesimpulan dari subjektif dan objektif)
P : Planning ( rencana tindakan yang dilakukan berdasarkan analisis).
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc (Edisi Revisi). Mediaction
Tiara, Rizky Fitriani (2020) Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak Dengan
Dengue Hemorrhagic Fever (Dhf) Yang Di Rawat Di Rumah Sakit. Kti Prodi Diii
Keperawatan Samarinda, Perpustakaan Kampus C Poltekkes Kemenkes Kaltim.
Tika Genesha Putri, Tika Genesha Putri (2019) Asuhan Keperawatan Pada An D Dengan
Dengue Hemoragic Fever (Dhf) Di Ruang Rawat Inap Anak Rsam Bukittinggi Tahun
2019. Diploma Thesis, Stikes Perintis Padang.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi I. Jakarta : Dewan pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi I Cetakan II. Jakarta : Dewan pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan Edisi I Cetakan II. Jakarta : Dewan pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Ns. Ni Made Wedri, A. Per., Pen., S.Kep., M.Kes Ni Made Juli Purnama Dewi
NIP. 196106241987032002 NIM. P07120121039