Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA MEDIS

DIABETES MELITUS

OLEH:
Pieter Leatemia
14420232130

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ……………………... ) ( ……………………... )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAR
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2024
A. KONSEP MEDIS
1. Defenisi
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas
tidak memproduksi cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkannya. Insulin adalah hormon yang
diproduksi oleh pancreas yang berfungsi untuk mengatur penggunaan glukosa
sehingga glukosa dapat diubah menjadi energi dan membantu mengontrol
kadar gula darah (glukosa) dalam darah (WHO, 2020).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang bersifat menahun,
berhubungan dengan suatu sistem dalam tubuh, dan disebabkan oleh berbagai
faktor, yang ditandai dengan adanya jumlah kadar gula (glukosa) darah yang
berlebihan (hiperglikemia) dan jumlah kadar lemak (lipid) yang berlebihan
(hiperlipidemia), akibat kurangnya sekresi insulin, atau ketidak efektifan kerja
insulin yang telah disekresi oleh pankreas(Livanaet al.,
2018).MenurutSoegondodalam(Hidayat, 2017), menyatakanbahwadiabetes
mellitusmerupakan penyakit yang berjangka panjang maka bila diabaikan
komplikasi penyakit diabetes mellitus dapat menyerang seluruh anggota tubuh
yang di akibatkan dari kadar gula darah yang tidak terkontrol pada pengidap
diabetes, tindakan pengendalian diabetes untuk mencegah terjadinya
komplikasi sangatlah diperlukan khususnya menjaga tingkat gula darah
sedekat mungkin dengan normal.
Diabetes mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh karena kehilangan sel-sel yang
memproduksi insulin di pankreas atau penurunan sensitivitas jaringan terhadap
insulin yang menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah (Kassahun &
Mekonen, 2017).
Diabetes adalah didefinisikan sebagai kondisi ketidakstabilan glikemik,
yang memiliki efek mengubah metabolisme lipid, protein dan karbohidrat yang
menyebabkan disfungsi sekresi insulin (Vicente et al., 2020).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis dengan gangguan
fungsi kelenjar pankreas yang melepaskan hormon insulin. Pankreas berperan
dalam mengangkut gula dalam darah ke otot jaringan untuk suplai energi
(Martina & Adisasmita, 2019)
2. Klasifikasi
Menurut American Diabetes Association(ADA)dalam(Apiati & Sugiarti,
2017), DM bisa diklasifikasikansecara etiologi menjadi DM Tipe 1, DM Tipe
2,Diabetes Dalam Kehamilan, dan Diabetes TipeLain.
1. DM Tipe 1 terjadi karena kerusakan sel betapankreas (reaksi autoimun),
bila kerusakan selbeta telah mencapai 80-90% maka gejala DMmulai
muncul. Perusakan sel beta ini lebihcepat terjadi pada anak-anak
dibandingkandewasa. Sebagian besar penderita DM Tipe 1mempunyai
antibodi yang menunjukkan adanyaproses autoimun, dan sebagian kecil
tidakterjadi proses autoimun. Sebagian besar (75%)kasus terjadi sebelum
usia 30 tahun, tetapi usiatidak termasuk kriteria untuk klasifikasi.
2. DM tipe 2 merupakan suatu kelompokpenyakit metabolik yang ditandai
oleh keadaanhiperglikemi akibat kelainan sekresi insulinoleh sel beta
pankreas, gangguan kerjainsulin/resistensi insulin atau
kombinasikeduanya. Kasus DM tipe 2 terbanyakumumnya mempunyai
latar belakang kelainanberupa resistensi insulin.
3. DM dan kehamilan (GestationalDiabetes Melitus - GDM) adalah
kehamilannormal yang disertai dengan peningkataninsulin resistance (ibu
hamil gagalmempertahankan euglycemia). Faktor risikoGDM diantaranya
riwayat keluarga DM,kegemukan, dan glikosuria. GDM inimeningkatkan
morbiditas neonatus, misalnyahipoglikemia, ikterus, polisitemia,
danmakrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibuGDM mensekresi
insulin lebih besar sehinggamerangsang pertumbuhan bayi
danmakrosomia.
3. Etiologi
Dalam (Nurarif & Kusuma, 2017), etiologi DM terbagi menjadi 2 yaitu :
sebagai berikut :
1. DM tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandaidenganpenghancuransel-sel beta
pancreas yang disebabkanoleh :
- Faktor genetic penderitatidakmewarisi diabetes tipeitusendiri,
tetapimewarisisuatupredisposisiataukecenderungan genetic
kearahterjadinya diabetes tipe I.
- Faktorimunologi (autoimun)
- Faktorlingkungan :virusatautoksintertentudapatmemicu proses
autoimun yang menimbulkanestruksisi beta.
2. DM tipe II
Disebabkanolehkegagalan relative sel beta
danresistensiinsulin.Faktorresiko yang berhubungandengan proses
terjadinya diabetes tipeII :usia, obesitas,
riwayatdankeluarga.Menurut(Etika & Monalisa, 2016),
menyatakanbahwajikadalamkeluarga orang tersebutada yang
memilikipenyakit diabetes mellitus maka orang tersebutberesiko 4 kali
lipatlebihbesaruntukmenderita diabetes mellitus.
4. ManifestasiKlinis
Gejala yang dikeluhkan oleh penderita diabetes mellitus adalah polidipsia,
poliuria,polifagia, penurunan berat badan, dan kesemutan.Keluhan lain adalah
lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi
pada pria,pruritus vulvae pada pasien wanita, serta luka yang sukar
sembuh(Kurniawaty & Lestari, 2017).
5. Patofisiologi
1. DM tipe 1
Terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-
sel pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Glukosa yang berasal
dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tetap berada
dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah
makan). Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak
dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar akibatnya
glukosa tersebut diekskresikan dalam urin (glukosuria). Ekskresi ini akan
disertai oleh pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan, keadaan ini
dinamakan diuresis osmotik. Pasien mengalami peningkatan dalam
berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsi).
2. DM tipe 2
Patofisiologi DM tipe 2 ditandaidengan adanya resistensi insulin
perifer,gangguan hepatic glucosa production(HGP) dan penurunan fungsi
sel ß, yangakhirnya akan menuju kerusakan totalsel ß. Mula-mula timbul
resistensi insulinkemudian disusul oleh peningkatansekresi insulin, untuk
mengatasikekurangan resistensi insulin agar kadarglukosa darah tetap
normal. Pada tahapini, kemungkinan individu tersebut akanmengalami
gangguan toleransi glukosa(tahap pradiabetes) tetapi belummemenuhi
kriteria penderita diabetesmelitus. Selanjutnya sel beta tidaksanggup lagi
mengkompensasi resistensiinsulin hingga kadar glukosa darahmeningkat
dan fungsi sel beta pankreassemakin menurun saat itulah diagnosadiabetes
ditegakkan. Penurunan fungsi sel beta berlangsung secara progresif sampai
akhirnya sama sekali tidak mampu lagi mengekresi insulin. Peningkatan
produksi glukosa hati, penurunan pemakaian glukosa dan lemak oleh otot
berperan atas terjadinya hiperglikemia kronik saat puasa dan setelah
makan. Perubahan prosestoleransi glukosa, mulai dari kondisinormal,
toleransi glukosa terganggu danDM tipe 2 dapat dilihat sebagai
keadaanyang berkesinambungan(Puspaet al., 2017).
DM tipe II merupakan kelainan metabolik dengan karakteristik
utama adalah terjadinya hiperglikemia kronik. Meskipun belum diketahuai
faktor penyebab pastinya, namun faktor genentik dikatakan memiliki
peranan yang sangat penting dalam munculnya DM Tipe II. Faktor genetik
ini akan berinteraksi dengan faktor-faktor lingkungan seperti gaya hidup,
obesitas, rendah aktivitas fisik, dan tingginya kadar asam lemak bebas
(Smeltzer dan Bare, 2015 dalam Varena, 2019).
Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat
sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipetahankan pada
tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel
beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan insulin, maka
kadar glukosa akan meningkat dan terjadinya DM tipe II. Meskipun terjadi
gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun
masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat ]untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya, karena itu
ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada DM Tipe II. Meskipun demikian,
DM tipe II yang tidak terkontrol akan menimbulkan masalah akut lainnya
seperti sindrom Hiperglikemik Hiporosmolar Nonp-Ketotik (HHNK).
Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung lambat (selama bertahun-
tahun) dan progresif, maka DM tipe II dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika
gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan, seperti
kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka pada kulit yang lama
sembuh, infeksi vagina atau pandangan kabur (jika kadar glukosanya
snagat tinggi) (Smeltzer dan Barie, 2015 dalam Varena, 2019).
6. PemeriksaanPenunjang
1. Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring. Tesdiagnostik, tes
pemantauan terapi dan tes untuk mendeteksi komplikasi
2. Tes saring
Tes-tes saring pada DM adalah :
a. GDP, GDS
b. Tes glukosa urine :
 Tes konvensional (metode reduksi/benedict)
 Tes carik celup (metode glucose oxide/hexokinase
3. Tes diagnostik
Tes-tes diagnostik pada DM adalah GDP, GDS, GD2PP (Glukosa Darah 2
jam Post Prandial), Glukosa jam ke-2 TTGO
4. Tes monitoring terapi DM adalah :
a. GDP : plasma vena, darah kapiler
b. GD2PP :plasma vena
c. A1c : darah vena, darah kapiler
5. Tes untuk mendeteksi komplikasi
a. Mikroalbuminura : urine
b. Ureum, kreatinin, asam urat
c. Kolestrol total : plasma vena (puasa)
d. Kolestrol LDL : plasma vena (puasa)
e. Kolestrol HDL : plasma vena (puasa)
f. Trigleserida : plasma vena (puasa)
7. Komplikasi
Dalam(Musyafirah et al, 2017), menyatakandiabetesdapat memengaruhi
berbagai organ sistem dalam tubuhdalam jangka waktu tertentu yang disebut
komplikasi. Komplikasi dari diabetes dapat diklasifikasikan sebagai
mikrovaskuler dan makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler termasuk
kerusakan sistem saraf (neuropati), kerusakan sistem ginjal (nefropati) dan
kerusakan mata (retinopati). Sedangkan, komplikasi makrovaskular termasuk
penyakit jantung, stroke, dan penyakit pembuluh darah perifer.
1. Komplikasimikrovaskuler
a. Kaki diabetik
Faktorterjadinyakomplikasikronik (kaki diabetik) padapasien
DM yaitu, riwayatpenyakit DM yang sudah lama
didiagnosahalinidisebabkanseseorang yang sudah lama didiagnosa
diabetes mellitus memilikiresikolebihtinggiterjadinyaulkuspeptikum
yang diakibatkanolehkadargula yang tidakterkontrol. Dan penggunaan
alas kaki halinidisebabkankakipasien diabetes mellitus
sangatrentanterhadapterjadinyaluka, halinidisebabkanadanyaneuropati
diabetic dimanapasien diabetes
mengalamipenurunanpadaindraperasanya(Purwanti & Maghfirah,
2016).MenurutDimitriadou&Lavdaniti(Hartono, 2019),
menyatakanbahwauntukmencegahterjadinya kaki
diabeticiniyaitudengancaramelakukanperawatan kaki
terutamabagimereka yang mengalamimati rasa, kesemutan di kaki,
perubahanbentuk kaki, sertalukapada kaki. Perawatan kaki
dapatdikalukandengancaramemeriksa kaki setiaphari, mencuci kaki
setiaphari, menjaga kaki agar tetaplembutdanhalus, memotok kuku
dan lain-lain.
b. Retinopati
Retinopati adalah terganggunya retina matasehingga terjadi
kebutaan secara parsial maupunpermanen. Apabila retina
terganggu,maka otak tidak dapat memproses gambar yangdilihat oleh
mata. Retinopati sulit dideteksi karenagejalanya berjalan lambat.
Keluhan yang timbulakibat kerusakan mata adalah sebagai berikut:
padapenglihatan mata terlihat bayang jaring laba-laba,bayangan ke
abu-abuan, pandangan kabur, tidakdapat membaca karena pandangan
kabur, di tengahlapangan pandang terdapat titik gelap atau
kosong,pada penglihatan seperti ada selaput merah, mataterasa nyeri,
lingkaran terang mengelilingi obyekyang dilihat, terdapat perubahan
garis vertikal yangterlihat, dan kebutaan(Lathifah, 2017).
c. Nefropati
Nefropati diabetik merupakan komplikasi yangterjadi pada
penderita DM pada ginjal yang memilikirisiko akhir yaitu sebagai
gagal ginjal. Menurut (Utami & Fuad, 2018), nefropati
diabeticsebagai penyebab utama gagal ginjal terminal, delapan dari 10
penderita diabetes meninggal akibat kejadian Diabetes mellitus adalah
gangguan fungsi ginjal dengan angka kejadian yang tinggi sebesar 20-
40% yang dapat menghambat pembentukan eritropoietin sebagai
pembentuk Hb dan menyebabkan anemia. Nefropati diabetik ditandai
dengan adanya albuminuria (mikro/ makroalbuminuria). Diabetes
yang menyerang pembuluh darah kecil ginjal berakibat pada efi siensi
ginjal sehingga penyaringan darah terganggu. Keadaan normal ginjal
tidak dapat ditembus oleh protein, namun jika sel ginjal mengalami
kerusakan maka pembuluh darah dapat dilewati oleh protein dan
masuk ke saluran urin. Keluhan yang timbul pada penderita
komplikasi nefropati adalah pembengkakan pada kaki, sendi kaki, dan
tangan, sesak nafas, hipertensi, bingung atau sukar berkonsentrasi,
nafsu makan menurun, kulit menjadi kering, dan gatal, capek
d. Neuropati
Menurut Kariadidalam(Lathifah, 2017), neuropati
adalahkomplikasi yang terdapat pada syaraf. Neuropati ini mengacu
pada sekolompok penyakit yang menyerang saraf perifer, ototnom,
dan spinal.Kadar gula darah yang tinggi mengakibatkan serat saraf
hancur sehingga sinyal ke otak dan dari otak tidak terkirim dengan
benar, akibat dari tidak terkirimnya sinyal tersebut maka hilangnya
indera perasa, meningkatnya rasa nyeri di bagian yang terganggu.
(Anugerah et al, 2019) menyatakan bahwa ketika pasien mengalami
komplikasi neuropati makasyaraf-syaraf telah mengalami kerusakan
sehingga kaki pasien menjadi baal (tidak merasakan sensasi) dan tidak
merasakan adanya tekanan, injuri/trauma, atau infeksi. Keluhan yang
paling sering dirasakan adalah kesemutan.
2. Komplikasimakrovaskuler
a. Penyakit jantung
Penyakit jantung salah satunya Penyakit Jantung Koroner atau PJK
terjadi akibat penyempitan atau penyumbatan di dinding nadi koroner
karena adanya endapan lemak dan kolesterol sehingga mengakibatkan
suplai darah ke jantung menjadi terganggu. Diabetes merupakan salah
satu faktor risiko penting terjadinya penyakit jantung koroner.
Diabetes mellitusyang tidak dikelola dengan baik mengakibatkan
komplikasi yang bersifat kronik salah satunya yaitu komplikasi
makroangiopati. Makroangiopati diabetik mempunyai gambaran
histopatologi berupaaterosklerosis yang pada akhirnya menyebabkan
penyumbatan vaskuler. Bila mengenai arteri koronaria dan aorta,
maka dapat menyebabkan penyakit jantung koronerPenderita diabetes
mellitus memiliki kadar glukosa yang tinggi sehingga dapat
meningkatkan viskositas darah. Meningkatnya viskositas darah ini
dapat menyebabkan kerja jantung lebih berkerja keras. Selain itu
tingginya glukosa akan diiringi pula meningkatnya kadar lemak yang
menempel di dinding pembuluh darah(Utami & Azam, 2019)
b. Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan
tekanan darah diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg atau
tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg. Hipertensi
menjadi faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler dan menjadi
masalah kesehatan dunia.Hipertensi pada DM meningkatkan
mortalitas serta berperan dalam mekanisme terjadinya penyakit
jantung koroner, gangguan pembuluh darah perifer, gangguan
pembuluh darah serebral dan terjadinya gagal ginjal. Kelainan pada
mata akibat DM yang berupa retinopati diabetik juga dipengaruhi oleh
hipertensi.Menurut Fukui dalam(Puspa et al., 2017),
menyatakanbahwaketikaseseorangterlebihdahulumengalami diabetes
maka hazard ratio (95% CI) untukterjadihipertensipadatahunke 5
adalahsebear 2,359.
8. Pencegahan
(Wahyuniet al., 2019), menyatakanbahwadengan pengendalian metabolisme
yang baik, menjaga agar kadar gula darah berada dalam katagori normal maka
komplikasi akibat diabetes dapat dicegah/ditunda. Pengendalian dapat
dilakukan dengan CERDIK, yaitu :
1. Cek kondisi kesehatan secara berkala
2. Enyahkan asap rokok
3. Rajin aktifitas fisik
4. Diet sehat dengan kalori seimbang
5. Istirahat yang cukup
6. Kendalikan Stress.
9. Penatalaksanaan
1. Terapifarmakologi
a. Terapi insulin
Terapi insulin merupakan satu keharusan bagi penderita DM Tipe
1. Pada DM Tipe I, sel-sel β Langerhans kelenjar pankreas penderita
rusak, sehingga tidak lagi dapat memproduksi insulin. Sebagai
penggantinya, maka penderita DM Tipe I harus mendapat insulin
eksogen untuk membantu agar metabolisme karbohidrat di dalam
tubuhnya dapat berjalan normal. Walaupun sebagian besar penderita
DM Tipe 2 tidak memerlukan terapi insulin, namun hampir 30%
ternyata memerlukan terapi insulin disamping terapi hipoglikemik oral.
b. Terapi obat hipoglikemik oral
Obat-obat hipoglikemik oral terutama ditujukan untuk membantu
penanganan pasien DM Tipe II. Pemilihan obat hipoglikemik oral yang
tepat sangat menentukan keberhasilan terapi diabetes. Bergantung pada
tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien, farmakoterapi
hipoglikemik oral dapat dilakukan dengan menggunakan satu jenis
obat atau kombinasi dari dua jenis obat. Pemilihan dan penentuan
rejimen hipoglikemik yang digunakan harus mempertimbangkan
tingkat keparahan diabetes (tingkat glikemia) serta kondisi kesehatan
pasien secara umum termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi
yang ada.
c. Terapi kombinasi
2. Terapinonfarmakologi
Menurut(Medika, 2017), Terapi non-obat sebenarnya sama dengan
langkah pencegah. Inti dari terapi ini adalah menjaga agar terhindar dari
segala penyakit, teruma penyakit degeneratif. Terapi non-obat ini terdiri
dari pemberian pengetahuan tentang diabetes, olaragah secara teratur,
menerapkan pola makan yang tepat, dan menerapkan gaya hidup yang
sehat. Keseluruhannya harus diterapkan demi mencapai hasil maksimal.
a. Lebih Mengenal Diabetes
Adalah istilah “tak kenal maka tak sayang”.Kalau kita terhindar
atau hidup nyaman dengan diabetes tentu kita harus mengenalnya.
Semakin banyak hal tentang diabetes, semakin banyak cara yang kita
tahu untuk mengendalikan penyakit ini. Pengetahuan berperan penting
dalam menurunkan populasi penderita diabetes.Tujuan dari pemberian
pengetahuan ini adalah agar penderita diabetes dapat mengerti
bagaimana penyaikitnya bisa menyerang dirinya, penderita diabetes
mau berusaha disiplin untuk mengontrol dan mengelola penyakitnya
secara mandiri, serta agar terbentuknya perillaku hidup sehat.
b. Penatalaksanaan diabetes dengan pemberian konseling
Pengetahuan tentang diabetes dapat di peroleh dari dokter ketika
melakukan cek kesehatan, melalui penyuluhan atau seminar terkait
diabetes, dan melalui buku-buku umum/populer seperti yang anda
lakukan saat ini. Pemberian pengetahuan ini sebaiknya mencakup apa
itu diabetes melitus, apa itu hipoglikemia, apa saja gejalanya,
komplikasi yang timbul, pentingnya pemantauan dan pengendalian
diabetes melitus, bagaimana penangananya baik secara mandiri
maupun oleh tenaga kesehatan, perawatan kaki pada penderita
diabetes, serta perubahan perilaku yang perlu dilakukan.
Pemberian pengetahuan ini diharapkan dapat merubah perilaku ke
arah kepada perilaku mendukung gaya hidup sehat sehingga derajat
kesehatan akan meningkat. Proses perubahan perilaku tidak cukup
hanya dengan memberikan pengetahuan, tetapi membutuhkan
perencanaan, pemantauan, dan evaluasi dari keluarga, masyarakat, dan
tenaga kesehatan.
c. Olahraga yang teratur
Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang teratur dan
terencana untuk memelihara hidup, meningkatkan kualitas hidup dan
mencapai tingkat kemampuan jasmani yang sesuai dengan tujuan .
Olahraga tidak hanya dapat dilakukan oleh orang yang sehat, akan
tetapi sangat bermanfaat apabila dilakukan oleh orang dengan penyakit
metabolik seperti penyakit DM. Menurut Perkeni dalam(Sinaga, 2017)
bahwa melakukan olahraga secara teratur dapat memperbaiki kendali
glukosa darah, mempertahankan atau menurunkan berat badan, serta
dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL. Selainitu, Olahraga
jugaberfungsiuntuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat
badan dan memperbaiki kendali glukosa darah. Olahraga sangat
bermanfaat dalam memperbaiki kepekaan insulin serta pengendalian
gula darah. Namun, pengendalian gula darah tidak akan berhasil
dengan olahraga saja. Karena itu, upaya ini mesti dipadu dengan
pengaturan diet secara akurat. Pekanya insulin dan terkendalinya gula
darah akan berdampak pada perlambatan atau penundaan komplikasi
DM.
d. Pola makan yang tepat
Salah satu faktor utama penyebab terjadinya diabetes adalah pola
makan yang salah.Makan dalam porsi yang besar, terlalu banyak
ngemil, melewati sarapan, dan makan larut malam.Pola makan tersebut
menyebabkan berat badan lebih dan gula darah menjadi
naik.Kenyataannya, sebagian besar penderita diabetes memeang
memiliki tubuh yang cendrung gemuk.Oleh karena itu, kesalahan-
kesalahan dalam pola makan harus segera di ubah.
Penentuan pola makan yang cocok untuk semua penderita
diabetes sebenarnya belum bisa di tentukan karna harus di sesuaikan
dengan kebiasaan makan individu masing-masing.Penderita diabetes
dianjurkan menerapkan terapi diabetes dengan syarat:
1) Makanlah pada jadwal teratur
2) Jumlah asupan kalori disesuaikan dengan berat badan, jenis kelamin,
usia, aktifitas fisik, serta kelainan metabolik yang dialami
3) Makanlah menu yang beragam, misalnya dalam sehari harus ada
makanan sumber protein, karbohidrat, sayuran, dan buah
4) Batasi konsumsi gula pasir, makanan manis, dan gorengan
5) Hindari makan biskuit, cake, serta makanan lain dan minum
berkalori tinggi sebagai cemilan pada waktu makan
6) Minum air dalam jumlah banyak dan hindari minuman berkalori
seperti soft drink apabila haus
7) Konsumsi protein, vitamin, mineral yang cukup
8) Tambahkan porsi sayur dan buah dua kali lipat di banding biasanya.
Selainpenatalaksanaandiatasterapinonfarmakologipadapenderita
diabetes mellitus jugadapatdilakukandenganmemanfaatkantanaman
herbal seperti :
a) Ubijalarungu
Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas poiret) merupakan sumber
karbohidrat yang baik dan juga berperan sebagai sumber serat
pangan dan sumber beta karoten. Mengandung karbohidrat,
protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, vitamin C,
vitamin B1 dan pigmen antosianin yang lebih tinggi dibanding
varietas lain. Karbohidrat yang terkandung pada ubi jalar ungu
termasuk dalam Low Glycamix Index sehingga bila dikonsumsi
tidak akan menaikkan glukosa darah secara drastis. Ubi jalar
unggu mengandung antosianin adalah glikosida yang larut dalam
air dari polihidroksil dan polymethoxyl turunan dari 2-
phenylbenzopyrylium atau flavylium garam. Antosianin suatu
jenis plavonoid yang memiliki efek antioksidan, anti-inflamasi,
anti-virus, anti-proliferasi, anti-mutagenik, anti-mikroba, anti-
karsinogenik, perlindungan dari kerusakan jantung dan alergi,
perbaikan mikrosirkulasi, perifer kapiler pencegahan kerapuhan
dan pencegahan diabetes (Anjani, Oktarlina, & Morfi,
2018).Pemberian ekstrak ubi jalar ungu dapat melindungi sel dari
pengaruh buruk radikal bebas. Zat antosianin yang terkandung
dalam ubi jalar ungu (Ipomoea batatas poiret) dapat dijadikan
pilihan terapi diet non-farmakologi karena kandungannya dapat
mengontrol kadar glukosa darah sehingga dapat mencegah
terjadinya resisten insulin pada pendertita DM.
b) Pare
Pare adalah sejenistumbuhan yang merambat dengan buah
berbentukpanjang dan runcing pada ujungnya sertapermukaan
yang bergerigi. Pare memiliki rasayang tidak terlalu pahit dan
banyak dibudidayakandan paling disukai, buahnya panjang
denganukuran 30-50cm, diameter buah 3-7cm, berat ratarata200-
500 gr/buah. Sedangkan pare ayammemiliki rasa yang pahit,
berbentuk lonjong kecildan berwarna hijau dengan bintil-bintil
agak halusdengan panjang 15– 20cm.Pare merupakan tanaman
yang kaya akanmanfaat, diantaranya pare dapat berfungsi
sebagaiantikanker dan menurunkan kadar gula
darah(hypopglycemic effect). Ekstrak pare dapatberperan sebagai
antioksidandenganditemukannya kandungan flavonoid,
tanin,saponin, steroid, dan terpenoid.(Rahmasari& Wahyuni,
2019).
Menurut Rita dalam(Rahmasari & Wahyuni, 2019),
kandungan yangada di dalam pare menjadikan sayuran ini
sangatbaik untuk tujuanpengobatan diabetes. Manfaatbuah pare
bagi penderita DM adalah sebagaiberikut :
1. Mengontrol gula darah, konsumsibuah pare dapat mengontrol
kadar gula darahdalam tubuh. Hal inidisebabkan karena
adanyakandungan serat dalam pare. Saat serat masuk kedalam
tubuh, serat hanya akan melewati saluranpencernaan saja.
Sehingga akan membuat makananberserat cenderung tidak
akan menaikkan kadargula darah.
2. Insulin alami penurun gula darah,di dalam buah pare juga
terdapat kandungan phytonutrient, yaitu salah satu jenis
tanaman insulinyang sangat dikenal bisa menurunkan kadar
guladarah. Selain itu juga terdapat agen hipoglikemikatau
charatin yang akan membantu meningkatkanpenyerapan
glukosa serta glikogen sintesis yangada dalam sel hati.
Sehingga dengan senyawatersebut lah pare dianggap bisa
menurunkan kadargula dalam darah khususnya untuk diabetes
tipe-2.
3. Membantu melakukan diet alami untuk diabetes, jika sedang
melakukan diet dan mengatur asupan makanan ke dalam
tubuh untuk mengatur kadar gula darah, maka dapat
memanfaatkan buah pare sebagai salah satu menu yang dapat
mengobati penyakit diabetes. Hal ini karenaadanya kandungan
polipeptida yang strukturnyasamadan mirip dengan hormone
insulin yang akanbekerja menurunkan kadar gula darah
dalamtubuh.
Penelitian oleh (Yudhaet al., 2018), yang dilakukan pada tikus
jantan putih menunjukan bahwa partisi air buah pare
(Momordicia charantia) dengan dosis 50 mg/kg bb efektif
menurunkan kadar glukosa darah tikus putih jantan (Rattus
norvegicus).
c) Rebusandaungersen
Kersen dengan nama latin Muntingia calabura, digunakan
oleh anak - anak untuk bermain atau di makan karena rasanya
manis, daun dan buahnya memiliki kandungan senyawa yang
berkhasiat sebagai obat. Tanaman ini banyak digunakan sebagai
tanaman peneduh, dan s norvegicus). juga mempunyai manfaat
kesehatan yang sangat bermanfaat. Buahnya juga dapat digunakan
untuk menyembuhkan penyakit seperti hipertensi, asam urat dan
diabetes mellitus(Jumain, et al., 2019).
Kersen (Muntingia calabura), adalahtanaman yang
mengandung berbagai senyawaflavonoid, tanin dan chalcone.
Hasil risetmenyatakan, daun kersen mengandungberbagai macam
jenis senyawa flavonoid yangberpotensi untuk dijadikan berbagai
macamjenis obat, seperti antidiabetik, anti-inflamasi,antikanker
dan antipiretik. Senyawa flavonoid, menurut penelitianmemiliki
efekhipoglikemik dengan beberapamekanisme, yaitu dengan
menghambatabsorpsi glukosa,merangsang pelepasan dansensitasi
dari insulin, dan meningkatkanambilan glukosa oleh jaringan
perifer, danberperan dalam pengaturan enzim-enzimdalam
metabolisme karbohidrat.Penelitian lain juga menyebutkan,bahwa
subkelas flavonoid, senyawa flavonol,memiliki potensi
menghambat enzim alfaamilaseyang berperan dalam
pemecahankarbohidrat. Flavonol, juga memiliki
potensimenginhibisi kerja Glucose Transporter-2(GLUT-2)
sebagai transporter glukosa padaorgan gastrointestinal(Damara &
Sukohar, 2018).
Penelitianoleh(Zahroh & Musriana, 2016),
menyatakanbahwaadapengaruh pemberian rebusan daun kersen
terhadap penurunan kadar gula darah. Hal
inisejalandenganpenelitian yang dilakukanoleh(Norma &
Hadrayanti, 2019), menyatakanterdapat pengaruh yang signifikan
rebusan Daunkersen (Muntingia calabura L) terhadap
penurunankadar gula darah sewaktu pada klien diabetesmellitus
tipe II.

10. Pathway/Penyimpangan KDM

- Factor genetic Kerusakan Sel beta


Ketidak seimbangan
- Inveksi virus produksi insulin Gula dalam darah
tidak dibawa masuk
- Pengrrusakan dalam set
imunologi

Batas melebihi Anabolisme protein


Glukosuria Hiperglikemia
ambang ginjal menurun

Kerusakan pada
Vikositas darah antibodi
Dieresis osmotik Syok hiperglikemia
ginjal

Kekebalan tubuh
menurun
Poliuri-Retensi urine Aliran darah lambat Koma diabetik

Kehilangan Neuropati sensori


Iskemik jaringan Resiko infeksi
elekterolit dalam sel perifer

Perfusi Perifer Klien tidak merasa


Dehidrasi Nekrosis luka
Tidak Efektif sakit

Kehilangan kalori Gangrene Gangguan integritas


Resiko syok
kulit/jaringan

Merangsang Sel kekurangan Protein dan lemak


BB menurun
hipotalamus bahan untuk dibakar
metabolisme

Pusat lapar dan haus Pemecahan protein keletihan


Katabolise lemak

Poli dipsia
polipagia Asam lemak Keton ureum

Defisit Nutrisi Keteasidosis Hambatan mobilitas fisik


B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1) Identitaspasien
Meliputinama, umur, jeniskelamin, alamat, pekerjaan, Suku/bangsa, agama,
dan status perkawinan.
2) Keluhanutama
Cemas, lemah, anoreksia, mual, muntah, nyeri abdomen, nafas pasin mung
kin berbau aseton pernapasan kussmaul, poliuri, polidipsi, penglihatan yang
kabur, kelemahandansakitkepala
3) Riwayatpenyakitsekarang
Berisitentangkapanterjadinyapenyakit,
penyebabterjadinyapenyakitsertaupaya yang
telahdilakukanolehpenderitauntukmengatasinya.
4) Riwayatpenyakitmasalalu
Ada riwayatpenyakit DM ataupenyakit-penyakit lain yang
adakaitannyadengandefisiensi insulin
misalnyapenyakitpangkreas.Adanyariwayatpenyakitjantung, obesitas,
maupunartero sklerosis, tindakanmedis yang pernah di dapatmaupunobat-
obatan yang biasadigunakanolehpenderita.
5) Pemeriksaanfisik
a. Keadaan umum
Meliputi keadaan penderita mungkin tampak lemah atau pucat. Tingkat
kesadaran apakah sadar, koma, disorientasi.
b. Pemeriksaan kulit
Kulit kering, adanya ulkus di kulit, luka yang tidak kunjung sembuh.
Adanya akral dingin, capillarry refill kurang dari 3 detik, adanya
pitting edema.
c. Pemeriksaan kepala
Raut wajah : pengkajian kontak mata saat diajak berkomunikasi, fokus
atau tidak fokus. Mata : simetris mata, refleks pupil terhadap cahaya,
terdapat gangguan penglihatan apabila sudah mengalami retinopati
diabetik. Telinga fungsi pendengaran mungkin menurun. Hidung :
adanya sekret, pernapasan cuping hidung, ketajaman saraf penghidu
menurun. Mulut : mukosa bibir kering.
d. Pemeriksaan leher
Pemeriksaan pada tekanan vena jugularis.
e. Pemeriksaan sistem persyarafan
Pemeriksaan pada 12 sistem persyarafan, pada penderita diabetes
biasanya mengalami gangguan persyarafan diakibatkan oleh neuropati
diabetik.
f. Pemeriksaan dada
Denyut jantung cepat atau lambat, adanya bunyi jantung tambahan
apabila diawali dari penyakit jantung.
g. Pemeriksaan abdomen
Adanya nyeri tekan pada bagian pankreas, distensi abdomen, suara
bising usus yang meningkat.
h. Pemeriksaan ekstrimitas
Adanya luka pada kaki atau kaki diabetik. Observasi luas luka,
kedalaman luka, perdarahan. Kaji kekuatan otot.

C. DIAGNOSIS YANG SERING MUNCUL


a. Perfusiperifertidakefektifberhubungandenganpeningkatankadar gula
darah
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencendera fisik
c. Deficit nutrisiberhubungandenganketidakmampuanmengabsorpsi
nutrient
d. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
muskuloskeletal
e. Resiko Infeksi berhubungan dengan penyakit kronis
D. INTERVENSI KEPERAWATAN

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


DIAGNOSA TUJUAN DAN
NO INTERVENSI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL
1. Perfusi perifer Tujuan : Manajemen syok Hipovolemik
Setelah dilakukan - Observasi
tidak efektif
tindakan keperawatan 3 1. Monitor status kardiopulmonal (Frekuensi dan
berhubungan x 24 jam maka kekuatan nadi, frekuensi napas, TD,MAP)
diharapkan perfusi
dengan 2. Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
perifer meningkat,
peningkatan dengan 3. Monitor status cairan (masukan dan haluaran,
Kriteria Hasil : turgor kulit, CRT)
kadar gula darah
1. Denyut nadi
- Terapeutik
perifer
1. Pertahankan jalan napas paten
meningkat 2. Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasi
2. Warna kulit oksigen >94%
3. Pasang kateter urine untuk menilai produksi
pucat menurun
urine
3. Kelemahan otot
Kolaborasi
menurun
1. Kolaborasi pemberian infuse cairan
4. Pengisian kristaloid 1-2 L pada dewasa
kapiler membaik
5. Turgor kulit
membaik
2. Intoleransi Setelah dilakukan Manajemen energi
Aktivitas tindakan keperawatan OBSERVASI :
selama 3 x 24 jam 1. Indentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
diharapkan adanya kelelahan
1. Kemudahan 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
dalam dalam 3. Monitor pola tidur
melakukan 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
aktivitas aktivitas
sehari-hari Terapeutik
meningkat 5. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis: cahaya,
2. Kekuatan suara kunjungan)
tubuh bagian 6. Lakukan latihan gerak rentang pasif/aktif
atas 7. Fasilitasi duduk disisi tempat tidur, jika tidak berpindah atau tidak
meningkat berjalan
3. Kekuatan EDUKASI
tubuh bawah 1. Anjurkan tirah baring
meningkat 2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
4. Toleransi Kolaborasi
dalam
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
memakai
makanan
tenaga
meningkat
5. Keluhan
lelah
menurun
6. Perasaan lemah
menurun
7. Tekanan darah
membaik
E. Implementasi
Setelah melakukan intervensi maka tahap selanjutnya adalah
mengimplementasikan apa yang menjadi perencanaan tindakan keperawatannya
dengan mengkoordinasikan aktivitas pasien, keluarga, dan anggota tim
kesehatan lainnya untuk mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap
tindakan keperawatan yang telah dilakukan.
F. Evaluasi
Setelah tahap implementasi maka tahap selanjutnya adalah evaluasi,
dimana ditahap evaluasi ini melakukan tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh, diagnose keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Perawat
memonitor kealpaan yang terjadi selama tahap pengkajian, diagnose,
perencanaan, dan pelaksanaan tindakan.
DAFTAR PUSTAKA
Anjani, E. P., Oktarlina, R. Z., & Morfi, C. W. (2018). Zat Antosianin pada Ubi Jalar
Ungu terhadap Diabetes Melitus. Majority, 7(2), 257–262.
Anugerah et al. (2019). PREVALENSI KOMPLIKASI DIABETES MELITUS
BERDASARKAN KARAKTERISTIK PASIEN DIABETES MELITUS. 8(1), 22–28.
Damara, A., & Sukohar, A. (2018). Efektivitas Infusa Daun Kersen (Muntingia
calabura Linn) Sebagai Antidiabetik. 5(46), 534–539.7.
Hartono, D. (2019). Pengaruh Foot Care Education Terhadap Tingkat Pengetahuan Dan
Perilaku Perawatan Kaki Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II. Jurnal Aiptinakes,
15.
Jumain, Asmawati, Farid, & Riskah. (2019). Efek Sari Buah Kersen (Muntingia
calabura L.) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Mencit Jantan. XV(2), 156–
162.
Kurniawaty, E., & Lestari, E. E. (2017). Uji Efektivitas Daun Belimbing Wuluh
( Averrhoa bilimbi L .) sebagai Pengobatan Diabetes Melitus The Effectiveness
Test for Extract Wuluh Starfruite Leaf ( Averrhoa bilimbiL .) as Diabetes Mellitus
Treatment. Majority, 2–6.
Livana, Sari, I. P., & Hermanto. (2018). Gambaran Tingkat Persepsi Pasien Diabetes
Mellitus di Kabupaten Kendal. Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate, 11(2), 48–57.
Medika, T. B. (2017). Berdamai dengan Diabetes. Jakarta: Bumi Medika.
Musyafirah et al. (2017). FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
KOMPLIKASI DM PADA PENDERITA DM DI RS IBNU SINA.
Norma, & Hadrayanti, N. (2019). Pengaruh Rebusan Daun Kersen Terhadap Penurunan
Gula Darah Sewaktu Pada Klien Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja
Puskesmas Klasaman Kota Sorong Tahun 2018. JURNAL ILMIAH PRAKTISI
KESEHATAN MASYARAKAT SULAWESI TENGGARA, 3(2), 6–10.
SLKI DPP PPNI (2018) Standar Luaran Keperawatan Indonesia
SLKI DPP PPNI (2018 )Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
SLKI DPP PPNI (2018)Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia
NPadila. (2012). Buku Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sinaga, R. N. (2017). DIABETES MELLITUS DAN OLAHRAGA. 15(2), 21–29.
Utami, N. L., & Azam, M. (2019). Kejadian Penyakit Jantung Koroner pada Penderita
Diabetes Mellitus. 3(2), 311–323.
Zahroh, R., & Musriana. (2017). Pemberian Rebusan Daun Kersen Menurunkan Kadar
Glukosa Darah Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2. 07(02), 102–108.

Anda mungkin juga menyukai