Keperawatan Anak
Oleh :
202303069
3. Patofisiologi
Virus dengue akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan
kemudian bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah komplek virus antibodi, dalam
sirkulasi akan mengakt,ivasi sistem komplemen. Akibat aktivasi C 3 dan C5 akan dilepas
C3a dan C5a, dua peptida yang berdaya untuk melepaskan histamin dan merupakan
mediator kuat sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan
menghilangkan plasma mealui endotel dinding itu.
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagalasi (protambin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat, teutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma, terjadinya hipotensi, trombositopenia dan
diatesis hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel
dinding pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma klien mengalami hypovolemik.
Apabila tidak diatasi bisa terjadi anoksia jangan asidosis dan kematian (Arief Mansjoer
&Suprohaita; 2020).
4. Patwhay
Resiko perdarahan
(trombositopenia)
Defisit Nutrisi
Kurang
(Arief Mansjoer &Suprohaita; 2020).
5. Tanda dan Gejala
Gambaran klinis DHF Menurut , Soeparman, (2019) seringkali mirip dengan beberapa
penyakit lain seperti :
1) Demam chiku nguya.
Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas 40 0C
disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot.
2) Demam tyfoid
Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya
leukopenia, limfositosis relatif.
3) Anemia aplastik
Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam timbul
karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia.
4) Purpura trombositopenia idiopati (ITP)
Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak
terjadi hemokonsentrasi.
Meningkatnya suhu tubuh Nafsu makan menurun
Nyeri pada otot seluruh tubuh
Muntah
Nyeri kepala menyeluruh atau
berpusat pada supra orbita, Ptekie
retroorbita
Ekimosis
Suara serak
Perdarahan gusi
Batuk
Muntah darah
Epistaksis
Hematuria masif
Disuria
Melena
6. Pemeriksaan Diagnostik
Laboratorium
Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat
dan meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nilai hematokrit
pada masa konvalesen (Soeparman, 2019)
Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya trombositopenia dan
hemokonsentrasi tersebut sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DHF dengan tepat.
Juga dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik terendah
pada saat peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena berkurangnyam
limfosit pada saat peningkatan suhu pertama kali.
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan penderita dengan DHF Menurut , Soeparman, (2019) adalah sebagai
berikut :
1. Tirah baring atau istirahat baring.
2. Diet makan lunak.
3. Minum banyak (2 – 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri
penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan
yang paling sering digunakan.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien
memburuk, observasi ketat tiap jam.
6. Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari.
7. Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen.
Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut.
1. Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder.
2. Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda
vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk.
3. Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam.
Pencegahan
Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut :
1. Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan
melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF.
2. Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat
sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara
spontan.
3. Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah,
rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya.
4. Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN (Menurut Ngastiyah, 2020)
a. Biodata / Identitas
DHF dapat menyerang dewasa atau anak-anak terutama anak berumur < 15
tahun. Endemik didaerah Asia tropik.
b. Keluhan Utama
Panas / demam.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Demam mendadak selama 2-7 hari dan kemudian demam turun dengan tanda-tanda
lemah, ujung-ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dan lembab.
Demam disertai lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan,
punggung, sendi, kepala dan perut, nyeri ulu hati, konstipasi atau diare.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Ada kemungkinan anak yang telah terjangkau penyakit DHF bisa berulang DHF lagi,
Tetapi penyakit ini tidak ada hubungannya dengan penyakit yang pernah diderita
dahulu.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Penyakit DHF bisa dibawa oleh nyamuk jadi jika dalam satu keluarga ada yang
menderita penyakit ini kemungkinan tertular itu besar.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Daerah atau tempat yang sering dijadikan tempat nyamuk ini adalah lingkungan yang
kurang pencahayaan dan sinar matahari, banyak genangan air, vas and ban bekas.
g. Riwayat Tumbuh Kembang Anak
Sesuai dengan tumbuh kembang klien.
h. ADL
1. Nutrisi: Dapat menjadi mual, muntah, anoreksia.
2. Aktifitas: Lebih banyak berdiam di rumah selama musim hujan dapat terjadi nyeri
otot dan sendi, pegal-pegal pada seluruh tubuh, menurunnya aktifitas bermain.
3. Istirahat tidur: Dapat terganggu karena panas, sakit kepala dan nyeri.
4. Eliminasi alvi: Dapat terjadi diare/ konstipasi, melena.
5. Personal hygiene : Pegal-pegal pada seluruh tubuh saat panas
dapat meningkatkan ketergantungan kebutuhan perawatan diri.
i. Pemeriksaan
1. Keadaan umum : Suhu tubuh tinggi (39,4 – 41,1 0C), menggigit hipotensi,nadi cepat
dan lemah.
2. Kulit : tampak bintik merah (petekil), hematom, ekimosit.
3. Kepala : mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor (kadang).
4. Dada : nyeri tekan epigastrik, nafas cepat dan sering berat.
5. Abdomen : pada palpasi teraba pembesaran hati dan limfe pada keadaan
dehidrasi turgor kulit menurun.
6. Anus dan genetalia : dapat terganggu karena diare/ konstipasi.
7. Ekstrimitas atas dan bawah : ekstrimitas dingin, sianosis.
j. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai:
1. Hb dan PCV meningkat (≥20%).
2. Trombositopenia (≤100.000/ml).
3. Leukopenia (mungkin normal atau leukositosis).
4. Ig.D.dengue positif.
5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukan: hipoprotinemia, hipokloremia, dan
hiponatremia.
6. Urium dan PH darah mungkin meningkat.
7. Asidosis metabolik: pCO <35-40 mmHg HCO rendah.
8. SGOT/SGPT memungkinkan meningkat.
2. DIAGNOSA, LUARAN DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1) Hipertermia berhubungan dengan infeksi dibuktikan dengan suhu tubuh 38°C
(D.0130)
Luaran : termoregulasi membaik (L.14134)
1. Menggigil menurun
2. Suhu tubuh membaik
3. Suhu kulit membaik
Intervensi : manajemen hipertermia (I.15506)
Observasi
Identifikasi penyebab hipertermia (mis: dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
penggunaan inkubator)
Monitor suhu tubuh
Monitor kadar elektrolit
Monitor haluaran urin
Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
Sediakan lingkungan yang dingin
Longgarkan atau lepaskan pakaian
Basahi dan kipasi permukaan tubuh
Berikan cairan oral
Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis (keringat
berlebih)
Lakukan pendinginan eksternal (mis: selimut hipotermia atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)
Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
2) Risiko perdarahan berhubungan dengan Gangguan koagulasi (misalnya
trombositopenia) (D.0012)
Luaran : tingkat perdarahan menurun (L.02017)
1. Membran mukosa lembab meningkat
2. Kelembaban kulit meningkat
3. Hemoptisis menurun
4. Hematemesis menurun
5. Hematuria menurun
6. Hemoglobin membaik
7. Hematokrit membaik
Intervensi : Pencegahan Perdarahan (I.02067)
Observasi
Monitor tanda dan gejala perdarahan
Monitor nilai hematokrit/hemoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah
Monitor tanda-tanda vital ortostatik
Monitor koagulasi (mis: prothrombin time (PT), partial thromboplastin time (PTT),
fibrinogen, degradasi fibrin dan/atau platelet)
Terapeutik
Pertahankan bed rest selama perdarahan
Batasi tindakan invasive, jika perlu
Gunakan kasur pencegah decubitus
Hindari pengukuran suhu rektal
Edukasi
Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
Anjurkan menggunakan kaus kaki saat ambulasi
Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi
Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan vitamin K
Anjurkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan, jika perlu
Kolaborasi pemberian produk darah, jika perlu
Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perlu
3) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan dibuktikan
dengan berat badan menurun 10% dari berat badan ideal (D.0019)
Lauran : nutrisi membaik (L.03030)
1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat
2. Berat badan membaik
3. Indeks massa tubuh (IMT) membaik
Intervensi : Manajemen Nutrisi (I.03119)
Observasi
Identifikasi status nutrisi
Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Identifikasi makanan yang disukai
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
Monitor asupan makanan
Monitor berat badan
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis: piramida makanan)
Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastik jika asupan oral dapat
ditoleransi
Edukasi
Ajarkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis: Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang
dibutuhkan, jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arief. 2020. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II, Media Aesculapius FKUI.
Jakarta.
Ngastiyah, 2020, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC: Jakarta.
Soeparman, (2016), Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, FKUI ; Jakarta.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: PPNI.