Anda di halaman 1dari 9

Laporan Pendahuluan

DHF ( Dengue haemorhagic fever )

DISUSUN OLEH:
Muhammad Sabilur Rosyad
202001100

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BINA SEHAT PPNI

KAB. MOJOKERTO

TAHUN AJARAN

2022/2023
A.      Definisi
Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang
dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa
ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui
gigitan nyamuk aedes aegypty (betina)(Resti, 2019)
DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain
yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara
efidemik. (PADILA, 2018)

B.       Etiologi
Virus dongue serotype 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vector nyamuk aedes aegypti.
Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain merupakan vector yang
kurang berperan. Infeksi dengan salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup
terhadap serotype bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype lain.
(Smeltzer & Suzanne, 2018)

C.      Klasifikasi
Klasifikasi DHF berdasarkan kriteria menurut WHO yaitu :
1.      Derajat I ( ringan )
Demam mendadak dan sampai 7 hari di sertai dengan adanya gejala yang tidak khas dan uji
turniquet (+).
2.      Derajat II ( sedang )
Lebih berat dari derajat I oleh karena di temukan pendarahan spontan pada kulit misal di
temukan adanya petekie, ekimosis,  pendarahan,
3.      Derajat III ( berat )
Adanya gagal sirkulasi di tandai dengan laju cepat lembut kulit dngin gelisah tensi menurun
manifestasi pendarahan lebih berat( epistaksis, melena)
4.      Derajat IV ( DIC )
Gagal sirkulasi yang berat pasien mengalami syok berat tensi nadi tak teraba.
(Smeltzer & Suzanne, 2018)

D.      Patofisiologi
Virus dongue yang pertama kali masuk kedalam tubuh manusia melalui gigitan nyamuk aedes
dan menginfeksi pertama kali member gejala DF. Pasien akan mengalami gejala viremia, sakit
kepala, mual, nyei otot, pegal seluruh badan, hyperemia ditenggorokkan, timbulnya ruam dan
kelainan yang mungkin terjadi pasa RES seperti pembesaran kelenjar getah bening, hati dan
limfa. Reaksi yang berbeda Nampak bila seseorang mendapatkan infeksi berulang dengan tipe
virus yang berlainan. Berdasarkan hal itu timbullah the secondary heterologous infection atau
sequential infection of hypothesis. Re- infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik
antibody, sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks virus
antibody) yang tinggi.
Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah mengakibatkan hal sebagai berikut:

1. Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen, yang berakibat


dilepasnya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a menyebabkan meningginya permeabilitas
dinding pembuluh darah dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut,
suatu keadaan yang sangat berperan terjadinya renjatan.

2. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami


metamorphosis. Trombosit yang mengalami kerusakan metamorphosis akan dimusnahkan
oleh system retikuloendotelial dengan akibat trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada
keadaan agregasi, trombosit akan melepaskan vasokoaktif (histamine dan serotonin) yang
bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan melepaskan trombosit factor III yang
merangsang koagulasi intravascular.

3.   Terjadinya aktivasi factor hegamen (factor XII) dengan akibat kahir terjadinya
pembentukan plasmin yang berperan dalam pembentukan anafilatoksin dan penghancuran
fibrin menjadi fibrinogen degradation product. Disamping itu aktivasi akan merangsang
system kinin yang berperan dalam proses meningginya permeabilitas dindin pembuluh
darah. (PADILA, 2018)

E.       Manifestasi klinis
Diagnose penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan criteria diagnosa klinis dan laboratories.
Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD dengan diagnose klinis dan laboratories:
a.       Diagnose klinis
           Demam tinggi 2 sampai 7 hari (38-40̊ C)
           Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji tourniquet positif, petekie (bintik merah pada kulit),
purpura (perdarahan kecil di dalam kulit), ekimosis, perdarahan konjungtiva (perdarahan pada
mata), epitaksis (perdarahan hidung), perdarahan gusi, hematemesis (muntah darah), melena
(BAB darah) dan hematusi (adanya darah dalam urin).
           Perdarahan pada hidung
           Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya
pembuluh darah
           Pembesaran hati (hepatomegali)
           Rejan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20mmHg atau kurang, tekanan sistolik sampai
80mmHg atau lebih rendah
           Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya nafsu makan), lemah,
mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.
b.      Diagnose laboratories
           Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan trombosit hingga
100.000/mmHg
        Hemokonsentrasi, meningkatnya hemotokrit sebanyak 20% atau lebih
F.       Pemeriksaan diagnostic
a.      Darah lengakap
           Leukpenia pada hari ke 2-3
           Trombositopenia dan hemokonsentrasi
           Masa pembekuan normal
           Masa pedarahan memanjang
           Penurunan factor II, V, VII, IX, dan XII
b.      Kimia darah
           Hipoproteinemia, hiponatriam, hipodorumia
           SGOT/SGPT meningkat
           Umum meningkat
           pH darah meningkat
c.       Urinalis
Mungkin ditemukan albuminuria ringan
d.      Uji sum-sum tulang
Pada awal sakit biasanya hipaseluler kemudian menjadi hiperseluler
 

G.      Penatalaksanaan
1. Tirah baring
2. Pemberian makanan lunak .
3. Pemberian cairan melalui infus.
Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan
cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter ,
K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3
mEq/liter.
4. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik,
5. Anti konvulsi jika terjadi kejang
6. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).
7. Monitor adanya tanda-tanda renjatan
8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut
9.      Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari

H.      Komplikasi
Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :
a.              Perdarahan luas.
Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan
dapat berupa uji tocniquet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena,
petekia dan purpura.
Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga
menyebabkan haematemesis. Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut
yang hebat.
b.             Shock atau renjatan Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita,
dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung,
jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka
biasanya menunjukan prognosis yang buruk.
c.              Effuse pleura
d.             Penurunan kesadaran.

I.         Asuhan Keperawatan
1.             Pengkajian
a.       Identitas
Umur, jenis kelamin, tempat tinggal bisa menjadi indicator terjadinya DHF
b.      Riwayat kesehatan
           Keluhan utama
Panas
           Riwayat kesehatan sekarang
Panas tinggi, nyeri otot, dan pegal, ruam, malaise, muntah, mual, sakit kepala, sakit pada saat
menelan, lemah, nyeri pada efigastrik, penurunan nafsu makan,perdarahan spontan.
           Riwayat kesehatan dahulu
Pernah menderita yang sama atau tidak
           Riwayat kesehatan keluarga
Adanya anggota keluarga yang pernah menderita penyakit yang sama dan adanya penyakit
herediter (keturunan).
c.       Aktivitas
           Aktivitas/istirahat
Gejala : kelemahan, malaise Gangguan pola tidur
           Sirkulasi
Tanda : perasaan dingin meskipun pada ruangan hangat Tekanan darah normal/sedikit di bawah
jangkauan normal. Denyut perifer kuat, cepat (perifer hiperdinamik); lemah/lembut/mudah
hilang, takikardia ekstrem (syok), nadi lemah Suara jantung : disritmia dan perkembangan S3
mengakibatkan disfungsi miokard, efek dari asidosis/ketidak seimbangan elektrolit. Kulit teraba
dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan kaki
           Integritas ego
Tanda : gelisah
           Eliminasi
Gejala : diare
           Makanan/cairan
Gejala : anoreksia, haus, sakit saat menelan Mual,muntah Perubahan berat badan akhir-akhir
(meningkat/turun)
Tanda : penurunan berat badan, penurunan massa otot (malnutrisi) Kelemahan, tonus otot dan
turgor kulit buruk Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut
           Hygiene
Tanda : ketidakmapuan mempertahankan perawatan diri Bau badan Lidah kotor
           Nyeri/kenyamanan
Gejala : Sakit kepala Nyeri tekan epigastrik Nyeri pada anggota badan, punggung, sendi
           Perdarahan
Tanda : perdarahan di bawah kulit (petekie), perdarahan gusi, epistaksis sampai perdarahan yang
hebat berpa muntah darah akibat perdarahan lambung, melena, hematuria
d.      Pemeriksaan fisik
           System pernapasan
Sesak, epistaksia, napas dangkal, pergerakan dinding dada, perkusi, auskultasi
           System cardivaskular
  Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni.
  Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat (tachycardia), penurunan tekanan darah
(hipotensi), cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari.
  Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur.
           System neurologi
Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian. Pada grade III pasien gelisah dan terjadi
penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat terjadi DSS
           System perkemihan
Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri saat
kencing, kencing berwarna merah
           System pencernaan
Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik,
pembesarn limpa, pembesaran pada hati (hepatomegali) disertai dengan nyeri tekan tanpa diserta
dengan ikterus, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan,
dapat muntah darah (hematemesis), berak darah (melena).
           System integument
Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering, ruam makulopapular, pada grade I
terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi bintik merah seluruh tubuh/ perdarahan dibawah kulit
(petikie), pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit.
e.       Pemeriksaan penunjang
           Pemeriksaan laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai
1.        Ig.G dengue positif
2.        Trombositopenia
3.        Hemoglobin meningkat
4.        Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat)
5.        Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan
  hipoproteinemia
  hiponatremia dan
  hipokalemia
Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia, netropenia, aneosinophilia, peningkatan limposit,
monosit dan basofil
1.        SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat
2.        Ureum dan Ph darah mungkin meningkat
3.        Waktu pendarahan memanjang
4.        Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan asidosis metabolik: PCO2 < 35 – 40 mm
Hg, HCO3 rendah
           Pemeriksaan serologi
Pada pemeriksaan ini di lakukan pengukuran literantibodi pasien dengan cara haemaglutination
nibitron test (HIT test) atau dengan uji peningkatan komplemen pada pemeriksaan serologi di
butuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa akut atau demam dan masa
penyembuhan (104 minggu setelah awal gejala penyakit ) untuk pemeriksaan serologi ini di
ambil darah vena 2 – 5 ml.
Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain foto thorak mungkin di jumpai pleural
effusion, pemeriksaan USG hepatomegali dan splenomegali

2.             Diagnosa Keperawatan
a.         Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.
b.         Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan aktif.
c.         Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis penyakit.
d.        Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia , mual
dan muntah.
e.         Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen.
f.          Resiko syok berhubungan dengan hipovilemik
g.          Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
h.         Defisiensi pengetahuan berhubungan degan kurang familier dengan sumber informasi.

3.             Intervensi keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI


HASIL

HIPERTERMIA Termoregulasi Manajemen Hipertermia :


Setelah dilakukan asuhan 1. Monitor suhu tubuh.
keperawatan selama 3x24 jam 2. Sediakan lingkungan yang dingin.
diharapkan : 3. Longgarkan atau lepaskan pakaian.
1. Menggigil menurun 4. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
2. Kulit merah menurun 5. Berikan cairan oral.
3. Pucat menurun 6. Anjurkan tirah baring.
4. Suhu tubuh membaik Regulasi Temperatur :
5. Suhu kulit membaik 1. Monitor suhu sampai stabil (36,5oC37,5oC)
6. Tekanan darah membaik. 2. Monitor tekanan darah, frekuensi
pernafasan dan nadi
3. Monitor warna dan suhu kulit
4. Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi
yang adekuat
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan atau implementasi adalah tindakan yang direncanakan dalam rencana keperawatan. Perawat
melakukan pengawasan terhadap efektifitas intervensi yang dilakukan, bersamaan pula menilai
perkembangan pasien terhadap pencapaian tujuan atau hasil yang diharapkan. Pelaksanaan atau
implementasi keperawatan adalah suatu komponen dari proses keperawatan yang merupakan kategori dari
perilaku keperawatan di mana t indakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang
diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan untuk mengukur respons klien
terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan. Evaluasi merupakan suatu
kegiatan yang terjadi pada setiap langkah dari proses keperawatan dan pada kesimpulan. Evaluasi
keperawatan dicatat disesuaikan dengan setiap diagnosa keperawatan. Evaluasi untuk setiap diagnosa
keperawatan meliputi data subyektif (S), data obyektif (O), analisa permasalahan (A) klien berdasarkan S
dan O, serta perencanaan ulang (P) berdasarkan hasil analisa data diatas. Evaluasi ini juga disebut
evaluasi proses. Semua itu dicatat pada formulir catatan perkembangan (progress note)
DAFTAR PUSTAKA

Wang, Wen Hung, Aspiro Nayim Urbina, Max R. Chang, Wanchai


Assavalapsakul, Po Liang Lu, Yen Hsu Chen, and Sheng Fan Wang. 2020.
“Dengue Hemorrhagic Fever – A Systemic Literature Review of Current
Perspectives on Pathogenesis, Prevention and Control.” Journal of
Microbiology, Immunology and Infection 53 (6): 963–78.
https://doi.org/10.1016/j.jmii.2020.03.007.
Harapan, Harapan, Alice Michie, Mudatsir Mudatsir, R. Tedjo Sasmono, and
Allison Imrie. 2019. “Epidemiology of Dengue Hemorrhagic Fever in
Indonesia: Analysis of Five Decades Data from the National Disease
Surveillance.” BMC Research Notes 12 (1): 4–9.
https://doi.org/10.1186/s13104-019-4379-9.

Anda mungkin juga menyukai