Anda di halaman 1dari 26

lOMoARcPSD|17572026

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KASUS


DEMAM BERDARAH DENGUE

Disusun Oleh :
WIDIA DWI JUNIATI

STIKES HARAPAN IBU JAMBI


TAHUN AJARAN 2022/2023
lOMoARcPSD|17572026

LAPORAN PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Demam dengue atau DF dan demam berdarah dengue atau DBD (dengue
hemorrhagic fever disingkat DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik.
Pada DHF terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokosentrasi
(peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan
dengue yang ditandai oleh renjatan atau syok (Nurarif & Kusuma 2015).
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah penyakit yang menyerang anak dan
orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut,
perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod
Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh Aedes
Aebopictus (Wijayaningsih 2017).

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) menular melalui gigitan nyamuk Aedes


aegypti. DHF merupakan penyakit berbasis vektor yang menjadi penyebab kematian
utama di banyak negara tropis. Penyakit DHF bersifat endemis, sering menyerang
masyarakat dalam bentuk wabah dan disertai dengan angka kematian yang cukup
tinggi, khususnya pada mereka yang berusia dibawah 15 tahun (Harmawan 2018).

B. ETIOLOGI
Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4
serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di
Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan
menimbulkan antibody terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody
yang terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat
memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang
yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama
hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia (Nurarif & Kusuma 2015).
lOMoARcPSD|17572026

C. TANDA DAN GEJALA


Manifestasi klinis pada penderita DHF antara lain (Nurarif & Kusuma 2015) :
A. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih
manifestasi klinis sebagai berikut:
1) Nyeri kepala
2) Nyeri retro-orbital
3) Myalgia atau arthralgia
4) Ruam kulit
5) Manifestasi perdarahan seperti petekie atau uji bending positif
6) Leukopenia
7) Pemeriksaan serologi dengue positif atau ditemukan DD/DBD yang sudah
di konfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama
B. Demam berdarah dengue
Berdasarkan kriteria WHO 2016 diagnosis DHF ditegakkan bila semua hal
dibawah ini dipenuhi :
1) Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat
bifastik
2) Manifestasi perdarahan yang berupa :
a. Uji tourniquet positif
b. Petekie, ekimosis, atau purpura
c. Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi), saluran cerna,
tempat bekas suntikan
d. Hematemesis atau melena
3) Trombositopenia <100.00/ul
4) Kebocoran plasma yang ditandai dengan
a. Peningkatan nilai hematokrit > 20% dari nilai baku sesuai
umur dan jenis kelamin
b. Penurunan nilai hematokrit > 20% setelah pemberian cairan
yang adekuat

5) Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi pleura


lOMoARcPSD|17572026

C. Sindrom syok dengue


Seluruh kriteria DHF diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu:
1) Penurunan kesadaran, gelisah
2) Nadi cepat, lemah
3) Hipotensi
4) Tekanan darah turun < 20 mmHg
5) Perfusi perifer menurun
6) Kulit dingin lembab

D. PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus
sehingga menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin)
terjadinya: peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada
dinding pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari
intravascular ke intersisiel yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat
terjadi akibat dari penurunan produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi
melawan virus (Murwani 2018).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit
seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya
kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara
normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka
akan menimbulkan syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari.
Virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pertama
tama yang terjadi adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam,
sakit kepala, mual, nyeri otot pegal pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bintik
merah pada kulit, hiperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi
pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati atau hepatomegali (Murwani
2018).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus
antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi
C3 dan C5 akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan
histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas
dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma
ke ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan
kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia
serta efusi dan renjatan atau syok. Hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit
lOMoARcPSD|17572026

>20% menunjukan atau menggambarkan adanya kebocoran atau perembesan sehingga


lOMoARcPSD|17572026

nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena


(Murwani 2018).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium,
pleura, dan perikardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan
melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit
menunjukan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena
harus di kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan
gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan
bisa mengalami renjatan. Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan
timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi
dengan baik (Murwani 2018)

E. KLASIFIKASI
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif & Kusuma 2015) :
1) Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.
2) Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontan pada kulit
atau perdarahan di tempat lain.
3) Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat dan
lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi disertai
dengan sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak
gelisah.
4) Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur.

F. KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah dengue
yaitu perdarahan massif dan dengue shock syndrome (DSS) atau sindrom syok dengue
(SSD). Syok sering terjadi pada anak berusia kurang dari 10 tahun. Syok ditandai
dengan nadi yang lemah dan cepat sampai tidak teraba, tekanan nadi menurun
menjadi 20 mmHg atau sampai nol, tekanan darah menurun dibawah 80 mmHg atau
sampai nol, terjadi penurunan kesadaran, sianosis di sekitar mulut dan kulit ujung
jari,hidung, telinga, dan kaki teraba dingin dan lembab, pucat dan oliguria atau anuria
(Pangaribuan 2017).
lOMoARcPSD|17572026

G. PENATALAKSANAAN
Dasar pelaksanaan penderita DHF adalah pengganti cairan yang hilang sebagai akibat
dari kerusakan dinding kapiler yang menimbulkan peninggian permeabilitas sehingga
mengakibatkan kebocoran plasma. Selain itu, perlu juga diberikan obat penurun
panas (Rampengan 2017). Penatalaksanaan DHF yaitu :
A. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue Tanpa Syok Penatalaksanaan
disesuaikan dengan gambaran klinis maupun fase, dan untuk diagnosis DHF
pada derajat I dan II menunjukkan bahwa anak mengalami DHF tanpa syok
sedangkan pada derajat III dan derajat IV maka anak mengalami DHF disertai
dengan syok. Tatalaksana untuk anak yang dirawat di rumah sakit meliputi:

1) Berikan anak banyak minum larutan oralit atau jus buah, air sirup,
susu untuk mengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plasma,
demam, muntah, dan diare.

2) Berikan parasetamol bila demam, jangan berikan asetosal atau


ibuprofen karena dapat merangsang terjadinya perdarahan.

3) Berikan infus sesuai dengan dehidrasi sedang.


a) Berikan hanya larutan isotonik seperti ringer laktat atau asetat.
b) Pantau tanda vital dan diuresis setiap jam, serta periksa
laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit dan hemoglobin)
tiap 6 jam.
c) Apabila terjadi penurunan hematokrit dan klinis membaik,
turunkan jumlah cairan secara bertahap sampai keadaan stabil.
Cairan intravena biasanya hanya memerlukan waktu 24-48 jam
sejak kebocoran pembuluh kapiler spontan setelah pemberian
cairan.
4) Apabila terjadi perburukan klinis maka berikan tatalaksana sesuai
dengan tatalaksana syok terkompensasi.
B. Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever Dengan Syok
Penatalaksanaan DHF menurut WHO (2016), meliputi:
1. Perlakukan sebagai gawat darurat. Berikan oksigen 2-4 L/menit
secara nasal.
2. Berikan 20 ml/kg larutan kristaloid seperti ringer laktat/asetan
secepatnya
lOMoARcPSD|17572026

3. Jika tidak menunjukkan perbaikan klinis, ulangi pemberian kristaloid 20


ml/kgBB secepatnya (maksimal 30 menit) atau pertimbangkan pemberian
koloid 10-20 ml/kg BB/jam maksimal 30 ml/kgBB/24 jam.
4. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan hemoglobin menurun
pertimbangkan terjadinya perdarahan tersembunyi: berikan transfusi darah
atau komponen.
5. Jika terdapat perbaikan klinis (pengisian kapiler dan perfusi perifer mulai
membaik, tekanan nadi melebar), jumlah cairan dikurangi hingga 10
ml/kgBB dalam 2-4 jam dan secara bertahap diturunkan tiap 4-6 jam sesuai
kondisi klinis laboratorium.
6. Dalam banyak kasus, cairan intravena dapat dihentikan setelah 36- 48 jam.
Perlu diingat banyak kematian terjadi karena pemberian cairan yang terlalu
banyak dari pada pemberian yang terlalu sedikit.

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DHF antara lain adalah
(Wijayaningsih 2017) :
a. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin, hematokrit,
jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu dijumpai pada DHF
merupakan indikator terjadinya perembesan plasma.
1) Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari ketiga.

2) Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan hemokonsentrasi

3) Pada pemeriksaan kimia darah: Hipoproteinemia, hipokloremia, SGPT,


SGOT, ureum dan Ph darah mungkin meningkat.
b. Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) Uji serologi didasarkan atas
timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelah infeksi. Untuk menentukan
kadar antibody atau antigen didasarkan pada manifestasi reaksi antigen-antibody. Ada
tiga kategori, yaitu primer, sekunder, dan tersier. Reaksi primer merupakan reaksi tahap
awal yang dapat berlanjut menjadi reaksi sekunder atau tersier. Yang mana tidak dapat
dilihat dan berlangsung sangat cepat, visualisasi biasanya dilakukan dengan memberi
label antibody atau antigen dengan flouresens, radioaktif, atau enzimatik. Reaksi
sekunder merupakan lanjutan dari reaksi primer dengan manifestasi yang dapat dilihat
secara in vitro seperti prestipitasi, flokulasi, dan aglutinasi. Reaksi tersier merupakan
lanjutan reaksi sekunder dengan bentuk lain yang bermanifestasi dengan gejala klinik.
lOMoARcPSD|17572026

c. Uji hambatan hemaglutinasi


Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG berdasarkan pada
kemampuan antibody-dengue yang dapat menghambat reaksi hemaglutinasi darah
angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi hemaglutinasi inhibitor (HI).
d. Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test)
Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus dengue. Menggunakan
metode plague reduction neutralization test (PRNT). Plaque adalah daerah tempat virus
menginfeksi sel dan batas yang jelas akan dilihat terhadap sel di sekitar yang tidak terkena
infeksi.
e. Uji ELISA anti dengue
Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination Inhibition (HI). Dan
bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari metode ini adalah mendeteksi adanya
antibody IgM dan IgG di dalam serum penderita.
i. Rontgen Thorax : pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar grade II) di
dapatkan efusi pleura.
lOMoARcPSD|17572026

I. PATHWAYS
Nyamuk mengandung virus dengue

Menggigit manusia

Virus masuk aliran darah

Mekanisme tubuh untuk melawan virus Viremia masuk ke pembuluh darah otak melalui
aliran darah sehingga mempengaruhi
hipotalamus

Peningkatan asam lambung komplemen antigen


Suhu tubuh
meningkat
Mual, muntah antibodi meningkat MK : HIPERTERMI
MK : DEFISIT
NUTRISI
Pelepasan peptida

Pembebasan histamin

Peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah

plasma banyak
mengumpul pada
jaringan intersitial

Hb turun

nutrisi dan oksigen ke jaringan menurun

Kebocoran plasma odeme

Tubuh lemas

Perdarahan ekstraseluler menekan syaraf C


MK : INTOLERANSI
AKTIVITAS

MK : RISIKO SYOK (Nurarif & Hardhi, 2015)


lOMoARcPSD|17572026

J. KONSEP KEPERAWATAN
A. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Identitas data
b. Keluhan utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit masa lampau
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Riwayat sosial
g. Keadaan kesehatan saat ini
h. Pengkajian pola fungsional menurut Gordon
i. Pemeriksaan fisik
j. Pemeriksaan perkembangan
k. Terapi
l. Pemeriksaan penunjang

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Hipertermia b.d proses penyakit (D.0130)
2) Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan) (D.0019)
3) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan (D.0056)

C. INTERVENSI
1) Hipertermia b.d proses penyakit (D.0130)
A. Manajemen Hipertermia (I. 15506)
1) Observasi
a) Identifikasi penyebab hipertermia (mis. Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
penggunaan incubator)
b) Monitor suhu tubuh
c) Monitor kadar elektrolit
d) Monitor haluaran urine
e) Monitor komplikasi akibat hipertemia
2) Terapeutik
a) Sediakan lingkungan yang dingin
b) Longgarkan atau lepaskan pakaian
c) Basahi dan kipasi permukaan tubuh
d) Berikan cairan orel
lOMoARcPSD|17572026

e) Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis (keringat
berlebih)
f) Lakukan pendinginan eksternal (mis. Seimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
g) Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
h) Berikan oksigen, jika perlu
3) Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
2. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan) (D.0019)
A. Manajemen nutrisi (I. 03119)
1) Observasi
a) Identifikasi status nutrisi
b) Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
c) Identifikasi makanan yang disukai
d) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
e) Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
f) Monitor asupan makanan
g) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
2) Terapeutik
a) Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
b) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. Piramida makanan)
c) Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
d) Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
e) Berikan suplemen makanan, jika perlu
f) Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat
ditoleransi
3) Edukasi
a) Anjurkan posisi duduk, jika mampu
b) Ajarkan diet yang diprogramkan
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. Pereda nyeri, antiemetik),
jika perlu
b) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan, jika perlu
lOMoARcPSD|17572026

3. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan (D.0056)


A. Manajemen energi (I.05178)
1) Observasi
a) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
b) Monitor kelelahan fisik dan emosional
c) Monitor pola dan jam tidur
d) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
2) Terapeutik
a) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. Cahaya, suara,
kunjungan)
b) Lakukan Latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
c) Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
d) Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
3) Edukasi
a) Anjurkan tirah baring
b) Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
c) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
d) Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
4) Kolaborasi
a) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang caca meningkatkan asupan makanan.

D. LUARAN KEPERAWATAN
1) Hipertermia b.d proses penyakit (D.0130)
A. Termoregulasi (L.14134)
Setelah di lakukan Tindakan keperawatan di harapkan termoregulasi membaik
dengan kriteria hasil :
a) Menggigil menurun
b) Kulit merah menurun
c) Suhu tubuh membaik
d) Suhu kulit
2) Defisit nutrisi b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan) (D.0019)
A. Status nutrisi (L.03030)
Setelah di lakukan Tindakan keperawatan di harapkan status nutrisi membaik
dengan kriteria hasil :
a) Porsi makanan yang dihabiskan meningkat
b) Berat badan membaik
c) Indeks Massa Tubuh (IMT) membaik
d) Frekuensi makan membaik
e) Nafsu makan membaik
lOMoARcPSD|17572026

3) Intoleransi aktivitas b.d kelemahan (D.0056)


A. Toleransi aktivitas (L.05047)
Setelah di lakukan Tindakan keperawatan di harapkan toleransi aktivitas meningkat
a) Frekuensi nadi meningkat
b) Keluhan Lelah menurun
c) Warna kulit memba
lOMoARcPSD|17572026

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. M

Usia : 15 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Belum menikah

Agama : Islam

Pekerjaan : Pelajar

Alamat : Jl. Jenderal Sudirman

Tanggal Masuk RS : 08 April 2017, pukul 20:30 Wib.

No. Rekam Medik : 127333

Dokter Interna : dr. H. Nurdin Samad, Sp.PD, FINASIM

Nama RS : RSUD

B. ANAMNESIS

Keluhan Utama : Demam

Anamnesis Terpimpin:

Pasien masuk dengan keluhan utama demam yang dialami ± 5 hari sebelum masuk rumah sakit,
terus-menerus, menggigil, batuk (+), lendir (+) kental, warna kekuningan, darah (-), perdarahan (-).
Sakit kepala (+), lidah kotor (+). Nyeri ulu hati (+), mual (+), muntah (+), nafsu makan berkurang,
lemas (+), BAK lancar, BAB belum hari ini.
Riwayat Penyakit Sebelumnya : Riwayat sakit dengan gejala yang sama disangkal
Riwayat Penyakit Dalam Keluarga: Riwayat sakit dengan gejala yang sama disangkal

C. PEMERIKSAAN FISIS
Keadaan umum
Sakit sedang / gizi cukup / compos mentis ( E4M6V5 )
lOMoARcPSD|17572026

Tanda vital
 Tekanan darah : 120/80 mmHg
 Nadi : 120x/i
 Frekuensi Pernapasan : 32x/i
 Suhu : 40oC
Pemeriksaan kepala dan leher
 Mata : anemis ( -/- ) ikterus ( - /- )

: pupil bulat isokor diameter 2,5 cm / 2,5 cm


 Bibir : sianosis ( - )
 Leher : JVP R-2 cm
 Tonsil : dalam batas normal
 Faring : dalam batas normal
Pemeriksaan thoraks
 Inspeksi : simetris kiri dan kanan
 Palpasi : masa tumor ( - ), nyeri tekan ( - )

vocal premitus simetris kesan normal


 Perkusi : paru kiri : sonor

: paru kanan : sonor

: batas paru hepar : ICS IV dekstra

: batas paru belakang kanan : CV Th VIII dekstra

: batas paru belakang kiri : CV Th IX sinistra


 Auskultasi : Ronkhi ( -/- ), wheezing ( -/- )
Pemeriksaan jantung
 Inspeksi : apeks jantung tidak tampak
 Palpasi : apeks jantung tidak teraba
 Perkusi :Batas jantung :
- batas kanan atas : ICS II linea parastrenalis dextra

- batas kiri atas : ICS II linea parastrenalis sinistra

- batas kanan bawah : ICS IV linea parasternalis dextra

- batas kiri bawah : ICS IV linea midclavicula


 Auskultasi : bunyi jantung S I/II regular, murmur ( - )
lOMoARcPSD|17572026

Pemeriksaan abdomen
 Inspeksi : datar, ikut gerak nafas
 Auskultasi : peristaltic (+) kesan normal
 Palpasi : nyeri tekan (+) regio hipokondrium kanan, defance

musculer (-), tidak teraba massa tumor. Hepar dan lien tidak teraba.
 Perkusi : timpani (-), ascites (-)
Pemeriksaan ekstremitas
 Akral dingin : -/- -/-
 Edema : -/- -/-
 Tampak bintik-bintik kemerahan pada lengan dan tungkai.

D. PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Jenis Pemerikaan Hasil Nilai Rujukan


3,8 - 10,6 x 103/uL
WBC 2.57x103/uL ↓
4,4 - 5,9 x 106/uL
RBC 5.38x106/uL
13,2 - 17,3 g/dL
HGB 15.4 g/dL
40 - 50 %
HCT 42.8 %
80 - 100 fL
MCV 79,6 fL ↓
26 - 34 pg
MCH 28.7 pg
DARAH MCHC 32 - 36 g/dL
36.1 g/dL
RUTIN
PLT 24.5x103/uL ↓ 140 - 392 x 103/uL
LYM
17,6 % ↓ 25 - 40 %
MONO
23.0 % ↑ 2-8%
EOS
.043 % ↓ 2-4%
BASO
1.13 % ↑ 0–1%

Tes Widal Hasil Nilai Rujukan


Titer O 1/80 Negatif

Titer H 1/80 Negatif

Titer AH 1/160 Negatif

Titer BH 1/80 Negatif


lOMoARcPSD|17572026

E. DIAGNOSA

Dengue Hemoragic Fever

F. DIAGNOSA BANDING
 Malaria
 Demam Thypoid

G. PENATALAKSANAAN
 Bed Rest
 IVFD RL 20 tpm (Guyur 250cc)
 Drips sanmol 1gr/8j/iv
 Inj. Sohobion 1 amp/24j/drips
 Inj. Ranitidin 50 mg/12j/iv
 Inj. Ondancetron 4 mg/8j/iv
 GG 10 mg 3 x 1
 Cetirizin 10 mg 1 x 1

H. PROGNOSIS

Qua Ad Functionam : Dubia ad bonam

Qua Ad Sanationam : Dubia ad bonam

Qua Ad Vitam : Dubia ad bonam


lOMoARcPSD|17572026

I. FOLLOW UP

TANGGAL PERJALANAN PENYAKIT PENATALAKSANAAN


10/04/2017 S : Demam (+), kepala pusing (-), P:
batuk (-), sesak (-), nyeri ulu hati - IVFD RL : D5% 1:2 20
(+), mual (+), muntah (+), nafsu tpm
makan berkurang, BAK lancar, - Gelafusal/hr
BAB (-) - Ranitidin 2 x 1
O : SS/GC/CM - Psidii cap 3 x 1
 TD : 110/80 mmHg - Clobazam 0-0-1/2
 N : 74x/menit - neurodex 1 x 1

 P : 24x/menit - Buavita 5 kotak/hr

 S : 37,2oC
Laboratorium:
 An (-/-), Ik (-/-)
- kontrol darah rutin
 BP : Vesikuler

BT : Rh -/- , wh-/-
 BJ : I/II murni regular, BT
(-)
 Abd : peristaltik (+) kesan
normal, Nyeri tekan (-).
Hepar dan lien tidak teraba.
 Eks : Akral hangat, edema
tungkai (-)
Lab :
 WBC 5,72x103/uL
 RBC 5,84x106/uL
 HGB 16,9 g/dL
 HCT 46,6 %
 MCV 79,9 fL
 MCH 29,0 pg
 MCHC 34,4 g/dL
 PLT 36.3x103/uL ↓
 LYM 25,1 %
lOMoARcPSD|17572026

 MONO 29,1 % ↑
 EOS 2,46 % ↓
 BASO 1,36 % ↑
LED: 47 mm/jam ↑
EKG: Normal

A : DHF

S : Demam (+), kepala pusing (+), P:


11/04/2017
batuk (-), sesak (-), nyeri ulu hati IVFD RL : D5% 1:2 20 tpm
(-), mual (-), muntah (-), nafsu - Gelafusal/hr
makan berkurang, BAK lancar, - Vit K 1 btl/hari/drips
BAB (-). Bintik merah pada - Psidii cap 3 x 1
lengan. - Ranitidin 2 x 1
O : SS/GC/CM - Clobazam 0-0-1/2
 TD : 120/80 mmHg - neurodex 1 x 1
 N : 78 x/menit - CTM 3 x 1

 P : 18 x/menit - Paracetamol 3 x 1

 S : 36,8 ⁰C - Bedak salycil

 An (-/-), Ik (-/-)
Laboratorium:
 BP : Vesikuler
- kontrol darah rutin
BT : Rh -/-, wh-/-
- tes widal
 BJ : I/II murni regular, BT
- tes DDR
(-)
 Abd : Peristaltik (+) kesan
normal, Nyeri tekan (-).
 Eks : Akral hangat, edema
tungkai (-)

Lab : -
 WBC 5,6x103/uL
 RBC 5,61x106/uL
 HGB 16,0 g/dL
 HCT 46,6 %
 MCV 83 fL
 MCH 28.5 pg
lOMoARcPSD|17572026

 MCHC 34,4 g/dL


 PLT 74x103/uL
 LYM 45,3 %
 MONO 13,5 % ↑
 EOS 3,6 % ↓
 BASO 4,7 % ↑

A : DHF
S: P:
12/04/2017
Demam (+), menggigil (+), kepala - IVFD RL : D5% 1:2 20
pusing (+), batuk (-), sesak (-), tpm
nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah - Gelafusal/hr
(-), nafsu makan berkurang, BAK - Vit K 1 btl/drips
lancar, BAB (-). Bintik merah - Psidii cap 3 x 1
pada lengan. - Ranitidin 2 x 1
O : SS/GC/CM - Clobazam 0-0-1/2
 TD : 120/70 mmHg - neurodex 1 x 1
 N : 82 x/menit - CTM 3 x 1

 P : 20 x/menit - Paracetamol 3 x 1

 S : 39,8 ⁰C - Dulcolax supp


- Bedak salycil
 An (-/-), Ik (-/-)
 BP : Vesikuler

BT : Rh -/- wh-/- Laboratorium:


 BJ : I/II murni regular, BT - Kontrol darah rutin
(-)
 Abd : Peristaltik (+) kesan
normal, Nyeri tekan (-)
 Eks : Akral hangat, edema
tungkai (-).
Lab :
 WBC 4,77x103/uL
 RBC 5,15x106/uL
 HGB 14,7 g/dL
 HCT 41,3 %
lOMoARcPSD|17572026

 MCV 80,2 fL
 MCH 28.5 pg
 MCHC 35,5 g/dL
 PLT 109x103/uL
 LYM 24,8 %
 MONO 9,57 % ↑
 EOS 1,27 % ↓
 BASO .598 % ↑
WIDAL
Titer O:1/80
Titer H: 1/80
Titer AH: 1/80
Titer BH: 1/80
Malaria (DDR): Negatif (-)
A : DHF
S: P:
13/04/17
Demam (+), menggigil (+), kepala - Aff infus
pusing (+), batuk (-), sesak (-), - Psidii cap 3 x 1
nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah - Paracetamol 3 x 1
(-), nafsu makan berkurang, BAK - Cefadroxyl 500 mg 3 x 1
lancar, BAB (-). Bintik merah - Ranitidin 150 mg 2 x 1
pada lengan. - CTM 3 x 1
O : SS/GC/CM - Clobazam 10 mg 0-0-1/2
 TD : 110/60 mmHg - Neurodex 1 x 1
 N : 78 x/menit - Bedak salycil

 P : 20 x/menit
 S : 39,2 ⁰C
 An (-/-), Ik (-/-)
 BP : Vesikuler

BT : Rh -/- wh-/-
 BJ : I/II murni regular, BT
(-)
 Abd : Peristaltik (+) kesan
normal, Nyeri tekan (-)
 Eks : Akral hangat, edema
lOMoARcPSD|17572026

tungkai (-).
Lab :
 WBC 10,6x103/uL
 RBC 4,67x106/uL
 HGB 13,4 g/dL
 HCT 38,1%
 MCV 81,7 fL
 MCH 28.7 pg
 MCHC 35,1 g/dL
 PLT 126.x103/uL
 LYM 17,8 %
 MONO 5.42 % ↑
 EOS .090 % ↓
 BASO .596 % ↑
A : DHF
S: P:
15/04/17
Demam (-), menggigil (-), kepala - Psidii cap 3 x 1
pusing (-), batuk (-), sesak (-), - Paracetamol 3 x 1
nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah - Cefadroxyl 500 mg 3 x 1
(-), nafsu makan berkurang, BAK - Ranitidin 150 mg 2 x 1
lancar, BAB biasa. - CTM 3 x 1
O : SS/GC/CM - Clobazam 10 mg 0-0-1/2
 TD : 110/70 mmHg - Neurodex 1 x 1
 N : 84 x/menit - Bedak salycil

 P : 20 x/menit
 S : 36 ⁰C Boleh pulang

 An (-/-), Ik (-/-)
 BP : Vesikuler

BT : Rh -/- wh-/-
 BJ : I/II murni regular, BT
(-)
 Abd : Peristaltik (+) kesan
normal, Nyeri tekan (-)
 Eks : Akral hangat, edema
tungkai (-).
lOMoARcPSD|17572026

A : DHF

DAFTAR PUSTAKA

Harmawan. 2018. Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta

Amin Huda Nurarif & Kusuma, Hardhi. 2015.

Wijayaningsih, Kartika Sari. 2017. Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: TIM.

Murwani. 2018. Patofisiologi Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta

Pangaribuan, Anggy. 2017. <Faktor Prognosis Kematian Sindrom Syok Dengue.= 15(5).

Rampengan. 2017. Penatalaksanaan Dengue Hemorrhagic Fever.

SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.

SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta.

WHO. 2016. Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorr


lOMoARcPSD|17572026
lOMoARcPSD|17572026

Anda mungkin juga menyukai