Pembimbing Pendidikan
(Ns.Khelly F.A,.M.Kep.,Sp.Kep.Mat)
.
C. Klasifikasi
Menurut WHO pembagian derajat demam berdarah dengue sebagai berikut :
1. Derajat I : demam dan uji torniquet positif
2. Derajat II : demam dan perdarahan spontan, pada umumnya di kulit atau
perdarahan lainnya.
3. Derajat III : demam, perdarahan spontan, disertai atau tidak disertai hepatomegali
dan ditemukan gejala-gejala kegagalan sirkulasi meliputi nadi cepat dan lemah,
tekanan nadi menurun (< 20 mmhg) atau Hipotensi disertai Ekstremitas dingin,
dan anak gelisah.
4. Derajat VI : demam, peredarahan spontan, disertai atau tidak disertai
hepatomegali dan ditemukan gejala renjatan hebat (nadi tidak teraba dan tekanan
darah tak terukur)
D. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ke dalam tubuh akan menimbulkan demam karena
proses infeksi. Hal tersebut akan merangsang hipotalamus sehingga terjadi
termoregulasi yang akan meningkatkan reabsorbsi Na dan air sehingga terjadi
hipovolemi selain itu juga terjadi kebocoran plasma karena terjadi permeabilitas
membran yang juga mengakibatkan hipovolemi,syok dan jika tidak teratasi akan
terjadi hipoksia jaringan yang dapat mengakibatkan kematian.
Selain itu kerusakan endoterm juga dapat meningkatkan trombositopenia yang
mengakibatkan pendarahan dan jika virus masuk ke usus akan mengakibatkan
gastroenteritis sehingga terjadi mual dan muntah.
E. Manifestasi Klinis
a) Sakit kepala
b) Nyeri retro-orbital
c) Mialgia
d) Artarglia
e) Ruam
f) Pendarahan
g) Leukopenia
h) Demam berlangsung 2-7 hari
i) Trombositopenia (100.000 sel/hari)
j) Jika terjadi syok nadi lemah dan cepat tekanan nadi menyempit kulit dingin dan
lembab serta gelisah
k) Nafsu makan berkurang
l) Mual muntah
F. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka demam
dengue adalah melalui kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah trombosit dan
hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relative disertai gambaran
limfosit plasma biru. Parameter laboratorium yang dapat diperiksa, antara lain:
a. Pemeriksaan Hemoglobin Kasus DHF terjadi peningkatan kadar hemoglobin
dikarenakan kebocoran atau perembesan pembuluh darah sehingga cairan plasmanya
akan keluar dan menyebabkan hemokonsentrasi. Kenaikan kadar hemoglobin >14
gr/100ml. Pemeriksaan kadar hemoglobin dapat dilakukan dengan cara metode sahli
maupun fotoelektrik (sianmeth hemoglobin).
b. Pemeriksaan Hematokrit Peningkatan nilai hematokrit menggambarkan terjadinya
hemokonsentrasi, yang merupakan indikator terjadinya perbesaran plasma. Nilai
peningkatan ini lebih dari 20%. Pemeriksaan kadar hematokrit dapat dilakukan
dengan metode makro dan mikro.
c. Pemeriksaan Trombosit Pemeriksaan jumlah trombosit ini dilakukan pertama kali
saat pesien didiagnosa sebagai pasien DHF. Pemeriksaan trombosit perlu dilakukan
pengulangan sampai terbukti bahwa jumlah trombosit tersebut tetap normal atau
menurun. Penurunan jumlah trombosit >100.000 µI. Umumnya terdapat
trombositopenia pada hari ke 3-8 akibat depresi sumsum tulang.
d. Pemeriksaan Leukosit Kasus DHF ditemukan jumlah bervariasi mulai dari
lekositosis ringan sampai lekopenia ringan. Mulai hari ke-3 ditemui limfositosis
relatif (>45% dari total lekosit) disertai adanya limfosit plasma biru (LPB) >15% dari
jumlah total lekosit yang pada fase syok akan meningkat.
e. Pemeriksaan Limfosit Plasma Biru Limfosit Plasma Biru dijumpai >10 % setelah
hari ketiga panas, buffy coat di pemeriksaan darah hapus ditemukan limfosit atipik
atau limfosit plasma biru > 4% dengan berbagai bentuk: monositoid, plasmositoid dan
blastoid limfosit. Terdapat limfosit Monositoid (Sel Downey I) mempunyai hubungan
dengan DHF derajat-II dan IgG positif dan limfosit non monositoid (plasmositoid dan
blastoid atau sel Downey II dan sel Downey III) dengan derajat I dan IgM positif
(Imam Budiwiyono, 2012).
2) Pemeriksaan Rontgen Thorak
Pada pemeriksaan rontgen thorak di temukan adanya cairan di rongga pleura yang
menyebabkan terjadinya effuse pleura.
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan DHF menurut (Centers for Disease Control and Prevention,
2009), yaitu :
1. Beritahu pasien untuk minum banyak cairan dan mendapatkan banyak
istirahat.
2. Beritahu pasien untuk mengambil antipiretik untuk mengontrol suhu mereka.
anak-anak dengan dengue beresiko untuk demam kejang selama fase demam.
3. Peringatkan pasien untuk menghindari aspirin dan nonsteroid lainnya, obat
anti inflamasi karena mereka meningkatkan risiko perdarahan.
4. Memantau hidrasi pasien selama fase demam
5. Mendidik pasien dan orang tua tentang tanda-tanda dehidrasi dan pantau
output urine.
6. Jika pasien tidak dapat mentoleransi cairan secara oral, mereka mungkin
perlu cairan IV.
7. Kaji status hemodinamik dengan memeriksa denyut jantung, pengisian
kapiler, nadi, tekanan darah, dan Output urine.
8. Lakukan penilaian hemodinamik, cek hematokrit awal, dan jumlah trombosit.
9. Terus memantau pasien selama terjadi penurunan suhu badan sampai yg
normal.
10. Fase kritis DBD dimulai dengan penurunan suhu badan sampai yg normal
dan berlangsung 24-48 jam.
Penatalaksanaan Medis
a) DBD tanpa renjatan
Demam Tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien dehidrasi dan
haus. Orang tua dilibatkan dim pemberian minum sedikit demi sedikit yaitu 1,5-2
liter dalam 24 jam. Infus diberikan på pallen DHF apabila pasien terus mmerus
muntah.
b) DBD disertai renjatan pasien mengalami syok harus segera dipasang
infus Sebagai pengganti cairan yang hilang akibat kebocoran plooma. caran
yang diberikan Ringer laktat.
Penatalaksanaan Keperawatan.
1) Perawatan DBD derajat I
Pasien mengalami influenza biasanya dengan gejala demam, lose, sakit kepala,
dan sebagainya. Pasien Perlu Istirahat, Observasi Trusetiap jam, perries Ht, HB,
trombay
2) Perawatan DBD derajat II
Dirawat dalam keadaan lemah malas minum, pasten jatuh dalam keadaan
renjatan. Oleh karena itu lebih baik dipasang infus - Pengawasan Tru, periksa Ht,
He, from
3) Perawatan DBD derajat III
Terjadi kebocoran Plasma, pada paru forjadi pengumpulan auran di dlm rongga
pleura dan menyebabkan pasien orjake dispness, untuk meringankan pasien di
baring ban Semi Fowler dan diberikan 02. Pingonian TTV Plap 15 menit.
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1) Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku bangsa,
bahasa yang digunakan, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS, tanggal
pengkajian, nomor register, diagnosa medis, ruang kelas.
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang membuat klien meminta bantuan
pelayanan kesehatan, keluhan utama dalah alasan klien masuk rumah sakit. Pada
pasien DBD ini keluhan utamanya adalah panas tinggi dan lemah
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Keadaan kesehatan yan dirasakan saat ini seperti Pasien mengeluh
mual,muntah,menggigil,sakit kepala,biasanya disertai dengan keluhan
batuk,pilek,nyeri otot-otot,
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit yang pernah diderita dahulu oleh pasien.pada DBD bbiasanya
mengalami serangan ulang DBD.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit yang diderita keluarga yang menjadi faktor pemicu penyakit
yang diderita pasien.
5. Riwayat Gizi
Klien yang menderita DBD sering mengalami keluhan mual,muntah dan nafsu
makan menurun.
c. Pola Kebiasaan
1. Nutisi dan metabolisme + Frekuensi Jenis Pantangan, nafsu makan berkurang.
2. Eliminasi Alvi anak mengalami diare / konstipasi. Sementara pada OBD grade
IV bisa terjadi melena
3. Eliminasi Urin anak akan mengalami Urine Output sedikit. Pada DBD grade IV
Sering terjadi hematuria
4. Tidur dan Istirahat Nyamuk ordes aegypti biasanya mengigit pada siang. hari
jam 10.00-12.00 dan sore hari jam 16.00-18.00. anak" biasanya sering. Adur
Pada stang dan sore hari tidak memakai kelambu dan tidak memakai lotion anti
nyamuk
5. Webersitian harus menjaga Keberitian din dan lingkungan agar tidak ada tempat
sarang nyamuk
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Compos mentis, badan lemah, pucat, mual
2. Kepala dan leher
Tidak ditemukan oedema, ataupun lesi, tidak ditemukan pembesaran kelenjar
tiroid di leher
3. Mata
Warna konjungtiva merah/anemis, mata nampak cekung
4. Hidung
Ada/tidak adanya secret, pernafasan cuping hidung, bentuk hidung simetris
5. Mulut dan tenggorokan
Mukosa bibir kering, lidah bersih, tidak ditemukan oedema
6. Telinga
Bentuk simetris, adanya serumen, tidak terdapat lesi
7. Dada
Bentuk dada simetris/tidak, terdengar suara nafas tambahan/tidak, adanya nyeri
tekan/tidak
8. Integument
Warna kulit, turgor kulit
9. Pemeriksaan Laboratorium
Uji laboratorium dan diagnostik
2) Diagnosa Keperawatan
5. Evaluasi Keperawatan
Menurut Nursalam (2009: 135-137), evaluasi adalah tindakan intelektual untuk
melengkapi proses keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosa
keperawatan, rencana intervensi, dan implementasinya.
perumusan evaluasi formatif dikenal dengan istilah SOAP meliputi:
S : Subjektif, merupakan data perkembangan keadaan yang didasarkan pada apa yang
dirasakan, dikeluhkan, dan dikemukakan pasien.
O : Objektif, merupakan data perkembangan yang bisa diamati dan diukur oleh perawat
atau tim kesehatan lain.
A : Assasement atau analisis Kedua jenis data tersebut, baik subjektif maupun objektif
dinilai dan dianalisis, apakah berkembang ke arah perbaikan atau
kemunduran.Hasil analisis dapat menguraikan sampai dimana masalah yang ada
dapat diatasi atau adakah perkembangan masalah baru yang menimbulkan diagnosa
keperawatan baru.
P : Planning atau perencanaan Rencana penanganan pasien dalam hal ini didasarkan
pada hasil analisis di atas yang berisi melanjutkan rencana sebelumnya.
Daftar Pustaka
http://repository.poltekkesdenpasar.ac.id/4344/3/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.
pdf
Timpokja. SDKI PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan:Dewan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Timpokja. SLKI PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan:Dewan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Timpokja. SIKI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Jakarta
Selatan:Dewan Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Risza Apriani.2020. Laporan Pendahuluan. Kuningan:Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan.