Anda di halaman 1dari 17

I.

KONSEP TEORITIS DBD


A. DEFINISI
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang
disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada
DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan hemokosentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. Sindrom renjatan dengue yang
ditandai oleh renjatan atau syok (Nurarif & Kusuma 2015).
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang menyerang anak dan
orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam akut,
perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus (Artropod Bom
Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti atau oleh Aedes Aebopictus
(Wijayaningsih 2017).
DBD atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) menular melalui gigitan nyamuk
Aedes aegypti. merupakan penyakit berbasis vektor yang menjadi penyebab kematian
utama di banyak negara tropis (Harmawan 2018).
B. ETIOLOGI
Virus dengue, termasuk genus Flavivirus, keluarga flaviridae. Terdapat 4 serotipe
virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di Indonesia
dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan
antibody terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk
terhadap serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan
yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis
dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus
dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif & Kusuma 2015).
C. KLASIFIKASI
DBD dibedakan menjadi 4 derajat sebagai berikut :
a. Derajat I demam disertai gejala tidak khas, hanya terdapat manifestasi perdarahan
(uji turniket positif)
b. Derajat II: seperti derajat I disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan
lain
c. Derajat III: ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan
lemah, tekanan nadi menurun atau hipotensi disertai kulit yang dingin dan
lembab, gelisah
d. Derajat IV: ranjatan berat dengan nadi tidak teraba dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur. (WHO, 2017)
D. PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga
menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin, histamin) terjadinya:
peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh
darah yang menyebabkan perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel
yang menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat dari penurunan
produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus (Murwani 2018).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit seperti
petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya kehilangan
kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara normal. Hal tersebut
dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani maka akan menimbulkan syok.
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus akan masuk ke dalam
tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pertama tama yang terjadi adalah viremia
yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot pegal
pegal di seluruh tubuh, ruam atau bintik bitnik merah pada kulit, hiperemia tenggorokan
dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati
atau hepatomegali (Murwani 2018).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus
antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C3
dan C5 akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin
dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya permeabilitas dinding kapiler
pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya pembesaran plasma ke ruang
ekstraseluler. Pembesaran plasma ke ruang eksta seluler mengakibatkan kekurangan
volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan
renjatan atau syok. Hemokonsentrasi atau peningkatan hematokrit >20% menunjukan
atau menggambarkan adanya kebocoran atau perembesan sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena (Murwani 2018).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium, pleura,
dan perikardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukan
kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus di kurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadi edema paru dan gagal jantung,
sebaliknya jika tidak mendapat cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan
cairan yang akan mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik
asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik (Murwani 2018).
E. MANISFESTASI KLINIS
a. Panas tinggi disertai menggigil pada saat serangan
b. Uji turniquet positif
c. Lemah
d. Nafsu makan berkurang
e. Anoreksia
f. Muntah
g. Nyeri sendi dan otot
h. Pusing
i. Manifestasi perdarahan seperti: ptekie, epitaksis, gusi bedarah, melena, hematuria
masif (Renira, 2019).
F. Pathway
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DHF antara lain adalah
(Wijayaningsih 2017):
1. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin,
hematokrit, jumlah trombosit.
2. Uji serologi Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) Uji serologi didasarkan atas
timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelah infeksi.
3. Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) Uji serologi didasarkan atas timbulnya
antibody pada penderita yang terjadi setelah infeksi.
4. Uji hambatan hemaglutinasi Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer
IgM dan IgG berdasarkan pada kemampuan antibody-dengue yang dapat
menghambat reaksi hemaglutinasi darah angsa oleh virus dengue yang disebut
reaksi hemaglutinasi inhibitor (HI).
5. Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test) Merupakan uji serologi yang paling
spesifik dan sensitif untuk virus dengue
6. Uji ELISA anti dengue Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji
Hemaglutination Inhibition (HI).
7. Rontgen Thorax pada foto thorax (pada DHF grade III/IV dan sebagian besar
grade II) di dapatkan efusi pleura.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi pada DBD yaitu:
a. Dehidrasi sedang sampai berat
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan.
c. Kejang karena demam terlalu tinggi yang terus menerus. Selain itu komplikasi
dari pemberian cairan yang berlebihan akan menyebabkan gagal nafas, gangguan
pada elektrolit, gula darah menurun, kadar natrium, kalsium juga menurun, serta
dapat mengakibatkan gula darah diatas normal atau mengalami peningkatan
(Jannah, 2019).
I. PENATALAKSANAAN
Pada pasien DHF terdapat beberapa masalah keperawatan yang muncul. Masalah
yang muncul dapat ditemukan pada saat pengkajian. Pada umumnya masalah yang ada
pada pasien DHF yakni demam tinggi disertai menggigil. Pada pasien demam dapat
dilakukan pemberian kompres hangat untuk menurunkan demam. Selain itu pasien DHF
juga mengalami kekurangan volume cairan dikarenakan demam karena pindahnya cairan
interavaskuler ke ekstravaskuler. Pada pasien DHF yang mengalami kekurangan volume
cairan, tindakan keperawatan yang dapat dilakukan yaitu mengganti cairan yang hilang
dengan meningkatkan asupan secara oral misalnya makan dan minum air yang cukup,
pemberian oralit serta pemberian cairan secara parenteral (Jannah, 2019).
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Biodata/Identitas DBD dapat menyerang dewasa atau anak-anak terutama anak
berumur 15 tahun. Endemik didaerah Asia tropik.
b. Keluhan Utama : Panas/ demam.
c. Riwayat Penyakit Sekarang : Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian
demam turun dengan tanda- tanda lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung
teraba dingin dan lembab. Demam disertai lemah, nafsu makan berkurang,
muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut, nyeri ulu
hati, konstipasi atau diare.
d. Riwayat Penyakit Dahulu Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit
DHF bisa berulang DHF lagi, Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan
penyakit yang pernah diderita dahulu.
e. Riwayat Penyakit Keluarga Penyakit DHF bisa dibawa oleh nyamuk jadi jika
dalam satu keluarga ada yang menderita penyakit ini kemungkinan tertular itu
besar.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat
nyamuk ini adalah lingkungan yang kurang pencahayaan dan sinar matahari,
banyak genangan air, vas and ban bekas.
g. Riwayat Tumbuh Kembang Anak: Sesuai dengan tumbuh kembang klien.
h. ADL
1. Nutrisi: Dapat menjadi mual, muntah, anoreksia.
2. Aktifitas: Lebih banyak berdiam di rumah selama musim hujan dapat
terjadi nyeri otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh, menurunnya
aktifitas bermain.
3. Istirahat tidur: Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan nyeri.
4. Eliminasi alvi: Dapat terjadi diare/ konstipasi, melena.
5. Personal hygien: pegal-pegal diseluruh badan serta tidak dapat
meningkatkan ketergantungan kebutuhan perawatan diri.
i. Pemeriksaan
Keadaan umum : Suhu tubuh tinggi (39,4-41,1 °C), menggigit hipotensi,nadi
cepat dan lemah
Kulit : Tampak bintik merah (petekil), hematom, ekimosit.
Kepala : mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor (kadang).
Dada : Nyeri tekan epigastrik, nafas cepat dan sering berat.
Abdomen : Pada palpasi teraba pembesaran hati dan limfe pada keadaan dehidrasi
turgor kulit menurun.
Anus dan genetalia : Dapat terganggu karena diare/ konstipasi.
Ekstrimitas atas dan bawah Ekstrimitas dingin, sianosis.
j. Pemeriksaan Penunjang Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
1. Hb dan PCV meningkat (20%).
2. Trombositopenia (<100.000/ml).
3. Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
4. Ig.D.dengue positif.
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan: hipoprotinemia,
hipokloremia, dan hiponatremia.
6. Urium dan PH darah mungkin meningkat.
7. Asidosis metabolik: pCO <35-40 mmHg HCO rendah.
8. SGOT/SGPT memungkinkan meningkat.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung
aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus DBD
menurut PPNI (2017) sebagai berikut :
1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu tubuh
diatas nilai normal (D.0130)
2. Defisit nutrisi berhubungan dengan penurunan intake makanan, ketidakmampuan
mengabsorbsi nutrien (D0019)
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera biologis (penekanan intra
abdoment) (D.0077)
4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)
5. Hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (D0023)
6. Risiko syok berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (D0039)
3. Intervensi Keperawatan

NO SDKI SLKI SIKI


1 D.0130 Setelah dilakukan intervensi Observasi
Hipertermia berhubungan keperawatan selama 3x24 1. identifikasi hipertermia
dengan proses penyakit ditandai dengan jam,diharapkan termogulasi membaik penyebab
suhu tubuh dengan kriteria hasil: 2. monitor suhu tubuh
diatas nilai normal. 1. menggigil membaik 3. monitor warna dan suhu kulit
Ditandai dengan : 2. kejang menurun Teraupetik
- suhu tubuh diatas nilai normal 3. takikardi membaik 4. longgarkan atau lepaskan
- kejang 4. takipnea membaik pakaian
- takikardi 5. suhu tubuh membaik 5. berikan cairan oral
- takipnea 6. Suhu kulit membaik 6. lakukan kompres dingin
- kulit terasa han gat 7. Tekanan darah membaik 7. sesuaikan suhu lingkungan dengan
8. tekanan ventilasi membaik kebutuhan pasien
Edukasi
8. anjurkan tirah baring
Kolaborasi
9. kolaborasi pemberian cairan elektrolit
10. Kolaborasikan
pemberian antiperetik
2 D.0019 Setelah dilakukan intervensi Observasi
Defisit nutrisi b.d keperawatan selama 3x24 jam
penurunan intake makanan, Ketidak diharapkan status nutrisi pasien 1. Identifikasi status nutrisi
mampuan mengabsorbsi nutrient. membaik dengan kriteria hasil : 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
Dibuktikan dengan : 1. Porsi makanan yang makanan
- Berat badan menurun minimal 10% dihabiskan meningkat 3. identifikasi makanan yang disukai
dibawah rentang ideal Kriteria 2. Diare menurun 4. Identifikasi keburuhan kalori dan
- Cepat kenyang setelah makan 3. Frekuensi makan membaik nutrisi
- Kram/nyeri abdomen 4. Nafsu makan membaik 5. Monitor asupan makanan
- Nafsu makan menurun 5. Bising usus membaik 6. Monitor berat badan
- Bising usus hiperaktif Terapeutik
- Otot pengunyah lemah. 7. Berikan makanan menarik dan suhu
- Otot menelan lemah yang sesuai
-membran mukosa pucat 8. Berikan makanan tinggi kalori dan
protein
Edukasi
9. Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
10. Kolaborasi dengn ahli gizi untuk
menetukan jumlh kalori dan jenis nutsisi
yang dibutuhkan jika perlu.
11. Kolaborasi pemberian obat antimetik
jika perlu
3 D.0077 Setelah intervensi keperawatan selama Observasi
Nyeri akut berhubungan dengan agen 3x24 jam diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
pencedera biologis (penekanan intra menurun dengan kriteria hasil : durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
abdoment). Ditandai dengan: nyeri
1. Keluhan menurun 2. Identifikasi skala nyeri
1. Mengeluh nyeri 3. Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Meringis menurun 4. Identifikasi faktor yang tidur
2. Tampak meringis 3. Gelisah memperberat dan memperingan nyeri
3. Gelisah menurun
4. Frekuensi nadi meningkat Teraupetik
4. Kesulitan membaik. 5. Berikan teknik non farmakologi untuk
5. Sulit tidur mengurangi rasa nyeri
5. Frekuensi nadi membaik
6. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri
7. Fasilitasi istirahat dan tidur

Edukasi
8. Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
9. Jelaskan strategi meredakan nyeri
10. Ajarkan teknik non farmakologis
4 D.0056 Setelah dilakukan intervensi Observasi
Intoleransi aktivitas b.d tirah baring, keperawatan selama 3x24 jam
kelemahan,. Dibuktikan dengan : diharapkan toleransi aktivitas
meningkat 1. monitor kelelahan fisik
1.Mengeluh lelah dengan kriteria hasil : 2. identifikasi kemampuan berpartisipasi
dalam aktivitas
2.Frekuensi jantung meningkat 1. kemudahan dalam melakukan Tertentu
aktivitas sehari-hari meningkat
3. Sianosis Teraupetik
2. kekuatan tubuh bagian atas dan 3. latihan gerak pasif dan aktif
4. Mengeluh lelah bawah meningkat 4. libatkan keluarga dalam aktivitas

5. Merasa tidak nyaman setelah 3. keluhan lelah membaik Kolaborasi


beraktivitas 5. anjurkan melakukan aktivitas secara
4. dispnea saat aktivitas menurun bertahap
5 Hipovolemi b.d kehilangan cairan aktif. Setelah dilakukan intervensi Obsevasi
Dibuktikan dengan : keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan nadi pasien membaik 1. Periksa tanda dan gejala (missal
1. Frekuensi nadi meningkat dengan kriteria hasil : hypovolemia frekuensi nadi meningkat,
nadi teraba lemah, tekanan darah
2. Nadi teraba lemah 1.Turgor kulit membaik menurun, tekanan nadi menyempit,
turgor kulit menurun, membrane mukosa
3. Tekanan darah menurun 2.Frekuensi nadi membaik kering, volume urin
menurun,haus,lemah).
4. Tekanan menyempit nadi 3.Tekanan darah membaik 2. Monitor intake dan output cairan
5. Turgor kulit menurun 4.Membran mukosa membaik
Terapeutik
6. Membran mukosa kering 5.ntake cairan membaik 3. Hitung kebutuhan cairan
4. Berikan asupan cairan oral
7. Volume urin menurun. 6.Output uine meningkat
Edukasi
8. Hematokrit meningkat 5. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
6. Anjurkan menghidari posisi mendadak

Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian cairan isotonis
(Nacl.RL)
8. Kolaborasi pemberian infus cairan
kristaloid 20 ml/kg bb untuk anak
6 D.0039) Setelah dilakukan intervensi selama Observasi
Resiko Syok berhubungan dengan 3x24 jam diharapkan tingkat syok
kehilangan volume cairan, dibuktikan pasien menurun 1. Monitor status kardiopulmonal
dengan Dengan riteria hasil :
2. Monitor frekuensi nafas
1.Hipotensi 1.Kekuatan nadi meningkat
3. Monitor status oksigenasi
2.Kekurangan volume cairan 2..Output urine meningkat 4. Monitor status cairan
5. Monitor tingkat kes daran dan respon
3.Frekuensi nafas membaik pupil 6. Monitor jumlah, wama, dan berat
jenis urine
4.Tingkat kesadaran meningkat
Terapeutik
5.Tekanan dari sistolik,diastolic 7. Berikan oksigen untuk
membaik mempertahankan saturasi
oksigen >94%
8. Pasang jalur IV, jika perlu

Edukasi
9. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
10. Jelaskan penyebab/factor risiko syok
11. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral

Kolaborasi
12. Kolaborasi jika perlu pemberian IV,
D. IMPLEMENTASI

Implementasi Keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan yang dilakukan secara


mandiri maupun dengan kolaborasi dengan multidisiplin yang lain. Perawat bertanggung jawab
terhadap asuhan keperawatan yang berfokus pada pasien dan berorientasi pada tujuan dan hasil
yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dimana tindakan dilakukan dan diselesaikan,
sebagaimana di gambarkan dalam rencana yang sudah dibuat (Patrisia et al., 2020)

E. EVALUASI

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara membandingkan
tindakan keperawatan yang dilakukan terhadap hasil yang diharapkan. Evaluasi juga dilakukan
untuk mengidentifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak. Dalam
melakukan evaluasi, perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam
memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan
tentang tujuan yang ingin dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan
keperawatan dalam kriteria hasil (Patrisia et al., 2020).
DAFTAR PUSTAKA

Amin Huda Nurarif & Kusuma, Hardhi. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Harmawan. 2018. Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta.

Murwani, 2018. Patofisiologi Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta

Patrisia, I., Juhdeliena, J., Kartika, L., Pakpahan, M., Siregar, D., Biantoro, B., Hutapea, A.

D., Khusniyah, Z., & Sihombing, R. M. (2020). Asuhan Keperawatan Dasar Pada Kebutuhan
Manusia (Edisi 1). Yayasan Kita Menulis. (diakes tanggal 15 juni 2021, jam 15.00)

Rohmah, N., & Walid, S. (2019). Proses Keperawatan Berbasis KKNI (Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia) (Edisi I). AR-RUZZ Media.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan
WHO. 2016. Prevention and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN DIAGNOSA DBD DI RUANGAN


EDELWEIS RSUD M.YUNUS TAHUN 2023

NAMA : HARRI RAMADHAN

NIM : P05120221024

PEMBIMBING PENDIDIKAN

(Ns.Rahma Annisa,S.Kep.,M.Kep)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BEGKULU

JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIPLOMA III

Anda mungkin juga menyukai