Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue
Hemorraghic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan
gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga
mengakibatkan perdarahan. Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia
Tenggara, Brazil, Amerika termasuk seluruh pelosok di Indonesia, kecuali di tempat-tempat
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah demam dengue yang disertai dengan pembesaran
hati dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah
dan pasien jatuh syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. DBD merupakan suatu penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue yang penularannya dari satu penderita ke penderita lain
disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu langkah yang dapat dilakukan untuk
mencegah penyebaran DBD adalah dengan memotong siklus penyebarannya dan memberantas
jentik nyamuk.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Agar mendapatkan gambaran dan pengalaman nyata serta menambah pengetahuan dan
keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Pengkajian keperawatan dengan perdarahan.
b. Menganalisa data dengan perdarahan.
c. Merumuskan diagnosa dengan perdarahan.
d. Menyusun rencana keperawatan dengan perdarahan.

1
BAB II
SKENARIO

2.1 Skenario Modul 3 : Perdarahan


Seorang pria berusia 25 tahun, dirawat di RS mengeluh : demam, nyeri kepala dan ngilu
seluruh tubuh, nyeri epigastrik, nausea, vomitus dan konstipasi. Hasil pemeriksaan fisik TD :
100/60 mmHg, Nadi : 98x/menit, Suhu : 38°C, Pernafasan : 24 x/menit. TB : 150 cm, BB : 48
kg, terdapat ptekie pada tubuh, gusi berdarah. Hasil pemeriksaan Biokimia : Hb 15,8 g/dl,
eritrosit 3,29 jt/UL, leukosit 29.100/mm, trombosit 26.000/mm, Hematokrit 47%. Pemeriksaan
Ig (G) dan Ig (M) positif demam dengue. Tes reempel leed positif, infuse RL 40 TPM pada 6 jam
pertama, lanjut 20 TPM, anjuran untuk minum banyak, injeksi ranitidin 1x1 amp, obat oral :
sistenol 3x10 mg(k/p)

2.2 Identifikasi Kata Sulit


1. Nausea : istilah untuk menggambarkan rasa tidak nyaman di perut terutama dibagian ulu
hati (lambung). Nausea juga dapat diartikan mual dan perasaan ingin muntah.
2. Vomitus : muntah
3. Konstipasi : sulit buang air besar
4. Tes rumple leed (+) : salah satu cara yang paling mudah dan cepat untuk menentukan
apakah terkena demam berdarah atau tidak. Pemeriksaan bidang
hematologi dengan melakukan pembendungan pada bagian lengan
atas selama 10 menit untuk uji diagnostic kerapuhan vaskuler dan
fungsi trombosit.

2.3 Pertanyaan dan Jawaban dari Skenario


1. Apa yang menyebabkan ngilu pada tubuh klien ?
 Karena terlalu banyak beraktivitas atau cedera dari olahraga dan bekerja.
2. Apa penyebab petekie pada pada tubuh klien ?
 Karena jumlah trombosit menurun yang menyebabkan gangguan sirkulasi dalam
kapiler sehingga pembuluh kapiler pecah dan menyebabkan ptekie (Ilmu Biologi,
Janji Sudiono, 2001. Jakarta EGC)

2
3. Apa saja data penunjang pada kasus ?
 a. Pemeriksaan Lab : leukopenia, trombositopenia, hemokonsentrasi, masa
pembekuan normal tapi masa perdarahan memanjang, kimia darah tampak
hiponatremia ; SGPT hipoproteinemia, SGOT ureum darah dan pH darah, urine.
b. Sumsum tulang : pada awal sakit biasanya hiposeluler kemudian menjadi
hiperseluler pada hari kelima dengan gangguan maturasi.
4. Apa yang menyebabkan gusi berdarah pada klien ?
 Karena trombosit menurun sehingga mudah terjadi perdarahan
5. Mengapa leukosit pada klien meningkat ?
 Karena adanya proses infeksi atau radang akut
6. Mengapa klien dianjurkan untuk minum banyak ?
 Karena asupan cairan pada pasien demam dengue ini penting untuk mengganti air dan
ion yang keluar dari pembuluh darah akibat mengalami kebocoran, yang nantinya zat-
zat kimia seperti sitokin akan bermuara ke pembuluh darah kapiler yang hanya
memiliki satu lapisan sehingga mudah mengalami kebocoran atau keluarnya cairan
karena celahnya semakin lebar.
7. Apa efek samping dari obat ?
 Sistenol : reaksi alergi, neutropenia, trobositopenia, purpural, mual dan muntah,
gangguan saluran cerna, dosis besar dan dalam penggunaan dalam jangka lama akan
menyebabkan gangguan fungsi hati
Ranitidin : sakit kepala, mual, diare, sulit BAB, nyeri perut, gatal pada luka
8. Apa hubungan IgG dan IgM dengan Demam Dengue ?
 Imunoserologi dilakukan pemeriksaan IgM dan IgG terhadap dengue.
IgM : terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-3, menghilang
setelah 60-90 hari.
IgG : pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi pada hari ke-14, pada infeksi
sekunder IgG mulai terdeteksi hari ke-2.
9. Mengapa trombosit pada klien menurun ?
 Karena pembentukan trombosit yang berkurang atau penghancuran trombosit yang
meningkat, disebabkan oleh reaksi dari virus Dengue. Trombosit berperan penting
dalam pembekuan darah.

3
BAB III
KONSEP

3.1 Definisi
Demam dengue / DF dan demam berdarah dengue / DBD (dengue haemorrhagic fever /
DHF) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis
demam, nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati,
trombositopenia dan ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai
dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematrokit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh.
Sindrom rejatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai
oleh rejatan/syok. (Sudoyo Aru,dkk 2009)

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue


Hemorraghic Fever (DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan
melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang mana menyebabkan
gangguan pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga
mengakibatkan perdarahan. Penyakit ini banyak ditemukan didaerah tropis seperti Asia
Tenggara, Brazil, Amerika termasuk seluruh pelosok di Indonesia, kecuali di tempat-tempat
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan air laut.
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah demam dengue yang disertai dengan
pembesaran hati dan manifestasi perdarahan. Pada keadaan yang parah bisa terjadi kegagalan
sirkulasi darah dan pasien jatuh syok hipovolemik akibat kebocoran plasma. DBD merupakan
suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang penularannya dari satu penderita ke
penderita lain disebarkan oleh nyamuk Aedes aegypti. Oleh karena itu langkah yang dapat
dilakukan untu mencegah penyebaran DBD adalah dengan memotong siklus penyebarannya dan
memberantas jentik nyamuk.

3.2 Etiologi
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang
termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan
diameter 30 mm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106.

4
Virus dengue termasuk genus Flavivirus, keluarga Flaviridae. Terdapat 4 serotipe virus
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di Indonesia dengan DEN-3
serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibody terhadap serotype
yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotype lain sangat kurang,
sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut.
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama
hidupnya. Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia
(Sudoyo Aru,dkk 2009).

3.3 Patofisiologi
Virus dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan
kemudian akan bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus antibodi, dalam
sirkulasi akan mengaktivasi system complement. Akibat aktivasi C 3 dan C5 akan dilepas C3 dan
C5a, dua peptide yang berdaya untuk melepaskan histamine dan merupakan mediator kuat
sebagai faktor meningginya permeabilitas dinding pembuluh darah dan menghilangkan plasma
melalui endotel dinding itu.
Terjadinya trombositopenia, menurunnya fungsi trombosit dan menurunnya faktor
koagulasi (protombin, faktor V, VII, IX, X dan fibrinogen) merupakan faktor penyebab
terjadinya perdarahan hebat, terutama perdarahan saluran gastrointestinal pada DHF.
Yang menentukan beratnya penyakit adalah meningginya permeabilitas dinding
pembuluh darah, menurunnya volume plasma terjadinya hipotensi, trombositopenia dan diathesis
hemoragik. Renjatan terjadi secara akut.
Nilai hematokrit meningkat bersamaan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding
pembuluh darah. Dan dengan hilangnya plasma melalui endotel dinding pembuluh darah. Dan
dengan hilangnya plasma klien mengalami hipovolemik. Apabila tidak diatasi bisa terjadi
anoreksia jaringan, asidosis metabolik dan kematian.
Perubahan patofisiologi pada DHF antara lain :
a. Meningkatnya permeabilitas kapiler yang menyebabkan bocornya plasma ke dalam
rongga pleura dan rongga peritoneal
b. Hemostasis abnormal yang disebabkan oleh vaskulopati, trombositopenia, koagulopati
c. Renjatan

5
d. Menurunnya fungsi agregasi trombosit karena proses imunologis yang dibuktikan dengan
terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah.
e. Kelainan sistem koagulasi karena hati yang terganggu karena aktivitas system koagulasi

3.4 Manifestasi Klinis


1. Demam Dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan dua atau lebih
manifestasi klinis sebagai berikut :
- Nyeri kepala
- Nyeri retro-orbital
- Mialgia/artralgia
- Ruam kulit
- Manifestasi perdarahan (ptekie atau uji bending positif)
- Leukopenia
- Pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan DD/DBD yang sudah
dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
2. Demam Berdarah Dengue

Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini
dipenuhi :

a. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik.
b. Manifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
- Uji tourniquet positif
- Petekie, ekimosis atau purpura
- Perdarahan mukosa (epitaksis, perdaran gusi), saluran cerna, tempat bekas suntikan
- Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia < 100.000/uL
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan:
- Peningkatan nilai hematokrit ≥ 20 % dari nilai baku sesuai umur dan jenis kelamin.
- Penurunan nilai hematokrit ≥ 20 % setelah pemberian cairan yang adekuat
e. Tanda kebocoran plasma seperti : hipoproteinemi, asites, efusi pleura

6
3. Sindrom Syok Dengue
Seluruh kriteria DBD diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu :
a. Penurunan kesadaran, gelisah
b. Nadi cepat, lemah
c. Hipotensi
d. Tekanan darah turun < 20 mmHg
e. Perfusi perifer menurun
f. Kulit dingin-lembab
4. Gejala tambahan pada demam berdarah :
a. Perdarahan
b. Masa inkubasi dengue antara 3-15 hari, rata-rata 5-8 hari
c. Peningkatan suhu secara tiba-tiba
d. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada supra orbital dan tetra obital
e. Nyeri hebat pada otot dan tulang bia tendon dan otot perut ditekan
f. Mual dan muntah
g. Batuk ringan
h. Pada masa ditemukan pembengkakan, infeksi konjungtiva lakrimasi dan fotofobia
dan otot-otot sekitar mata terasa pegal
i. Eksontem muncul pada awal demam, terlihat pada muka dan dada yang berlangsung
beberapa jam kemudian muncul kembali pada hari 3-6
j. Bercak ditangan dan kaki lalu seluruh tubuh
k. Pada hari keempat dan kelima, nadi cepat kemudian normal/lebih lambat
l. Bradikardi menetap pada masa penyembuhan
m. Lidah kotor dan konstipasi
n. Hari ketiga dan kelima muncul petekie, purpura, ekimosis, hematomesis, melena, dan
epitaksis
o. Hati membesar dan nyeri tekan (+)
p. Gejala syok
q. Sianosis perifer terutama pada ujung hidung, jari-jari tangan dan kaki

7
3.5 Gambaran Klinik
1. Masa inkubasi
Sesudah nyamuk menggigit penderita dan memasukan virus dengue ke dalam kulit,
terdapat masa laten yang berlangsung 4-5 hari diikuti oleh demam, sakit kepala, dan
malaise.
2. Demam
Demam terjadi secara berlangsung selama 2-7 hari kemudian turun menuju suhu
normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsungnya demam, gejala-gejala
klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia, nyeri punggung, nyeri tulang dan
persendian, nyeri kepala dan rasa lemah dapat meyertainya.
3. Perdarahan
Perdarahan biasanya terjadi pada hari kedua dari demam dan umumnya terjadi pada
kulit, dan dapat berupa uji turniket yang positif, mudah terjadi perdaran pada tempat
fungsi vena, petekia dan purpura. Selain itu juga dapat dijumpai epistaksis dan
perdarahan gusi, hematemesis dan melena.
4. Hepatomegali
Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang
kurang gizi hati juga sudah teraba. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati
teraba kenyal, harus diperhatikan kemungkinan akan terjadinya renjatan pada penderita.
5. Renjatan (syok)
Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ketiga sejak sakitnya penderita, dimulai
dengan tanda-tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari
tangan dan jari kaki serta cyanosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam
maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk. Nadi menjadi lembut dan cepat, kecil
bahkan sering tidak teraba. Tekanan darah sistolik akan menurun sampai dibawah angka
80mmHg.
6. Gejala klinik lain
Nyeri epigastrik, muntah-muntah, diare maupun obstipasi dan kejang-kejang.
Keluhan nyeri perut yang hebat sering kali menunjukkan akan terjadinya perdarahan
gastrointestinal dan syok.

8
3.6 Derajat Beratnya Penyakit
- Derajat I : ringan, bila demam mendadak 2-7 hari disertai gejala klinik lain dan
manifestasi perdarahan paling ringan yaitu tes turniket yang positif.
- Derajat II : sedang, dengan gejala lebih berat dari pada derajat 1, disertai manifestasi
perdarahan kulit, epistaksis, perdarahan gusi, hematemisis atau melena. Terdapat
gangguan sirkulasi darah perifer yang ringan berupa kulit dingin dan lembab, ujung
jari dan hidung dingin.
- Derajat III : berat, dengan gejala syok mengikuti gejala-gejala tersebut diatas.
- Derajat IV : berat sekali, penderita syok berat, tensi tidak terukur dan nadi tidak
dapat diraba.

3.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Trombositopeni ( 100.000/mm3 )
2. Hb dan PCV meningkat ( 20 % )
3. Leukopeni (mungkin normal atau leukositosis)
4. Isolasi virus
5. Serologi ( Uji H ) : respon antibodi sekunder
6. Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam
apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto dada,
BUN, creatinin serum.

3.8 Penatalaksanaan
Indikasi rawat tinggal pada dugaan infeksi virus dengue :
- Panas 1-2 hari disertai dehidrasi ( karena panas, muntah, masukan kurang ) atau
kejang-kejang.
- Panas 3-5 hari disertai nyeri perut, pembesaran hati, uji tourniquet positif atau
negative, kesan sakit keras (tidak mau bermain), Hb dan PCV meningkat.
- Panas disertai perdarahan
- Panas disertai renjatan
Sebelum atau tanpa renjatan :
1. Grade I dan II :

9
a. Oral atau
b. Infus cairan Ringer Laktat dengan dosis 75ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB
< 10kg atau 50ml/Kg BB/hari untuk anak dengan BB < 10 kg bersama-sama
diberikan minuman oralit, air buah atau susu secukupnya.
Untuk kasus yang menunjukan gejala dehidrasi disarankan minum sebanyak-
banyaknya dan sesering mungkin.
Apabila anak tidak suka minum sama sekali sebaiknya jumlah cairan infuse yang
harus diberikan sesuai dengan kebutuhan cairan penderita dalam kurun waktu 24 jam
yang diestimasikan sebagai berikut :
- 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 kg
- 75 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
- 60 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
- 50 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg
- Obat-obatan lain : antibiotika apabila ada infeksi lain, antipiretik untuk anti panas,
darah 15cc/kgBB/hari perdarahan hebat.
2. Grade III
a. Berikan infuse Ringer Laktat 20 ml/KgBB/1 jam
Apabila menunjukan perbaikan (tensi terukur lebih dari 80 mmHg dan nadi teraba
dengan frekuensi kurang dari 120/menit dan akral hangan) lanjutkan dengan
Ringer Laktat 10 ml/KgBB/1 jam. Jika nadi dan tensi stabil lanjutkan infuse
tersebut dengan jumlah cairan di hitung berdasarkan kebutuhan cairan dalam
kurun waktu 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk dibagi dengan sisa waktu
(24 jam dikurangi waktu yang dipakai untuk mengatasi renjatan). Perhutungan
kebutuhan cairan dalam 24 jam diperhitungkan sebagai berikut :
- 100 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB < 25 kg
- 75 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB 26-30 kg
- 60 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB 31-40 kg
- 50 ml/Kg BB/24 jam, untuk anak dengan BB 41-50 kg.
b. Apabila satu jam setelah pemakaian cairan RL 20 ml/Kg BB/ 1 jam keadaan tensi
masih terukur kurang dari 80 mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin maka
penderita tersebut memperoleh plasma atau plasma ekspander (dextran L atau

10
yang lainnya) sebanyak 10ml/Kg BB/1 jam dan dapat diulang maksimal 30 ml/Kg
BB dalam kurun waktu 24 jam. Jika keadaan umum membaik dilanjutkan cairan
RL sebanyak kebutuhan cairan selama 24 jam dikurangi cairan yang sudah masuk
dibagi sisa waktu setelah dapat mengatasi renjatan.
c. Apabila satu jam setelah pemberian cairan Ringer Laktat 10 ml/Kg BB/1 jam
keadaan tensi menurun lagi, tetapi masih terukur kurang 80 mmHg dan nadi cepat
lemah, akral dingin maka penderita tersebut harus memperoleh plasma atau
plasma ekspander (dextran L atau lainnya) sebanyak 10ml/Kg BB/ 1 jam. Dan
dapat diulang maksimal 30 mg/Kg BB dalam kurun waktu 24 jam.

3.9 Pengobatan
3.9.1 Demam Berdarah Tanpa Syok
1. Penggantian cairan dengan memberinya minum banyak (1,5-2 liter dalam waktu 24
jam). Jika penderita terus muntah atau hematokrit terus meningkat, berikan infus
dengan RL atau NaCl 0.9 % - glukosa 10 % ana.
2. Obat-obatan
Bila suhu lebih dari 40 C berikan antipiretika atau surface cooling bila terjadi kejang
luminal intramuskuler.
3. Observasi penderita dengan teliti untuk menentukan tanda-tanda dini terjadinya syok,
terutama dengan memeriksa hematokrit sesering mungkin.
3.9.2 Demam Berdarah dengan Syok (Dengue Shock Syndrome)
1. Cairan RL atau NaCl 0.9% glukosa 10% ana dengan kecepatan tetesan 20 ml/kg berat
badan/jam. Bila renjatan sudah teratasi berikan cairan 10 ml/kg berat badan/jam.
Plasma atau ekspander plasma bila penderita dengan syok berat tidak dapat diatasi
denga RL. Darah diberikan bila terdapat hematemesis dan atau melena atau diduga
terdapat perdarahan gastrointestinal.
2. Oksigen sebaiknya, diberikan pada semua penderita syok.
3. Obat-obatan
Antibiotika diberikan bila terdapat syok yang berkepanjangan atau terdapat komplikasi
infeksi bakteri. Kortikosteroid dan heparin boleh diberikan pada syok berat.

11
3.10 Pencegahan
Pencegahan Demam Berdarah Dengue terutama ditujukan kepada upaya untuk
memberantas vector penularnya yaitu nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus.
Pemberantasan vector dilakukan dengan atau tanpa insektisida. Pemberatasan dengan insektisida
ditujukan baik terhadap nyamuk dewasa maupun terhadap larva nyamuk sebaiknya
menggunakan organofosfat untuk menghindari pencemaran lingkungan. Untuk larva nyamuk
dilakukan abatisasi, yaitu pemberian Abate SG (temephos) dengan dosis 1 ppm (part permillion)
pada tempat-tempat penyimpanan air, bak-bak air dikamar mandi dan bejana berisi air lainnya.
Pemberantasan sarang nyamuk Aedes merupakan tindakan pemberantasan nyamuk tanpa
insektisida dengan jalan menjaga kebersihan lingkungan hidup.

12
3.11 Patoflow

13
BAB IV
ASUHAN KEPERAWATAN

4.1 Klasifikasi Data


DS :
- Klien mengeluh demam
- Klien mengeluh nyeri kepala
- Klien mengeluh ngilu seluruh tubuh
- Klien mengeluh nyeri epigastrik
- Klien mengeluh nausea
- Klien mengeluh vomitus
- Klien mengeluh konstipasi
DO :
- TTV : a. TD : 100/60 mmHg
b. Nadi : 98 x/menit
c. Suhu : 38°C
d. Pernafasan : 24 x/menit
- TB : 150 cm
- BB : 48 kg
- Terdapat ptekie pada tubuh
- Gusi berdarah
- Hb : 15,8 g/dl
- Eritrosit : 3,29 jt/uL
- Leukosit : 29.100/mm
- Trombosit : 26.000/mm
- Hematokrit : 47%
- Pemeriksaan Ig (G) dan Ig (M) positif demam dengue
14
- Tes reempel leed positif

4.2 Analisa Data


No Masalah
Data Etiologi
. Keperawatan
1. DS : Ketidakseimbangan Peningkatan
- Klien mengeluh cairan dan elektrolit : permeabilitas
konstipasi kurang dari pembuluh darah
DO : kebutuhan tubuh
- TD : 100/60 mmHg
- N : 98 x/menit
- S : 38°C
- RR : 24 x/menit
- Terdapat petekie pada
tubuh
- Gusi berdarah
- Eritrosit : 3,29 jt/uL
- Trombosit : 26.000/mm
- Hematokrit : 47%
- Tes reemple leed (+)
Data yang perlu dikaji :
- Penurunan turgor kulit
Membran mukosa kering
2. DS: Hipertermi Proses infeksi
- Klien mengeluh demam virus dengue
DO:
- N : 98 x/menit
- S : 38°C
- RR : 24 x/menit

15
- Leukosit : 29.100/mm
- Pemeriksaan Ig (G) dan
Ig (M) positif demam
dengue
3 DS : Nyeri Proses patologis
- Klien mengeluh nyeri penyakit
kepala
- Klien mengeluh ngilu
seluruh tubuh
- Klien mengeluh nyeri
epigastrik
DO :
- TD : 100/60 mmHg
- N : 98 x/menit
- S : 38°C
- RR : 24 x/menit
Data yang perlu dikaji :
- Skala nyeri
Mengekspresikan perilaku
(misalnya : gelisah, merengek,
menangis)
4 DS: Resiko Ketidakmampuan
- Klien mengeluh nyeri ketidakseimbangan untuk mencerna
epigastrik nutrisi kurang dari makanan
- Klien mengeluh nausea kebutuhan tubuh
- Klien mengeluh vomitus
DO:
- TB : 150 cm
- BB : 48 kg
A : TB : 150cm, BB : 48kg
Berat Badan Ideal
16
(TB-100) ± 10% (TB-100)
(150-100) ± 10% (150-100)
50 ± 10% (50)
50 ± 5 = 45 s/d 55 kg
Indeks Masa Tubuh
IBW : BB (kg)/ TB (m)2
: 48/(1,5)2
: 48/2,25
: 21,33 (Normal)
B : - Hb : 15,8 g/dl
- Eritrosit : 3,29 jt/uL
- Leukosit : 29.100/mm
- Trombosit : 26.000/mm
- Hematokrit : 47%
- Pemeriksaan Ig (G) dan
Ig (M) positif demam
dengue
- Tes reempel leed positif
C : (perlu dikaji ulang)
D : (perlu dikaji ulang)

4.3 Diagnosa Keperawatan


1. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan permeabilitas pembuluh darah ditandai klien mengeluh konstipasi,
TD : 100/60 mmHg, N : 98 x/menit, S : 38°C, RR : 24 x/menit, terdapat petekie pada
tubuh, gusi berdarah, eritrosit : 3,29 jt/uL, trombosit : 26.000/mm, hematokrit : 47%, tes
reemple leed (+)
2. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue ditandai dengan klien
mengeluh demam, S : 38°C, RR : 24 x/menit, Leukosit : 29.100/mm, pemeriksaan Ig (G)
dan Ig (M) positif demam dengue

17
3. Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit ditandai dengan klien mengeluh
nyeri kepala, klien mengeluh ngilu seluruh tubuh, klien mengeluh nyeri epigastrik, TD :
100/60 mmHg, N : 98 x/menit, S : 38°C, RR : 24 x/menit
4. Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna makanan ditandai dengan klien
mengeluh nyeri epigastrik, klien mengeluh nausea, klien mengeluh vomitus, TB : 150
cm, BB : 48 kg.

4.4 Perencanaan Tindakan Keperawatan


No Diagnosa Intervensi Rasional
1. -Dx: 1. Monitor intake dan 1. Untuk mengetahui
Ketidakseimbangan cairan output cairan balance cairan dan
dan elektrolit kurang dari 2. Kaji status hidrasi, elektrolit dalam
kebutuhan tubuh membrane mukosa, tubuh atau
berhubungan dengan turgor kulit homeostasis.
peningkatan permeabilitas 3. Monitor vital sign 2. Untuk mengetahui
pembuluh darah ditandai 4. Pantau Hemoglobin perubahan status
dengan klien mengeluh dan Hematokrit hidrasi, membran
konstipasi, TD : 100/60 5. Anjurkan pasien mukosa, turgor kulit,
mmHg, N : 98 x/menit, S : untuk minum banyak menggambarkan
38°C, RR : 24 x/menit, (± 2,5 liter/24 jam) berat ringannya
terdapat petekie pada 6. Berikan infuse RL 40 kekurangan cairan.
tubuh, gusi berdarah, TPM 6 jam pertama, 3. Untuk mengukur
eritrosit : 3,29 jt/uL, lanjut 20 TPM status perkembangan
trombosit : 26.000/mm, 7. Informasikan pada kesehatan klien.
hematokrit : 47%, tes pasien dan keluarga 4. Untuk mengetahui
reemple leed (+) tanda perdarahan lain tingkat kebocoran
-Tujuan : (contoh: hidung dan pembuluh darah dan
Setelah dilakukan tindakan kulit) dan laporkan untuk acuan
keperawatan selama …x24 jika terjadi melakukan tindakan
jam keseimbangan cairan perdarahan lanjut

18
dan elektrolit klien dapat 8. Kolaborasikan 5. Peningkatan suhu
terpenuhi. dengan dokter tubuh mengakibatkan
-Kriteria hasil : pemberian transfuse penguapan tubuh
1. TTV dalam batas suspensi trombosit meningkat sehingga
normal ( TD : Sistolik perlu diimbangi
100-120, Diastolik 60- dengan asupan cairan
90, S : 36,8-37,5°C, yang banyak.
N: 60-100 x/menit, 6. Pemberian cairan IV
RR: 16-20 x/menit) sangat penting bagi
2. Tidak ada tanda-tanda klien yang
dehidrasi, elastisitas mengalami deficit
turgor baik, membrane cairan untuk
mukosa lembap) memenuhi kebutuhan
3. Perdarahan berkurang cairan klien.
atau berhenti 7. Dengan melibatkan
4. Peningkatan trombosit klien dan keluarga
5. Peningkatan eritrosit maka tanda-tanda
perdarahan dapat
segera diketahui
sehingga tindakan
yang cepat dan tepat
dapat diberikan
8. Untuk meningkatkan
jumlah trombosit
secara bertahap
2. -Dx: 1. Monitor suhu tubuh 1. Pola demam dapat
Hipertermi berhubungan pasien membantu dalam
dengan proses infeksi 2. Monitor TTV diagnosis; kurva
virus dengue ditandai 3. Berikan kompres air demam lanjut lebih
dengan klien mengeluh biasa dari 4 hari
demam, S : 38°C, RR : 24 4. Anjurkan untuk tidak menunjukkan infeksi

19
x/menit, N : 98 x/menit, memakai selimut dan yang lain.
Leukosit : 29.100/mm, pakaian yang tebal 2. Untuk mengetahui
pemeriksaan Ig (G) dan Ig 5. Berikan obat perkembangan klien
(M) positif demam dengue antipiretik : sistenol 3. Kompres air biasa
-Tujuan: 3x10 mg(k/p) akan terjadi
Setelah dilakukan tindakan pemindahan panas
keperawatan selama 1x24 secara konduksi
jam diharapkan kenaikan 4. Pakaian tipis
suhu tubuh klien dapat membantu
teratasi mengurangi
-Kriteria Hasil : penguapan tubuh.
1. Suhu tubuh dalam Pemberian cairan
rentang normal (36,8- sangat penting bagi
37,5°C) pasien dengan suhu
2. Nadi dan RR dalam tinggi.
rentang normal (N: 60- 5. Antipiretik dapat
100 x/menit; RR: 16- menurunkan suhu
20 x/menit) tubuh dan juga
menekan gejala-
gejala yang biasanya
menyertai demam
3 -Dx: 1. Kaji tingkat nyeri 1. Untuk mengetahui
Nyeri berhubungan dengan yang dialami klien. derajat nyeri yang
proses patologis penyakit 2. Berikan posisi dialami klien.
ditandai dengan klien nyaman, usahakan 2. Posisi yang nyaman
mengeluh nyeri kepala, situasi ruangan yang dan lingkungan
klien mengeluh ngilu tenang. tenang mengurangi
seluruh tubuh, klien 3. Berikan tindakan rasa nyeri.
mengeluh nyeri epigastrik, kenyamanan seperti 3. Menurunkan
TD : 100/60 mmHg, N : perubahan posisi dan tegangan otot,
98 x/menit, S : 38°C, RR : dorong penggunaan meningkatkan

20
24 x/menit teknik relaksasi, istirahat dan relaksasi
-Tujuan: seperti imajinasi, memusatkan
Setelah dilakukan tindakan visualisasi, latihan perhatian, dapat
keperawatan selama 2x24 nafas dalam. meningkatkan control
jam diharapkan nyeri 4. Berikan obat dan kemampuan
berkurang analgetik : sistenol kemampuan koping.
-Kriteria Hasil: 3x10 mg(k/p) 4. Analgetik dapat
1. Mampu mengontrol menekan atau
nyeri (tahu penyebab mengurangi nyeri
nyeri, mampu pasien.
menggunakan teknik
non farmakologi untuk
mengurangi nyeri)
2. Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
4 -Dx: 1. Monitor BB 1. Berguna dalam
Risiko ketidakseimbangan 2. Monitor keadaan lab: mendefinisikan
nutrisi kurang dari Hb dan Ht derajat atau luasnya
kebutuhan tubuh 3. Anjurkan makan masalah dan pilihan
berhubungan dengan sedikit tapi sering intervensi yang tepat.
intake nutrisi yang tidak 4. Berikan obat 2. Mengindikasi status
adekuat akibat mual, ranitidine 1x1 amp nutrisi
muntah dan nafsu makan 5. Informasikan 3. Memberikan
yang menurunditandai makanan yang kesempatan untuk
dengan klien mengeluh merangsang dan meningkatkan
nyeri epigastrik, klien mengandung gas masukan kalori total
mengeluh nausea, klien 6. Kolaborasi dengan 4. Untuk menurunkan
mengeluh vomitus, TB : ahli gizi untuk kadar asam lambung
150 cm, BB : 48 kg. menentukan jumlah 5. Menghindari
-Tujuan: nutrisi yang makanan yang

21
Setelah dilakukan tindakan dibutuhkan pasien merangsang dan
keperawatan selama 3x24 mengandung gas
jam diharapkan menurunkan distensi
ketidakseimbangan nutrisi dan iritasi gaster
teratasi 6. Untuk mengetahui
-Kriteria Hasil: komposisi nutrisi
1. Tidak ada tanda-tanda yang akan diberikan
malnutrisi
2. Tidak ada penurunan
BB
3. Mual dan muntah
berkurang
4. BB dapat
dipertahankan

22
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Demam dengue / DF dan demam berdarah dengue / DBD (dengue haemorrhagic fever/DHF)
adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,
nyeri otot dan/atau nyeri sendi yang disertai leucopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia,
dan diathesis hemoragik. Pada DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai dengan
hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan cairan di rongga tubuh. Sindrom
renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang ditandai oleh
renjatan/syok.

Penyebaran penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan aedes
albopitcus, sehingga pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit DBD akan
mungkin ada penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang luar biasa bagi
penduduk disekitarnya.

Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk di waktu pagi sampai sore, karena
nyamuk aedes aktif di siang hari ( bukan malam hari ). Misalnya hindarkan berada dilokasi yang
banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBDnya.

23
DAFTAR PUSTAKA

Nurarif Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda Nic-Noc. Jakarta: MediAction
Sudoyo, Aru W dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam Edisi Kelima Jilid III.
Jakarta: Interna Publishing
Desmawati, 2013. Sistem Hematologi dan Imunologi Asuhan Keperawatan Umum dan
Maternitas Dilengkapi dengan Latihan Soal-Soal. Jakarta: In Media

24

Anda mungkin juga menyukai