Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DEMAM


BERDARAH DENGUE (DBD) DI RUANG MARWAH RSHD KOTA
BENGKULU TAHUN 2022

Nama : Meni Witalia


NIM : P05120221084

Pembimbing Pendidikan

(Ns.Khelly F.A,.M.Kep.,Sp.Kep.Mat)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIPLOMA TIGA
TAHUN AKADEMIK 2022/2023
1. Konsep Dasar Penyakit
A. Pengertian
Demam dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorrhagic
fever/DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan
manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan
plasma yang ditandai dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau
penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrome renjatan dengue (dengue shock
syndrome) adal demam berdarah dengue yang ditandai oleh renjatan/syok (Nurarif &
Hardhi, 2015).
Dengue Hemmorhagic Fever adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
melalui gigitan nyamuk, penyakit ini telah dengan cepat menyebar di seluruh wilayah
WHO dalam beberapa tahun terakhir. Virus dengue ditularkan oleh nyamuk betina
terutama dari spesies Aedes aegypti dan, pada tingkat lebih rendah, A. albopictus.
Penyakit ini tersebar luas di seluruh daerah tropis, dengan variasi lokal dalam risiko
dipengaruhi oleh curah hujan, suhu dan urbanisasi yang cepat tidak direncanakan
(WHO, 2015).
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit epidemi akut yang
disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam ringan hingga tinggi,
disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian, hingga perdarahan
spontan.
B. Etiologi
Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh
nyamuk. Virus dengue ini termasuk kelompok B Arthropod Virus (Arbovirus) yang
sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis
serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi dari salah satu serotype
menimbulkan antibodi terhadap virus yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang
terbentuk untuk serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan terhadap serotipe lain. Seorang yang tinggal di daerah endemis dengue
dapat terinfeksi oleh 3/4 serotipe yang berbeda selama hidupnya. Serotipe DEN-3
merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan
manifestasi klinik yang berat.
Beberapa pasien demam berdarah terus berkembang menjadi demam berdarah
dengue (DBD) yang berat. Biasanya demam mulai mereda pada 3-7 hari setelah onset
gejala. Pada pasien juga bisa didapatkan tanda peringatan (warning sign) yaitu sakit
perut, muntah terus-menerus, perubahan suhu (demam hipotermia), perdarahan, atau
perubahan status mental (mudah marah,bingung).
Menurut WHO kriteria demam berdarah dengue ialah demam yang berlangsung
2-7 hari, terdapat manifestasi perdarahan, trombositopenia (jumlah trombosit <
100.000/mm3), dan peningkatan permeabilitas pembuluh darah.

.
C. Klasifikasi
Menurut WHO pembagian derajat demam berdarah dengue sebagai berikut :
1. Derajat I : demam dan uji torniquet positif
2. Derajat II : demam dan perdarahan spontan, pada umumnya di kulit atau
perdarahan lainnya.
3. Derajat III : demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali
dan ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun (< 20 mmhg) atau Hipotensi disertai Ekstremitas dingin,
dan anak gelisah.
4. Derajat VI : demam, peredarahan spontan, disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala renjatan hebat (nadi tidak teraba dan tekanan
darah tak terukur)
D. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan demam karena
proses infeksi. Hal tersebut akan merangsang hipotalamus sehingga terjadi
termoregulasi yang akan meningkatkan reabsorbsi Na dan air sehingga terjadi
hipovolemi selain itu juga terjadi kebocoran plasma karena terjadi permeabilitas
membran yang juga mengakibatkan hipovolemi,syok dan jika tidak teratasi akan
terjadi hipoksia jaringan yang dapat mengakibatkan kematian.
Selain itu kerusakan endoterm juga dapat meningkatkan trombositopenia yang
mengakibatkan pendarahan dan jika virus masuk ke usus akan mengakibatkan
gastroenteritis sehingga terjadi mual dan muntah.
E. Manifestasi Klinis
a) Sakit kepala
b) Nyeri retro-orbital
c) Mialgia
d) Artarglia
e) Ruam
f) Pendarahan
g) Leukopenia
h) Demam berlangsung 2-7 hari
i) Trombositopenia (100.000 sel/hari)
j) Jika terjadi syok nadi lemah dan cepat tekanan nadi menyempit kulit dingin dan
lembab serta gelisah
k) Nafsu makan berkurang
l) Mual muntah
F. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam
dengue adalah melalui kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah trombosit dan
hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relative disertai gambaran
limfosit plasma biru. Parameter laboratorium yang dapat diperiksa, antara lain:
a. Pemeriksaan Hemoglobin Kasus DHF terjadi peningkatan kadar hemoglobin
dikarenakan kebocoran atau perembesan pembuluh darah sehingga cairan plasmanya
akan keluar dan menyebabkan hemokonsentrasi. Kenaikan kadar hemoglobin >14
gr/100ml. Pemeriksaan kadar hemoglobin dapat dilakukan dengan cara metode sahli
maupun fotoelektrik (sianmeth hemoglobin).
b. Pemeriksaan Hematokrit Peningkatan nilai hematokrit menggambarkan terjadinya
hemokonsentrasi, yang merupakan indikator terjadinya perbesaran plasma. Nilai
peningkatan ini lebih dari 20%. Pemeriksaan kadar hematokrit dapat dilakukan
dengan metode makro dan mikro.
c. Pemeriksaan Trombosit Pemeriksaan jumlah trombosit ini dilakukan pertama kali
saat pesien didiagnosa sebagai pasien DHF. Pemeriksaan trombosit perlu dilakukan
pengulangan sampai terbukti bahwa jumlah trombosit tersebut tetap normal atau
menurun. Penurunan jumlah trombosit >100.000 µI. Umumnya terdapat
trombositopenia pada hari ke 3-8 akibat depresi sumsum tulang.
d. Pemeriksaan Leukosit Kasus DHF ditemukan jumlah bervariasi mulai dari
lekositosis ringan sampai lekopenia ringan. Mulai hari ke-3 ditemui limfositosis
relatif (>45% dari total lekosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) >15% dari
jumlah total lekosit yang pada fase syok akan meningkat.
e. Pemeriksaan Limfosit Plasma Biru Limfosit Plasma Biru dijumpai >10 % setelah
hari ketiga panas, buffy coat di pemeriksaan darah hapus ditemukan limfosit atipik
atau limfosit plasma biru > 4% dengan berbagai bentuk: monositoid, plasmositoid dan
blastoid limfosit. Terdapat limfosit Monositoid (Sel Downey I) mempunyai hubungan
dengan DHF derajat-II dan IgG positif dan limfosit non monositoid (plasmositoid dan
blastoid atau sel Downey II dan sel Downey III) dengan derajat I dan IgM positif
(Imam Budiwiyono, 2012).
2) Pemeriksaan Rontgen Thorak
Pada pemeriksaan rontgen thorak di temukan adanya cairan di rongga pleura yang
menyebabkan terjadinya effuse pleura.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DHF menurut (Centers for Disease Control and Prevention,
2009), yaitu :
1. Beritahu pasien untuk minum banyak cairan dan mendapatkan banyak
istirahat.
2. Beritahu pasien untuk mengambil antipiretik untuk mengontrol suhu mereka.
anak-anak dengan dengue beresiko untuk demam kejang selama fase demam.
3. Peringatkan pasien untuk menghindari aspirin dan nonsteroid lainnya, obat
anti inflamasi karena mereka meningkatkan risiko perdarahan.
4. Memantau hidrasi pasien selama fase demam
5. Mendidik pasien dan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi dan pantau
output urine.
6. Jika pasien tidak dapat mentoleransi cairan secara oral, mereka mungkin
perlu cairan IV.
7. Kaji status hemodinamik dengan memeriksa denyut jantung, pengisian
kapiler, nadi, tekanan darah, dan Output urine.
8. Lakukan penilaian hemodinamik, cek hematokrit awal, dan jumlah trombosit.
9. Terus memantau pasien selama terjadi penurunan suhu badan sampai yg
normal.
10. Fase kritis DBD dimulai dengan penurunan suhu badan sampai yg normal
dan berlangsung 24-48 jam.
 Penatalaksanaan Medis
a) DBD tanpa renjatan
Demam Tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan
haus. Orang tua dilibatkan dim pemberian minum sedikit demi sedikit yaitu 1,5-2
liter dalam 24 jam. Infus diberikan på pallen DHF apabila pasien terus mmerus
muntah.
b) DBD disertai renjatan pasien mengalami syok harus segera dipasang
infus Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plooma. caran
yang diberikan Ringer laktat.
 Penatalaksanaan Keperawatan.
1) Perawatan DBD derajat I
Pasien mengalami influenza biasanya dengan gejala demam, lose, sakit kepala,
dan sebagainya. Pasien Perlu Istirahat, Observasi Trusetiap jam, perries Ht, HB,
trombay
2) Perawatan DBD derajat II
Dirawat dalam keadaan lemah malas minum, pasten jatuh dalam keadaan
renjatan. Oleh karena itu lebih baik dipasang infus - Pengawasan Tru, periksa Ht,
He, from
3) Perawatan DBD derajat III
Terjadi kebocoran Plasma, pada paru forjadi pengumpulan auran di dlm rongga
pleura dan menyebabkan pasien orjake dispness, untuk meringankan pasien di
baring ban Semi Fowler dan diberikan 02. Pingonian TTV Plap 15 menit.
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku bangsa,
bahasa yang digunakan, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS, tanggal
pengkajian, nomor register, diagnosa medis, ruang kelas.

b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang membuat klien meminta bantuan
pelayanan kesehatan, keluhan utama dalah alasan klien masuk rumah sakit. Pada
pasien DBD ini keluhan utamanya adalah panas tinggi dan lemah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Keadaan kesehatan yan dirasakan saat ini seperti Pasien mengeluh
mual,muntah,menggigil,sakit kepala,biasanya disertai dengan keluhan
batuk,pilek,nyeri otot-otot,
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang pernah diderita dahulu oleh pasien.pada DBD bbiasanya
mengalami serangan ulang DBD.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit yang diderita keluarga yang menjadi faktor pemicu penyakit
yang diderita pasien.
5. Riwayat Gizi
Klien yang menderita DBD sering mengalami keluhan mual,muntah dan nafsu
makan menurun.
c. Pola Kebiasaan
1. Nutisi dan metabolisme + Frekuensi Jenis Pantangan, nafsu makan berkurang.
2. Eliminasi Alvi anak mengalami diare / konstipasi. Sementara pada OBD grade
IV bisa terjadi melena
3. Eliminasi Urin anak akan mengalami Urine Output sedikit. Pada DBD grade IV
Sering terjadi hematuria
4. Tidur dan Istirahat Nyamuk ordes aegypti biasanya mengigit pada siang. hari
jam 10.00-12.00 dan sore hari jam 16.00-18.00. anak" biasanya sering. Adur
Pada stang dan sore hari tidak memakai kelambu dan tidak memakai lotion anti
nyamuk
5. Webersitian harus menjaga Keberitian din dan lingkungan agar tidak ada tempat
sarang nyamuk
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Compos mentis, badan lemah, pucat, mual
2. Kepala dan leher
Tidak ditemukan oedema, ataupun lesi, tidak ditemukan pembesaran kelenjar
tiroid di leher
3. Mata
Warna konjungtiva merah/anemis, mata nampak cekung
4. Hidung
Ada/tidak adanya secret, pernafasan cuping hidung, bentuk hidung simetris
5. Mulut dan tenggorokan
Mukosa bibir kering, lidah bersih, tidak ditemukan oedema
6. Telinga
Bentuk simetris, adanya serumen, tidak terdapat lesi
7. Dada
Bentuk dada simetris/tidak, terdengar suara nafas tambahan/tidak, adanya nyeri
tekan/tidak
8. Integument
Warna kulit, turgor kulit
9. Pemeriksaan Laboratorium
Uji laboratorium dan diagnostik

2) Diagnosa Keperawatan

1. Hipertermi b.d Proses Penyakit (D.0130)

2. Defisit nutrisi b.d Faktor Psikologis(keengganan untuk makan) (D.0019)

3. Intoleransi Aktivitas b.d Kelemahan (D.0056)


3) Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan (SLKI) Keperawatan Rasional
(SDKI) (SIKI)
1 Hipertermi b.d Proses Setelah dilakukan tindakan SIKI: manajemen Hipertermia
Aktivitas Keperawatan: Observasi
Penyakit (D.0130) keperawatan selama ... x 24 jam
Observasi 1. Untuk mengetahui penyebab
Gejala dan Tanda Maka Termoregulasi Membaik 1. Identifikasi penyebab hipertermia
2. Monitor suhu tubuh hipertermia
Mayor:
3. Monitor kadar elektrolit 2. Untuk mengetahui suhu tubuh
DS: Dengan Kriteria Hasil: 4. Monitor saluran urine
1) Menggigil menurun 5. Monitor komplikasi akibat 3. Untuk mengetahui kadar elektrolit
-
2) Kulit merah menurun hipertermia 4. Untuk mengetahui saluran urine
DO: Terapautik
3) Kejang menurun 1. Sediakan lingkungan yang dingin 5. Untuk mengetahui komplikasi akibat
1) Suhu tubuh
4) Takikardi menurun 2. Longgarkan atau lepaskan pakaian hipertermia
diatas nilai 3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
5) Takipnea menurun 4. Berikan cairan oral Terapautik
normal
6) Suhu tubuh membaik 5. Ganti Linen setiap hari atau lebih 1. Agar perawat dapat mengetahui suhu
Gejala dan Tanda sering jika mengalami hiperhidrosis
7) Suhu kulit membaik (keringat berlebih) tubuh pasien
Minor:
8) Tekanan darah membaik 6. Lakukan pendinginan eksternal 2. Untuk menjaga agar pasien merasa
DS: 7. Hindari pemberian antipiretik atau
aspirin nyaman,dan melonggarkan/melepaskan
-
8. Berikan oksigen pakaian untuk membantu penguapan
DO: Edukasi
1. Anjurkan tirah baring tubuh
1) Kulit Merah
Kolaborasi 3. Agar permukaan suhu tubuh pasien
2) Kejang 1. Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena
3) Takikardi menurun
4) Takipnes 4. Untuk memberikan cairan oral sebagai
5) Kulit Terasa intervensi lanjut
hangat 5. Untuk mengganti linen setiap hari atau
lebih sering jika mengalami
hyperhidrosis(keringat berlebih)
6. Untuk melakukan pendinginan
eksternal
7. Untuk menghindari pemberian
antiseptic/aspirin
8. Untuk pemenuhan kebutuhan oksigen
Edukasi
1. Agar pasien dapat beristirahat
Kolaborasi
1. Untuk menjaga keseimbangan cairan
dan elektrolit di dalam tubuh pasien

2 Defisit nutrisi b.d Setelah dilakukan tindakan SIKI:Manajemen Nutrisi


Aktivitas Keperawatan:
Faktor keperawatan selama ... x 24 jam
Psikologis(keenggana Maka Status Nutrisi Membaik Observasi Observasi
1. Identifikasi status nutrisi 1. Untuk mengetahui status nutrisi pasien
n untuk makan) Dengan Kriteria Hasil: 2. Identifikasi alergi dan intoleransi 2. Untuk mengetahui alergi dan intoleransi
1) Porsi makan yang di makanan  
(D.0019) habiskan meningkat 3. Identifikasi makanan yang disukai   terhadap makanan
2) Perasaan cepat kenyang 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis
Gejala dan Tanda 3. Untuk mengetahui makanan yang di
Menurun nutrient
Mayor: 3) Diare Menurun 5. Identifikasi perlunya penggunaan sukai
4) Berat Badan Membaik selang nasogastrik  
DS: 4. Untuk mengetahui kebutuhan kalori dan
5) IMT Membaik 6. Monitor asupan makanan  
- 6) Frekuensi makan membaik 7. Monitor berat badan jenis nutrient
7) Nafsu makan membaik 8. Monitor hasil pemeriksaan
DO: 5. Untuk mengetahui perlu atau tidak
laboratorium
1. Berat badan penggunaan selang nasogastrik
Terapeutik
menurun 1. Lakukan oral hygiene sebelum 6. Untuk mengetahui asupan makanan
minimal 10% makan 7. Untuk mengetahui berat badan pasien
2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
dibawah 3. Sajikan makanan secara menarik dan 8. Untuk mengetahui hasil pemeriksaan
rentang ideal suhu yang sesuai lab
4. Berikan makanan tinggi serat untuk
Gejala dan Tanda mencegah konstipasi
Minor : 5. Berikan makanan tinggi kalori dan
protein Terapeutik
DS: 6. Berikan suplemen makanan 1. Agar mulut pasien bersih dapat
1. Cepat kenyang 7. Hentikan pemberian makan melalui meningkatkan nafsu makan
selang nasogatrik jika asupan oral 2. Untuk diet teratur
setelah makan dapat ditoleransi 3. Agar meningkatkan nafsu makan
2. Kram atau Edukasi 4. Untuk mengurangi konstipasi
1. Anjurkan posisi duduk 5. Agar kalori dan protein pasien
nyeri abdomen 2. Ajarkan diet yang diprogramkan tercukupi
3. Nafsu makan Kolaborasi 6. Untuk meningkatkan nafsu makan
1. Kolaborasi pemberian medikasi 7. Agar pasien terbiasa untuk makan
menurun sebelum makan melalui mulut
DO: 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis Edukasi
1. Bising usus
hiperaktif nutrien yang di butuhkan 1. Agar pasien merasa nyaman
2. Agar diet yang dijalankan sesuai
2. Otot
dengan yang di programkan
pengunyahan
Kolaborasi
lemah 1. Pasien telah diberikan perada nyeri
3. Otot menelan 2. Jumlah kalori dan jenis nutrient pasien
lemah sesuai dengan yang dibutuhkan
4. Membran
mukosa pucat
5. Sariawan
6. Serum albumin
turun
7. Rambut rontok
berlebihan
8. Diare

3 Intoleransi Aktivitas Setelah dilakukan tindakan SIKI : Manajemen Energi


Aktivitas Keperawatan:
b.d Kelemahan keperawatan selama ... x 24 jam
(D.0056) Maka Toleransi Aktivitas Observasi:
Observasi:
Gejala dan Tanda Meningkat 1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
Mayor dengan kriteria hasil: kelelahan
yang mengakibatkan kelelahan
DS: SLKI: 2. Untuk menghindari terjadinya kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan
1. Mengeluh
lelah 1. Frekuensi nadi meningkat emosional 3. Agar menghindari pasien dari kelelahan
DO: 2. Keluhan lelah menurun 3. Monitor pola dan jam tidur 4. Untuk mengetahui kemampuan dan
1. Frekuensi 3. Dispnea saat aktivitas 4. Monitor lokasi dan ketidaknyaman batasan pasien terkait aktivitas pasien
jantung menurun selama melakukan aktivitas Terapeutik:
meningkat 4. Perasaan lemah menurun Terapeutik 1. Agar pasien merasa lingkungan nyaman
>20% dari 5. Aritmia saat aktivitas 1. Sediakan lingkungan nyaman dan dan rendah stimulus
kondisi menurun rendah stimulus 2. Agar pasien terbiasa untuk latihan
istirahat 6. Aritmia setelah aktivitas 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif rentang gerak
Gejala dan Tanda menurun atau aktif 3. Memberikan rasa nyaman pada pasien
Minor 7. Sianosis menurun 3. Berikan aktivitas distraksi yang 4. Untuk mengurangai risiko jatuh/sakit
DS: 8. Warna kulit membaik menenangkan pada pasien
1. Dispnea 9. Tekanan darah membaik 4. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur Edukasi :
saat/setelah 10. Frekuensi nafas membaik Edukasi: 1. Agar pasien dapat menghindari
aktivitas 11. EKG iskemia membaik 1. Anjurkan tirah baring terjadinya kelelahan
ktivitas 2. Anjurkan melakukan aktivitas 2. Agar pasien dapat melakukan aktivitas
2. Merasa tidak secara bertahap secara bertahap
nyaman 3. Anjurkan menghubungi perawat jika 3. Untuk menghindari terjadinya kelelahan
setelah tanda dan gejala kelelahan tidak 4. Untuk mengurangai kelelahan
beraktivitas berkurang Kolaborasi:
3. Merasa lemah 4. Ajarkan strategi koping untuk 1. Untuk memenuhui kebutuhan energy
DO: mengurangi kelelahan bagi tubuh pasien
1. Tekanan darah
berubah >20% Kolaborasi:
dari kondisi 1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
istirahat cara meningkatkan asupan makanan
2. Gambaran
EKG
menunjukkan
aritmia
saat/setelah
aktivitas
3. Gambaran
EKG
menunjukkan
iskemia
4. Sianosis
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan klien.
Implementasi merupakan tahap ke empat dari proses keperawatan yang dimulai setelah
perawat menyusun rencana keperawatan (Deden, 2012).
Fokus utama dari komponen implementasi adalah pemberian asuhan keperawatan
yang aman dan individual dengan pendekatan multifokal. Implementasi perencanaan
berupa penyelesaian tindakan yang diperlukan untuk memenuhi kriteria hasil seperti
yang digambarkan dalam rencana tindakan. Tindakan dapat dilaksanakan oleh perawat,
klien, anggota keluarga, anggota tim kesehatan lain atau kombinasi dari yang
disebutkan diatas.

5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Nursalam (2009: 135-137), evaluasi adalah tindakan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa
keperawatan, rencana intervensi, dan implementasinya.
perumusan evaluasi formatif dikenal dengan istilah SOAP meliputi:
S : Subjektif, merupakan data perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang
dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan pasien.
O : Objektif, merupakan data perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat
atau tim kesehatan lain.
A : Assasement atau analisis Kedua jenis data tersebut, baik subjektif maupun objektif
dinilai dan dianalisis, apakah berkembang ke arah perbaikan atau
kemunduran.Hasil analisis dapat menguraikan sampai dimana masalah yang ada
dapat diatasi atau adakah perkembangan masalah baru yang menimbulkan diagnosa
keperawatan baru.
P : Planning atau perencanaan Rencana penanganan pasien dalam hal ini didasarkan
pada hasil analisis di atas yang berisi melanjutkan rencana sebelumnya.
Daftar Pustaka

http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/4344/3/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.
pdf
Timpokja. SDKI PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan:Dewan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Timpokja. SLKI PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan:Dewan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Timpokja. SIKI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan:Dewan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Risza Apriani.2020. Laporan Pendahuluan. Kuningan:Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai