Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

DHF (Dengue Haemorhagic Fever)

Koordinator Mata Kuliah:


Dr. Ns. Umi Solikhah, S.Pd., S.Kep., M.Kep.

Disusun oleh:
Nama : Elvi Nur Fitrianna
Kelas : C Semester 4
NIM : 2011020128
Kelompok : 2C
Praktek : RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN S1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
TA.2021/2022
Laporan Pendahuluan

Asuhan Keperawatan DHF pada Anak

A. Definisi

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau
tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina). (Resti, 2014)

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypti dan beberapa nyamuk
lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar terjadinya
demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara epidemic. (PADILA, 2012)

B. Etiologi
Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam berdarah. Demam
berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi virus. Nyamuk
Aedes aegypti adalah spesies utama yang menyebar penyakit ini. Ada lebih dari 100 juta
kasus baru demam berdarah setiap tahun di seluruh dunia. Sejumlah kecil ini
berkembang menjadi demam berdarah. Faktor risiko untuk demam berdarah termasuk
memiliki antibodi terhadap virus demam berdarah dari infeksi sebelumnya. (Vyas, et al,
2014)
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4 serotipe virus
dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, keempatnya ditemukan di Indonesia
dengan den-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap
serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang
memadai terhadap serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah epidermis dengue
dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue
dapat ditemukan di berbagai daerah diIndonesia (Nurarif & Hardhi, 2015).
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan masa
inkubasi antara 13-15 hari menurut WHO sebagai berikut:
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari (38-40o C)
2. Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji tourniquet positif, petekie (bintik merah
pada kulit), purpura (perdarahan kecil di dalam kulit), ekimosis, perdarahan
konjungtiva (perdarahan pada mata), epitaksis (perdarahan hidung), perdarahan gusi,
hematemesis (muntah darah), melena (BAB darah) dan hematusi (adanya darah
dalam urin).
3. Perdarahan pada hidung
4. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat
pecahnya pembuluh darah
5. Pembesaran hati (hepatomegali) sudah dapat diraba sejak permulaan sakit
6. Rejan (Syok) yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah
menurun (tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolik 20 mmHg
atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung
hidung, jari dan kaki, penderita gelisah timbul sianosis disekitar mulut.
7. Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya nafsu
makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.

Selain timbul demam, perdarahan yang merupakan ciri khas DHF gambaran klinis
lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah:

1. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
2. Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi
3. Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan
sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada saluran tubuh dll.
4. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah thrombocytopenia (kurang
atau sama dengan 100.000 mm3) dan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit lebih
atau sama dengan 20 %)
D. Klasifikasi

Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif & Kusuma 2015):
a. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.
b. Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontan pada kulit
atau perdarahan di tempat lain.
c. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat
dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi
disertai dengan sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak
tampak gelisah.
d. Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur.
E. Patofisiologi
Virus dengue yang pertama kali masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali member gejala DF. Pasien akan mengalami
gejala viremia, sakit kepala, mual, nyei otot, pegal seluruh badan, hyperemia
ditenggorokkan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pasa RES seperti
pembesaran kelenjar getah bening, hati dan limfa. Reaksi yang berbeda Nampak bila
seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan. Berdasarkan
hal itu timbulah the secondary heterologous infection atau sequential infection of
hypothesis. Re- infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik antibody, sehingga
menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus antibody) yang
tinggi.
Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal
sebagai berikut:
1. Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen, yang berakibat
dilepasnya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a menyebabkan meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding
tersebut, suatu keadaan yang sangat berperan terjadinya renjatan.
2. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami metamorphosis.
Trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis akan dimusnahkan oleh
system retikuloendotelial dengan akibat trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada
keadaan agregasi, trombosit akan melepaskan vasokoaktif (histamine dan serotonin)
yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit factor
III yang merangsang koagulasi intravascular.
3. Terjadinya aktivasi factor hegamen (factor XII) dengan akibat kahir terjadinya
pembentukan plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin dan
penghancuran fibrin menjadi fibrinogen degradation product. Disamping itu aktivasi
akan merangsang system kinin yang berperan dalam proses meningginya
permeabilitas dindin pembuluh darah.
(PADILA, 2012)
F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang mungkin dilakukan pada penderita DHF


antara lain adalah (Wijayaningsih 2017):
a. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk memeriksa kadar hemoglobin,
hematokrit, jumlah trombosit. Peningkatan nilai hematokrit yang selalu
dijumpai pada DHF merupakan indikator terjadinya perembesan plasma.
1) Pada demam dengue terdapat Leukopenia pada hari kedua atau hari ketiga
2) Pada demam berdarah terdapat trombositopenia dan hemokonsentrasi
3) Pada pemeriksaan kimia darah: Hipoproteinemia, hipokloremia, SGPT,
SGOT, ureum dan Ph darah mungkin meningkat
b. Uji Serologi = Uji HI (Hemaglutination Inhibition Test) Uji serologi
didasarkan atas timbulnya antibody pada penderita yang terjadi setelah infeksi.
Untuk menentukan kadar antibody atau antigen didasarkan pada manifestasi
reaksi antigen-antibody. Ada tiga kategori, yaitu primer, sekunder, dan tersier.
Reaksi primer merupakan reaksi tahap awal yang dapat berlanjut menjadi
reaksi sekunder atau tersier. Yang mana tidak dapat dilihat dan berlangsung
sangat cepat, visualisasi biasanya dilakukan dengan memberi label antibody
atau antigen dengan flouresens, radioaktif, atau enzimatik. Reaksi sekunder
merupakan lanjutan dari reaksi primer dengan manifestasi yang dapat dilihat
secara in vitro seperti prestipitasi, flokulasi, dan aglutinasi. Reaksi tersier
merupakan lanjutan reaksi sekunder dengan bentuk lain yang bermanifestasi
dengan gejala klinik.
c. Uji hambatan hemaglutinasi
Prinsip metode ini adalah mengukur campuran titer IgM dan IgG berdasarkan
pada kemampuan antibody-dengue yang dapat menghambat reaksi
hemaglutinasi darah angsa oleh virus dengue yang disebut reaksi
hemaglutinasi inhibitor (HI).

d. Uji netralisasi (Neutralisasi Test = NT test)


Merupakan uji serologi yang paling spesifik dan sensitif untuk virus
dengue. Menggunakan metode plague reduction neutralization test
(PRNT). Plaque adalah daerah tempat virus menginfeksi sel dan batas yang
jelas akan dilihat terhadap sel di sekitar yang tidak terkena infeksi.
e. Uji ELISA anti dengue
Uji ini mempunyai sensitivitas sama dengan uji Hemaglutination Inhibition
(HI). Dan bahkan lebih sensitive dari pada uji HI. Prinsip dari metode ini
adalah mendeteksi adanya antibody IgM dan IgG di dalam serum penderita.
f. Rontgen Thorax: pada foto thorax (pada DHF grade III/ IV dan sebagian besar
grade II) di dapatkan efusi pleura.
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan medis
a. DHF tanpa Renjatan
- Beri minum banyak (1 ½ - 2 Liter / hari)
- Obat anti piretik, untuk menurunkan panas, dapat juga dilakukan kompres
- Jika kejang maka dapat diberi luminal (antionvulsan) untuk anak <1th>1th
75 mg Im. Jika 15 menit kejang belum teratasi, beri lagi luminal dengan
dosis 3mg / kb BB (anak <1th>1th diberikan 5 mg/ kg BB).
- Berikan infus jika terus muntah dan hematokrit meningkat
b. DHF dengan Renjatan
- Pasang infus RL
- Jika dengan infus tidak ada respon maka berikan plasma expander (20 30 ml/
kg BB)
- Tranfusi jika Hb dan Ht turun
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pengawasan tanda - tanda vital secara kontinue tiap jam
- Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
- Observasi intik output
- Pada pasienDHF derajat I: Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital tiap 3
jam, periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½ liter - 2 liter per
hari, beri kompres
- Pada pasien DHF derajat II: pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb, Ht,
Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat, tekanan
darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
- Pada pasien DHF derajat III: Infus guyur, posisi semi fowler, beri O2
pengawasan tanda - tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
b. Resiko Perdarahan
- Obsevasi perdarahan: Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
- Catat banyak, warna dari perdarahan
- Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal
c. Peningkatan suhu tubuh
- Observasi / Ukur suhu tubuh secara periodik
- Beri minum banyak
- Berikan kompres
3. Pencegahan
Prinsip tepat dalam pencegahan DHF:
a. Manfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan pada saat hsedikit terdapatnya DHF / DSS
b. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat
sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita veremia.
c. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah pengambaran yaitu sekolah
dan RS, termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
d. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan
tinggi

Pemberantasan penyakit Dengue Haemoragic Fever (DHF) ini yang paling


penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk penularan ditempat perindukannya
dengan melakukan “3M” yaitu:

 Menguras tempat-tempat penampungan air secara teratur sekurang-kurangnya


seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalamnya.
 Menutup rapat – rapat tempat penampung air.
 Menguburkan / menyingkirkan barang kaleng bekas yang dapat menampung air
hujan.
I. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian dengan Penyakit infeksi Demam Berdarah Dengue menurut (Nurarif &
Hardhi, 2015) adalah:
a. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
orang tua, dan pekerjaan orang tua.
b. Keluhan utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien Demam Berdarah Dengue untuk
datang ke Rumah Sakit adalah panas tinggi dan anak lemah.

c. Riwayat penyakit sekarang


Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil, dan saat
demam kesadaran komposmentis. Turunnya panas terjadi antara hari ke 3 dan ke
7 dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk pilek,
nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri
otot dan persendian, nyeri uluh hati, dan pergerakan bola mata terasa pegal,
serta adanya manisfestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade 3 dan 4), melena,
atau hematemesis.
d. Riwayat penyakit yang pernah diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Demam Berdarah Dengue, anak
bisa mengalami serangan ulangan Demam Berdarah Dengue dengan tipe virus
yang lain.
e. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan
timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
f. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita Demam Berdarah Dengue dapat bervariasi.
Semua anak dengan status gizi baik maupun buruk dapat beresiko, apabila
terdapat faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami
keluhan mual, muntah, dan napsu makan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut, dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka
anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi
kurang.
g. Kondisi lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang
bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
h. Pola kebiasaan
1) Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, napsu makan
berkurang, napsu makan menurun.
2) Eliminasi atau buang air besar.Kadang-kadang anak mengalami diare atau
konstipasi. Sementara Demam Berdarah Dengue pada grade III-IV bisa
terjadi melena.
i. Eliminasi urine atau buang air kecil perlu dikaji apakah sering kencing sedikit
atau banyak sakit atau tidak. Pada Demam Berdarah Dengue grade IV sering
terjadi hematuria.
j. Tidur dan istirihat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit/nyeri otot dan persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun
istirahatnya kurang.
k. Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan
cenderung kurang terutama untuk membersikan tempat sarang nyamuk Aedes
Aegypti.
l. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga
kesehatan.

m. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah
Dengue, keadaan fisik anak adalah sebgai berikut:
1) Grade I: kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital
dan nadi lemah.
2) Grade II: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan
spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan
tidak teratur.
3) Grade III: kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit
tampak biru.
n. Sistem integument
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin,
dan lembab.
1) Kuku sianosis/tidak
2) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III,
IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan
gusi dan nyeri telan.

Sementara tenggorokan mengalami hiperemia pharing (pada Grade II, III,


IV).
3) Dada
Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat
adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales
(+), Ronchi (+), yang biasanya terdapat pada grade III dan IV.
4) Abdomen
Mengalami nyeri tekan, Pembesaran hati (hepetomegali), asites.
5) Ekstremitas
6) Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik
berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi
yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada
kasus DHF yaitu (Erdin 2018) (SDKI DPP PPNI 2017):
1) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit ditandai dengan suhu
tubuh diatas nilai normal
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai
dengan pasien mengeluh nyeri
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan faktor psikologis (keengganan untuk
makan)
J. Rencana Keperawatan

NO DX SLKI SIKI RASIONAL

1. Hipertermia setelah dilakukan Observasi - Mengidentifikasi


berhubungan tindakan penyebab
dengan perawatan - Identifikasi penyebab hipertermia
proses selama 1x24 jam hipertermia (mis.
penyakit diharapkan Dehidrasi, terpapar - Memonitor suhu
ditandai pasien membaik, lingkungan panas, tubuh
dengan suhu dengan kriteria penggunaan incubator)
- Menyediakan
tubuh diatas hasil: - Monitor suhu tubuh lingkungan yang
nilai normal dingin, nyaman dan
- Menggigil - Monitor kadar elektrolit
menurun kondusif
- Kulit merah - Monitor haluaran urine - Kolaborasi
menurun Terapeutik pemberian cairan
- Suhu tubuh dan elektrolit
membaik - Sediakan lingkungan intravena,
- Tekanan yang dingin
darah
- Longgarkan atau
membaik
lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Lakukan pendinginan
eksternal (mis, kompres
dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksila)
- Hindari pemberian
antipiretik atau aspirin
- Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrolit
intravena, jika perlu
2. Nyeri akut setelah dilakukan Observasi - Mengidentifikasi
berhubungan tindakan lokasi,
dengan agen perawatan - Identifikasi lokasi, karakteristik,
pencedera selama 1x24 jam karakteristik, durasi, durasi, frekuensi,
fisiologis diharapkan frekuensi, kualitas, kualitas, intensitas
ditandai pasien membaik, intensitas nyeri nyeri, skala nyeri
dengan dengan kriteria - Identifikasi skala nyeri
pasien hasil: - Berikan Teknik
mengeluh - Identifikasi respons nonfarmakologis
nyeri - Keluhan nyeri nyeri non verbal untuk mengurangi
menurun rasa nyeri
- Identifikasi factor yang
- Meringis memperberat dan - Kolaborasi
menurun memperingan nyeri pemberian
analgetic untuk
- Gelisah Terapeutik meredakan rasa
menurun nyeri
- Berikan Teknik
- Pola napas nonfarmakologis untuk
membaik mengurangi rasa nyeri
(mis, terapi music,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
- Kontrol lingkungan
yang memperberat rasa
nyeri (mis, suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
- Jelaskan strategi
meredakan nyeri
- Anjurkan monitor nyeri
secara mandiri
- ajarkan Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetic, jika perlu
3. Defisit setelah dilakukan Observasi - Mengidentifikasi
nutrisi tindakan dan berikan
berhubungan perawatan - Identifikasi status makanan yang
dengan selama 1x24 jam nutrisi disukai
factor diharapkan - Identifikasi alergi dan
psikologis pasien membaik, - berikan makanan
intoleransi makanan tinggi kalori dan
(keengganan dengan kriteria
untuk hasil: - Identifikasi makanan tinggi protein
makan) yang disukai
- Porsi makanan
yang dihabiskan - Monitor asupan makan
meningkat - Monitor berat badan
- Frekuensi - Monitor hasil
makan membaik pemeriksaan
- Nafsu makan laboratorium
membaik Terapeutik
- Berikan makanan
tingkat serat untuk
mencegah konstipasi
- Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk,
jika mampu
- Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis, Pereda nyeri,
antimietik), jika perlu
- Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. SIKI


DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.

SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta.

Erdin. 2018. Pathway Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta.

Harmawan. 2018. Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta.

Murwani. 2018. Patofisiologi Dengue Hemorrhagic Fever. Jakarta.

Amin Huda Nurarif & Kusuma, Hardhi. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC (Edisi Revisi). MediAction.

WHO. 2018. Dengue Haemorrhagic Fever. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai