Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

AN. R KASUS DHF (DENGUE HAEMORAGIC FEVER) DI RUANG


BARIS RSD MANGUSADA KABUPATEN BADUNG

OLEH :

NAMA : NI MADE JULI PURNAMA DEWI

NIM : P07120121039

NO ABSEN : 39

KELAS : 2.1 D-III KEPERAWATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

2023
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGUE HEMORAGIC FEVER (DHF)

A. KONSEP DASAR PENYAKIT

1. Pengertian

Dengue Hemmorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat menyebar di seluruh wilayah dalam
beberapa tahun terakhir. Virus dengue ditularkan oleh nyamuk betina terutama dari spesies
Aedes aegypti dan pada tingkat lebih rendah, A. albopictus. Penyakit ini tersebar luas di seluruh
daerah tropis, dengan variasi lokal dalam risiko dipengaruhi oleh curah hujan, suhu dan
urbanisasi yang cepat tidak direncanakan (WHO, 2015).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang anak dan orang
dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut, perdarahan, nyeri
otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod Born Virus) yang akut
ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh Aedes Aebopictus (Wijayaningsih 2017).

Demam dengue atau DF dan demam berdarah dengue atau DBD (dengue hemorrhagic
fever disingkat DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DHF terjadi perembesan plasma
yang ditandai dengan hemokosentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan
dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok (Nurarif &
Kusuma 2015).

2. Penyebab

Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam berdarah. Demam
berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi virus. Nyamuk Aedes
aegypti adalah spesies utama yang menyebar penyakit ini. Ada lebih dari 100 juta kasus baru
demam berdarah setiap tahun di seluruh dunia. Sejumlah kecil ini berkembang menjadi demam
berdarah. Kebanyakan infeksi di Amerika Serikat yang dibawa dari negara lain. Faktor risiko
untuk demam berdarah termasuk memiliki antibodi terhadap virus demam berdarah dari infeksi
sebelumnya (Vyas, et al, 2014).
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4 serotipe virus
dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, keempatnya ditemukan di Indonesia dengan den-
3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe
yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain.
Seseorang yang tinggal di daerah epidermis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe
selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia (Nurarif & Hardhi, 2015).

3. Patofisiologi

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia. Hal
tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga
menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin) terjadinya: peningkatan
suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang
menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang
menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat dari penurunan produksi
trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus (Murwani 2018).

Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti
petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan
kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut dapat
menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok. Masa virus
dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk Aedes aegypti. Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan
penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam
atau bintik bintik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati atau hepatomegali (Murwani 2018).

Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibodi.
Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3 dan C5 akan di
lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang
mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke
ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan atau syok. Hemokonsentrasi
atau peningkatan hematokrit >20% menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran atau
perembesan sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan
intravena (Murwani 2018).

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan ditemukan


cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium, pleura, dan perikardium
yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian
cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan kebocoran plasma telah teratasi,
sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk
mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang
cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang
buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan
timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan
baik (Murwani 2018).
Pathway

4. Klasifikasi

a. Demam Dengue (DD)


Demam disertasi ddua atau lebih tanda-tanda sakit sepala, nyeri retroorbital, myalgia
dan arthralgia. Leukopenia, trombosiitopenia, tanpa bukti kebocoran plasma.
b. Demam berdarah dengue derajat I
Demam disertai dua atau lebih tanda-tanda sakit kepala, nyeri orbital, myalgia, dan
arthralgia dengan uji tourniket positif. Laboratoris : trombositopenia (<100.000/mm3)
disertai bukti kebocorran plasma.
c. Demam berdarah dengue derajat II
Manifestasi DBD derajat I disertai perdarahan spontan. Laboratoris : trompositopenia
(<100.000/mm3) disertai bukti kebocoran plasma.
d. Demam berdarah dengue derajat III
Manifestasi DBD derajat II disertai dengan kegagalan sirkulasi (kulit teraba lembab dan
dingin serta pasien gelisah). Laboratoris : trombositopenia (<100.000/mm3) disertai
bukti kebocoran plasma.
e. Demam berdarah dengue derajat IV
Syok berat disertai dengan tekanan darah dan nadi tidak terukur. Laboratoris
trombositopenia (<100.000/mm3) disertai bukti kebocoran plasma.

5. Gejala Klinis

Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain adalah (Nurarif & Kusuma 2015) :

a. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih
manifestasi klinis sebagai berikut:
1) Nyeri kepala
2) Nyeri retro-orbital
3) Myalgia atau arthralgia
4) Ruam kulit
5) Manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji bending positif
6) Leukopenia
7) Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD yang sudah di
konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
b. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 2016 diagnosis DHF ditegakkan bila semua hal dibawah ini
dipenuhi :
1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifastik
2) Manifestasi perdarahan yang berupa :
a) Uji tourniquet positif
b) Petekie, ekimosis, atau purpura
c) Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna, tempat bekas
suntikan
d) Hematemesis atau melena
3) Trombositopenia
4) Kebocoran Plasma ditandai dengan
a) peningkatan nilai hematrokit >20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis
kelamin
b) Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan yang adekuat
5) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi pleura
c. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DHF diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:
1) Penurunan kesadaran, gelisah
2) Nadi cepat, lemah
3) Hipotensi
4) Tekanan darah turun < 20 mmHg
5) Perfusi perifer menurun
6) Kulit dingin lembab

6. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan Diagnostik yang dilakukan pada pasien dengan DHF yaitu:

1) Tes Darah
a. Trombosit menurun ≤ 100.000/μl
b. Hb (hemoglobin) meningkat bisa sampai 20%.
c. Ht (hematokrit) meningkat bisa sampai 20%, normalnya : pria 40-50%, wanita 35-
47%.
d. Leukosit menurun pada hari ke-2 dan ke-3
e. Protein darah rendah
f. Ureum PH bisa meningkat
g. Na dan Cl rendah
2) Rontgen thorax

Pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade II) di dapatkan efusi
pleura.

3) Uji tourniket (Positif)


Percobaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah dengan cara mengenakan
pembendungan kepada vena sehingga darah menekan kepada dinding kapiler. Dinding
kapiler yang oleh suatu penyebab kurang kuat akan rusak oleh pembendungan itu, darah
dari dalam kapiler itu keluar dari kapiler dan merembes ke dalam jaringan sekitarnya
sehingga Nampak sebagai bercak kecil pada permukaan kulit. Pandangan mengenai apa
yang boleh dianggap normal sering berbeda-beda. Jika ada lebih dari 10 petechia dalam
lingkungan itu maka test biasanya baru dianggap abnormal, dikatakan juga tes itu
positif. Seandainya dalam lingkungan itu tidak ada petechial, tetapi lebih jauh distal
ada, percobaan ini (yang sering dinamakan Rumpel-Leede) positif juga.

7. Penatalaksanaan Medis

Penatalaksanaan DHF yaitu :

a. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Tanpa Syok


Penatalaksanaan disesuaikan dengan gambaran klinis maupun fase, dan untuk diagnosis
DHF pada derajat I dan II menunjukkan bahwa penderita mengalami DHF tanpa syok
sedangkan pada derajat III dan derajat IV maka pennderita mengalami DHF disertai
dengan syok. Tatalaksana untuk penderita yang dirawat di rumah sakit meliputi:
1) Berikan banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup, susu untuk mengganti
cairan yang hilang akibat kebocoran plasma, demam, muntah, dan diare.
2) Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan asetosal atau ibuprofen karena
dapat merangsang terjadinya perdarahan.
3) Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang:
a) Berikan hanya larutan isotonik seperti ringer laktat atau asetat.
b) Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa laboratorium
(hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin) tiap 6 jam.
c) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik, turunkan jumlah
cairan secara bertahap sampai keadaan stabil. Cairan intravena biasanya hanya
memerlukan waktu 24-48 jam sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah
pemberian cairan.
4) Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan tatalaksana sesuai dengan
tatalaksana syok terkompensasi.
b. Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever Dengan Syok Penatalaksanaan DHF
menurut WHO (2016), meliputi:
1) Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit secara nasal.
2) Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti ringer laktat/asetan secepatnya.
3) Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20 ml/kgBB
secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian koloid 10-20 ml/kg
BB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
4) Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi: berikan transfusi darah atau
komponen.
5) Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai membaik,
tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10 ml/kgBB dalam 2-4 jam
dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai kondisi klinis laboratorium.
6) Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36- 48 jam. Perlu
diingat banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu banyak dari
pada pemberian yang terlalu sedikit.

8. Komplikasi

Adapun komplikasi dari DHF (Hadinegoro, 2008) adalah:

a. Perdarahan
Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan koagulopati, dan
trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit muda dalam sel-sel tulang
dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi perdarahan dapat dilihat pada uji
torniquet positif, ptekie, ekimosis, dan perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan
melena.
b. Kegagalan sirkulasi DSS (Dengue Syock Syndrom)
Terjadi pada hari ke 2-7 yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas vaskuler
sehingga terjadi kebocoran plasma, efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan
peritoneum, hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mengakibatkan
berkurangnya alran balik vena, penurunan volume sekuncup dan curah jantung
sehingga terjadi disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS juga disertai kegagalan
hemeostasis yang mengakibatkan aktivitas dan integritas sistem kardiovaskular, perfusi
miokard dan curah jantung menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi
jaringan dan kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan
sel dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.
c. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan dengan nekrosis
karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler. Terkadang tampak
sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih banyak dikarenakan adanya reaksi
atau komplek virus antibody.
d. Efusi Pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan intravaskuler sel,
hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura dan adanya dipsnea.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Nama, no RM, umur, jenis kelamin, status, pekerjaan, agama, alamat, tanggal
masuk rs, tanggal pengkajian.
2) Keluhan Utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit
adalah panas tinggi, lemah dan mual/muntah.
3) Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan dahulu meliputi pernah menderita DHF atau tidak, riwayat
kurang gizi, riwayat aktivitas sehari-hari, pola hidup (life style).
b. Riwayat kesehatan sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat
demam kesadaran composmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke-3
sampai ke-7, dan pasien semakin lemah. Kadang- kadang disertai dengan
keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare/konstipasi,
sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata
terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III,
IV), melena atau hematesis.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat adanya penyakit DHF dalam anggota keluarga.
4) Pengkajian fokus
a. Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pentangan,nafsu makan berkurang,
dan nafsu makan menurun.
b. Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang pasien mengalami
diare/konstipasi. Sementara DHF pada Grade III-IV bisa terjadi melena.
c. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,
sedikit/banyak, sakit/tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
d. Tidur dan istirahat. Psien sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun
istirahat kurang.
e. Kebersihan, upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung terutama untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.
f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.
5) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai jung kaki.
a. Pemeriksaan fisik secara umum:
1. Grade I : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, tanda- tanda vital
dan nadi lemah.
2. Grade II : kesadaran composmentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan
tidak teratur.
3. Grade III : Kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4. Grade IV : Kesadaran koma, tanda-tanda vital nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit.
b. Tanda-tanda vital (TTV). Tekanan nadi lemah dan kecil (gradeIII), nadi tidak
teraba (grade IV), tekanan darah menurun (sistolik menurun sampai 80mmHg
atau kurang), suhu tinggi (diatas 37,5OC)
c. Kepala : Kepala bersih, ada pembengkakan atau tidak, kepala terasa nyeri, muka
tampak kemerahan karena demam.
d. Mata : Konjungtiva anemis
e. Hidung : Hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada gradeII, III,
IV.
f. Telinga:Tidak ada perdarahan pada telinga, simetris,bersih tidak ada serumen,
tidak ada gangguan pendengaran.
g. Mulut : Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering,terjadi perdarahan
gusi, dan nyeri telan. Sementara tenggorokkan hyperemia pharing.
h. Leher : Kelenjar getah bening dan kelenjar tiroid tidak mengalami pembesaran
i. Dada/thorak
I : Bentuk simetris, kadang-kadangtampak sesak
P : Biasanya fremitus kiri dan kanan tidak sama
P : Bunyi redup karena terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru
A : Adanya bunyi ronchi yang biasanya terdapat pada grade III, dan IV.
j. Abdomen
I : Abdomen tampak simetris dan adanya asites
P : Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegali) P : Terdengar redup
A : Adanya penurunan bising usus
k. Sistem integument : Adanya petekia pada kulit spontan dan dengan melakukan
ujitourniquet. Turgor kuit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab.
Pemeriksaan uji tourniket dilakukan dengan terlebih dahulu menetapkan
tekanan darah pasien. Selanjutnya diberikan 24 tekanan antara sistolik dan
diastolic pada alat ukur yang dipasang pada tangan. Setelah dilakukan tekanan
selama 5 menit, perhatikan timbulnya petekie di bagian volarlenga bawah
(Soedarmo, 2008).
l. GenitaliaBiasanyatidakadamasalah
m. kstremitas : Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang. Pada kuku
sianosis/tidak
6) Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a. Hb dan PCV meningkat (> dari 20 %).
b. Trobositopenia (< dari 100.000/ml).
c. Leucopenia (mungkin normal atau lekositosis).
d. Ig. D dengue positif.
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan : hipoproteinemia, hipokloremia,
dan hyponatremia.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (mis. Infeksi, kanker) ditandai
dengan suhu tubuh diatas nilai normal, kulit merah, kejang, takikardi, takipnea, kulit
terasa hangat.
b. Hipovolemia berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler ditandai
dengan frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgon kulit menurun, membran mukosa kering, volume
urine menurun, hematokrit meningkat, merasa lemah, mengeluh haus, pengisian
vena menurun, status mental berubah, suhu tubuh menngkat, konsentrasi urin
meningkat, berat badan turun tiba- tiba.
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan
dengan menanyakan masalah yang dihadapi, menunjukan perilaku tidak sesuai
anjuran, menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah, menjalani
pemeriksaan yang tidak tepat, menunjukan perilaku berlebihan.
d. Intoleransi Aktivitas (D.0056) berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
mengeluh lelah pasien hanya berbaring ditempat tidur, merasa tidak nyaman saat
beraktivitas, merasa lemah.

3. Perencanaan Keperawatan
Setelah merumuskan diagnosis dilanjutkan dengan perencanaan dan aktivitas
keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan serta mencegah masalah keperawatan
pasien. Dalam tahap perencanaan keperawatan terdiri dari dua rumusan utama yaitu
rumusan luaran keperawatan dan rumusan intervensi keperawatan (Tim Pokja SIKI
DPP PPNI, 2018).

No Diagnosis Keperawatan Tujuan Keperawatan Intervensi (SIKI)


(SDKI) dan Kriteria Hasil
(SLKI)
1. Hipertermia (D. 0130) Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipertermia (I.
berhubungan dengan proses keperawatan selama …x... 15506)
penyakit (mis. Infeksi, maka diharapkan Observasi
kanker) ditandai dengan Termoregulasi (L.14134) - Identifikasi penyebab
suhu tubuh diatas nilai membaik, dengan kriteria hipertermia (mis:
normal, kulit merah, kejang, hasil : dehidrasi, terpapar
takikardi, takipnea, kulit 1. Mengigil menurun lingkungan panas,
terasa hangat. 2. Kulit merah penggunaan inkubator)
menurun - Monitor suhu tubuh
3. Kejang menurun - Monitor kadar elektrolit
4. Akrosianosis - Monitor haluaran urin
menurun - Monitor komplikasi akibat
5. Konsumsi oksigen hipertermia
menurun
6. Piloereksi menurun Terapeutik
7. Vasokontriksi peri - Sediakan lingkungan yang
fer menurun dingin
8. Kutis memorata - Longgarkan atau lepaskan
menurun pakaian
9. Pucat menurun - Basahi dan kipasi
10. Takikardi menurun permukaan tubuh
11. Takipnea menurun - Berikan cairan oral
12. Bradikardi - Ganti linen setiap hari atau
menurun lebih sering jika
13. Dasar kuku mengalami hyperhidrosis
sianolik menurun (keringat berlebih)
14. Hipoksia menurun - Lakukan pendinginan
15. Suhu tubuh eksternal (mis: selimut
menurun hipotermia atau kompres
16. Suhu kulit dingin pada dahi, leher,
menurun dada, abdomen, aksila)
17. Kadar glukosa - Hindari pemberian
darah menurun antipiretik atau aspirin
18. Pengisian kapiler - Berikan oksigen, jika perlu
menurun
19. Ventilasi menurun Edukasi
20. Tekanan darah - Anjurkan tirah baring
menurun
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
Edukasi Termoregulasi (I.
12457)

Observasi
- Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi

Terapeutik
- Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
- Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
- Berikan kesempatan untuk
bertanya

Edukasi
- Ajarkan kompres hangat
jika demam
- Ajarkan cara pengukuran
suhu
- Anjurkan penggunaan
pakaian yang dapat
menyerap keringat
- Anjurkan tetap
memandikan pasien, jika
memungkinkan
- Anjurkan pemberian
antipiretik, sesuai indikasi
- Anjurkan menciptakan
lingkungan yang nyaman
- Anjurkan membanyak
minum
- Anjurkan penggunaan
pakaian yang longgar
- Anjurkan minum
analgesik jika merasa
pusing, sesuai indikasi
- Anjurkan melakukan
pemeriksaan darah jika
demam >3 hari
2. Hipovolemia (D. 0023) Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipovolemia (I.
berhubungan dengan keperawatan selama …x... 03116)
peningkatan permeabilitas maka diharapkan Status
kapiler ditandai dengan Cairan (L.03028) Observasi
frekuensi nadi meningkat, membaik, dengan kriteria - Periksa tanda dan gejala
nadi teraba lemah, tekanan hasil : hipovolemia (mis:
darah menurun, tekanan nadi 1. Kekuatan nadi frekuensi nadi meningkat,
menyempit, turgon kulit meningkat nadi teraba lemah, tekanan
menurun, membran mukosa 2. Output urine darah menurun, tekanan
kering, volume urine meningkat nadi menyempit, turgor
menurun, hematokrit 3. Membran mukosa kulit menurun, membran
meningkat, merasa lemah, lembap meningkat mukosa kering, volume
mengeluh haus, pengisian 4. Pengisian vena urin menurun, hematokrit
vena menurun, status mental meningkat meningkat, haus, lemah)
berubah, suhu tubuh 5. Ortopnea menurun - Monitor intake dan output
menngkat, konsentrasi urin 6. Dispnea menurun cairan
meningkat, berat badan 7. Paroxysmal
turun tiba- tiba. nocturnal dyspnea Terapeutik
(PND) menurun - Hitung kebutuhan cairan
8. Ederna anarsarka - Berikan posisi modified
menurun Trendelenburg
9. Edema perifer - Berikan asupan cairan oral
menurun
10. Berat badan Edukasi
menurun - Anjurkan memperbanyak
11. Distensi vena asupan cairan oral
jugularis menurun - Anjurkan menghindari
12. Suara napas perubahan posisi
tambahan menurun mendadak
13. Kongesti paru
menurun Kolaborasi
14. Perasaan lemah - Kolaborasi pemberian
menurun cairan IV isotonis (mis:
15. Keluhan haus NaCL, RL)
menurun - Kolaborasi pemberian
16. Konsentrasi urine cairan IV hipotonis (mis:
menurun glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
17. Frekuensi nadi - Kolaborasi pemberian
membaik cairan koloid (albumin,
18. Tekanan darah plasmanate)
membaik - Kolaborasi pemberian
19. Tekanan nadi produk darah
membaik
20. Turgor kulit
membaik
21. Jugular Venous
Pressure (JVP)
membaik
22. Hemoglobin
membaik
23. Hematokrit
membaik
24. Cenral Venous
Pressure membaik
25. Refluks
hepatojugular
membaik
26. Berat badan
membaik
27. Hepatomegali
membaik
28. Oligura membaik
29. Intake cairan
membaik
30. Status mental
membaik
31. Suhu tubuh
membaik

3. Defisit pengetahuan (D. Setelah dilakukan asuhan Edukasi Kesehatan (I.12383)


0111) keperawatan selama …x...
berhubungan dengan kurang maka diharapkan Tingkat Observasi
terpapar informasi Pengetahuan (L.12111) - Identifikasi kesiapan dan
dibuktikan dengan meningkat, dengan kriteria kemampuan menerima
menanyakan masalah yang hasil : informasi
dihadapi, menunjukan 1. Perilaku sesuai - Identifikasi faktor-faktor
perilaku tidak sesuai anjuran meningkat yang dapat meningkatkan
anjuran, menunjukan 2. Verbalisasi minat dan menurunkan motivasi
persepsi yang keliru dalam belajar perilaku hidup bersih dan
terhadap masalah, menjalani meningkat sehat
pemeriksaan yang tidak 3. Kemampuan
tepat, menunjukan perilaku menjelaskan Terapeutik
berlebihan. pengetahuan - Sediakan materi dan media
tentang suatu topik Pendidikan Kesehatan
meningkat
4. Kemampuan - Jadwalkan Pendidikan
menggambarkan Kesehatan sesuai
pengalaman kesepakatan
sebelumnya yang - Berikan kesempatan untuk
sesuai dengan topik bertanya
meningkat
5. Perilaku sesuai Edukasi
dengan - Jelaskan faktor risiko yang
pengetahuan dapat mempengaruhi
meningkat Kesehatan
6. Pertanyaan tentang - Ajarkan perilaku hidup
masalah yang bersih dan sehat
dihadapi menurun - Ajarkan strategi yang
7. Persepsi yang dapat digunakan untuk
keliru terhadap meningkatkan perilaku
masalah menurun hidup bersih dan sehat
8. Menjalani
pemeriksaan yang
tidak tepat
menurun
9. Perilaku membaik

4. Intoleransi Aktivitas Setelah diberikan asuhan Manajemen Energi (I.05178)


(D.0056) berhubungan keperawatan selama …x...
dengan kelemahan ditandai jam maka diharapkan Observasi
dengan mengeluh lelah Toleransi Aktivitas 1. Identifikasi gangguan fungsi
pasien hanya berbaring (L.05047) meningkat tubuh yang mengakibatkan
ditempat tidur, merasa tidak dengan kriteria hasil : kelelahan
nyaman saat beraktivitas, 1. Frekuensi nadi 2. Monitor kelelahan fisik dan
merasa lemah. meningkat (5) emosional
2. Saturasi oksigen 3. Monitor pola tidur dan jam tidur
meningkat (5)
3. Kemudahan dalam 4. Monitor lokasi dan
melakukan aktivitas ketidaknyamanan selama
sehari-hari meningkat melakukan aktivitas
(5)
4. Kecepatan berjalan Terapeutik
meningkat (5) 1. Sediakan lingkungan nyaman
5. Jarak berjalan dan rendah stimulsi (mis.cahaya,
meningkat (5) suara, kunjungan)
6. Kekuatan tubuh 2. Lakukan latihan rentang gerak
bagian atas meningkat pasif dan/atau aktif
(5) 3.Berikan aktivitas distraksi yang
7. Kekuatan tubuh menenangkan
bagian bawah 4. Fasilitasi duduk di sisi tempat
meningkat (5) tidur, jika tidak dapat berpindah
8. Toleransi dalam atau berjalan
menaiki tangga
meningkat (5) Edukasi
9. Keluhan lelah 1. Anjurkan tirah baring
menurun (5) 2. Anjurkan melakukan
10. Dispnea saat aktivitas secara bertahap
aktivitas menurun (5) 3. Anjurkan menghubungi perawat
11. Dispnea setelah jika tanda dan gejala kelelahan
aktivitas menurun (5) tidak berkurang
12. Perasaan lemah 4. Ajarkan strategi koping untuk
menurun (5) mengurangi kelelahan
13. Aritmia saat
aktivitas menurun (5) Kolaborasi
14. Aritmia setelah 1. Kolaborasi dengan ahli gizi
aktivitas menurun(5) tentang cara meningkatkan asupan
15. Sianosis menurun makanan
(5)
16. Warna kulit
membaik (5)
17. Tekanan darah
membaik (5)
18. Frekuensi napas
membaik (5)
19. EKG iskemia
membaik (5)

4. Implementasi
Pelaksanaan merupakan langkah keempat dalam tahap proses keperawatan
dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan. Perawa melakukan pengawasan
terhadap efektifitas intervensi yang dilakukan, bersamaan juga dalam menilai
perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan dan hasil yang diharapkan.
Pelaksanaan atau implementasi adalah suatu komponen dari proses keperawatan
yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan di mana tindakan yang diperlukan
untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang
dilakukan dan diselesaikan (Perry & Potter, 2005).Pelaksanaan atau implementasi
merupakan realisasi dari rangkaian dan penentuan diagnosa keperawatan. Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun untuk membantu pasien
mencapai tujuan yang diharapkan dan implementasi harus sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah dibuat.

5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan
untuk mengukur respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien ke
arah pencapaian tujuan (Potter & Perry, 2010). Evaluasi merupakan tahap akhir proses
asuhan keperawatan. Pada tahap ini kita melakukan penilaian terakhir terhadap kondisi
pasien dan disesuaikan dengan kriteria hasil sebelumnya yang telah dibuat.
Evaluasi keperawatan adalah fase kelima atau terakhir dalam proses
keperawatan. Evaluasi keperawatan terbagi menjadi :
a. Evaluasi Formatif : Merefleksikan observasi perawat terhadap pasien terhadap
respon langung dan intevensi keperawatan
b. Evaluasi Sumatif : merefleksikan dan synopsis observasi dan analisis mengenai
status kesehatan pasien terhadap waktu
Dalam evaluasi asuhan keperawatan menggunakan format SOAP seperti :
S : Subjective ( pernyataan atau keluhan dari pasien)
O : Objective ( data yang diobservasi oleh perawat)
A : Analisys ( kesimpulan dari subjektif dan objektif)
P : Planning ( rencana tindakan yang dilakukan berdasarkan analisis).
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif & Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & Nanda Nic-Noc (Edisi Revisi). Mediaction

Tiara, Rizky Fitriani (2020) Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak Dengan
Dengue Hemorrhagic Fever (Dhf) Yang Di Rawat Di Rumah Sakit. Kti Prodi Diii
Keperawatan Samarinda, Perpustakaan Kampus C Poltekkes Kemenkes Kaltim.

Suwandono, Agus. 2019. Dengue Update. Jakarta : Lipi Press

Tika Genesha Putri, Tika Genesha Putri (2019) Asuhan Keperawatan Pada An D Dengan
Dengue Hemoragic Fever (Dhf) Di Ruang Rawat Inap Anak Rsam Bukittinggi Tahun
2019. Diploma Thesis, Stikes Perintis Padang.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik Edisi I. Jakarta : Dewan pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
Tindakan Keperawatan Edisi I Cetakan II. Jakarta : Dewan pengurus Pusat Persatuan
Perawat Nasional Indonesia.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan Edisi I Cetakan II. Jakarta : Dewan pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Vyas, Jatin M, Et Al. 2014. Dengue Hemorrhagic Fever.


LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, 25 Maret 2023 Nama Mahasiswa,


Nama Clinical Teacher/CT,

Ns. Ni Made Wedri, A. Per., Pen., S.Kep., M.Kes Ni Made Juli Purnama Dewi
NIP. 196106241987032002 NIM. P07120121039

Anda mungkin juga menyukai