Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DHF (DENGUE HEMORAGIC FEVER)


DIRUANG IGD RSUD RA KARTINI JEPARA

Disusun Oleh :

Nama : Alfiyan hasna sabila

NIM : 82021040008

PROGRAM STUDY PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS


TAHUN 2021

LAPORAN PENDAHULUAN

DHF

(DENGUE HAEMORHAGIC FEVER)

A. PENGERTIAN
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang
disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty. Demam
dengue/DF dan demam berdarah dengue/DBD (dengue haemorhagicfever//DHF)
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi
klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disetai leucopenia, ruam,
limfadenopati, trombositopenia dan ditesis hemoragik (Suriadi, 2010).
Dengue Haemorhagic Fever adalah penyakit yang menyerang anak dan
orang dewasa yang disebabkan oleh virus dengan manifestasi berupa demam
akut, perdarahan, nyeri otot dan sendi. Dengue adalah suatu infeksi Arbovirus
(Artropod Born Virus) yang akut ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty atau oleh
AedesAlbopictus (Titik Lestari, 2016).
Dengue Hemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan oleh gigitan nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus.
Virus ini akan mengganggu kinerja darah kapiler dan sistem pembekuan darah,
sehingga mengakibatkan perdarahan-perdarahan. Penyakit ini banyak ditemukan
di daerah tropis, seperti Asia Tenggara, India, Brazil, Amerika, termasuk diseluruh
pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 m
diatas permukaan air laut. Demam berdarah dengue tidak menular melalui kontak
manusia dengan manusia. Virus dengue sebagai penyebab demam berdarah
hanya dapat ditularkan melalui nyamuk (Prasetyono, 2012).
Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue
haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan
gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa
ruam.
B. ETIOLOGI
Pada umumnya masyarakat kita mengetahui penyebab dari Dengue
Haemoragic Fever adalah melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Virus
Denguemempunyai 4 tipe, yaitu : DEN 1, DEN 2, DEN 3, dan DEN 4, yang
ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypti. Nyamuk ini biasanya hidup dikawasan
tropis dan berkembang biak pada sumber air yang tergenang. Keempatnya
ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 serotipe terbanyak. Infeksi salah satu
serotip akan menimbulkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe yang lain
sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai
terhadap serotipe yang lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis
dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe
virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di Indonesia (Sudoyo dkk. 2010).
Virus Dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap
inaktivitas oleh distiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 700C. Keempat tipe
tersebut telah ditemukan pula di Indonesia dengan tipe DEN 3 yang paling banyak
ditemukan (Prasetyono, 2012).
Adapun ciri-ciri nyamuk penyebar demam berdarah adalah :
1. Badan kecil,warna hitam dengan bintik-bintik putih
2. Hidup didalam dan sekitar rumah
3. Menggigit dan menghisap darah pada waktu siang hari
4. Senang hinggap pada pakaian yang bergantung didalam kamar
5. Bersarang dan bertelur digenangan air jernih didalam dan sekitar rumah
seperti bak mandi, tempayan vas bunga.
C. KLASIFIKASI
Derajat Dengue Haemorhagic Fever menurut WHO :
1. Derajat I :
Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket
positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.
2. Derajat II :
Seperti derajat I namun di sertai perdarahan spontan di kulitdan atau
perdarahan lain.
3. Derajat III :
Ditemukan kegagalan sirkulasi darah dengan adanya nadi cepat dan
lemah, tekanan darah menurun disertai kulit dingin, lembab dan gelisah.
4. Derajat IV :
Renjatan berat dengan nadi tidak teratur dan tekanan darah yang tidak
dapat diukur.
(Prasetyono, 2012)

D. TANDA DAN GEJALA


1. Demam tinggi selama 5 – 7 hari
2. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
3. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma.
4. Epistaksis, hematemisis, melena, hematuri.
5. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
6. Sakit kepala.
7. Pembengkakan sekitar mata.
8. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening.
9. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah
menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).
(Nurarif & Kusuma, 2015)

E. PATOFISIOLOGI
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan viremia.
Hal tersebut menyebabkan pengaktifan komplemen sehingga terjadi komplek imun
Antibodi–virus pengaktifan tersebut akan membetuk dan melepaskan zat (3a, C5a,
bradikinin, serotinin, trombin, Histamin), yang akan merangsang Hipotalamus
sehingga terjadi termoregulasi instabil yaitu hipertermia yang akan meningkatkan
reabsorbsi Na+ dan air sehingga terjadi hipovolemi. Hipovolemi juga dapat
disebabkan peningkatkan permeabilitas dinding pembuluh darah yang
menyebabkan kebocoran palsma.
Adanya komplek imun antibodi–virus juga menimbulkan Agregasi trombosit
sehingga terjadi gangguan fungsi trombosit, trombositopeni, coagulopati. Ketiga hal
tersebut menyebabkan perdarahan berlebihan yang jika berlanjut terjadi shock dan
jika shock tidak teratasi terjadi Hipoksia jaringan dan akhirnya terjadi Asidosis
metabolik. Asidosis metabolik juga disebabkan karena kebocoran plasma yang
akhirnya tejadi perlemahan sirkulasi sistemik sehingga perfusi jaringan menurun
jika tidak teratasi maka akan terjadi hipoksia jaringan .
Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari. Virus hanya dapat
hidup dalam sel yang hidup, sehingga harus bersaing dengan sel manusia
terutama dalam kebutuhan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada
daya tahan tubuh manusia.sebagai reaksi terhadap infeksi terjadi (1) aktivasi
sistem komplemen sehingga dikeluarkan zat anafilaktosin yang menyebabkan
peningkatan permiabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma dari ruang
intravaskular ke ekstravaskular, (2) agregasi trombosit menurun, apabila kelainan
ini berlanjut akan menyebabkan kelainan fungsi trombosit sebagai akibatnya akan
terjadi mobilisasi sel trombosit muda dari sumsum tulang dan (3) kerusakan sel
endotel pembuluh darah akan merangsang atau mengaktivasi faktor
pembekuan.Ketiga faktor tersebut akan menyebabkan (1) peningkatan
permiabilitas kapiler; (2) kelainan hemostasis, yang disebabkan oleh vaskulopati;
trombositopenia; dan kuagulopati.
Virus dengue yang telah masuk ke tubuh akan menimbulkan demam karena
proses infeksi. Hal tersebut akan merangsang hipotalamus sehingga terjadi
termoregulasi yang akan meningkatkan reabsorsi Na dan air sehingga terjadi
hipovolemi, selain itu juga terjadi kebocoran plasma karena terjadi peningkatan
permeabilitas membran yang juga mengakibatkan hipovolemi, syok dan jika tak
teratasi akan terjadi hipoksia jaringan yang dapat mengakibatkan kematian.
Selain itu kerusakan endotel juga dapat mengakibatkan trombositopenia yang
akan mengakibatkan perdarahan, dan jika virus masuk ke usus akan
mengakibatkan gastroenteritis sehingga terjadi mual dan muntah.
(Nurarif & Kusuma, 2015)
F. PATHWAY
Arbovirus (Aedes aegypti)

Beredar di aliran darah

Infeksi virus (viremia)

Mengaktivasi sistem komplemen

Membentuk dan melepaskan C3a dan C5a

Hypothalamus Hipertermi

Reabsorbsi Na+ +H2O

Resiko syok hipovolemik Permeabilitas kapiler resiko perdarahan

Terjadi renjatan dan hipotensi Trombositopenia

Kebocoran plasma trombosit dalam darah

Ke ekstravaskuler Perdarahan Gangguan volume cairan

Abdomen: asites Hb dalam darah


Kurang pengetahuan
Mual,muntah,anoreksia suplai O2

Perubahan nutrisi kurang dari Gangguan


Kebutuhan tubuh perfusi jaringan

(Nurarif & Kusuma, 2015)


F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah
 Pada kasus DHF yang dijadikan pemeriksaan penunjang yaitu
menggunakan darah atau disebut lab serial yang terdiri dari hemoglobin,
PCV, dan trombosit. Pemeriksaan menunjukkan adanya trombositopenia
(100.000 / ml atau kurang) dan hemotoksit sebanyak 20% atau lebih
dibandingkan dengan nilai hematoksit pada masa konvaselen.
 Hematokrit meningkat > 20 %, merupakan indikator akan timbulnya
renjatan. Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis pasti
pada DHF dengan dua kriteria tersebut ditambah terjadinya
trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji serologi
hemaglutnasi.
 Leukosit menurun pada hari kedua atau ketiga
 Hemoglobin meningkat lebih dari 20 %
 Protein rendah
 Natrium rendah (hiponatremi)
 SGOT/SGPT bisa meningkat
 Asidosis metabolic
 Eritrosit dalam tinja hampir sering ditemukan
2. Urine : kadar albumin urine positif (albuminuria). Sumsum tulang pada awal
sakit biasanya hiposeluler, kemudian menjadi hiperseluler pada hari ke 5
dengan gangguan maturasi dan pada hari ke 10 sudah kembali normal untuk
semua system.
3. Foto Thorax : pada pemeriksaan foto torax dapat ditemukan efusi pleura.
Umumnya posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur disisi kanan) lebih baik
dalam mendeteksi cairan dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.
4. USG : pemeriksaan USG biasanya lebih disukai dan dijadikan pertimbangan
karena tidak menggunakan sistem pengion (sinar X) dan dapat diperiksa
sekaligus berbagai organ pada abdomen. Adanya acites dan cairan pleura
pada pemeriksaan USG dapat digunakan sebagai alat menentukan diagnosa
penyakit yang mungkin muncul lebih berat misalnya dengan melihat ketebalan
dinding kandung empedu dan penebalan pankreas

(Brasier dkk, 2012)

A. PENATALAKSANAAN
1. Medis
 Demam tinggi, anoreksia dan sering muntah menyebabkan pasien
dehidrasi dan haus. Pasien diberi banyak minum yaitu 1,5 – 2 liter dalam
24 jam. Keadaan hiperpireksia diatasi dengan obat antipiretik. Jika terjadi
kejang diberikan antikonvulsan. Luminal diberikan dengan dosis : anak
umur < 12 bulan 50 mg IM, anak umur > 1tahun 75 mg. Jika kejang lebih
dari 15 menit belum berhenti luminal diberikan lagi dengan dosis 3
mg/kgBB. Infus diberikan pada pasien DHF tanpa renjatan apabila pasien
terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam
terjadinya dehidrasi dan hematokrit yang cenderung meningkat .
 Pasien mengalami syok segera segera dipasang infus sebagai pengganti
cairan hilang akibat kebocoran plasma. Cairan yang diberikan biasanya RL,
jika pemberian cairan tersebut tidak ada respon diberikan plasma atau
plasma ekspander banyaknya 20 – 30 mL/kg BB. Pada pasien dengan
renjatan berat pemberian infus harus diguyur. Apabila syok telah teratasi,
nadi sudah jelas teraba, amplitude nadi sudah cukup besar, maka tetesan
infus dikurangi menjadi 10 mL/kg BB/jam.
 Cairan
- Kristaloid
- Larutan Ringer Laktat (RL) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer Laktat
(D5/RL).
- Larutan Ringer Asetat (RA) atau Dextrose 5% dalam larutan Ringer Asetat
(D5/RA).
- Larutan Nacl 0,9% (Garal Faali + GF) atau Dextrose 5% dalam larutan
Faali (d5/GF).
2. Keperawatan
 Derajat I : pasien istirahat, observasi tanda-tanda vital setiap 3 jam, periksa
Ht, Hb dan trombosit tiap 4 jam sekali. Berikan minum 1,5 – 2 liter dalam 24
jam dan kompres hangat.
 Derajat II : segera dipasang infus, bila keadaan pasien sangat lemah sering
dipasang pada 2 tempat karena dalam keadaan renjatan walaupun klem
dibuka tetesan infus tetap tidak lancar maka jika 2 tempat akan membantu
memperlancar. Kadang-kadang 1 infus untuk memberikan plasma darah
dan yang lain cairan biasa.
 Derajat III dan IV
- Penggantian plasma yang keluar dan memberikan cairan elektrolit (RL)
dengan cara diguyur kecepatan 20 ml/kgBB/jam.
- Dibaringkan dengan posisi semi fowler dan diberikan O2.
- Pengawasan tanda – tanda vital dilakukan setiap 15 menit.
- Pemeriksaan Ht, Hb dan Trombosit dilakukan secara periodik.
- Bila pasien muntah bercampur darah perlu diukur untuk tindakan
secepatnya baik obat – obatan maupun darah yang diperlukan.
-
B. PENGKAJIAN (POLA FUNGSI KESEHATAN)
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, suku / bangsa,
agama, status perkawinan, tanggal masuk rumah sakit, nomor register dan
diagnosa medik.
b. Keluhan utama
Keluhan utama dhf biasanya adalah panas yang naik turun, mual
muntah, lemas.
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Pola-pola fungsi kesehatan (Gordon)
1) Pola nutrisi dan metabolisme
Menggambarkan informasi tentang riwayat klien mengenai konsumsi
makanan dan cairan, tipe intake makan dan minum sehari, penggunaan
suplemen, vitamin makanan.
2) Pola eliminasi
Menggambarkan informasi tentang riwayat klien mengenai pola BAB,
BAK, frekuensi karakter BAB terakhir, frekuensi BAK.
3) Pola tidur dan istirahat
Meliputiinformasi riwayat klien tentang frekuensi dan durasi periode
istirahat tidur, penggunaan obat tidur, kondisi lingkungan saat tidur,
masalah yang dirasakan saat tidur.
4) Pola aktifivas-latihan
Meliputi informasi riwayat klien tentang pola latihan, keseimbangan
energy, tipee dan keteraturan latihan, aktivitas yang dilakukan dirumah
atau tempat sakit
5) Pola kognitif-perseptual
Meliputi informasi riwayat klien tentang fungsi sensori, kenyamanan dan
nyeri, fungsi kognitif, status pendengaran, penglihatan, masalah dengan
pengecapdan pembau, sensasi perabaan.
6) Pola konsep diri-persepsi diri
Meliputi riwayat klien tentang peran dalam keluarga dan peran sosial,
kepuasan dan ketidakpuasan dengan peran.
7) Pola seksual reproduksi
Meliputi informasi tentang focus pasutri terhadap kepuasan atau
ketidakpuasan dengan seks, orientasi seksual.
8) Pola koping toleransi stress
Meliputi informasi riwayat klien tentang metode untuk mengatasi atau
koping terhadap stress.
9) Pola nilai kepercayaan
Meliputi informasi riwayat klien tentang nilai, tujuan, dan kepercayaan
berhubungan dengan pilihan membuat keputusan kepercayaan spiritual.
10) Pola persepsi kesehatan
Menggambarkan informasi mengenai status status kesehatan dan
pencegahan penyakit, keamanan/proteksi, tumbuh kembang, riwayat
sakit yang lalu, perubahan status kesehatan dalam kurun waktu tertentu.
a. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) Tingkat kesadaran
3) Kepala : bentuk kebersihan kulit kepala, dan warna rambut
4) Wajah
5) Mata : ada tidaknya konjungtivitis dan ikterik pada sclera
6) Telinga : ada tidaknya gangguan pendengaran, kebersihan,
kesimetrisan
7) Hidung : kebersihan, atau kelainan lain
8) Mulut : kebersihan, ada tidaknya caries, dan infeksi mulut lainnya
9) Leher : JVP meningkat atau tidak, ada tidaknya pergerakan yang
terganggu
10) Dada : kesimetrisan ekspansi dada normal, ada atau tidak ada nyeri
tekan
11) Paru-paru : ekspansi paru terlihat jelas
12) Abdomen : datar, simetris, tidak teraba massa, tidak terdapat nyeri saat
dipalpasi, tidak terdapat rasa mual maupun muntah
13) Genetalia : ada tidaknya kelainan pada daerah genitalia
14) Anus dan rectum : ada tidaknya kelainan seperti terdapat hemoroid
15) Ekstrimitas : kelengkapan ekstermitas atas dan bawah, ada tidaknya
oedema, akral, dan ada tidaknya penurunan fungsi pergerakan.

A. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Hipertermi b.d proses infeksi virus dengue.
2. Gangguan volume cairan b.d peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan,
muntah dan demam.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia
4. Resiko syok b.d hipovolemik
5. Gangguan perfusi jaringan perifer b.d perdarahan.
6. Defisiensi pengetahuan b.d kurang familier dengan sumber informasi

A. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa
No Tujuan dan KH Intervensi
Keperawatan
1. Hipertermi b.d Setelah dilakukan tindakan Perawatan hipertermia
proses infeksi selama 3x24 jam diharapkan 1. Monitor suhusetiap 4
virus dengue. suhu tubuh menurun dengan jam sekali
KH: 2. Monitor denyut
1. Suhu dalam rentang jantung, dan respirasi,
normal (36,5 - 37,5 C) jike dibutuhkan
2. HR klien dalam rentang 3. Anjurkan klien untuk
normal (Neonatus 120140 banyak minum ± 2,5
rpm) liter/24 jam
3. Tidak ada perubahan 4. Gantipakaianpasiende
warna kulit ngan pakaian tipis
4. RR dalam batas normal
(30-60 rpm) 5. Aplikasikan compress
hangat dengan handuk
di lipatan paha dan
ketiak
6. Kolaborasi dengan
tim medis lain untuk
pemberian obat
penurun panas
2. Gangguan volume Setelah dilakukan tindakan Manajemen cairan
cairan b.d selama 3x24 jam diharapkan 1. Kaji tanda-tanda vital
peningkatan gangguan volume cairan tubuh 2. Monitor tanda-tanda
permeabilitas dapat teratasi dengan meningkatnya
kapiler, Kriteria Hasil : kekurangan cairan
perdarahan, 1. volume cairan perlahan- 3. Observasi dan catat
muntah dan lahan teratasi intake dan output
demam. 2. Mukosa bibir kembali cairan
normal 4. Berikan hidrasi yanga
adekuat sesuai dengan
kebutuhan tubuh
5. Memonitor nilai
laboratorium :
elektrolit darah, BJ
urine, dan serum
albumin
6. Monitor dan catat
berat badan
7. Monitor tanda syok
hipovolemik
8. Kolaborasi dengan
tim medis pemberian
terapi parenteral/ infus
3. Nutrisi kurang Setelah dilakukan tindakan Manajemen nutrisi
dari kebutuhan selama 3x24 jam diharapkan 1. Kaji adanya alergi
tubuh b.d Gangguan pemenuhan nutrisi makanan
anoreksia dapat teratasi dengan 2. Monitor mual dan
KriteriaHasil : muntah
1. Adanya peningkatan berat 3. Monitor adanya
badan sesuai dengan penurunan berat bada
tujuan 4. Berikan informasi
2. Berat badan ideal sesuai tentang kebutuhan
dengan tinggi badan nutrisi
3. Mengidentifikasi 5. Yakinkan diet yang
kebutuhan nutrisi dimakan mengandung
4. Tidak ada tanda-tanda mal tinggi serat untuk
nutrisi mencegah konstipasi
5. Tidak terjadi penurunan 6. Kolaborasi dengan
BB yang berarti ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan
pasien
4. Resiko syok b.d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan syok
hipovolemik selama 3x24 jam diharapkan 1. Monitor keadaan
tidak terjadi syok hipovolemik umum kilen
denan Kriteria Hasil : 2. Observasi tanda-tanda
1. Tanda-tanda vital dalam vital
batas normal. 3. Monitor tanda-tanda
2. Keadaan umum baik. perdarahan
3. Syok hipovolemik tidak 4. Anjurkan
terjadi. keluarga/klien untuk
segera melapor jika
ada tanda-tanda
perdarahan
5. Segera puasakan jika
terjadi perdarahan
saluran pencernaan
6. Perhatikan keluhan
klien seperti pusing,
lemah, ekstremitas
dingin, sesak nafas
7. Kolaborasi dengan
tim medis dalam
pemberian therapi
cairan intra vena dan
pemberian trasfusi
jika terjadi perdarahan
8. Cek Hb, Ht,
Trombosit
5. Gangguan perfusi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji dan catat tanda-
jaringan perifer selama 3x24 jam diharapkan tanda vital
b.d perdarahan. anak menunjukkan tanda-tanda 2. Kaji dan catat sirkulasi
perfusi jaringan perifer yang pada ekstrimitas
adekuat. 3. Nilai kemungkinan
Kriteria Hasil : kematian jaringan pada
1. Suhu ekstrimitas hangat, ekstrimitas seperti
tidak lembab, warna dingin, nyeri,
merah muda pembengkakan, kaki.
2. Ekstrimitas tidak nyeri,
tidak ada pembengkakan.
3. CRT kembali dalam 1
detik
6. Defisiensi Setelah dilakukan tindakan Pengajaran: proses
pengetahuan b.d selama 3x24 jam diharapkan penyakit
kurang familier pengetahuan keluarga 1. Kaji tingkat
dengan sumber bertambah. pengetahuankeluarga
informasi Kriteria Hasil : tentang penyakit DHF
1. Klien dan keluarga 2. Jelaskan tentang proses
menyatakan pemahaman penyakit,diit, perawatan,
tentang penyakit, obat-obatan pada
kondisi prognosis dan keluarga dengan bahasa
pengobatan yang mudah dimengerti
2. Mampu melaksanakan 3. Berikan kesempatan
yang dijelaskan secara pada keluarga untuk
benar bertanya sesuai dengan
penyakit yang dialami
4. Gunakan leaflet atau
gambar-gambar dalam
bentuk penjelasan
DAFTAR PUSTAKA

Brasier. A.R., Ju. H., Garcia. J., Spratt. H. M., Forshey. B. M., Helsey. E. S.
(2012). A Three-Component Biomarker Panel For Prediction Of Dengue
Hemorraghic Fever.Am. J. Trop. Med. Hyg. 86(2): 341-348
Lestari,Titik. (2016).Asuhan keperawatan anak. Yogyakarta : Nuha Medika.
Nurarif & Kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis NANDA (NIC-NOC). Jogjakarta: Mediaction
Prasetyono. (2012). Buku Pintar ASI Eksklusif. Yogya : Diva Press.
Suriadi, Yuliani, Rita. (2010). Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta :
CV. Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai