Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)

Keperawatan Anak

Oleh :

Arief Junaidi Setiawan

202303069

ITEKES CENDEKIA UTAMA KUDUS


PROGRAM STUDI NERS
2023
LAPORAN PENDAHULUAN

A. DENGUE HEMORRHAGIC FEVER (DHF)


1. Pengertian
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita
melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina) (Christantie Effendy, 2018).
Dengue Haemoragic Fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan
orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam
atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh
penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegepty betina (Seoparman , 2019).
HF (Dengue Haemoragic Fever) berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis
dibagi menjadi 4 derajat (Menurut WHO, 2020):
1) Derajat I
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, uji tourniquet,
trombositopenia dan hemokonsentrasi.
2) Derajat II
Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
3) Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah
(hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini
renjatan).
4) Dejara IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
2. Etiologi
Menurut Effendy, (2018) Penyebab utama : – virus dengue tergolong albovirus
Vektor utama :
 Aedes aegypti.
 Aedes albopictus.

Adanya vektor tesebut berhubungan dengan :


1. kebiasaan masyarakat menampung air bersih untuk keperlauan sehari hari.
2. Sanitasi lingkungan yang kurang baik.
3. Penyediaan air bersih yang langka.
Daerah yang terjangkit DHF adalah wilayah padat penduduk karena.
1. Antar rumah jaraknya berdekatan yang memungkinkan penularan karena jarak
terbang aedes aegypti 40-100 m.
2. Aedes aegypti betina mempunyai kebiasaan menggigit berulang (multiple biters) yaitu
menggigit beberapa orang secara bergantian dalam waktu singkat.

3. Patofisiologi
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan
kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus antibodi, dalam
sirkulasi akan mengakt,ivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C 3 dan C5 akan dilepas
C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma mealui endotel dinding itu.
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat, teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan
diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik.
Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan kematian (Arief Mansjoer
&Suprohaita; 2020).
4. Patwhay

Resiko perdarahan
(trombositopenia)

Defisit Nutrisi
Kurang
(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2020).
5. Tanda dan Gejala
Gambaran klinis DHF Menurut , Soeparman, (2019) seringkali mirip dengan beberapa
penyakit lain seperti :
1) Demam chiku nguya.
Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas 40 0C
disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot.
2) Demam tyfoid
Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya
leukopenia, limfositosis relatif.
3) Anemia aplastik
Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam timbul
karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia.
4) Purpura trombositopenia idiopati (ITP)
Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak
terjadi hemokonsentrasi.
 Meningkatnya suhu tubuh  Nafsu makan menurun
 Nyeri pada otot seluruh tubuh
 Muntah
 Nyeri kepala menyeluruh atau
berpusat pada supra orbita,  Ptekie
retroorbita
 Ekimosis
 Suara serak
 Perdarahan gusi
 Batuk
 Muntah darah
 Epistaksis
 Hematuria masif
 Disuria
 Melena

6. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat
dan meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nilai hematokrit
pada masa konvalesen (Soeparman, 2019)
Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya trombositopenia dan
hemokonsentrasi tersebut sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DHF dengan tepat.
Juga dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik terendah
pada saat peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena berkurangnyam
limfosit pada saat peningkatan suhu pertama kali.
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan penderita dengan DHF Menurut , Soeparman, (2019) adalah sebagai
berikut :
1. Tirah baring atau istirahat baring.
2. Diet makan lunak.
3. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri
penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan
yang paling sering digunakan.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien
memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
1. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
2. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda
vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
3. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.
Pencegahan
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat
sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara
spontan.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah,
rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN (Menurut Ngastiyah, 2020)
a. Biodata / Identitas
DHF dapat menyerang dewasa atau anak-anak terutama anak berumur < 15
tahun. Endemik didaerah Asia tropik.
b. Keluhan Utama
Panas / demam.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan tanda-tanda
lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dan lembab.
Demam disertai lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan,
punggung, sendi, kepala dan perut, nyeri ulu hati, konstipasi atau diare.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa berulang DHF lagi,
Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit yang pernah diderita
dahulu.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit DHF bisa dibawa oleh nyamuk jadi jika dalam satu keluarga ada yang
menderita penyakit ini kemungkinan tertular itu besar.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah lingkungan yang
kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan air, vas and ban bekas.
g. Riwayat Tumbuh Kembang Anak
Sesuai dengan tumbuh kembang klien.
h. ADL
1. Nutrisi: Dapat menjadi mual, muntah, anoreksia.
2. Aktifitas: Lebih banyak berdiam di rumah selama musim hujan dapat terjadi nyeri
otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh, menurunnya aktifitas bermain.
3. Istirahat tidur: Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan nyeri.
4. Eliminasi alvi: Dapat terjadi diare/ konstipasi, melena.
5. Personal hygiene : Pegal-pegal pada seluruh tubuh saat panas
dapat meningkatkan ketergantungan kebutuhan perawatan diri.
i. Pemeriksaan
1. Keadaan umum : Suhu tubuh tinggi (39,4 – 41,1 0C), menggigit hipotensi,nadi cepat
dan lemah.
2. Kulit : tampak bintik merah (petekil), hematom, ekimosit.
3. Kepala : mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor (kadang).
4. Dada : nyeri tekan epigastrik, nafas cepat dan sering berat.
5. Abdomen : pada palpasi teraba pembesaran hati dan limfe pada keadaan
dehidrasi turgor kulit menurun.
6. Anus dan genetalia : dapat terganggu karena diare/ konstipasi.
7. Ekstrimitas atas dan bawah : ekstrimitas dingin, sianosis.
j. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
1. Hb dan PCV meningkat (≥20%).
2. Trombositopenia (≤100.000/ml).
3. Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
4. Ig.D.dengue positif.
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan: hipoprotinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia.
6. Urium dan PH darah mungkin meningkat.
7. Asidosis metabolik: pCO <35-40 mmHg HCO rendah.
8. SGOT/SGPT memungkinkan meningkat.
2. DIAGNOSA, LUARAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Hipertermia berhubungan dengan infeksi dibuktikan dengan suhu tubuh 38°C
(D.0130)
Luaran : termoregulasi membaik (L.14134)
1. Menggigil menurun
2. Suhu tubuh membaik
3. Suhu kulit membaik
Intervensi : manajemen hipertermia (I.15506)
Observasi
 Identifikasi penyebab hipertermia (mis: dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
penggunaan inkubator)
 Monitor suhu tubuh
 Monitor kadar elektrolit
 Monitor haluaran urin
 Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
 Sediakan lingkungan yang dingin
 Longgarkan atau lepaskan pakaian
 Basahi dan kipasi permukaan tubuh
 Berikan cairan oral
 Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis (keringat
berlebih)
 Lakukan pendinginan eksternal (mis: selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
2) Risiko perdarahan berhubungan dengan Gangguan koagulasi (misalnya
trombositopenia) (D.0012)
Luaran : tingkat perdarahan menurun (L.02017)
1. Membran mukosa lembab meningkat
2. Kelembaban kulit meningkat
3. Hemoptisis menurun
4. Hematemesis menurun
5. Hematuria menurun
6. Hemoglobin membaik
7. Hematokrit membaik
Intervensi : Pencegahan Perdarahan (I.02067)
Observasi
 Monitor tanda dan gejala perdarahan
 Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah
 Monitor tanda-tanda vital ortostatik
 Monitor koagulasi (mis: prothrombin time (PT), partial thromboplastin time (PTT),
fibrinogen, degradasi fibrin dan/atau platelet)
Terapeutik
 Pertahankan bed rest selama perdarahan
 Batasi tindakan invasive, jika perlu
 Gunakan kasur pencegah decubitus
 Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
 Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi
 Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
 Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
 Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
 Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
 Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan dibuktikan
dengan berat badan menurun 10% dari berat badan ideal (D.0019)
Lauran : nutrisi membaik (L.03030)
1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat
2. Berat badan membaik
3. Indeks massa tubuh (IMT) membaik
Intervensi : Manajemen Nutrisi (I.03119)
Observasi
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis: piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
 Ajarkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis: Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Effendy, Christantie, (2018), Perawatan Pasien DHF, EGC ; Jakarta.

Mansjoer, Arief. 2020. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Media Aesculapius FKUI.
Jakarta.

Ngastiyah, 2020, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Soeparman, (2020), Demam Berdarah Pada Anak, UI ; Jakarta.

Soeparman, (2016), Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, FKUI ; Jakarta.

Suriadi, Yuliana R, 2019, Asuhan Keperawatan pada Anak, Edisi III,

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik,


Edisi 1 Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Anda mungkin juga menyukai