Anda di halaman 1dari 10

Laporan Pendahuluan

DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)


Disusun dalam rangka memenuhi tugas stase Keperawatan Medikal Bedah

OLEH :

ANDI NUR ASPIANTI


14420202073

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSSAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
I. TINJAUAN MEDIS
A. Definisi
Demam Berdarah dengue adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk
kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegepty. Penyakit ini sering
menyeranganak, remaja an dewasa yang ditandai oleh panas, malaise, sakit kepala, mual,
nyeri, pegal seluruh tubuh, adanya petekia. Pada pasien rejatan berat, volume plasma
dapat berkurang sampai 30% atau lebih dan jika tak segera ditangani maka akan
terjadianoksia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Gangguan Hemostatis pada
DBDmenyangkut 3 faktor yaitu perubahan vaskuler, trombositopenia dan
gangguankoagulasi. Prinsip utama dalam penatalaksanaan adalah tirah baring,
pemberianmakanan lunak dan minum banyak, serta kolaborasi dokter dalam pemberian
obatobatan antipiretik, konsulti, antibiotik kortikosteroid dan anti koagulasi. (Suzanne
C.Smeltzer, 2010).
B. Etiologi
Penyebab DBD ini adalah virus dengue yang terdiri dari 4 serotipe yaitu DEN 1,DEN 2,
DEN 3 dan DEN 4. Penularan DBD ini melalui cara :
1. Manusia sebagai host virus dengue
2. Vektor perantara : nyamuk aedes aegepty (nyamuk rumah) dan aedes
albopictus(nyamuk kebun).
C. Tanda danGejala
a. Panas, biasanya langsung tinggi dan terus menerus. Sebab tidak jelas dan
hampir tidak bereaksi dengan pemberian antipiretik. Panas berlangsung 2-7 hari.
b. Malaise, mual, muntah, diare, konstipasi, sakit kepala, anoreksia, kadang batuk
c. Tanda tanda perdarahan seperti petekia, perdarahan gusi, epiktasis,
hematemesismelena
d. Muka kemerahan , leukopenia.
e. Nyeri otot, tulang sendi, abdomen dan ulu hati
f. Pembengkakan sekitar mata
g. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening
h. Tanda tanda rejatan adalah sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darahmenurun,
gelisah, capillary refill lebih dari2 detik, nadi cepat dan lemah.Gambaran klinis yang
tidak khas dan sering dijumpai adalah :
1. keluhan pada saluran pernafasan : batuk, pilek, sakit waktu menelan
2. keluhan pada saluran pencernaan : mual, muntah, anoreksia, diare, konstipasi
3. Keluhan system tubuh yang lain : sakit kepala, nyeri otot tulang sendi, nyeri
uluhati, nyeri perut, pegal pegal, kemerahan pada kulit, pembengkakan sekitar
mata,lakrimasi dan fotofobia
4. Pada pasien yang mengalami dialysis perifer, kulit terasa lembab, dingin,
tekanandarah menurun, nadi cepat dan lemah.
5. Adanya pembesaran hati, limpa dan pembesaran kelenjar getah
bening. Tanda penting dari DBD ini adalah adanya kebocoran plasma
 Hematokrit meningkat lebih dari 20%.
 Pada kebocoran plasma terjadi perpindahan aliran plasma dari kapiler masuk
keruang interstitial seperti palpebra, perut, skrotum, sebagian ke pleura,
denganmanifestasi klinis :effusi pleura, asites, edema palpebra,
hidroproteinemia (Achmadi.2012).
D. Patofisiologi
1. DemamDengue (DD)
Walaupun demam dengue (DD) dan demam berdarah dengue( DBD)disebabkan oleh
virus yang sama, tapi mekanisme patofisiologisnya yang berbedayang menyebabkan
perbedaan klinis. Perbedaan yang utama adalah pada peristiwarenjatan yang khas
pada DBD. Renjatan itu disebabkan karena kebocoran plasmayang diduga karena
proses imunologi. Pada demam dengue hal ini tidak terjadi.Manifestasi klinis demam
dengue timbul akibat reaksi tubuh terhadap masuknyavirus. Virus akan berkembang
di dalam peredaran darah dan akan ditangkap olehmakrofag. Segera terjadi viremia
selama 2 hari sebelum timbul gejala dan berakhir setelah lima hari gejala panas mulai.
Makrofag akan segera bereaksi denganmenangkap virus dan memprosesnya sehingga
makrofag menjadi APC (AntigenPresenting Cell). Antigen yang menempel di
makrofag ini akan mengaktifasi sel T-Helper dan menarik makrofag lain untuk
memfagosit lebih banyak virus. T-helper akan mengaktifasi sel T-sitotoksik yang
akan melisis makrofag yang sudahmemfagosit virus. Juga mengaktifkan sel B yang
akan melepas antibodi. Ada 3 jenisantibodi yang telah dikenali yaitu antibodi
netralisasi, antibodi hemagglutinasi,antibodi fiksasi komplemen. Proses diatas
menyebabkan terlepasnya mediator-mediator yang merangsang terjadinya gejala
sistemik seperti demam, nyeri sendi,otot, malaise dan gejala lainnya. Dapat terjadi
manifetasi perdarahan karena terjadiaggregasi trombosit yang menyebabkan
trombositopenia, tetapi trombositopenia ini bersifat ringan.
2. DBD
a. Sistim vaskuler
Patofisiologi primer DBD dan DSS adalah peningkatan akut
permeabilitasvaskuler yang mengarah ke kebocoran plasma ke dalam ruang
ekstravaskuler,sehingga menimbulkan hemokonsentrasi dan penurunan tekanan
darah. Volume plasma menurun lebih dari 20% pada kasus-kasus berat, hal ini
didukung penemuan post mortem meliputi efusi pleura, hemokonsentrasi dan
hipoproteinemi.(6) Tidak terjadinya lesi destruktif nyata pada vaskuler,
menunjukkan bahwa perubahansementara fungsi vaskuler diakibatkan suatu
mediator kerja singkat. Jika penderitasudah stabil dan mulai sembuh, cairan
ekstravasasi diabsorbsi dengan cepat,menimbulkan penurunan hematokrit.
Perubahan hemostasis pada DBD dan DSSmelibatkan 3 faktor: perubahan
vaskuler, trombositopeni dan kelainan koagulasi.Hampir semua penderita DBD
mengalami peningkatan fragilitas vaskuler dantrombositopeni, dan banyak
diantaranya penderita menunjukkan koagulogram yangabnormal.
b. Sistim respon imun
Setelah virus dengue masuk dalam tubuh manusia, virus berkembang
biak dalam sel retikuloendotelial yang selanjutnya diikuiti dengan viremia
yang berlangsung 5-7 hari. Akibat infeksi virus ini muncul respon imun baik
humoralmaupun selular, antara lain anti netralisasi, antihemaglutinin, anti
komplemen.Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, pada
infeksi dengue primer antibodi mulai terbentuk, dan pada infeksi sekunder kadar
antibodi yang telahada meningkat (booster effect). Antibodi terhadap virus
dengue dapat ditemukan didalam darah sekitar demam hari ke-5, meningkat pada
minggu pertama sampai denganketiga, dan menghilang setelah 60-90 hari.
Kinetik kadar IgG berbeda dengan kinetik kadar antibodi IgM, oleh karena itu
kinetik antibodi IgG harus dibedakan antara infeksiprimer dan sekunder. Pada
infeksi primer antibodi IgG meningkat sekitar demam harike-14sedang pada
infeksi sekunder antibodi IgG meningkat pada hari kedua. Olehkarena itu
diagnosa dini infeksi primer hanya dapat ditegakkan dengan mendeteksiantibodi
IgMsetelah hari sakit kelima, diagnosis infeksi sekunder dapat ditegakkanlebih
dini dengan adanya peningkatan antibody IgG dan IgM yang cepat (Emi, M.
2018)
E. Pemeriksaan
penunjang Darah :
 IgG dengue positif
 Trombositopenia
 Hematokrit meningkat lebihd ari 20 merupakan indicator akan timbulnya rejatan
 Hb meningkat lebih dari 20%
 Leukopenia pada hari 2 dan 3
 Masa perdarahan memanjang
 Hipoproteinemia
 Hiponatremia
 Hipokloremia
 SGOT dan SGPT meningkat
 Ureum, Ph darah bisa meningkat
 Urine
 Albuminuria
 Foto thorax
F. Komplikasi
1. Perdarahan usus
2. Shock/rejatan
3. Effusi pleura
4. Penurunan kesadaran
G. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan secara umum :
1. Tirah baring
2. Makanan lunak dan minum 2 liter/24 jam
3. Pemberian cairan melalui infus
4. Pemberian obat obatan (antipiretik dan konvulsif)
5. Minum banyak 1,5-2 liter perhari dengan air the, gula atau susu

II. KONSEP KEPERAWATAN


ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
a. Data subyektif
1) Lemah.
2) Panas atau demam.
3) Sakit kepala.
4) Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan.
5) Nyeri ulu hati.
6) Nyeri pada otot dan sendi.
7) Pegal-pegal pada seluruh tubuh.
8) Konstipasi (sembelit).
b. Data obyektif
1) Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan.
2) Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor.
3) Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis,ekimosis,
hematoma, hematemesis, melena.
4) Hiperemia pada tenggorokan.
5) Nyeri tekan pada epigastrik.
6) Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa.
7) Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas
dingin,gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal.Pemeriksaan laboratorium pada
DHF akan dijumpai :
a) Ig G dengue positif.
b) Trombositopenia.
c) Hemoglobin meningkat > 20 %.
d) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat).
e) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia,
hiponatremia,hipokloremia.Selain itu perlu dikaji pemeriksaan laboratorium
seperti:
 SGOT/SGPT mungkin meningkat.
 Ureum dan pH darah mungkin meningkat.
 Asidosis metabolik.
 Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan berdasarkan SDKI yang ditemukan, yaitu:
a. Hipertermi
b. Nyeri
c. Deficit nutrisi
d. Intoleransi aktivitas
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Hipertermi
 Tujuan :Suhu tubuh normal (36 - 370C).Pasien bebas dari demam.
 Intervensi :
1) Kaji saat timbulnya demam.
Rasional : untuk mengidentifikasi pola demam pasien.
2) Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam.
Rasional : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
3) Anjurkan pasien untuk banyak minum (2,5 liter/24 jam.±7)
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh
meningkatsehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak.
4) Berikan kompres hangat
.Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang
mempercepat penurunan suhu tubuh.
Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal.
Rasional : pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh.
5) Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter.
Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu
tinggi.
b. Nyeri.

 Tujuan :Rasa nyaman pasien terpenuhi. Nyeri berkurang atau hilang.


 Intervensi :
1) Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien
Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien.
2) Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang
tenang. Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri
3) Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri.
Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat melupakan
perhatiannyaterhadap nyeri yang dialami.
4) Berikan obat-obat analgetik
Rasional : Analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien.
c. Deficit nutrisi,
 Tujuan :Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan
makanan sesuaidengan posisi yang diberikan /dibutuhkan.
 Intervensi :
1) Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami
pasien. Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.
2) Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan.
Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu
makan pasien.
3) Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur.Rasional : Membantu
mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupanmakanan .
4) Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi
sering. Rasional : Untuk menghindari mual.
5) Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari.
Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi.
6) Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter.
Rasional : Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan
muntah dandiharapkan intake nutrisi pasien meningkat.
7) Ukur berat badan pasien setiap minggu.
Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien
d. Intoleransi aktivitas
 Tujuan :Pasien mampu mandiri setelah bebas demam.Kebutuhan aktivitas
sehari-hari terpenuhi.
 Intervensi :
1) Kaji keluhan pasien.
Rasional : Untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien.
2) Kaji hal-hal yang mampu atau yang tidak mampu dilakukan oleh pasien.
Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam
memenuhikebutuhannya.
3) Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari sesuai
tingkatketerbatasan pasien.
Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada saat
kondisinyalemah dan perawat mempunyai tanggung jawab dalam
pemenuhan kebutuhansehari-hari pasien tanpa mengalami ketergantungan
pada perawat.
4) Letakkan barang-barang di tempat yang mudah terjangkau oleh pasien.
Rasional : Akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya sendiri
tanpa bantuan orang lain.
Daftar Pustaka

Suzanne C. Smeltzer. 2010. Aplikasi Asuhan Keperawatan. Edisi Revisi Jild 1. Jogjakarta:
Media Action.

Achmadi, U.F. 2012. Dasar-Dasar Penyakit Berbasis Lingkungan. Depok: PT. Rajagrafindo
Persada.

Emi, M., Armansya, T dan Muhammad, H. (2013). Daya Larvasida Ekstrak Etil Asetat Daun
Kemuning (Murraya Paniculata (L) Jack) Terhadap larva Nyamuk Aedes Aegypti. Jurnal
Medikal Veterinaria, Vol. 7, No 1, 27-29

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan
Edisi 1 Cetakan II. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai