TINJAUAN PUSTAKA
8
9
7. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Wijayaningsih (2017) terdapat beberapa pemeriksaan
penunjang yaitu:
a. Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan darah lengkap meliputi pemeriksaan hemoglobin
hematokrit, trombosit. Peningkatan hematokrit pada penderita DHF
adalah indicator terjadinya perembesan plasma.
1) Pasien DHF mengalami Leukopenia pada hari kedua/ketiga.
2) Pasien DHF mengalami trombositopenia dan hemokonsentrasi.
3) Melakukan pemeriksaan kimia darah meliputi : Hipoproteinemia,
hiperkloremia, SGPT, SGOT, ureum dan Ph darah yang mungkin
meningkat.
b. Uji Serologi = Uji HI (Hemagglutination Inhibition Test)
Uji Serologi adalah tes darah yang dilakukan berdasarkan timbulnya
antibodi yakni, protein spesifik yang dibuat sebagai respon tubuh
pada penderita terhadap suatu infeksi. Test ini digunakan untuk
menentukan kadar antibodi / antigen berdasarkan manifestasi reaksi
antigen-antibodi.
Terdapat 3 kategori yaitu:
1) Reaksi primer adalah reaksi awal yang berpotensi menimbulkan
reaksi sekunder atau tersier. Visualisasi reaksi utama, yang tidak
terlihat dan terjadi sangat cepat, biasanya dilakukan dengan
fluoresen, radioaktif, atau penandaan antibodi atau antigen secara
enzimatik.
2) Reaksi sekunder adalah kelanjutan dari reaksi primer dengan
manifestasi yang terlihat secara in vitro seperti presipitasi,
flokulasi, serta aglutinasi.
3) Reaksi tersier adalah kelanjutan dari dari reaksi sekunder dengan
manifestasi klinis.
14
8. Penatalaksanaan
Ada beberapa masalah keperawatan pada pasien DHF yaitu
umumnya demam tinggi disertai menggigil. Maka dasar
penatalaksanaan dari masalah tersebut dengan memberikan kompres
hangat untuk menurunkan demam. Selain itu, penderita DHF
mengalami hipovolemia yang disebabkan oleh demam dikarenakan
perpindahan cairan intravaskuler ke cairan ekstravaskuler, maka
penatalaksanaannya adalah rehidrasi seperti memperbanyak asupan
cairan (Jannah, 2019).
Penatalaksanaan DHF di antara lain, sebagai berikut:
a. Penatalaksanaan DHF Tanpa Syok
Penatalaksanaan DHF menurut (WHO, 2016) yaitu:
Penatalaksanaan DHF disesuaikan berdasarkan klinis/derajat pada
penderita DHF. Derajat I-II menunjukan penderita DHF tanpa syok.
Sedangkan derajat III-IV menunjukkan penderita DHF disertai syok.
Penatalaksanaan penderita DHF di rumah sakit sebagai berikut:
1) Berikan memperbanyak asupan cairan oral seperti
memperbanyak minum air putih, jus buah, oralit, susu untuk
rehidrasi seperti: akibat kebocoran plasma, demam, muntah, dan
diare.
2) Berikan paracetamol jika anak demam. Jangan memberikan
asetosal / ibuprofen karena dapat memicu perdarahan.
3) Berikan cairan intravena sesuai dengan tingkat dehidrasi
a) Berikan cairan IV misalnya ringer laktat (RL), NaCL
b) Monitor tanda-tanda vital dan diuresis setiap jam, disertai
pemeriksaan laboratorium (hematokrit, trombosit, leukosit dan
hemoglobin setiap 6 jam).
c) Jika nilai hematokrit turun dan ada tanda perbaikan klinis,
kurangi jumlah cairan secara bertahap sampai kondisi pasien
stabil. Cairan IV biasanya hanya bertahan waktu 24 hingga 48
16
9. Komplikasi
Terdapat beberapa komplikasi bagi penderita DHF menurut (Jannah,
2019) antara lain :
a. Dehidrasi sedang-berat.
b. Intake nutrisi kurang dari kebutuhan.
c. Kejang, yang disebabkan karena terjadinya demam tinggi secara
terus menerus.
d. Perdarahan masif.
e. Dengue Syok Sindrom (DSS) sering terjadi pada anak-anak usia ≤
10 tahun.
Manifestasi klinis syok yaitu : penurunan tekanan darah 80 mm Hg
atau kurang, penurunan denyut nadi 20 mm Hg atau kurang, sianosis
pada bibir, kulit dingin dan basah pada jari, hidung, telinga, dan kaki,
lembah, dan oliguria. atau anuria (Pangaribuan, 2017).
Selain itu, komplikasi pemberian terlalu banyak cairan dapat
menyebabkan hiperglikemia, ketidakseimbangan elektrolit,
hipoglikemia, berkurangnya garam, dan kadar kalsium yang rendah.
(Pangaribuan, 2017).
2. Etiologi
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2018) penyebab dari ansietas
sebagai berikut:
a. Krisis situasional
b. Kebutuhan tidak terpenuhi
c. Krisis maturasional
d. Ancaman terhadap konsep diri
e. Ancaman terhadap kematian
f. Kekhawatiran mengalami kegagalan
g. Disfungsi sistem keluarga
h. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan
i. Faktor keturunan (temperamen, mudah teragitasi sejak lahir)
j. Penyalahgunaan zat
k. Terpapar bahaya lingkungan (misalnya toksin, polutan, dan lain-lain)
l. Kurang terpapar informasi.
3. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala ansietas menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2018)
sebagai berikut:
Tabel 2. 1
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
1. Merasa bingung 1. Tampak gelisah
2. Merasa khawatir dengan 2. Tampak tegang
akibat dari kondisi yang 3. Sulit tidur
dihadapi
3. Sulit berkonsentrasi
Tabel 2. 2
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif Objektif
1. Mengeluh pusing 1. Frekuensi nafas meningkat
2. Anoreksia 2. Frekuensi nadi meningkat
3. Palpitasi 3. Tekanan darah meningkat
4. Merasa tidak berdaya 4. Diaforesis
5. Tremor
6. Muka tampak pucat
19
7. Suara bergetar
8. Kontak mata buruk
9. Sering berkemih
10. Berorientasi pada masa lalu
4. Kondisi Klinis Terkait
a. Penyakit kronis progresif (misalnya kanker, penyakit autoimun)
b. Penyakit akut
c. Hospitalisasi
d. Rencana operasi
e. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas
f. Penyakit neurologis
g. Tahap tumbuh kembang (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).
5. Tingkat Ansietas
Menurut Peplau, dalam (Muyasaroh et al. 2020) terdapat 4 tingkat
kecemasan :
a. Ansietas Ringan
Ansietas ringan merupakan kecemasan relevan yang berkaitan
pada kehidupan sehari-hari yang menjadi motivasi belajar untuk
menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas. Manifestasinya seperti
peningkatan persepsi dan perhatian, kewaspadaan dan kesadaran
stimulus internal dan eksternal, pemecahan problem yang efektif,
dan masih mampu untuk belajar. Perubahan fisiologis ditandai
adanya kegelisahan, gangguan pola tidur, hipersensitif terhadap
suara, tanda vital serta pupil normal.
b. Ansietas Sedang
Ansietas sedang merupakan kecemasan yang memungkinkan
seseorang untuk fokus terhadap hal yang penting dan
mengesampingkan orang lain. Sehingga individu tersebut
mendapatkan perhatian yang selektif. Akan tetapi, bisa
melaksanakan suatu hal dengan lebih terarah. Terdapat respon
fisiologis meliputi : sesak nafas, tekanan darah dan nadi meningkat,
xerostomia, cemas, serta konstipasi. Sedangkan respon kognitif
20
2) Teknik Relaksasi
Teknik yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan serta
mengurangi stres psikologi.
Perawatan di rumah sakit adalah pengalaman baru yang melibatkan
lingkungan, orang, kebiasaan serta aktivitas baru. Selain itu, kondisi-
kondisi yang menyebabkan gangguan rasa aman nyaman, misalnya
nyeri, cidera, keterbatasan aktivitas, dan program terapi trauma,
dengan itu tindakan yang direkomendasikan untuk meminimalkan
dampak hospitalisasi pada anak yang diyakini paling efektif yakni
dengan terapi bermain.(Nikmatur Rohmah, 2018).
a. Definisi Bermain
Bermain yaitu kegiatan yang dilakukan anak secara
sukarela tanpa adanya tekanan dan tuntutan dari siapapun, dan
menggunakan seluruh panca inderanya yang dimiliki dengan
imajinasi (Siti Nur Hayati & Khamim Zarkasih Putro, 2021).
b. Tujuan Bermain
1) Untuk mendapatkan kesenangan, keriangan,dan kebahagiaan
2) Untuk mengembangkan perkembangan motorik dan kognitifnya
3) Meningkatkan kecepatan stimulasi perkembangan anak,
sehingga dapat intelegensi pada anak (Risdiani, 2012:114);
(Yulianti, 2012:8); (Asep Ardiyanto, 2017).
c. Fungsi Bermain
Kegiatan bermain memiliki fungsi antara lain :
1) Perkembangan Sensori Motorik
Aktivitas sensorik motorik berfungsi untuk mendorong
perkembangan otot serta berguna untuk melepaskan kelebihan
energi melalui stimulus taktil, auditorius, visual, dan kinestetik.
2) Perkembangan Intelektual
Terapi bermain dapat menjadikan anak bereksplorasi serta
manipulasi, seperti : anak mengenal benda-benda disekitarnya
(nama, warna, bentuk, ukuran, tekstur, dan fungsi benda- benda).
23
3) Sosialisasi
Sosialisasi merupakan hal yang penting pada anak sehingga
anak mampu berinteraksi dengan orang lain untuk membentuk
hubungan sosial.
4) Kreativitas
Terapi bermain menjadikan anak untuk bereksperimen dan
mencoba / menciptakan ide baru mereka dalam bermain
5) Kesadaran Diri
Terapi bermain dapat mengembangkan kemampuan anak untuk
mengatur tingkah laku dan mengenal kemampuan diri mereka
dengan membandingkan kepada orang lain. Sehingga anak dapat
mencoba peran yang berbeda, dan mengukur bakat mereka serta
belajar dampak perilaku yang dilakukannya terhadap orang lain.
6) Nilai Moral
Anak belajar mengenai nilai-nilai kebenaran / kesalahan dari
lingkungan sekitar terutama dari orang tuanya, sehingga anak
dapat menerapkan/ meniru nilai tersebut dan dapat diterima serta
dapat menyesuaikan diri di lingkungannya.
7) Manfaat Terapeutik
Terapi bermain dapat menjadikan anak menurunkan ketegangan
serta mengurangi stres psikologis akibat hospitalisasi (Adriana,
2013:52).
d. Manfaat Bermain
1) Sebagai cara untuk mendidik, memonitor serta mengevaluasi
tumbuh kembang anak
2) Sebagai instrumen terapi dan intervensi bagi anak berkebutuhan
khusus
3) Mengasah panca indera anak
4) Mengembangkan keterampilan yang dimiliki anak
(Tedjasaputra, 2001); (Fadillah, 2019); (Suminar, 2019).
24
e. Klasifikasi
Menurut Nikmatur Rohmah, 2018 terapi bermain
dilaksanakan harus berdasarkan kelompok usia, berikut dijelaskan
klasifikasinya:
Tabel 2.3
Terapi Bermain Berdasarkan Kelompok Usia
No Usia Visual Auditory Kinestetik
Taktil
1. 0-1 1) Tatap bayi dalam jarak 1) Berbicara 1) Dipeluk dan
Bulan dekat dengan bayi digendong
2) Gantung benda-benda 2) Menyanyi 2) Diayun
yang berwarna dengan suara 3) Diletakkan
menyolok 20-25 cm di lembut di kereta
atas muka bayi 3) Boks music gendong
3) Letakkan bayi pada 4) Mendengar
posisi yang tape/radio
memungkinkan bayi 5) Mendengar
memandang bebas ke suara dan
sekelilingnya melihat dari TV
2. 2-3 1) Beri obyek warna yang 1) Berbicara 1) Sentuh
Bulan terang dengan bayi waktu mandi
2) Tempatkan pada 2) Memberi 2) Ganti
ruangan yang terang mainan yang pakaian dan
dengan gambar-gambar berbunyi seprti menyisir
dan kaca di dinding lonceng atau rambut
3) Letakkan bayi supaya krincingan dengan
dapat memandang 3) Melibatkan lembut
sekitar anggota 3) Ajak bayi
keluarga lain jalan-jalan
untuk selalu dengan
berkomunikasi kereta
dengan bayi dorong
4) Berlatih
gerakan
seperti
berenang
25
i) Psikologi Ibu
Psikologi ibu dipengaruhi seperti kehamilan yang tidak
diinginkan, perlakuan salah / kekerasan psikologis pada ibu hamil
dan sebagainnya.
2) Faktor Persalinan
Komplikasi persalinan yang terjadi pada bayi meliputi trauma
kepala, asfiksia yang bisa menimbulkan kerusakan jaringan otak.
3) Faktor Pasca Persalinan
a) Gizi
Nutrisi pertumbuhan dan perkembangan bayi memerlukan
dukungan nutrisi yang adekuat.
b) Penyakit kronis atau kelainan kongenital, tuberculosis, anemia,
kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan
jasmani.
c) Lingkungan fisis dan kimia
Lingkungan merupakan Lingkungan adalah rumah anak, berperan
sebagai penyedia (provider) kebutuhan dasar anak. Lingkungan
yang berdampak negatif bagi anak, seperti lingkungan yang kotor,
kurangnya paparan sinar matahari, paparan radiasi, bahan kimia
tertentu (timbal, merkuri, rokok, dll).
d) Psikologis
Hubungan anak dengan orang tua dan lingkungannya berdampak
pada psikologis anak. Anak yang tidak diinginkan oleh orang
tuannya akan selalu merasakan tekanan yang akan menghambat
pertumbuhan dan perkembangannya.
e) Endokrin
Penyakit yang disebabkan oleh gangguan hormone seperti
penyakit hipotiroid bisa menyebabkan retardasi pertumbuhan
pada anak.
32
f)Sosio-ekonomi
Faktor ekonomi (kemiskinan) berhubungan dengan kurangnya
pangan. Hal yang dapat menghambat pertumbuhan anak adalah
kesehatan lingkungan yang buruk dan ketidaktahuan.
g) Lingkungan pengasuhan
Interaksi antara ibu dan anak sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak.
h) Stimulasi
Stimulasi yang adekuat diperlukan untuk perkembangan terutama
dalam keluarga, contohnya pemberian mainan, sosialisasi anak,
dan keterlibatan ibu serta anggota keluarga lainnya dalam
aktivitas anak.
i) Obat-Obatan
Obat-obatan yang menimbulkan pertumbuhan terhambat seperti
penggunaan kortikosteroid jangka panjang serta penggunaan obat
perangsang sistem saraf menimbulkan terhambatnya produksi
hormon pertumbuhan (Kemenkes, 2019).
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Pada Anak
DHF
a. Gizi
Menurut penelitian Devi Yanuar Permatasari dkk (2015) dan Lirin
Novitasari dkk (2018) dalam Melisa dkk (2019) bahwa hubungan status
gizi dengan kejadian DHF yaitu anak yang status gizinya kurang lebih
rentan untuk terkena infeksi virus dengue karena rendahnya imunitas
tubuh.
b. Jenis Kelamin
Menurut penelitian Devi Yanuar Permatasari dkk (2015) dalam Melisa
dkk (2019) bahwa Hormon glikoprotein mempengaruhi pertumbuhan
sel granulosit dan sel fagosit mononuklear sebagai respon imunologis,
sehingga perempuan berpeluang 3,333 kali lebih tinggi untuk tertular
DHF dibandingkan laki-laki.
33
3-12 bulan =
6-12 tahun =
2) Tinggi Badan
Tinggi rata-rata anak pada waktu lahir yaitu 50 cm, secara garis besar
tinggi badan pada anak dapat diperkirakan sebagai berikut:
a) Anak umur 1 tahun : 1,5 × tinggi badan saat lahir
b) Anak umur 4 tahun : 2 × tinggi badan saat lahir
c) Anak Umur 6 tahun : 1,5 × tinggi badan 1 tahun
d) Anak Umur 13 tahun : 3 × tinggi badan saat lahir
e) Anak Umur Dewasa : 2,5 × tinggi badan saat lahir (2× tinggi
badan 2 tahun)
3) Lingkar Kepala
a) Pada waktu lahir rata-rata lingkar kepala bayi : 34 cm
b) Anak umur 6 bulan : 44 cm
c) Anak umur 1 tahun : 47 cm
d) Anak umur 2 tahun : 49 cm
e) Dewasa : 54 cm
4) Lingkar Fontanel
Pada waktu lahir, bagian terlebar dari fontanel anterior yang
berbentuk berlian berukuran sekitar 4-5 cm, fontanel ini menutup
antara umur 12 hingga 18 bulan. Sedangkan bagian terlebar fontanel
posterior yang berbentuk segitiga sekitar 0,5-1 cm, fontanel ini
menutup pada umur 2 bulan.
36
5) Lingkar Dada
Lingkar dada normal yaitu 2 cm lebih kecil dari lingkar
kepala. Pengukuran dilakukan dengan mengukur lingkar dada sejajar
dengan putting.
b. Pengukuran Perkembangan Menggunakan Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP)
KPSP merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui
perkembangan normal / abnormalitas anak (terdapat penyimpangan /
mengejar ketertinggalan).
1) Alat KPSP
a) Formulir KPSP menurut umur
Formulir KPSP berisi 9-10 pertanyaan. Sasaran KPSP anak
berumur 0-72 bulan.
b) Skrining Kit
Alat bantu skrining KPSP meliputi : Pensil, kertas, bola seukuran
bola tenis, kerincingan, 6 kubus dengan tepi berukuran 2,5 cm ×
2,5 cm, kismis, kacang tanah, dan potongan biskuit kecil
berukuran 0,5–1 cm.
2) Cara menggunakan KPSP
a) Anak harus dibawa ke pemeriksaan skrining
b) Tentukan umur anak dengan menghitung tanggal, bulan dan tahun
lahir. Jika umur anak lebih 16 hari maka dibulatkan menjadi 1
bulan.
c) Menentukan KPSP anak sesuai umur yang sudah dihitung
d) KPSP terdiri dari 2 jenis pertanyaan yaitu pertanyaan yang harus
dijawab oleh ibu dan instruksi oleh petugas untuk melaksanakan
tugas yang dijelaskan dalam KPSP.
e) Menginformasikan kepada orang tua agar tidak ragu untuk
memberikan tanggapan. Jadi sebelum mengisi kuesioner
ibu/pengasuh memahami pertanyaanya.
f)Ajukan pertanyaan secara berurutan, satu persatu.
37
b) Radiologi
Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi adanya efusi
pleura pada paru kanan.
c) Uji Serologi Hemaglutinasi Inhibisi
Uji ini membutuhkan dua sampel darah, yaitu sampel
spesimen ke 1 diambil pada fase akut dan sampel ke 2 pada
fase kovalen (penyembuhan).
f. Terapi
1) Farmakologis berupa obat-obatan kolaborasi dengan dokter.
2) Non farmakologis (untuk ansietas) meliputi reduksi ansietas dan
teknik relaksasi
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosis Keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai
respons pasien, keluarga atau komunitas terhadap masalah kesehatan /
proses kehidupan aktual dan potensial yang dialami pasien, sebagai
dasar pemilihan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan sesuai dengan kewenangan perawat (Dian Hadinata &
Awaludin Jahid Abdillah, 2022).
Diagnosis keperawatan yang muncul pada pasien anak dengan
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) adalah ansietas berhubungan
dengan krisis situasional (dampak hospitalisasi). (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2018).
3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan yaitu suatu proses penyusunan berbagai
intervensi keperawatan yang penuh pertimbangan dan sistematis dan
mencakup pembuatan keputusan yang dibutuhkan untuk mencegah,
menurunkan, atau mengurangi masalah-masalah pasien (Dian Hadinata
& Awaludin Jahid Abdillah, 2022).
45
d. P (Planning)
Melaksanakan rencana ulang/ mengembangkan rencana jika masalah
ansietas belum teratasi (Tim Pokja SLKI DPP PPNI, 2018).