Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGUE HAEMORAGIC FEVER (DHF)

1.1 Pengertian
Dengue Haemoragic Fever (DHF) atau lebih sering dikenal sebagai
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut dengan ciri-
ciri demam, manifestasi perdarahan, dan bertendensi mngakibatkan renjatan
(syok) yang dapat menyebabkan kematian (Brasier, Ju, Garcia, Spratt,
Forshey, Helsey, 2012).
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan
oleh karena virus dengue yang termasuk golongan abrovirus melalui gigitan
nyamuk Aedes Aegygti betina. Penyakit ini biasa disebut Demam Berdarah
Dengue (Price, Sylvia A. Wilson, 2005). Klasifikasi DHF berdasarkan tanda
klinisnya, dibagi menjadi empat derajat yaitu:
a. Derajat 1
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji torniquet
+ trombosit dan hemokonsentrasi;
b. Derajat 2
Derajat 1 disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain;
c. Derajat 3
Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah
rendah, gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung, dan ujung jari;
d. Derajat 4
Syok hebat dengan nadi tak teraba dan tekanan daraqh tidak dapat diukur,
biasa disebut DSS (Dengue Syock Syndrom).

1.2 Etiologi
Dengue Hemoragic Fever disebabkan oleh virus Dengue. Virus ini
masuk ke dalam tubuh melalui vector berupa nyamuk Aedes Aegipty dan
beberapa spesies lainnya seperti Aedes Albopictus dan Aedes Polynesiensis
(Brasier, Ju, Garcia, Spratt, Forshey, Helsey, 2012).
1.3 Manifestasi Klinis
a. Demam
DHF biasanya ditandai dengan demam yang mendadak tanpa sebab.
Demam biasanya menurun pada hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda-tanda
menjadi lemah, ujung jari, telinga dan hidung teraba dingin dan lembab.
Masa kritis pda hari ke 3-5. Demam akut (38°-40° C) dengan gejala yang
tidak spesifik atau terdapat gejala penyerta seperti anoreksi, lemah, nyeri
punggung, nyeri tulang sendi dan kepala.
b. Perdarahan
Manifestasi perdarahan pada umumnya muncul pada hari ke 2-3 demam.
Bentuk perdarahan dapat berupa uji tourniquet positif, perdarahan tanda
lainnya adalah ptekie, purpura, ekomosis, epitaksis dan perdarahan gusi,
hematemesisi melena. Cara melakukan uji Tourniquet sebagai berikut :
1) Pasang manset pada lengan atas (ukuran manset sesuaikan dengan
umur, yaitu lebar manset = 2/3 lengan atas);
2) Pompa tensimeter untuk mendapatkan tekanan sistolik dan tekanan
diastolik;
3) Aliran darah pada lengan atas dibendung pada tekanan antara sistolik
dan diastolik (rata-rata tekanan sistolik dan diastolik) selama 5 menit.
(Bila telah terlihat adanya bintik-bintik merah ≥ 10 buah,
pembendungan dapat dihentikan);
4) Lihat pada bagian bawah lengan depan (daerah volar) dan atau daerah
lipatan siku (fossa cubiti), apakah timbul bintik-bintik merah, tanda
perdarahan (petekie);
5) Hasil Uji Tourniquet dinyatakan positif (+) bila ditemukan ≥ 10 bintik
perdarahan (ptekie), pada luas 1 inci persegi ( 2,8 cm2.)
c. Hepatomegali
Pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit bervariasi dari
haya sekedar diraba sampai 2 – 4 cm di bawah arcus costa kanan. Derajat
hepatomegali tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri tekan
pada daerah tepi hepar berhubungan dengan adanya perdarahan.
d. Keluhan pada saluan pencernaan, mual, muntah, anoreksia, diare,
konstipasi;
e. Renjatan (Syok)
Syok biasanya terjadi pada saat demam mulai menurun pada hari ke-3 dan
ke-7 sakit. Syok yang terjadi lebih awal atau periode demam biasanya
mempunyai prognosa buruk. Kegagalan sirkulasi ini ditandai dengan
denyut nadi terasa cepat dan lemah disertai terjadinya hipotensi dengan
tekanan darah kurang dari 80 mmHg, akral dingin, kulit lembab, dan
pasien terlihat gelisah (Brasier, Ju, Garcia, Spratt, Forshey, Helsey, 2012).

1.4 Patofisiologi
Virus dengue masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk dan
infeksi pertama mungkin memberi gejala sebagai demam dengue. Reaksi
yang amat berbeda akan tampak bila seseorang mendapat infeksi yang
berulang dengan tipe virus dengue yang berlainan.
DHF dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue pertama kali
mendapat infeksi berulang dengue lainnya. Re-infeksi ini akan menyebabkan
suatu reaksi amnestif antibodi yang akan terjadi dalam beberapa hari
mengakibatkan proliferasi dan transformasi limsofit dengan menghasilkan
titik tinggi antibodi Ig G antidengue. Disamping itu replikasi virus dengue
terjadi juga dalam limsofit yang bertransformasi dengan akibat terdapatnya
virus dalam jumlah banyak. Hal ini akan mengakibatkan terbentuknya virus
kompleks antigen–antibodi (virus antibody complex) yang selanjutnya akan
mengakibatkan aktivasi sistem komplemen pelepasan C3a dan C5a akibat
aktivasi C3 dan C5 menyebabkan peningkatan permeabilitis dinding
pembuluh darah dan merembesnya plasing dari ruang intravascular ke ruang
ekstraseluler (Brasier, Ju, Garcia, Spratt, Forshey, Helsey, 2012).
1.6 Pemeriksaan Penunjang
a. Darah
1) Kadar trombosit darah menurun (trombositopenia) (≤ 100.000/µI);
2) Hematokrit meningkat ≥ 20%, merupakan indikator akan timbulnya
renjatan. Kadar trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis
pasti pada DBD dengan dua kriteria tersebut ditambah terjadinya
trombositopenia, hemokonsentrasi serta dikonfirmasi secara uji
serologi hemaglutnasi;
3) Hemoglobin meningkat lebih dari 20%.;
4) Lekosit menurun (lekopenia) pada hari kedua atau ketiga ;
5) Masa perdarahan memanjang;
6) Protein rendah (hipoproteinemia);
7) Natrium rendah (hiponatremia);
8) SGOT/SGPT bisa meningkat;
b. Urine
Kadar albumine urine positif (albuminuria)
c. Pemeriksaan radiology
1) Foto thorax
Pada foto thorax mungkin dijumpai efusi pleura;
2) Pemeriksaan USG
Pada USG didapatkan hematomegali dan splenomegali (Brasier, Ju,
Garcia, Spratt, Forshey, Helsey, 2012).

1.7 Diagnosa Banding


Menurut (Price, Sylvia A. Wilson, 2005), diagnosa banding DHF
adalah:
a. Demam thyphoid
b. Malaria
c. Demam Chikungunya
d. Idiophatic Thrombocytopenia Purpura (ITP)
1.8 Komplikasi
Adapun komplikasi dari DHF (Price, Sylvia A. Wilson, 2005) adalah:
1. Perdarahan
Disebabkan oleh perubahan vaskuler, penurunan jumlah trombosit dan
koagulopati, dan trombositopeni dihubungkan meningkatnya megakoriosit
muda dalam sel-sel tulang dan pendeknya masa hidup trombosit. Tendensi
perdarahan dapat dilihat pada uji torniquet positif, ptekie, ekimosis, dan
perdarahan saluran cerna, hematemesis, dan melena.
2. Kegagalan sirkulasi
DSS (Dengue Syock Syndrom) terjadi pada hari ke 2-7 yang disebabkan
oleh peningkatan permeabilitas vaskuler sehingga terjadi kebocoran
plasma, efusi cairan serosa ke ronnga pleura dan peritoneum,
hiponatremia, hemokonsentrasi, dan hipovolemi yang mngekaibatkan
berkurangnya aliran balik vena, penurunan volume sekuncup dan curah
jantung sehingga terjadi disfungsi atau penurunan perfusi organ. DSS juga
disertai kegagalan hemeostasis yang mengakibatkan aktivitas dan
integritas sistem kardiovaskular, perfusi miokard dan curah jantung
menurun, sirkulasi darah terganggu dan terjadi iskemi jaringan dan
kerusakan fungsi sel secara progresif dan irreversible, terjadi kerusakan sel
dan organ sehingga pasien akan meninggal dalam wakti 12-24 jam.
3. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan dengan
nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel
kapiler. Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan
lebih banyak dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibody.
4. Efusi Pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan
intravaskuler sel, hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam
rongga pleura dan adanya dipsnea.
1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis :
Pengobatan DHF bersifat simptomatik dan suportif yaitu pemberian cairan
oral untuk mencegah dehidrasi. Apabila cairan oral tidak dapat diberikan oleh
karena muntah atau nyeri perut yang berlebihan maka cairan intravenaperlu
diberikan. Medika mentosa yang bersifat simptomatis :
a. Untuk hiperpireksia dapat diberikan kompres es dikepala, ketiak, inguinal.
b. Antipiretik sebaiknya dari asetaminofen, eukinin atau dipiron.
c. Antibiotik diberikan jika ada infeksi sekunder.
Cairan pengganti :
a. Larutan fisiologis NaCl
b. Larutan Isotonis ringer laktat
c. Ringer asetat
d. Glukosa 5% (Price, Sylvia A. Wilson, 2005).

Penatalaksanaan Keperawatan :
a. Tirah baring atau istirahat baring
b. Diet makan lunak dapat berupa susu, teh, manis, sirup
c. Monitor tanda-tanda vital

1.10Konsep Keperawatan
1.1.1. Pengkajian Fokus
Dalam melakukan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar
utama dan hal yang penting dilakukan, baik saat penderita baru pertama
kali datang maupun selama klien dalam masa perawatan. Data yang
diperoleh dari pengkajian klien dengan DHF dapat diklasifikasikan
menjadi:
1) Data dasar, meliputi:
a. Pola Nutrisi dan Metabolik
Gejala : Penurunan nafsu makan, mual muntah, haus, sakit saat
menelan.
Tanda : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, nyeri
tekan pada ulu hati.
b. Pola eliminasi
Tanda : Konstipasi, penurunan berkemih, melena, hematuri,
(tahap lanjut).
c. Pola aktifitas dan latihan
Tanda : Dispnea, pola nafas tidak efektif, karena efusi pleura.
d. Pola istirahat dan tidur
Gejala : Kelelahan, kesulitan tidur, karena demam/ panas/
menggigil.
Tanda : Nadi cepat dan lemah, dispnea, sesak karena efusi pleura,
nyeri epigastrik, nyeri otot/ sendi.
e. Pola persepsi sensori dan kognitif
Gejala : Nyeri ulu hati, nyeri otot/ sendi, pegal-pegal seluruh
tubuh.
Tanda : Cemas dan gelisah.
f. Persepsi diri dan konsep diri
Tanda : Ansietas, ketakutan, gelisah.
g. Sirkulasi
Gejala : Sakit kepala/ pusing, gelisah
Tanda : Nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin,
dispnea, perdarahan nyata (kulit epistaksis, melena hematuri),
peningkatan hematokrit 20% atau lebih, trombosit kurang dari
100.000/mm.
h. Keamanan
Gejala : Adanya penurunan imunitas tubuh, karena
hipoproteinemia.
i. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
a) Keadaan umum pasien : lemah
b) Kesadaran : kompomentis, apatis, somnolen, soporocoma,
koma refleks, sensibilitas, nilai gasglow coma scale (GCS).
c) Tanda-tanda vital : tekanan darah (hipotensi), suhu
(meningkat), nadi (takikardi), pernafasan (cepat).
d) Keadaan : kepala (pusing), mata, telinga, hidung (epistaksis),
mulut (mukosa kering, lidah kotor, perdarahan gusi), leher,
rektum, alat kelamin, anggota gerak (dingin), kulit (ptekie).
e) Sirkulasi : turgor (jelek)
f) Keadaan abdomen :
Inspeksi : datar, Palpasi : teraba pembesaran pada hati,
Perkusi: bunyi timpani, Auskultasi : peristaltik usus
2) Data khusus, meliputi:
Data subyektif
Pada pasien Dengue Haemoragic Fever data subyektif yang sering
ditemukan adalah :
a. Lemah;
b. Panas atau demam;
c. Sakit kepala;
d. Anoreksia (tidak mafsu makan, mual, sakit saat makan);
e. Nyeri ulu hati;
f. Nyeri pada otot dan sendi;
g. Pegal-pegal pada seluruh tubuh;
h. Konstipasi.

Data obyektif
Data obyektif yang dijumpai pada penderita Dengue Haemoragic
Fever adalah :
a. Suhu tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan;
b. Mukosa kering, perdarahan pada gusi, lidah kotor;
c. Tampak bintik merah pada kulit (ptekie) uji tournikuet positif,
epistaksis, (perdarahan pada hidung), ekimosis, hematoma,
hematemesis, melena;
d. Nyeri tekan pada epigastrik;
e. Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limfa;
f. Pada renjatan nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstrimitas dingin,
gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.

1.1.2. Diagnosa Keperawatan


a. Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi virus dengue
b. Risiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan
pindahnya cairan intravaskuler ke ekstraseluler
c. Risiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstraseluler
d. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual
muntah dan nafsu makan yang menurun
e. Risiko perdarahan berhubungan dengan penurunan faktor-faktor
pembekuan darah (trombositopeni).
1.1.3. Perencanaan
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
NAMA &
DITEGAKKAN/ NOC DAN INDIKATOR SERTA SKOR URAIAN AKTIVITAS
NO. TTD
KODE AWAL DAN SKOR TARGET RENCANA TINDAKAN (NIC)
PERAWAT
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Hipertermia Tujuan: Setelah dilakukan asuhan Perawatan Demam Abror
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam, hipertermi Aktivitas:
proses infeksi virus teratasi. 1. Pantau suhu dan TTV lainnya
dengue 2. Monitor warna kulit dan suhu
Kriteria Hasil: 3. Dorong konsumsi cairan
Kode diagnosa 1. Hidrasi (0602) 4. Fasilitasi istirahat
keperawatan: Kode Indikator S.A S.T 5. Tutup pasien dengan selimut
00007 060227 Peningkatan suhu 2 5 atau pakaian ringan (tergantung
tubuh pada fase demam)
060215 Intake cairan 2 4 6. Beri obat atau cairan IV
060211 Output cairan 3 5
Keterangan (untuk indikator 060227): Pencegahan Kejang
1: Berat Aktivitas:
2: Cukup berat 1. Jaga penghalang tempat tidur
3: Sedang tetap dinaikkan
4: Ringan 2. Instruksikan keluarga untuk
5: Tidak ada memanggil perawat jika dirasa
ada tanda terjadinya kejang
Keterangan (untuk indikator 060215 dan Manajemen Cairan:
060211): Aktivitas:
1: Sangat terganggu 1. Monitor turgor kulit
2: besar terganggu 2. Hitung intake dan output cairan
3: Cukup terganggu
4: Sedikit terganggu
5: Tidak terganggu

2. Termoregulasi (801)
Kode Indikator S.A S.T
080001 Peningkatan suhu 3 5
kulit
080007 Perubahan warna 3 5
kulit
Keterangan:
1: Berat
2: Cukup berat
3: Sedang
4: Ringan
5: Tidak ada

2. Risiko Tujuan: Setelah dilakukan asuhan Monitor Cairan Abror


ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 jam, risiko Aktivitas:
volume cairan ketidakseimbangan volume cairan teratasi. 1. Monitor tekanan darah
berhubungan dengan 2. Monitor asupan dan
pindahnya cairan pengeluaran
intravaskuler ke 3. Monitor turgor kulit
ekstraseluler
Kode diagnosa Kriteria Hasil: 4. Tentukan jumlah dan jenis
keperawatan: Keseimbangan volume cairan (0601) intake atau asupan cairan serta
00025 Kode Indikator S.A S.T kebiasaan eliminasi
060101 Tekanan darah 4 5 5. Tentukan apakah pasien
060107 Keseimbangan 3 5 mengalami kehausan/ gejala
intake dan output perubahan cairan
cairan
060116 Turgor kulit 4 5
Keterangan:
1: Sangat terganggu
2: besar terganggu
3: Cukup terganggu
4: Sedikit terganggu
5: Tidak terganggu

3. Risiko syok Tujuan: Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipovolemi Abror


hypovolemik keperawatan selama 2x24 jam, risiko syok Aktivitas:
berhubungan dengan hipovolemik teratasi. 1. Monitor adanya tanda-tanda
perdarahan yang dehidrasi (misalnya: turgor kulit
berlebihan, Kriteria Hasil: buruk, CRT >2detik, nadi
pindahnya cairan Keparahan syok: hipovolemik (0419) lemah, sangat haus, membran
intravaskuler ke Kode Indikator S.A S.T mukosa kering dan penurunan
ekstraseluler 041901 Penurunan tekanan 3 5 urin output)
nadi perifer 2. Monitor adanya sumber-sumber
Kode diagnosa 041903 Penurunan tekanan 4 5 kehilangan cairan (misalnya:
keperawatan: darah sistolik perdarahan, muntah, keringat
00205 041904 Penurunan tekanan 4 5 yang berlebihan)
darah diastolik
041915 Akral dingin, kulit 4 5 3. Berikan cairan IV isotonik yang
lembab/ basah diresepkan (misalnya: RL)
041919 Kehausan 3 5 untuk rehidrasi ekstraseluler
041920 Menurunnya urin 4 5 dengan tetesan aliran yang tepat
output
Keterangan:
1: Sangat terganggu
2: besar terganggu
3: Cukup terganggu
4: Sedikit terganggu
5: Tidak terganggu

4. Risiko Tujuan: Setelah dilakukan asuhan Monitor Nutrisi Abror


ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 jam, risiko Aktivitas:
nutrisi kurang dari ketidakseimbangan nutrisi kurang dari 1. Monitor adanya mual dan
kebutuhan tubuh kebutuhan tubuh teratasi. muntah
berhubungan dengan 2. Monitor diet dan asupan kalori
intake nutrisi yang Kriteria Hasil: 3. Identifikasi adanya
tidak adekuat akibat Status nutrisi: asupan makanan dan cairan ketidaknormalan dalam rongga
mual muntah dan (1008) mulut (misal inflamasi, gusi
nafsu makan yang Kode Indikator S.A S.T berdarah, kering, bibir pecah,
menurun 100801 Asupan makanan 4 5 lidah kasar)
secara oral
Kode diagnosa 100803 Asupan cairan secara 3 5
keperawatan: oral
00002 100804 Asupan cairan 4 5
intravena
Keterangan:
1: Tidak adekuat
2: Sedikit adekuat
3: Cukup adekuat
4: Sebagian besar adekuat
5: Sepenuhnya adekuat

5. Risiko perdarahan Tujuan: Setelah dilakukan asuhan Pencegahan Perdarahan Abror


berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam, risiko Aktivitas:
penurunan faktor- perdarahan teratasi. 1. Monitor dengan ketat risiko
faktor pembekuan terjadinya perdarahan pada
darah Kriteria Hasil: pasien
(trombositopeni) Koagulasi darah (0409) 2. Monitor komponen koagulasi
Kode Indikator S.A S.T darah (termasuk trombosit
Kode diagnosa 040913 Hemoglobin (Hgb) 3 5 hitung dengan cara yang tepat)
keperawatan: 040910 Hematokrit (Hct) 3 5 3. Monitor tanda-tanda vital
00206 040902 Perdarahan 3 5 4. Cegah konstipasi (misalnya:
040904 Ptekie 2 5 memotivasi untuk meningkatkan
040916 Ekimosis 2 5 asupan cairan dan
040917 Purpura 2 5 mengkonsumsi pelunak feses)
040919 BAB darah 3 5 jika diperlukan
040921 Hematemesis 3 5 5. Instruksikan pasien untuk
Keterangan (untuk indikator 040913 dan meningkatkan makanan yang
040910) kaya vitamin K
1: Deviasi berat dari kisaran normal 6. Instruksikan pasien dan
2: Deviasi yang cukup besar dari kisaran keluarga untuk memonitor
normal tanda-tanda perdarahan dan
3: Deviasi sedang dari kisaran normal mengambil tindakan yang tepat
4: Deviasi ringan sedang dari kisaran normal jika terjadi perdarahan
5: Tidak ada deviasi dari kisaran normal (misalnya: lapor kepada
perawat)
Keterangan (untuk indikator 040902, 040904,
040916, 040917, 040919 dan 040921):
1: Berat
2: Cukup berat
3: Sedang
4: Ringan
5: Tidak ada
DAFTAR PUSTAKA

Brasier. A. R., Ju. H., Garcia. J., Spratt. H. M., Forshey. B. M., Helsey. E. S.
2012. A three-component biomarker panel for prediction of dengue
hemorraghic fever. Am. J. Trop. Med. Hyg. 86(2): 341-348.
Intansari Nurjannah 2016. Nursing Interventions Classifiction (NIC). Jakarta:
EGC
Kamitsuru. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017.
Jakarta: EGC
Khie Chen., Herdiman, T., Pohan., Robert. 2009. Diagnosis dan terapi cairan
pada demam berdarah dengue. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. 22. (1): 5 – 6
Price, Sylvia A. Wilson. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC
Roxsana Devi Tumanggor 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC).
Jakarta: EGC
Wagner, Dochterman, Butcher, Bulechek. 2013. Nursing Interventions
Classification (NIC). Yogyakarta: Mocomedia

Anda mungkin juga menyukai