Konsep Medis
1. Defenisi
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas
tidak memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara
efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Insulin adalah hormon
yang diproduksi oleh pancreas yang berfungsi untuk mengatur penggunaan
glukosa sehingga glukosa dapat diubah menjadi energi dan membantu
mengontrol kadar gula darah (glukosa) dalam darah (WHO, 2020).
Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh karena kehilangan sel-sel yang
memproduksi insulin di pankreas atau penurunan sensitivitas jaringan
terhadap insulin yang menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah
(Kassahun & Mekonen, 2017).
Diabetes adalah didefinisikan sebagai kondisi ketidakstabilan
glikemik, yang memiliki efek mengubah metabolisme lipid, protein dan
karbohidrat yang menyebabkan disfungsi sekresi insulin (Vicente et al.,
2020).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis dengan gangguan
fungsi kelenjar pankreas yang melepaskan hormon insulin. Pankreas
berperan dalam mengangkut gula dalam darah ke otot jaringan untuk suplai
energi (Martina & Adisasmita, 2019).
2. Klasifikasi
Menurut American Diabetes Association (ADA) dalam (Apiati & Sugiarti, 2018), DM bisa
diklasifikasikan secara etiologi menjadi DM Tipe 1, DM Tipe 2,Diabetes Dalam
Kehamilan, dan Diabetes Tipe Lain.
a. DM Tipe 1 terjadi karena kerusakan sel beta pankreas (reaksi
autoimun), bila kerusakan sel beta telah mencapai 80-90% maka gejala
DMmulai muncul. Perusakan sel beta ini lebihcepat terjadi pada anak-
anak dibandingkan dewasa. Sebagian besar penderita DM Tipe 1
mempunyai antibodi yang menunjukkan adanya proses autoimun, dan
sebagian kecil tidak terjadi proses autoimun. Sebagian besar (75%)
kasus terjadi sebelum usia 30 tahun, tetapi usia tidak termasuk kriteria
untuk klasifikasi.
b. DM tipe 2 merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang
ditandai oleh keadaan hiperglikemi akibat kelainan sekresi insulinoleh
sel beta pankreas, gangguan kerjainsulin/resistensi insulin atau
kombinasi keduanya. Kasus DM tipe 2 terbanyak umumnya
mempunyai latar belakang kelainanberupa resistensi insulin.
c. DM dan kehamilan (Gestational Diabetes Melitus - GDM) adalah
kehamilan normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance
(ibu hamil gagal mempertahankan euglycemia). Faktor risiko GDM
diantaranya riwayat keluarga DM, kegemukan, dan glikosuria. GDM
ini meningkatkan morbiditas neonatus, misalnya hipoglikemia, ikterus,
polisitemia, dan makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu GDM
mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan bayi
dan makrosomia.
3. Etiologi
a. Diabetes milletus tipe 1
1) Faktor genetic
DM cenderung diturunkan atau diwariskan, bukan ditularkan.
2) Faktor imunologi
Dalam diabetes tipe ini ditemukan adanya suatu respon autoimun.
Respon ini merupakan respon abnormal karena antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah olah sebagai jaringan asing.
(Awadalla et al., 2018)
b. Diabetes Mellitus Tipe 2
1) Usia resistensi cenderung meningkat diusia 65 tahun
2) Obesitas/Overweight dikaitkan dengan gangguan metabolisme
intraseluler pada transpor sinyal pemanfaatan glukosa dan
peningkatan lipolisis yang kemudian menimbulkan resistensi insulin
dan hiperglikemia (Harbuwono et al., 2020).
3) Kurang olahrag dan pola makan tidak sehat
4) Riwayat keluarga dengan diabetes.
(Arambewela et al., 2018)
4. Patofisiologi
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan gula darah sewaktu (GDS) > 126 mg/dl
b. Pemeriksaan gula darah puasa (GDP) > 200 mg/dl
c. Pemeriksaan gula darah 2 jam prandial (GD2PP) > 140 mg/dl
(Harbuwono et al., 2020)
d. Pemeriksaan gula darah acak > 200 mg/dl
Pemeriksaan HbA1c >6,5% (43 mmol / mol) (Harbuwono et al., 2020)
7. Penatalaksanaan
1. Terapi farmakologi
b. Terapi insulin
Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM Tipe
1. Pada DM Tipe I, sel-sel β Langerhans kelenjar pankreas penderita
rusak, sehingga tidak lagi dapat memproduksi insulin. Sebagai
penggantinya, maka penderita DM Tipe I harus mendapat insulin
eksogen untuk membantu agar metabolisme karbohidrat di dalam
tubuhnya dapat berjalan normal.
c. Terapi obat hipoglikemik oral
Obat-obat hipoglikemik oral terutama ditujukan untuk
membantu penanganan pasien DM Tipe II. Pemilihan obat
hipoglikemik oral yang tepat sangat menentukan keberhasilan terapi
diabetes. Bergantung pada tingkat keparahan penyakit dan kondisi
pasien, farmakoterapi hipoglikemik oral dapat dilakukan dengan
menggunakan satu jenis obat atau kombinasi dari dua jenis obat.
8. Terapi nonfarmakologi
- Gerakan ekstremitas
- GCS atau pada anak tentukan respon A = alert, V = verbal,P =
pain/respon nyeri, U = unresponsive.
- Ukuran pupil dan respon pupil terhadap cahaya.
E = Eksposure
- Tanda-tanda trauma yang ada.
2. Pengkajian Sekunder (secondary survey)
Pengkajian sekunder dilakukan setelah masalah ABC yang
ditemukan pada pengkajian primer diatasi. Pengkajian sekunder
meliputi pengkajian obyektif dan subyektif dari riwayat keperawatan
(riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, riwayat
pengobatan, riwayat keluarga) dan pengkajian dari kepala sampai
kaki.
a. Pengkajian Riwayat Penyakit :Komponen yang perlu dikaji :
- Keluhan utama dan alasan pasien datang ke rumah sakit
- Lamanya waktu kejadian samapai dengan dibawa kerumah sakit
- Tipe cedera, posisi saat cedera dan lokasi cedera
- Gambaran mekanisme cedera dan penyakit yang ada(nyeri)
- Waktu makan terakhir
- Riwayat pengobatan yang dilakukan untuk mengatasi sakit
sekarang, imunisasi tetanus yang dilakukan dan riwayat alergi klien.
Metode pengkajian :
1) Metode yang sering dipakai untuk mengkaji riwayat klien :
2. Diagnosis Keperawatan
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia
b. Ketidakstabilan kadar glukosa berhubugan dengan
hipoglikemia/hiperglikemia
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer
(PPNI, 2017)
3. Intervensi Keperawatan
a. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hiperglikemia ditandai
dengan CRT >3dtk, nadi perifer menurun atau tidak teraba, akral teraba
dingin, turgor kulit menurun dan edema
Tujuan :
1) Tidak terjadi perfusi perifer tidak efektif
Kriteria hasil :
Perawatan Sirkulasi
Observasi
1) Identifikasi factor resiko gangguan sirkulasi
R/ DM merupakan salah satu gangguan sirkulasi, biasanya terjadi
pada kaki.
2) Periksa sirkulasi perifer
R/ sirkulasi perifer memberikan idnikasi adanya sirkulasi sistemik,
bila nadi perifer tidak teraba menunjukan alirah darah keperifer tidak
adekuat
Teraupeutik
3) Lakukan pencegahan infeksi
4) Lakukan perawatan kaki
Edukasi
Manajemen Hiperglikemia
Observasi
1) Identifikasi penyebab hiperglikemia
R/hiperglikemia terjadi ketika jumlah insulin ke glukosa tidak
mencukupi
2) Monitor kadar gula darah
R/ untuk memantau kadar gula dalam darah apakah mengalami
peningkatan atau penurunan
3) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (poliura, polidipsi dan
polifagia)
R/ poliura, polidipsi dan polifagia dapat menyebabkan tingkat
kelesuan berlebih pada tubuh klien karena pengontrolan fungsi yang
tidak sesuai
Teraupeutik
4) Berikan asupan cairan oral
R/ untuk mempertahankan asupan cairan dikarenakan poliuria
5) Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
R/ agar dapat mengantisipasi dan menghambat keparahan yang
diakibatkan oleh hiperglikemia
Edukasi
6) Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
R/agar pasien bisa melakukan pengecekan kadar glukosa darah secara
mandiri
7) Anjurkan kepatuhan terhadap diet
R/ kepatuhan diet dapat mencegah komplikasi tterjadinya
hipoglikemia atau hiperglikemia
Kolaborasi
8) Kolaborasi pemberian insulin, cairan IV dan kalium jika perlu
R/ untuk menurunkan kadar glukosa sehingga tetap dalam rentang
normal
c. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan neuropati perifer ditandai
dengan kerusakan jaringan/lapisan kulit, nyeri, kemerahan
Tujuan : kerusakan integritas kulit dapat berkurang
Kriteria hasil : integritas kulit yang baik bisa dipertahankan, tidak ada
luka/lesi pada kulit
Perawatan luka
Observasi
1) Monitor karakteristik luka
R/ pengkajian yang tepat terhadap luka dan proses penyembuhan akan
membantu dalam menentukan tindakan selanjutnya serta mengetahui
perkembangan luka
2) Monitor tanda-tanda infeksi
R/ mengetahui tindakan yang akan dilakukan selanjutnya dan sebagai
deteksi dini dari infeksi local dapat dicegah.
Teraupeutik
3) Lepaskan balutan dan plester secara bertahap
R/ mengurangi tegangan pada jahitan atau
luka
4) Bersihkan jaringan nekrotik
R/ untuk menjaga agar kulit tetap bersih dan kering dan untuk
mengangkat jaringan mati
5) Pasang balutan sesuai jenis luka
R/ meningkatan ketepatan penyerapan drainase
6) Pertahankan Teknik steril saat melakukan perawatan luka
R/ dapat menjaga kontaminasi luka dan mencegah
infeksi
Edukasi
7) Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
R/ meningkatkan pengetahuan tentang perawatan luka
Kolaborasi
8) Kolaborasi pemberian antibiotic, jika perlu.
R/ antibiotic dapat menghambat proses infeksi
(PPNI, 2018)
DAFTAR PUSTAKA
Azitha, M., Aprilia, D., & Ilhami, Y. R. (2018). Hubungan Aktivitas Fisik dengan
Kadar Glukosa Darah Puasa pada Pasien Diabetes Melitus yang Datang
ke Poli Klinik Penyakit Dalam Rumah Sakit M. Djamil Padang. Jurnal
Kesehatan Andalas, 7(3), 400. https://doi.org/10.25077/jka.v7.i3.p400-
404.2018
Anjani, E. P., Oktarlina, R. Z., & Morfi, C. W. (2018). Zat Antosianin pada
Ubi Jalar Ungu terhadap Diabetes Melitus. Majority, 7(2), 257–262.
Coca, A., Valencia, A. L., Bustamante, J., Mendiluce, A., & Floege, J. (2018).
Hypoglycemia Following Intravenous Insulin Plus Glucose for
Hyperkalemia in Patients with Impaired Renal Function. PLoS ONE,
12(2), 1–13. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0172961
Didangelos, T., Moralidis, E., Karlafti, E., Tziomalos, K., Margaritidis, C.,
Kontoninas, Z., Stergiou, I., Boulbou, M., Papagianni, M.,
Papanastasiou, E., & Hatzitolios, A. I. (2018). A Comparative
Assessment of Cardiovascular Autonomic Reflex Testing and Cardiac
123I-Metaiodobenzylguanidine Imaging in Patients with Type 1
Diabetes Mellitus without Complications or Cardiovascular Risk
Factors. International Journal of Endocrinology, 2018.
https://doi.org/10.1155/2018/5607208
Egunsola, O., Dowsett, L. E., Diaz, R., Brent, M., Rac, V., & Clement, F. M.
(2021). Diabetic Retinopathy Screening: A Systematic Review of
Qualitative Literature. Canadian Journal of Diabetes.
https://doi.org/10.1016/j.jcjd.2021.01.014
Hafeez, M., Siddiqi, A. H., & Ahmed, I. (2018). Diabetes Mellitus in Soldiers,
What’S New. Pakistan Armed Forces Medical Journal, 68(4), 779–
783.
Hromadnikova, I., Kotlabova, K., Dvorakova, L., & Krofta, L. (2020). Diabetes
Mellitus and Cardiovascular Risk Assessment in Mothers with a
History of Gestational Diabetes Mellitus Based on Postpartal
Expression Profile of Micrornas Associated with Diabetes Mellitus and
Cardiovascular and Cerebrovascular Diseases.
Sudarman, Asfar, A., & Amir, H. (2020). Modern Dressing Wound Care Effective
Healing Diabetic. Jurnal Ipteks Terapan, 14(2), 138–145.
https://doi.org/http://doi.org/10.22216/jit.2020.v14i2.5384