Disusun oleh:
Nama : Elvi Nur Fitrianna
Kelas : C Semester 4
NIM : 2011020128
Kelompok : 2C
Praktek : RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga
A. Definisi
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau
tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina). (Resti, 2014)
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypti dan beberapa nyamuk
lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar terjadinya
demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara epidemic. (PADILA, 2012)
B. Etiologi
Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam berdarah. Demam
berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi virus. Nyamuk
Aedes aegypti adalah spesies utama yang menyebar penyakit ini. Ada lebih dari 100 juta
kasus baru demam berdarah setiap tahun di seluruh dunia. Sejumlah kecil ini
berkembang menjadi demam berdarah. Faktor risiko untuk demam berdarah termasuk
memiliki antibodi terhadap virus demam berdarah dari infeksi sebelumnya. (Vyas, et al,
2014)
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4 serotipe virus
dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4, keempatnya ditemukan di Indonesia
dengan den-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi
terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap
serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang
memadai terhadap serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah epidermis dengue
dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue
dapat ditemukan di berbagai daerah diIndonesia (Nurarif & Hardhi, 2015).
C. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF, dengan masa
inkubasi antara 13-15 hari menurut WHO sebagai berikut:
1. Demam tinggi mendadak dan terus menerus 2-7 hari (38-40o C)
2. Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji tourniquet positif, petekie (bintik merah
pada kulit), purpura (perdarahan kecil di dalam kulit), ekimosis, perdarahan
konjungtiva (perdarahan pada mata), epitaksis (perdarahan hidung), perdarahan gusi,
hematemesis (muntah darah), melena (BAB darah) dan hematusi (adanya darah
dalam urin).
3. Perdarahan pada hidung
4. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat
pecahnya pembuluh darah
5. Pembesaran hati (hepatomegali) sudah dapat diraba sejak permulaan sakit
6. Rejan (Syok) yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah
menurun (tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolik 20 mmHg
atau kurang) disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung
hidung, jari dan kaki, penderita gelisah timbul sianosis disekitar mulut.
7. Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya nafsu
makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.
Selain timbul demam, perdarahan yang merupakan ciri khas DHF gambaran klinis
lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah:
1. Keluhan pada saluran pernafasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan.
2. Keluhan pada saluran pencernaan: mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi
3. Keluhan sistem tubuh yang lain: nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot, tulang dan
sendi, nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-pegal pada saluran tubuh dll.
4. Temuan-temuan laboratorium yang mendukung adalah thrombocytopenia (kurang
atau sama dengan 100.000 mm3) dan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit lebih
atau sama dengan 20 %)
D. Klasifikasi
Menurut WHO DHF dibagi dalam 4 derajat yaitu (Nurarif & Kusuma 2015):
a. Derajat I yaitu demam disertai gejala klinik khas dan satu-satunya manifestasi
perdarahan dalam uji tourniquet positif, trombositopenia, himokonsentrasi.
b. Derajat II yaitu seperti derajat I, disertai dengan perdarahan spontan pada kulit
atau perdarahan di tempat lain.
c. Derajat III yaitu ditemukannya kegagalan sirkulasi, ditandai oleh nadi cepat
dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi
disertai dengan sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak
tampak gelisah.
d. Derajat IV yaitu syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak teratur.
E. Patofisiologi
Virus dengue yang pertama kali masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan
nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali member gejala DF. Pasien akan mengalami
gejala viremia, sakit kepala, mual, nyei otot, pegal seluruh badan, hyperemia
ditenggorokkan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin terjadi pasa RES seperti
pembesaran kelenjar getah bening, hati dan limfa. Reaksi yang berbeda Nampak bila
seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan. Berdasarkan
hal itu timbulah the secondary heterologous infection atau sequential infection of
hypothesis. Re- infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik antibody, sehingga
menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus antibody) yang
tinggi.
Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal
sebagai berikut:
1. Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen, yang berakibat
dilepasnya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a menyebabkan meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding
tersebut, suatu keadaan yang sangat berperan terjadinya renjatan.
2. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami metamorphosis.
Trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis akan dimusnahkan oleh
system retikuloendotelial dengan akibat trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada
keadaan agregasi, trombosit akan melepaskan vasokoaktif (histamine dan serotonin)
yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit factor
III yang merangsang koagulasi intravascular.
3. Terjadinya aktivasi factor hegamen (factor XII) dengan akibat kahir terjadinya
pembentukan plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin dan
penghancuran fibrin menjadi fibrinogen degradation product. Disamping itu aktivasi
akan merangsang system kinin yang berperan dalam proses meningginya
permeabilitas dindin pembuluh darah.
(PADILA, 2012)
F. Pathway
G. Pemeriksaan Penunjang
m. Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung
rambut sampai ujung kaki. Berdasarkan tingkatan atau (grade) Demam Berdarah
Dengue, keadaan fisik anak adalah sebgai berikut:
1) Grade I: kesadaran komposmentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital
dan nadi lemah.
2) Grade II: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, dan perdarahan
spontan petekie, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan
tidak teratur.
3) Grade III: kesadaran apatis, somnolent, keadaan umum lemah, nadi lemah,
kecil dan tidak teratur, serta tensi menurun.
4) Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tensi tidak
terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit
tampak biru.
n. Sistem integument
Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin,
dan lembab.
1) Kuku sianosis: tidak
2) Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III,
IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan
gusi dan nyeri telan.
Dx Perencanaan
No
Keperawatan SLKI SIKI Rasional
1. Hipertermia Termoregulasi Manajemen - Supaya tidak
D.0130 Hipertermia terjadi
L.14134
I.15506 penurunan
Setelah dilakukan tindakan suhu selalu
keperawatan 2x24 jam Observasi: monitoring
diharapkan suhu tubuh pasien
membaik. Dengan kriteria hasil: - Identifikasi suhu tubuh
penyebab agar tidak
Indikasi Awal Akhir hipertermia terjadi
- Monitor suhu tubuh
hipotermia atau
Suhu 3 5 - Monitor haluaran
urine hipertermia
tubuh
Suhu 4 5 -Agar tidak
Terapeutik
kulit terjadinya
Keterangan: - Sediakan
peningkatan
lingkungan yang
1: memburuk suhu sediakan
dingin
2: cukup memburuk - Longgarkan atau lingkungan
lepaskan pakaian yang sejuk agar
3: Sedang - Berikan cairan oral dapat sirkulasi
4: cukup membaik Kolaborasi tubuh yang
baik
5: membaik - Kolaborasi
pemberian cairan &
elektrolit intravena,
jika perlu
Regulasi Temperatur
I.14578
Observasi:
- Monitor suhu tubuh
anak tiap dua jam,
jika perlu
- Monitor warna dan
suhu kulit
2 Nyeri akut Tingkat Nyeri Manajemen nyeri Monitor
keluhan nyeri
D.0077 L.08066 I.08238 pasien untuk
Setelah dilakukan tindakan Observasi mengetahui
keperawatan 2x24 jam skala dan
diharapkan tingkat nyeri pasien - Identifikasi intensitas nyeri
menurun. Dengan kriteria hasil: lokasi,
karakteristik,
Indikasi Awal Akhir durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas
Kemampuan 4 5 nyeri
meningkatkan - Identifikasi skala
aktivitas nyeri
- Identifikasi factor
Keterangan:
yang
1: menurun memperberat dan
memperingan
2: cukup menurun nyeri
3: Sedang Teraupetik
4: cukup meningkat - Berikan teknik
5: meningkat nonfarmakologis
untuk mengurangi
Indikasi Awal Akhir rasa nyeri
- Kontrol
Keluhan 3 5 lingkungan yang
nyeri memperberat rasa
Meringis 4 5 nyeri
- Fasilitasi istirahat
Keterangan: dan tidur
1: meningkat Edukasi
2: cukup meningkat - Jelaskan strategi
3: Sedang meredakan nyeri
- Anjurkan monitor
4: cukup menurun nyeri secara
5: menurun mandiri
- Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
- Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
analgetic jika
perlu
3 Risiko Nafsu Makan Manajemen nutrisi Monitor
Defisit asupan makan
Nutrisi L.03024 I.03119 dan asupan
Setelah dilakukan tindakan Observasi nutrisi pasien
D.0032 agar masa
keperawatan 2x24 jam
diharapkan nafsu makan pasien - Identifikasi pemulihan
membaik. Dengan kriteria hasil: makanan yang cepat membaik
disukai
Indikasi Awal Akhir
- Monitor asupan
Keinginan 1 4 makan
makan
Asupan 1 4 Teraupetik
makanan - Lakuka oral
Asupan 1 4 hygiene sebelum
nutri makan, jika
perlu
Keterangan:
- Fasilitasi
1: menurun menentukan
2: cukup menurun pedoman diet
Amin Huda Nurarif & Kusuma, Hardhi. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC (Edisi Revisi). MediAction.