Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DHF DI RUANG

MANGGIS RSUD CENGKARENG

OLEH :

Nama : Fransiska Remina

NIM : 44220005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS EKOLAH TINGGI ILMU KESEHAN


KESOSI JAKARTA BARAT

TAHUN 2022
Persetujuan Pembimbing

Nama : Fransiska Remina

Nim : 44220005

Judul Laporan : Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan DHF Diruang Manggis

RSUD Cengkareng

Tugas Laporan pendahuluan Ini Telah Diperiksa, Disetujui Dan Dipertahankan Dihadapan

Pembimbing/ Penguji Laporan Kasus Pada Praktik Klinik Program Profesi Ners STIK

KESOSI

Jakarta, 08 Oktober 2022 Jakarta 08 Oktober 2022

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

( ) ( )

NIDN.................. ..
A. Definisi

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada

anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri

sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong

arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes

aegypty (betina)(Resti, 2014)

DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan

beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya

dengan cepat menyebar secara efidemik. (PADILA, 2012)

B. Etiologi

Virus dongue serotype 1, 2, 3, dan 4 yang ditularkan melalui vector

nyamuk aedes aegypti. Nyamuk aedes albopictus, aedes polynesiensis dan

beberapa spesies lain merupakan vector yang kurang berperan. Infeksi dengan

salah satu serotype akan menimbulkan antibody seumur hidup terhadap

serotype bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotype lain.

(Smeltzer & Suzanne, 2001)

C. Klasifikasi

Klasifikasi DHF berdasarkan kriteria menurut WHO yaitu :

1. Derajat I ( ringan )

Demam mendadak dan sampai 7 hari di sertai dengan adanya gejala yang

tidak khas dan uji turniquet (+).


2. Derajat II ( sedang )

Lebih berat dari derajat I oleh karena di temukan pendarahan spontan

pada kulit misal di temukan adanya petekie, ekimosis, pendarahan,

3. Derajat III ( berat )

Adanya gagal sirkulasi di tandai dengan laju cepat lembut kulit dngin

gelisah tensi menurun manifestasi pendarahan lebih berat( epistaksis,

melena)

4. Derajat IV ( DIC )

Gagal sirkulasi yang berat pasien mengalami syok berat tensi nadi tak teraba.

(Smeltzer & Suzanne, 2001)

D. Patofisiologi

Virus dongue yang pertama kali masuk kedalam tubuh manusia melalui

gigitan nyamuk aedes dan menginfeksi pertama kali member gejala DF.

Pasien akan mengalami gejala viremia, sakit kepala, mual, nyei otot, pegal

seluruh badan, hyperemia ditenggorokkan, timbulnya ruam dan kelainan

yang mungkin terjadi pasa RES seperti pembesaran kelenjar getah bening,

hati dan limfa. Reaksi yang berbeda Nampak bila seseorang mendapatkan

infeksi berulang dengan tipe virus yang berlainan. Berdasarkan hal itu

timbullah the secondary heterologous infection atau sequential infection of

hypothesis. Re- infeksi akan menyebabkan suatu reaksi anamnetik

antibody,
sehingga menimbulkan konsentrasi kompleks antigen antibody (kompleks

virus antibody) yang tinggi.

Terdapatnya kompleks virus antibody dalam sirkulasi darah

mengakibatkan hal sebagai berikut:

1. Kompleks virus antibody akan mengaktivasi system komplemen,

yang berakibat dilepasnya anafilatoksin C3a dan C5a. C5a

menyebabkan meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah

dan menghilangnya plasma melalui endotel dinding tersebut, suatu

keadaan yang sangat berperan terjadinya renjatan.

2. Timbulnya agregasi trombosit yang melepas ADP akan mengalami

metamorphosis. Trombosit yang mengalami kerusakan

metamorphosis akan dimusnahkan oleh system retikuloendotelial

dengan akibat trombositopenia hebat dan perdarahan. Pada keadaan

agregasi, trombosit akan melepaskan vasokoaktif (histamine dan

serotonin) yang bersifat meningkatkan permeabilitas kapiler dan

melepaskan trombosit factor III yang merangsang koagulasi

intravascular.

3. Terjadinya aktivasi factor hegamen (factor XII) dengan akibat kahir

terjadinya pembentukan plasmin yang berperan dalam pembentukan

anafilatoksin dan penghancuran fibrin menjadi fibrinogen degradation

product. Disamping itu aktivasi akan merangsang system kinin yang

berperan dalam proses meningginya permeabilitas dindin pembuluh

darah (PADILA, 2012)


E. Manifestasi klinis

Diagnose penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan criteria diagnosa

klinis dan laboratories. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD dengan

diagnose klinis dan laboratories:

a. Diagnose klinis

 Demam tinggi 2 sampai 7 hari (38-40̊ C)

 Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji tourniquet positif, petekie

(bintik merah pada kulit), purpura (perdarahan kecil di dalam kulit),

ekimosis, perdarahan konjungtiva (perdarahan pada mata), epitaksis

(perdarahan hidung), perdarahan gusi, hematemesis (muntah darah),

melena (BAB darah) dan hematusi (adanya darah dalam urin).

 Perdarahan pada hidung

 Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada

kulit akibat pecahnya pembuluh darah

 Pembesaran hati (hepatomegali)

 Rejan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20mmHg atau kurang,

tekanan sistolik sampai 80mmHg atau lebih rendah

 Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia

(hilangnya nafsu makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan

sakit kepala.
b. Diagnose laboratories

 Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan

trombosit hingga 100.000/mmHg

 Hemokonsentrasi, meningkatnya hemotokrit sebanyak 20% atau lebih

(Resti, 2014)

F. Pemeriksaan diagnostic

a. Darah lengakap

 Leukpenia pada hari ke 2-3

 Trombositopenia dan hemokonsentrasi

 Masa pembekuan normal

 Masa pedarahan memanjang

 Penurunan factor II, V, VII, IX, dan XII

b. Kimia darah

 Hipoproteinemia, hiponatriam, hipodorumia

 SGOT/SGPT meningkat

 Umum meningkap

 pH darah meningkat

c. Urinalis

Mungkin ditemukan albuminuria ringan

d. Uji sum-sum tulang

Pada awal sakit biasanya hipaseluler kemudian menjadi hiperseluler

(Doenges, 2000)
G. Penatalaksanaan

1. Tirah baring

2. Pemberian makanan lunak .

3. Pemberian cairan melalui infus.

Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate

merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan ,

mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28

mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.

4. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik,

5. Anti konvulsi jika terjadi kejang

6. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR)

7. Monitor adanya tanda-tanda renjatan

8. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut

9. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari

H. Komplikasi

Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya :

a. Perdarahan luas.

Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 dari demam dan umumnya

terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniquet yang positif mudah

terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura.

Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna

bagian atas hingga menyebabkan haematemesis.


Perdarahan gastrointestinal biasanya di dahului dengan nyeri perut

yang hebat.

b. Shock atau renjatan.

Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya

penderita, dimulai dengan tanda – tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit

lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis

disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya

menunjukan prognosis yang buruk.

c. Effusi pleura

d. Penurunan kesadaran (Resti, 2014)

I. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas

Umur, jenis kelamin, tempat tinggal bisa menjadi indicator

terjadinya DHF

b. Riwayat kesehatan

 Keluhan utama

Demam Tinggi

 Riwayat kesehatan sekarang

Panas tinggi, nyeri otot, dan pegal, ruam, malaise, muntah,

mual, sakit kepala, sakit pada saat menelan, lemah, nyeri pada

efigastrik, penurunan nafsu makan,perdarahan spontan.


 Riwayat kesehatan dahulu

Pernah menderita yang sama atau tidak

 Riwayat kesehatan keluarga

Adanya anggota keluarga yang pernah menderita penyakit

yang sama dan adanya penyakit herediter (keturunan).

c. Aktivitas

 Aktivitas/istirahat

Gejala : kelemahan, malaise Gangguan pola tidur

 Sirkulasi

Tanda : perasaan dingin meskipun pada ruangan hangat

Tekanan darah normal/sedikit di bawah jangkauan normal.

Denyut perifer kuat, cepat (perifer hiperdinamik);

lemah/lembut/mudah hilang, takikardia ekstrem (syok), nadi

lemah Suara jantung : disritmia dan perkembangan S3

mengakibatkan disfungsi miokard, efek dari asidosis/ketidak

seimbangan elektrolit. Kulit teraba dingin dan lembab terutama

pada ujung hidung, jari dan kaki

 Integritas ego

Tanda : gelisah

 Eliminasi

Gejala : diare
 Makanan/cairan

Gejala : anoreksia, haus, sakit saat menelan Mual,muntah

Perubahan berat badan akhir-akhir (meningkat/turun)

Tanda : penurunan berat badan, penurunan massa otot

(malnutrisi) Kelemahan, tonus otot dan turgor kulit buruk

Membran mukosa pucat, luka, inflamasi rongga mulut

 Hygiene

Tanda : ketidakmapuan mempertahankan perawatan diri Bau

badan Lidah kotor

 Nyeri/kenyamanan

Gejala : Sakit kepala Nyeri tekan epigastrik Nyeri pada anggota

badan, punggung, sendi

 Perdarahan

Tanda : perdarahan di bawah kulit (petekie), perdarahan gusi,

epistaksis sampai perdarahan yang hebat berpa muntah darah

akibat perdarahan lambung, melena, hematuria

d. Pemeriksaan fisik

 System pernapasan

Sesak, epistaksia, napas dangkal, pergerakan dinding dada,

perkusi, auskultasi

 System cardivaskular

 Pada grade I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet

positif, trombositipeni.
 Pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat

(tachycardia), penurunan tekanan darah (hipotensi),

cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari.

 Pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak

dapat diukur.

 System neurologi

Nyeri pada bagian kepala, bola mata dan persendian. Pada

grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta

pada grade IV dapat terjadi DSS

 System perkemihan

Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan

mengungkapkan nyeri saat kencing, kencing berwarna merah

 System pencernaan

Perdarahan pada gusi, Selaput mukosa kering, kesulitan

menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa,

pembesaran pada hati (hepatomegali) disertai dengan nyeri

tekan tanpa diserta dengan ikterus, abdomen teregang,

penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan,

dapat muntah darah (hematemesis), berak darah (melena).


 System integument

Terjadi peningkatan suhu tubuh (Demam), kulit kering, ruam

makulopapular, pada grade I terdapat positif pada uji

tourniquet, terjadi bintik merah seluruh tubuh/ perdarahan

dibawah kulit (petikie), pada grade III dapat terjadi

perdarahan spontan pada kulit.

e. Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan laboratorium

Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan di jumpai

1. Ig.G dengue positif

2. Trombositopenia

3. Hemoglobin meningkat

4. Hemokonsentrasi ( hematokrit meningkat)

5. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan

 Hipoproteinemi

 hiponatremia dan

 hipokalemia

Pada hari kedua dan ketiga terjadi lekopenia, netropenia,

aneosinophilia, peningkatan limposit, monosit dan basofil

1. SGOT atau SGPT darah mungkin meningkat

2. Ureum dan Ph darah mungkin meningkat

3. Waktu pendarahan memanjang


4. Pada pemeriksaan analisa gas darah arteri menunjukkan

asidosis metabolik: PCO2 < 35 – 40 mm Hg, HCO3 rendah

 Pemeriksaan serologi

Pada pemeriksaan ini di lakukan pengukuran literantibodi

pasien dengan cara haemaglutination nibitron test (HIT test)

atau dengan uji peningkatan komplemen pada pemeriksaan

serologi di butuhkan dua bahan pemeriksaan yaitu pada masa

akut atau demam dan masa penyembuhan (104 minggu

setelah awal gejala penyakit ) untuk pemeriksaan serologi ini

di ambil darah vena 2 – 5 ml.

Pemeriksaan sianosis yang menunjang antara lain foto thorak

mungkin di jumpai pleural effusion, pemeriksaan USG

hepatomegali dan splenomegali

2. Diagnosa Keperawatan

a. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus.

b. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kehilangan volume cairan aktif.

c. Nyeri akut berhubungan dengan proses patologis

penyakit.

d. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan anoreksia , mual dan muntah.


e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen.

f. Resiko syok berhubungan dengan hipovilemik

g. Ansietas berhubungan dengan perubahan status

kesehatan

h. Defisiensi pengetahuan berhubungan degan kurang

familier dengan sumber informasi


3. Intervensi keperawatan
No Diagnose Tujuan & Kriteria Intervensi
keperawatan Hasil

Hipertermi Setelah dilakukan


Fever Treatment :
berhubungan tindakan keperawatan Observasi tanda-tanda vital
dengan proses selama 3 x 24 jam, tiap 3 jam.
infeksi virus. pasien akan : Beri kompres hangat pada bagian
Menunjukkan suhu lipatan tubuh ( Paha dan aksila ).
tubuh dalam rentang Monitor intake dan output
normal. Berikan obat anti piretik.
TTV normal
Temperature Regulation
Beri banyak minum ( ± 1-1,5
liter/hari) sedikit tapi sering
Ganti pakaian klien dengan bahan
tipis menyerap keringat.

2. Kekurangan volume Setelah dilakukan Fluid Managemen


cairan tindakan keperawatan Kaji keadaan umum klien dan
berhubungan selama ... x 24 jam, tanda-tanda vital.
dengan pasien akan : Kaji input dan output cairan.
kehilangan Menunjukkan Observasi adanya tanda-tanda
volume cairan keseimbangan syok
aktif. elektrolit dan asam Anjurkan klien untuk banyak
basa minum.
Menunjukkan Kolaborasi dengan dokter dalam
keseimbangan cairan pemberian cairan I.V.
Turgor kulit baik
Tanda-tanda vital
dalam batas normal
3. Nyeri akut Setelah dilakukan Pain management
berhubungan tindakan keperawatan Lakukan pengkajian nyeri secara
dengan proses selama ... x 24 jam, kompherensif.
patologis pasien akan : Kaji faktor-faktor yang
penyakit. Dapat mengontrol mempengaruhi reaksi pasien
nyeri terhadap nyeri.
Mengetahui tingkat Berikan posisi yang nyaman dan
nyeri ciptakan suasana ruangan yang
Ekspresi wajah rileks. tenang.
Berikan suasana gembira bagi
pasien

Analgetic administration
Berikan analgesik sesuai tipe dan
beratnya nyeri .
4. Ketidakseimban Setelah dilakukan Nutrition managemen
gan nutrisi tindakan keperawatan Kaji keadaan umum klien
kurang dari selama ... x 24 jam, Beri makanan sesuai kebutuhan
kebutuhan tubuh pasien akan : tubuh klien.
berhubungan Menunjukkan Anjurkan orang tua klien untuk
dengan kebutuhan nutrisi memberi makanan sedikit tapi
anoreksia , mual terpenuhi. sering.
dan muntah. Memperlihatkan Anjurkan orang tua klien memberi
adanya selera makan makanan TKTP dalam bentuk
lunak

Nutrition Monitoring
Timbang berat badan klien tiap
hari.
Monitor mual dan muntah pasien
5. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Activity Therapy
berhubungan tindakan keperawatan Kaji hal-hal yang mampu
dengan selama ... x 24 jam, dilakukan klien.
ketidakseimban pasien akan : Bantu klien memenuhi kebutuhan
gan antara suplai Dapat berpartisipasi aktivitasnya sesuai dengan tingkat
dan kebutuhan dalam aktivitas fisik keterbatasan klien
oksigen. Dapat melakukan Beri penjelasan tentang hal-hal
aktivitas sehari-hari yang dapat membantu dan
TTV normal meningkatkan kekuatan fisik
klien.
Libatkan keluarga dalam
pemenuhan ADL klien
Jelaskan pada keluarga dan klien
tentang pentingnya bedrest
ditempat tidur.
6. Resiko syok Setelah dilakukan Syok prevention
berhubungan tindakan keperawatan Monitor keadaan umum klien.
dengan selama ... x 24 jam, Observasi tanda-tanda vital
hipovilemik pasien akan : Monitor input dan output pasien
TTV dalam batas Anjurkan pada pasien/ keluarga
normal untuk segera melapor jika ada
Natrium serum, kalium tanda-tanda perdarahan.
serum, kalsium serum,
magnesium serum
dalam batas normal.
Hematokrit dalam
batas normal
Syok managemen
Cek hemoglobin, hematokrit,
trombosit
Monitor gas darah dan oksigenasi
7. Ansietas Setelah dilakukan Anxiety Reduction
berhubungan tindakan keperawatan Kaji tingkat kecemasan
dengan selama ... x 24 jam, Jelaskan prosedur pengobatan
perubahan status pasien akan : perawatan.
kesehatan Mampu Beri kesempatan pada orang tua
mengidentifikasi dan untuk bertanya tentang kondisi
mengungkapkan pasien.
gejala cemas Beri penjelasan tiap prosedur/
TTV normal tindakan yang akan dilakukan
Menunjukkan teknik terhadap pasien dan manfaatnya
untuk mengontrol bagi pasien
cemas Beri dorongan spiritual.
8. Defisiensi penge Setelah dilakukan
tahuan tindakan keperawatan Teaching: Disease Proses
berhubungan selama ... x 24 jam, Kaji tingkat pengetahuan
degan kurang pasien akan : klien/keluarga tentang penyakit
familier dengan Pasien dan keluarga DHF
sumber menyatakan Kaji latar belakang pendidikan
informasi. pemahaman tentang klien/ keluarga.
penyakit , kondisi , Jelaskan tentang proses penyakit,
prognosisdan program diet, perawatan dan obat-obatan
pengobatan pada klien dengan bahasa dan
kata-kata yang mudah dimengerti.
Jelaskan semua prosedur yang
Mampu melaksanakan
akan dilakukan dan manfaatnya pada
yang dijelaskan secara
klien.
benar Berikan kesempatan pada klien/
keluarga untuk menanyakan hal-
hal yang ingin diketahui
sehubungan dengan penyakit yang
diderita klien.
LEMBAR PENILAIAN LAPORAN PENDAHULUAN

Nama : Fransiska Remina


NIM : 44220005
Tempat : RSUD Cengkareng (Ruang Mangis)
No Aspek yang dinilai Nilai
1 Konsep dasar (35)
1. Defenisi / pengertian
2. Etiologi
2 Asuhan keperawatan (35)
1. Pengkajian

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


3. Perencanaan tindakan untuk masing-masing diagnosa
keperawatan (min 3 diagnosa)

3 Penggunaan dari beberapa buku sumber yang relevan (10)

4 Pengumpulan tepat waktu (10)

5 Tulisan rapi dan jelas (10)

Total Nilai

Pembimbing Klinik

(…………………….)

Anda mungkin juga menyukai