Anda di halaman 1dari 5

Rokok adalah lintingan atau gulungan tembakau yang digulung / dibungkus

dengan kertas, daun, atau kulit jagung, sebesar  kelingking dengan panjang 8-10
cm, biasanya dihisap seseorang setelah dibakar ujungnya. Rokok merupakan
pabrik bahan kimia berbahaya. Hanya dengan membakar dan menghisap sebatang
rokok saja, dapat diproduksi lebih dari 4000 jenis bahan kimia. 400 diantaranya
beracun dan 40 diantaranya bisa berakumulasi dalam tubuh dan dapat
menyebabkan kanker.

Rokok juga termasuk zat adiktif karena dapat menyebabkan adiksi


(ketagihan) dan dependensi (ketergantungan) bagi orang yang menghisapnya.
Dengan kata lain, rokok termasuk golongan NAPZA (Narkotika, Psikotropika,
Alkohol, dan Zat Adiktif).

Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang ditemui dalam kehidupan


sehari-hari. Gaya hidup atau life style ini menarik sebagai suatu masalah
kesehatan, minimal dianggap sebagai faktor risiko dari suatu penyakit tidak
menular. Hasil studi menunjukkan bahwa perokok berat telah memulai
kebiasaannya ini sejak berusia belasan tahun, dan hampir tidak ada perokok berat
yang baru memulai merokok pada saat dewasa. Karena itulah, masa remaja sering
kali dianggap masa kritis yang menentukan apakah nantinya kita menjadi perokok
atau bukan (Bustan, 2000).
Efek langsung yang dialami oleh orang yang merokok misalnya: aktivitas
otak dan sistem saraf yang mula-mula meningkat lalu kemudian menurun,
perasaan euforia ringan, merasa relaks, meningkatnya tekanan darah dan denyut
jantung, menurunnya aliran darah ke anggota badan seperti jari-jari tangan dan
kaki, pusing, mual, mata berair, asam lambung meningkat, menurunnya nafsu
makan, dan berkurangnya indera pengecap dan pembau.

Perilaku merokok saat ini sudah menjadi kebiasaan di Indonesia. Organisasi


kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2008 menyatakan Indonesia berada di urutan
ketiga dengan jumlah perokok terbesar di dunia. Sekitar 140 juta orang setiap
harinya mengkonsumsi tembakau. Setiap tahunnya konsumsi rokok mencapai 199
milyar batang, dan diperkirakan sebanyak 190.260 orang meninggal dunia akibat
penyakit terkait rokok.

Merokok tidak hanya dilakukan mereka yang tergolong dewasa. Dikalangan


1
remaja sekarang sudah banyak yang mengonsumsi rokok. Bahkan kebiasaan
merokok telah sampai pada anak – anak yang berumur 5 – 11 tahun. Merokok
pada anak-anak umumnya terjadi karena faktor lingkungan. Mereka melihat
perilaku merokok yang ada disekitarnya, kemudian mencoba tanpa
memperhatikan dampak negatif dari rokok yang dihisapnya.

Menurut Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 dan tahun
2010 terjadi peningkatan usia mulai mengonsumsi rokok. Pada tahun 2007 usia
pertama kali merokok 5 – 9 tahun sebesar 1,3%, pada usia 10 – 14 tahun sebesar
10,5%, sedangkan pada riskesdas tahun 2010 terjadi peningkatan pada usia 9 – 10
sebesar 1,7% dan pada usia 10 – 14 tahun sebesar 17,5%.

Menurut Riskesdas pada tahun 2007 di Provinsi Jawa Tengah 2007 diketahui
bahwa prosentase pertama kali mengonsumsi rokok / tembakau paling muda pada
usia 5 – 9 tahun sebesar 12,9%, 10 – 14 tahun sebesar 51,6%. Data tersebut
menunjukkan bahwa konsumsi rokok pertama kali dilakukan pada usia 5 – 9
tahun semakin meningkat. Banyak diantara anak yang mengatakan bahwa awal
merokok karena melihat teman, orangtua atau saudaranya yang sering merokok,

2
sehingga timbul rasa ingin mencobanya. Kemudian pada tahun 2013 dinyatakan
anak yang berumur ≥10 tahun di Indonesia rerata rokok yang dihisap dalam sehari
adalah 12,3 batang (setara satu bungkus).

Komisi Nasional Perlindungan Anak pada tahun 2013 mengatakan jumlah


perokok anak di Indonesia tahun 2008-2012 pada anak usia 10-14 tahun sebanyak
1.200.000 jiwa, sedangkan pada anak usia <10 tahun sebanyak 239.000 jiwa.
Rata-rata perokok anak di Indonesia menghabiskan 40 batang rokok perhari. Di
Jawa Tengah jumlah perokok setiap hari sebesar 22,9%, perokok kadang-kadang
sebesar 5,3%, mantan perokok sebesar 4,3%, dan bukan perokok sebesar 67,6%.
Menurut kelompok umur 10-14 tahun kebiasaan merokok setiap hari sebesar 0,5%
dan perokok kadang-kadang sebesar 0,9%.

Semakin dini seseorang mulai mengonsumsi rokok, maka semakin banyak


pula zat berbahaya yang akan masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan gangguan
kesehatan terutama pada anak – anak, rokok dapat mengganggu fungsi kerja otak,
sehingga untuk orang yang telah terpapar zat – zat yang terkandung dalam rokok
akan mulai terganggu dalam berpikir secara optimal yang akan berpengaruh
dalam proses pembelajarannya.

Pengetahuan kalangan para remaja dan anak - anak akan bahaya rokok
cenderung masih rendah, sehingga kesadaran untuk berhenti merokok masih
sangat sulit dilakukan. Selain itu juga salah satu pemicu meningkatnya angka
konsumsi rokok disebabkan karena industri rokok dengan kreatif membuat iklan
produk rokok yang dibuat sedemikian menariknya untuk dapat menarik perhatian
para konsumen.

Penelitian di Demak pada tahun 2014 menyebutkan bahwa terdapat


perbedaan persepsi antara anak usia sekolah dasar di tengah kota dan di pedesaan.
Pada penelitian tersebut dinyatakan bahwa anak usia sekolah dasardi perkotaan
mempunyai persepsi positif tentang bahaya rokok dari anak usia sekolah dasar
yang berada di pedesaan. Selain itu juga penelitian yang telah dilakukan di
Lampung sebelumnya juga menyebutkan bahwa pengaruh pergaulan menjadi
faktor pemicu utama bagi anak – anak dalam mengenal rokok pertama kali. Anak
yang merokok, temannya jauh lebih banyak dibandingkan anak yang tidak
merokok.

Pengetahuan dan sikap seseorang sangat berpengaruh dalam menentukan


bagaimana ia dapat bereaksi/ berinteraksi terhadap situasi yang terjadi di dalam
kehidupannya. Faktor utama yang mempengaruhi pengetahuan dan sikap
seseorang adalah lingkungan. Lingkungan hidup antara orang yang hidup di
tengah kota dengan orang yang hidup di pinggiran kota tentunya berbeda,
sehingga pengetahuan dan sikap masing – masing individu akan berbeda pula.
Oleh sebab itu peneliti akan melakukan penelitian mengenai pengetahuan dan
sikap anak yang hidup di daerah tengah kota dengan anak yang hidup di daerah
pinggiran kota.

Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di wilayah kota


Semarang, SDN IV Pleburan merupakan sekolah daerah perkotaan karena
letaknya tepat di pusat kota Semarang yang berdekatan dengan sarana pendidikan
lainnya. SD Peleburan IV dapat dikatakan sebagai SD berkualitas dalam prestasi.
Keadaan di lingkup sekolahpun mendukung dalam proses pembelajaran siswa.
Dalam wawancara yang telah dilakukan pada 15 anak siswa kelas 6 didapatkan
hasil bahwa 70% sudah tahu tentang rokok dan bahaya rokok bagi kesehatan
tetapi sebagian menganggap bahwa rokok hanya membahayakan diri sendiri.

SDN II Sendangmulyo merupakan SD daerah pinggiran kota Semarang yang


letaknya di desa dengan jalan yang kecil. SD Sendangmulyo II ini menampung
murid yang sangat banyak dan setiap kelas terdiri atas 3 rumbel (A,B,C).
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan dengan 15 siswa kelas 6 didapatkan
hasil bahwa 60% hanya mengetahui bahwa rokok berbahaya tetapi tidak mengerti
apa saja bahaya yang akan ditimbulkan serta apa saja kandungan rokok yang
dapat membahayakan tubuh. Berdasarkan wawancara dengan beberapa siswa,
diketahui bahwa ada yang pernah mencoba merokok.

Anda mungkin juga menyukai