Anda di halaman 1dari 18

Dosen : Keperawatan Komunitas II

Mata Kuliah : Dr. Suarnianti, SKM., S.Kep., Ns.M.Kes

RESUME

Disusun Oleh :

Nama : Risma Sesilawati

Nim : NH0119066

Kelas : A2/2019

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2022
A. Model Teori Keperawatan Yang Mendukung Home Care
1. Teori Lingkungan (Florence Nightingale)
Lingkungan menurut Nightingale adalah merujuk pada lingkungan fisik
eksternal yang mempengaruhi proses penyembuhan dan kesehatan yang meliputi
lima komponen lingkungan terpenting dalam mempertahankan kesehatan individu
yang meliputi.
a. Udara bersih
b. Air yang bersih
c. Pemeliharaan yang efisien
d. Kebersihan, serta
e. Penerangan atau pencahayaan
Nightingale lebihmenekankanpadalingkungan fisik dari pada lingkungan
sosial dan psikologis yang dieksplor secara lebih terperinci dalam tulisannya.
Penekanannya terhadap lingkungan sangat jelas melalui pernyataannnya bahwa
jika ingin meramalkan masalah kesehatan, maka yang harus dilakukan adalah
mengkaji keadaan rumah, kondisi dan cara hidup seseorang daripada mengkaji
fisik atau tubuhnya.(La Ode, 2012)
2. Teori konsep manusia sebagai unit (Martha E.Rogers)
Dalam memahami konsep model dan teori ini, Rogers berasumsi bahwa,
manusia merupakan satu kesatuan yang utuh, yang memiliki sifat dan karakter
yang berbeda-beda. Dalam proses kehidupan manusia yang dinamis, manusia
dalam proses kehidupan manusia setiap individu akan berbeda satu dengan yang
lain dan manusia diciptakan dengan karakteristik dan keunikan tersendiri. Asumsi
tersebut didasarkan pada kekuatan yang berkembang secara alamiah yaitu
keutuhan manusia dan lingkungan, kemudian sistem ketersediaan sebagai satu
kesatuan yang utuh serta proses kehidupan manusia berdasarkan konsep
homeodinamik yang terdiri dari integritas, resonansi dan helicy. Integritas berarti
individu sebagai satu kesatuan dengan lingkungan yang tidak dapat dipisahkan,
dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain.(La Ode, 2012)
Menurut Rogers (1970), tujuan keperawatan adalah untuk mempertahankan
dan meningkatkan kesehatan, mencegah kesakitan, dan merawat serta
merehabilitasi klien yang sakit dan tidak mampu dengan pendekatan humanistik
keperawatan. Menurut Rogers, 1979 Kerangka Kerja Praktik "Manusia utuh"
meliputi proses sepanjang hidup. Klien secara terus menerus berubah dan
menyelaraskan dengan lingkungannya.(La Ode, 2012).
3. Teori Transkultural nursing (Leininger)
Leininger percaya bahwa, tujuan teori ini adalah untuk memberikan
pelayanan yang berbasis pada kultur. Dia percaya bahwa perawat harus bekerja
dengan prinsip "care" dan pemahaman yang dalam mengenai "care" sehingga
cultures care, nilai-nilai, keyakinan, dan pola hidup memberikan landasan yang
real dan akurat untuk perencanaan dan implementasi yang efektif terhadap
pelayanan pada kultur tertentu. Struktur sosial seperti kepercayaan, politik,
ekonomi, dan kekeluargaaan adalah kekuatan signifikan yang berdampak pada
"care" dan mempengaruhi kesejahteraan dan kondisi sakit.(La Ode, 2012).
4. Theory of Human Caring (Watson, 1979)
Teori ini mempertegas bahwa caring sebagai jenis hubungan dan transaksi
yang diperlukan antara pemberi dan penerima asuhan keperawatan untuk
meningkatkan dan melindungi pasien sebagai manusia, dengan demikian
mempengaruhi kesanggupan pasien untuk sembuh.Pandangan teori Jean Watson
ini memahami bahwa manusia memiliki empat cabang kebutuhan manusia yang
saling berhubungan diantaranya: kebutuhan dasar biofisikial (kebutuhan untuk
hidup) yang meliputi kebutuhan makanan dan cairan, kebutuhan eliminasi dan
kebutuhan ventilasi, kebutuhan psikofisikal (kebutuhan fungsional) yang meliputi
kebutuhan aktivitas dan istirahat, kebutuhan seksual, kebutuhan psikososial
(kebutuhan untuk integrasi) ya7ng meliputi kebutuhan untuk berprestasi,
kebutuhan organisasi, dan kebutuhan intra dan interpersonal (kebutuhan untuk
pengembangan) yaitu kebutuhan aktualisasi diri.(La Ode, 2012).
5. Teori Self Care (Dorothea Orem)
Pandangan teori Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada
kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta
mengatur dalam kebutuhannya. Dalam konsep praktik keperwatan Orem
mengembangkan dua bentuk teori Self Care, yakni:
a. Perawatan Diri Sendiri (Self Care)
1) Self Care merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta
dilaksananakan oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta
mempertahankan kehidupan, kesehatan serta kesejahteraan.
2) Self Care Agency merupakan suatu kemampuan individu dalam melakukan
perawatan diri sendiri, yang dapat dipengaruhi oeh usia, perkembangan,
sosiokultural, kesehatan dan lain-lain.
3) Theurapetic Self Care Demand merupakan tuntutan atau permintaan dalam
perawatan diri sendiri yang merupakan tindakan mandiri yang dilakukan
dalam waktu tertentu untuk perawatan diri sendiri dengan menggunakan
metode dan alat dalam tindakan yang tepat.
4) Self Care Requisites (kebutuhan self care)merupakan suatu tindakan yang
ditujukan pada penyediaan dan perawatan diri sendiri yang bersifat
universal dan berhubungan dengan proses kehidupan manusia serta dalam
upaya mepertahankan fungsi tubuh. Self Care Reuisites terdiri dari
beberapa jenis, yaitu: Universal Self Care Requisites (kebutuhan universal
manusia yang merupakan kebutuhan dasar), Developmental Self Care
Requisites (kebutuhan yang berhubungan perkembangan indvidu) dan
Health Deviation Requisites (kebutuhan yang timbul sebagai hasil dari
kondisi pasien).(La Ode, 2012).
b. Self Care Defisit
Self Care Defisit merupakan bagian penting dalam perawatan secara
umum di mana segala perencanaan keperawatan diberikan pada saat
perawatan dibutuhkan.Keperawatan dibutuhkan seseorang pada saat tidak
mampu atau terbatas untuk melakukan self carenya secara terus menerus.
Self care defisit dapat diterapkan pada anak yang belum dewasa, atau
kebutuhan yang melebihi kemampuan serta adanya perkiraan penurunan
kemampuan dalam perawatan dan tuntutan dalam peningkatan self care, baik
secara kualitas maupun kuantitas. Dalam pemenuhan perawatan diri sendiri
serta membantu dalam proses penyelesaian masalah, Orem memiliki metode
untuk proses tersebut diantaranya bertindak atau berbuat untuk orang lain,
sebagai pembimbing orang lain, memberi support, meningkatkan
pengembangan lingkungan untuk pengembangan pribadi serta mengajarkan
atau mendidik pada orang lain.(La Ode, 2012).
6. Teori Dinamic dan Self Determination for Self Care(Rice)
Perawat sebagai fasilitator dan koordinator dari pilihan keseimbangan sehat
sakit yang ditetapkan oleh pasien.(La Ode, 2012).
B. Tujuan Home Care
Tujuan dari pelayanan home care adalah untuk
meningkatkan,mempertahankan atau memulihkan kesehatan atau memaksimalkan
tingkat kemandirian dan meminimalkan komplikasi akibat dari penyakit serta
pemenuhan kebutuhan dasar pasien dan keluarga. Lingkungan dirumah dirasa lebih
nyaman bagi sebagian pasien dibandingkan dengan perawatan di rumah sakit. Hal ini
berpengaruh pada proses penyembuhannya jika mereka merasa bahagia dan nyaman.
Home care juga membantu masyarakat yang mengalami keterbatasan
membiayai pelayanan kesehatan khususnya pada kasus-kasus penyakit degenerative
yang memerlukan perawatan yang relative lama
C. Manfaat Home Care
Manfaat pelayanan Home Care dalam Home Care for seniors (2011) adalah :
a. Memberikan individu yang membutuhkan perawatan harkat dan kemadirian;
b. Dapat membantu mencegah atau menunda perawatan di Rumah Sakit atau panti
jompo:
c. Mengizinkan kebebsaan maksimal dan kenyamanan bagi individu:
d. Menawarkan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan individu dan keluarga;
e. Dukungan keluarga sambil menjaga kebersamaan mereka.
f. Dukungan keluarga sambil menjaga kebersamaan mereka.
Hoecke (2010) menyebutkan karena tekanan pertumbuhan keuangan dalam
perawatan kesehatan dan pergeseran patologi, perawatan ini diselenggarakan di luar
lembaga medis, yang membutuhkan peran yang lebih besar dari pasien dalam
pegobatan dan perawatan penyakit kronis mereka dibandingkan rawat inap. Melalui
cara ini, perawatan di rumah berevolusi pada pendekatan berbasis kebutuhan, dimana
aplikasi tidak hanya berfokus pada tujuan medis namun juga pada perawatan dan
integrasi sosial. Konsep yang berpusat pada pasien ini yang membawa perawatan dari
Rumah Sakit ke rumah pasien diharapkan menghasilkan biaya yang lebih rendah dan
peningkatan kualitas hidup.
D. Prinsip-Prinsip Home Care
a. Mengelola pelayanan keperawatan kesehatan di rumah dilaksanakan oleh
perawat /TIM yang memiliki keahlian khusus bidang tersebut
b. Mengaplikasi konsep sebagai dasar mengambil keputusan dalam praktik
c. Mengumpulkan dan mencatat data dengan sistematis, akurat dan komprehensif
secara terus menerus
d. Menggunakan data hasil pengkajian untuk menetapkan diagnosa keperawatan
e. Mengembangkan rencana keperawatan didasarkan pada diagnosa keperawatan
yang dikaitkan dengan tindakan-tindakan pencegahan, terapi dan pemulihan
f. Memberikan pelayanan keperawatan dalam rangka menjaga kenyamanan,
penyembuhan, peningkatan kesehatan dan pencegahan komplikasi
g. Mengevaluasi secara terus menerus respon pasien dan keluarga terhadap intervensi
keperawatan
h. Bertanggung jawab terhadap pasien dan keluarga akan pelayanan yang bermutu
melalui manejemen kasus, rencana penghentian asuhan keperawatan (discharge
planning) dan koordinasi dengan sumber-sumber di komunitas
i. Memelihara hubungan diantara anggota tim untuk menjamin agar kegiatan yang
dilakukan anggota tim saling mendukung
j. Mengembangkan kemampuan professional dan berkontribusi pada pertumbuhan
kemampuan professional tenaga yang lain
k. Berpartipasi dalam aktifitas riset untuk mengembangkan pengetahuan pelayanan
keperawatan kesehatan di rumah
l. Menggunakan kode etik keperawatan dalam melaksanakan praktik keperawatan
(Tribowo, 2012).
E. Ruang Lingkup Pelayanan Home Care
Lingkup Pelayanan Home Care Menurut Nuryandari (2004) menyebutkan ruang
lingkup pelayanan home care adalah :
a. Pelayanan medik dan asuhan keperawatan
b. Pelayanan sosial dan upaya menciptakan lingkungan yang terapeutik
c. Pelayanan rehabilitasi dan terapi fisik
d. Pelayanan informasi dan rujukan
e. Pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kesehatan
f. Higiene dan sanitasi perorangan serta lingkungan
g. Pelayanan perbaikan untuk kegiatan sosial
F. Konsep Pelayanan Asuhan Keperawatan Home Care
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan
yang bisa menjadi tolak ukur keberhasilan dalam pencapaian tujuan suatu rumah
sakit. Kualitas pelayanan keperawatan berjalan dengan baik apabila proses
keperawatan yang dilaksanakan terstruktur dengan baik (Farlinda, 2011). Kualitas
pelayanan ditentukan oleh manajemen asuhan keperawatan. Pelaksanaan asuhan
keperawatan dengan menggunakan metode proses keperawatan untuk menyelesaikan
masalah pasien, antara pasien dan perawat berhubungan secara langsung dalam
pengelolaan asuhan keperawatan.
Adapun Mekanisme Pelayanan Home Care
Pasien atau klien yang memperoleh pelayanan keperawatan di rumah dapat
merupakan rujukan dan klinik rawat jalan, unit rawat inap rumah sakit, maupun
puskesmas, namun klien dapat langsung menghubungi agens pelayanan keperawatan
dirumah atau praktek keperawatan per orangan untuk memperoleh pelayanan.
Mekanisme yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Pasien pasca rawat inap atau rawat jalan harus terlihat terlebih dahulu oleh dokter
untuk menentukan apakah secara medis layak untuk dirawat di rumah atau tidak
b. Selanjutnya apabila dokter telah menetapkan bahwa klien layak dirawat dirumah,
maka dilakukan pengkajian oleh koordinator kasus yang merupakan staf dari
pengelola atau agensi perawatan kesehatan di rumah, kemudian bersama-sama
klien dan kelurga akan menentukan masalahnya dan membuat perencanaan,
membuat keputusan, membuat kesepakatan mengenai pelayanan apa yang akan
diterima oleh klien, kesepakatan juga mencakup jenis pelayanan, jenis peralatan,
dan jenis sistem pembayaran, serta jangka waktu pelayanan
c. Selanjutnya klien akan menerima pelayanan dari pelaksana pelayanan
keperawatan di rumah baik dari pelaksana pelayanan yang dikontrak atau
pelaksana yang direkrut oleh pengelola perawatan di rumah. Pelayanan
dikoordinir dan dikendalikan oleh koordinator kasus, setiap kegiatan yang
dilaksanakan oleh tenaga pelaksana pelayanan harus diketahui oleh koordinator
kasus
d. Secara periodik koordinator kasus akan melakukan monitoring dan evaluasi
terhadap pelayanan yang diberikan apakah sudah sesuai dengan kesepakatan (Ode,
2012)
Persyaratan klien yang menerima pelayanan perawatan di rumah adalah :
a. Mempunyai keluarga atau pihak lain yang bertanggung jawab atau menjadi
pendamping bagi klien dalam berinteraksi dengan pengelola
b. Bersedia menandatangani persetujuan setelah diberikan informasi (informed
consent)
c. Bersedia melakukan perjanjian kerja dengan pengelola perawatan kesehatan di
rumah untuk memenuhi kewajiban, tanggung jawab dan haknya dalam menerima
pelayanan.
G. Program Home Care
1. Perawatan Luka
a. Perawatan luka merupakan salah satu tindakan keperawatan yang dikerjakan
oleh perawat dengan sistematis dan komprehensif. Perawatan luka yang
sistematis merupakan urutan langkah perawatan yang harus dikerjakan oleh
profesional di bidang perawatan luka, sedangkan komprehensif merupakan
metode yang dilakukan saat melakukan perawatan luka dengan
mempertimbangkan kondisi bio, psikologis, sosial dan spiritual secara
menyeluruh.
b. SOP Perawatan Luka
1. Pengertian
Standar operasional prosedur atau disingkat dengan SOP adalah
membersihkan luka, mengobati luka dan menutup kembali luka dengan teknik
steril.
2. Tujuan
1) Mencegah masuknya kuman dan kotoran ke dalam luka
2) Memberi pengobatan pada luka
3) Memberikan rasa aman dan nyaman pada pasien
4) Mengevaluasi tingkat kesembuhan luka
3. Indikasi
1) Pasien yang luka baru maupun luka lama, lika post oprasi, luka bersih dan
luka kotor.
4. Peralatan
1) Pinset anatomis

2) Pinset chirurgis

3) Gunting debridemand/ gunting jaringan

4) Kassa steril

5) Kom kecil 2 buah


6) Peralatan lain terdiri atas
a. Sarung tangan

b. Gunting plester

c. Plester

d. Desinfektan ( Bethadin)

e. Cairan NaCl 0,9%

f. Bengkok
g. Perlak / pengalas

h. Verland
i. Obat luka sesuai kebutuhan
5. Prosedur pelaksanaan
1. Tahap pra interaksi
a. Cek catatan keperawatan

b. Siapkan alat-alat

c. Cuci tangan
2. Tahap orientasi
a. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
b. Jelaskan tujuan, prosdur dan lamanya tindakan pada klien dan keluarga
3. Tahap kerja

a. Dekatkan alat-alat dengan klien


b. Menjaga privacy pasien
c. Mengatur posisi pasien sesuai kebutuhan.
d. Pasang perlak / pengalas di bawah daerah luka.
e. Membuka peralatan.
f. Memakai sarung tangan.
g. Basahi kassa dengan bethadin kemudian dengan menggunakan pinset
bersihkan area sekitar luka bagian luar sampai bersih dari kotoran.
(gunakan teknik memutar searah karum jam).
h. Basahkan kassa dengan cairan NaCl 0,9% kemudian dengan
menggunakan pinset bershkan area luka bagian dalam. (gunakan teknik
usapan dari atas ke bawah).
i. Keringkan daerah luka dan pastikan area daerah luka bersih dari
kotoran.
j. Beri obat luka sesuai kebutuhan jika perlu.
k. Pasang kassa steril pada area luka sampai tepi luka.
l. Fiksasi bagian luka menggunakan plester atau balutan verband sesuai
kebutuhan.
m.Mengatur posisi pasien seperti semula.
n. Alat-alat dibereskan.
o. Buka sarung tangan.
6. Tahap Terminasi
1. Evaluasi
2. Catat tindakan
3. Berpamitan
2. Pelayanan Ibu Hamil
Pelayanan ibu hamil terbagi menjadi dua yaitu :
a. Pelayanan antenatal adalah suatu program yang terdiri dari: pemeriksaan
kesehatan, pengamatan, dan pendidikan kepada ibu hamil secara terstruktur dan
terencana untuk mendapatkan suatu proses kehamilan dan persalinan yang
aman dan memuaskan
b. Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh
tenaga kesehatan yang profesional untuk meningkatkan derajat kesehatan ibu
hamil beserta janin yang dikandungnya. Pelayanan antenatal yang dilakukan
secara teratur dan komprehensif dapat mendeteksi secara dini kelainan dan
risiko yang mungkin timbul selama kehamilan, sehingga kelainan dan risiko
tersebut dapat diatasi dengan cepat dan tepat1. Indikator yang digunakan untuk
menggambarkan akses ibu hamil terhadap pelayanan antenatal yaitu cakupan
K1 (Kunjungan pertama) adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga
kesehatan dan K4 adalah kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan
yang mempunyai kompetensi, sesuai standar. Pelayanan antenatal dinilai
berkualitas apabila pelayanan antenatal tersebut telah memenuhi standar yang
telah ditetapkan pemerintah, yaitu 10 T (timbang berat badan dan ukur tinggi
badan, ukur tekanan darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/ LiLa),
ukur tinggi fundus uteri, tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
(DJJ), skrining status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus bila
diperlukan, pemberian tablet tambah darah, pemeriksaan laboratorium
sederhana (rutin/khusus), tatalaksana/penanganan kasus, temu wicara/
konseling)
3. Kunjungan Ibu Hamil
Kunjungan pertama) adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga
kesehatan dan K4 adalah kontak 4 kali atau lebih dengan tenaga kesehatan yang
mempunyai kompetensi, sesuai standar.
a. Senam Hamil
Senam hamil adalah program kebugaran yang diperuntukkan bagi Ibu hamil.
Oleh karena itu senam hamil memiliki prinsip-prinsip gerakan khusus yang
disesuaikan dengan kondisi ibu hamil. Latihan-latihan pada senam hamil di
rancang khusus untuk menyehatkan dan membugarkan Ibu hamil, mengurangi
keluhan yang timbul selama kehamilan, serta mempersiapkan fisik dan psikis
Ibu dalam menghadapi persalinan.
b. Senam di Masa Kehamilan
1. Senam untuk Kaki
a. Duduklah dengan kaki diluruskan ke depan dengan tubuh bersandar
tegak
lurus (rileks)
b. Tarik jari-jari kaki ke arah tubuh secara perlahan-lahan lalu lipat ke
depan
c. Lakukan sebanyak 10 kali, penghitungan sesuai gerakan (gbr1)
d. Tarik kedua telapak kaki ke arah tubuh secara perlahan-lahan dan
dorong ke depan. Lakukan sebanyak 10 kali. Perhitungan sesuai
gerakan (gbr 2).

2. Senam Duduk Bersila


a. Duduklah bersila
b. Letakkan kedua telapak tangan di atas lutut
c. Tekan lutut ke bawah dengan perlahan-lahan (gbr 3)

d. Lakukanlah sebanyak 10 kali. Lakukan senam duduk bersila ini selama


10 menit sebanyak 3 kali sehari.
3. Cara Tidur yang Nyaman
Berbaringlah miring pada sebelah sisi dengan lutut ditekuk (gbr 4)

4. Senam untuk Pinggang (Posisi Terlentang)


a. Tidurlah terlentang dan tekuklah lutut jangan terlalu lebar, arah telapak
tangan ke bawah dan berada di samping badan
b. Angkatlah pinggang secara secara perlahan (gbr. 5)
c. Lakukan sebanyak 10 kali
5. Senam untuk Pinggang (Posisi Merangkak)
a. Badan dalam posisi merangkak
b. Sambil menarik nafas angkat perut berikut punggung ke atas dengan
wajah menghadap ke bawah membentuk lingkaran
c. Sambil perlahan-lahan mengangkat wajah hembuskan nafas, turunkan
punggung kembali dengan perlahan (gbr 6)

d. Lakukanlah sebanyak 10 kali


6. Senam dengan Satu Lutut
a. Tidurlah terlentang, tekuk lutut kanan
b. Lutut kanan digerakkan perlahan ke arah kanan lalu kembalikan (gbr 7)

c. Lakukanlah sebanyak 10 kali


d. Lakukanlah hal yang sama untuk lutut kiri
7. Senam dengan Kedua Lutut
a. Tidurlah terlentang, kedua lutut ditekuk dan kedua lutut saling
menempel
b. Kedua tumit dirapatkan, kaki kiri dan kanan saling menempel
c. Kedua lutut digerakkan perlahanlahan ke arah kiri dan kanan (gbr 8)

d. Lakukanlah sebanyak 8 kali


4. Konsep Pelayanan Gizi Rumah Sakit
a. Pelayanan gizi di rumah sakit
Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan yang diberikan dan
disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan
status metabolisme tubuh. Keadaan gizi pasien sangat berpengaruh pada proses
penyembuhan penyakit, sebaliknya proses perjalanan penyakit dapat berpengaruh
terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi pasien yang semakin buruk
karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi
organ yang terganggu akan lebih memburuk dengan adanya penyakit dan
kekurangan gizi. Selain itu masalah gizi lebih dan obesitas erat hubungannya
dengan penyakit degeneratif, seperti diabetes melitus, penyakit jantung koroner.
hipertensi, dan penyakit kanker, memerlukan terapi gizi untuk membantu
penyembuhannya.
Terapi gizi atau terapi diet adalah bagian dari perawatan penyakit atau
kondisi klinis yang harus diperhatikan pemberiannya tidak melebihi kemampuan
organ tubuh untuk melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu
disesuaikan dengan perubahan fungsi organ. Pemberian diet pasien harus
dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil
pemeriksaan laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Upaya
peningkatan status gizi dan kesehatan masyarakat baik di dalam maupun di luar
rumah sakit, merupakan tugas dan tanggung jawab tenaga kesehatan, terutama
tenaga gizi.
b. Mekanisme Pelayanan Gizi Rumah Sakit
Pengorganisasian Pelayanan Gizi Rumah Sakit mengacu pada SK
Menkes Nomor 983 Tahun 1998 tentang Organisasi Rumah Sakit dan Peraturan
Menkes Nomor 1045/MENKES /PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit i lingkungan Departemen Kesehatan.
Kegiatan Pelayanan Gizi Rumah Sakit, meliputi:
1. Asuhan Gizi Rawat Jalan
2. Asuhan Gizi Rawat Inap
3. Penyelenggaraan Makanan
4. Penelitian dan Pengembangan.
5. Perawatan Lansia
a. Konsep Lansia
Seseorang dikatakan usia lanjut bila seseorang telah mencapai usia 60 tahun
keatas dan memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi biologis,
psikologis, dan sosial. Hasil penelitian memberikan penjelasan definisi lansia
bahwa seseorang dikatakan lansia bukan hanya dari kronologis usianya tetapi
menunjukkan tugasnya sebagai orang tua itu juga sudah terpenuhi.
b. Kebutuhan Dasar Merawat lansia
Kebutuhan dasar merawat lansia pada penelitian ini teridentifikasi kebersihan
diri (mandi, ganti baju, kebersihan mulut, dan eliminasi), nutrisi, istirahat,
mobilisasi, sosial dan pemberian obat. Lueckenotte (2000) perawatan dasar
pada lansia berhubungan dengan aktivitas dasar sehari – hari bagi lansia yang
sebenarnya meliputi tugas perawatan pribadi setiap harinya yang berkaitan
dengan kebersihan diri, nutrisi, aktivitas lain seperti latihan fisik yang
bertujuan untuk mempertahankan kualitas hidupnya.
c. Tujuan Merawat Lansia
Teridentifikasi dua tujuan yaitu membantu lansia dan menjaga keamanan pada
lansia. Tujuan merawat lansia yang dilakukan oleh caregiver menurut Maryam
(2008) untuk menghindari kecelakaan dengan perbaikan lingkungan disekitar
lansia, membantu lansia dalam pemenuhan kebutuhan. Terdapat persamaan
antara konsep dengan hasil penelitian. Tujuan dalam perawatan lansia adalah
membantu lansia dalam memenuhi kebutuhannya dan menjaga lansia agar
tidak mengalami masalah karena sakit atau kecelakaan.
d. Metode Merawat Lansia
Metode merawat lansia dilakukan dengan upaya peningkatan kenyamanan
lansia (menawari hal yang disukai dan penuh perhatian), melibatkan keluarga
sebagai
caregiver yang lain selama perawatan, dan membawa ke pelayanan kesehatan
baik itu ke rumah sakit ataupun puskesmas/ klinik kesehatan terdekat.
Videbeck (2008) memaparkan metode yang dapat digunakan untuk
memberikan perawatan pada lansia melalui pengobatan selain melalui
pendekatan individu yang dapat dilakukan dengan intervensi meningkatkan
keamanan klien melalui kerjasama dengan anggota keluarga yang ada sebagai
caregiver.
e. Dukungan Sosial Dalam Merawat Lansia
Keluarga yang berperan sebagai caregiver mendapatkan dukungan dari
internal yaitu suami/ istri dan juga dari eksternal yang berasal dari kakak/ adik
ipar, kakak/ adik kandung, kader lansia, dan tenaga kesehatan yang ada.
Bentuk dukungan yang didapat berupa dukungan informal yang berasal dari
kader posyandu, tenaga kesehatan baik itu perawat maupun dokter.
f. Beban Yang Dirasakan Caregiver Dalam Merawat Lansia
Beban caregiver dalam perawatan lansia dapat berasal dari internal dan
eksternal. Beban internal dapat berupa beban fisik (capek dan pegal) dan
beban psikologis (marah) sedangkan beban eksternal berasal dari perilaku
lansia dan pekerjaan ganda yang harus dilakukan caregiver.
g. Modifikasi Cara Merawat Lansia
Modifikasi cara merawat lansia pada penelitian ini yang dilakukan oleh
caregiver melalui aktifitas sosial dan aktivitas fisik. Suparyanto (2011)
menjelaskan bahwa mengatasi hambatan dalam perawatan lansia yang memicu
terhindarnya caregiver dari beban perawatan maka keluarga sebagai caregiver
dapat menggunakan sumber dukungan penilaian.
h. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang digunakan teridentifikasi 2 yaitu mekanisme koping
adaptif dan maladaptif. Mekanisme koping adaptif dilakukan caregiver
melalui penerapan cara mengontrol emosi, menggunakan pendekatan
perluasan persepsi terutama tentang lansia dengan karakteristiknya, menerima
dukungan dari orang lain khususnya dari keluarga besar. Mekanisme koping
maladaptif yang digunakan caregiver adalah dengan menghindar dari lansia
dan marah.
i. Sumber Dukungan
Sumber dukungan yang diterima caregiver teridentifikasi dari dua sumber
yaitu sumber internal dan sumber eksternal. Sumber internal caregiver berasal
dari suami atau istri sedangkan sumber eksternal berasal dari adik/kakak ipar
dan juga kakak/adik kandung.
j. Kualitas hidup lansia
Harapan caregiver dalam perawatan lansia khususnya dalam kualitas hidup
lansia yang dirawat teridentifikasi dalam penelitian ini berupa aspek kesehatan
fisik, aspek psikologis lansia di mana lansia dapat meninggal dengan tenang
dan juga aspek lingkungan di mana lansia dapat ikut berperan dalam aktivitas
yang berguna dalam lingkungan tempat tinggalnya.
k. Keluarga
Harapan caregiver terhadap keluarga teridentifikasi bahwa antara anggota
keluarga ada saling gotong royong dan saling tolong menolong dalam merawat
lansia. Miller (2000) menyatakan keluarga memiliki peran penting dalam
membantu lansia untuk memperoleh kondisi optimal karena proses degeneratif
dan masalah yang ditimbulkannya.
6. Layanan Perawatan Baby Care
a. Pijat bayi adalah memberikan sentuhan pada tubuh bayi atau anak yang
bermanfaat untuk mrnstimulus tumbuh kembang bayi dan sebagai salah satu
cara untuk mengungkapkan kasih sayang orang tua terhadap anaknya. Pijat
bayi biasa disebut sengan stimulus touch seperti yang diungkapkan oleh dewi
(2016), bahwa pijat bayi dapat diartikan sebagai sentuhan komunikasi yang
nyaman antara ibu dan bayi, jadi pijat bayi ini merupakan suatu pengungkapan
rasa kasih sayang antara orang tua dengan anak lewat sentuhan pada kulit yang
dapat meberikan dampak sangat luar biasa

b. Macam-Macam Perawatan Bayi


1. Perawatan Tali Pusat
Keadaan tali pusat harus selalu dilihat untuk memastikan apakah ada
perdarahan atau tanda-tanda infeksi (kemerahan dan terdapat pus). Bila tidak
terlihat adanya kemerahan pada tali pusat, maka sering kali klem tali pusat
dilepas pada hari ke 3. puntung tali pusat akan lepas sendiri setelah mengalami
proses nekrosis menjadi kering pada hari ke-6 sampai hari ke-8. Tali pusat tidak
boleh ditutup rapat dengan menggunakan apapun, karena akan menyebabkan
tali pusat menjadi lembab. Selain memperlambat lepasnya tali pusat,
penutup tali pusat juga akan menyebabkan resiko infeksi. Bila terpaksa ditutup,
menutup atau mengikat tali pusat secara longgar dengan kasa kering steril
(Depkes RI, 2009)
2. Kebutuhan Personal Hygienis
1) Memandikan
Memandikan bayi merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga agar
tubuh bayi bersih, terasa segar, dan mencegah kemungkinan adanya infeksi.
Prinsip dalam memandikan bayi yang harus diperhatikan adalah menjaga
jangan sampai bayi kedinginan serta kemasukan air ke hidung, mulut atau
telinga yang dapat mengakibatkan aspirasi (Alimul Aziz, 2018).
2) Kebersihan Popok
BAB (Buang Air Besar) hari 1-3 disebut mekoneum yaitu feces berwana
kehitaman, hari 3-6 feces tarnsisi yaitu warna coklat sampai kehijauan
karena masih bercampur mekoneum, selanjutnya feces akan berwarna
kekuningan. Segera bersihkan bayi setiap selesai BAB agar tidak terjadi iritasi
didaerah genetalia. Bayi baru lahir akan berkemih paling lambat 12-24 jam
pertama kelahirannya, BAK (Buang Air Kecil) lebih dari 8 kali sehari salah
satu tanda bayi cukup nutrisi. Setiap habis BAK segera ganti popok supaya
tidak terjadi iritasi di daerah genetalia.
3) Merawat Kulit
Kulit bayi sangat rentan terhadap gangguan kulit hal ini disebabkan karena
sensitifnya kulit bayi. Untuk itu diperlukan adanya perawatan yang cermat
terhadap kulit bayi. Ketidakcermatan dalam perawatan kulit bayi dapat
menyebabkan berbagai gangguan terhadap kulit bayi yang disebabkan oleh
biang keringat atau ruam popok.
3. Pemberian ASI
ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan
lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa
tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit,
bubur nasi dan tim. Lama pemberian ASI Eksklusif adalah sampai bayi
berumur 6 bulan, setelah 6 bulan, bayi mulai diberi makanan pendamping
ASI, sedangkan ASI dapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih
(Maryunani, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

1. La Ode, S. (2012). Konsep Dasar Keperawatan Mengupas tentang Komunitas


Therapeutik, Home Care, dan Materi-materi Keperawatan Lainnya (Cetakan I).
Yogyakarta: Nuha Medika
2. (Kholifah, 2012) Kholifah, S. N. (2012). HOME CARE. V(1), 44-48.
3. Mohamad Kasim, dkk. (2016). Peningkatan Kualitas Pelayanan dan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan dengan Metode Tim. Semarang. Vol. 1, No.
1
4. Lisa Marniyati, dkk. (2016). Pelayanan Antenatal Berkualitas dalam Meningkatkan
Deteksi Risiko Tinggi pada Ibu Hamil Oleh Tenaga Kesehatan di Puskesmas Sako,
Sosial, Sei Baung dan Sei Selincah di Kota Palembang . Vol. 3, No. 1.
5. Rose Nurhudhariani, dkk. (2015). Pengaruh Pelatihan Senam Hamil Terhadap
Peningkatan Ketrampilan Senam Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Kedungmundu
Semarang.
6. Dr.dr. Slamet Riyadi Yuwono. (2013). Pelayanan Gizi Rumah Sakit. Jakarta.
7. Ninda Ayu Prabasari, dkk. (2017). Pengalaman Keluarga dalam Merawat Lansia di
Rumah (Studi Fenomenologi). Surabaya. Vol. 5, No. 1.
8. Bunga Tiara Carolin, dkk. (2020). Pijat Bayi Dapat Meningkatkan Berat Badan Bayi.
Jakarta. Vol. 6, No. 3.
9. Jeli Ester Debora Saragih. (2018). Gambaran Perilaku Ibu Nifas dalam Perawatan
Bayi Baru Lahir di Wilayah Kerja Klinik Bersalin Pratama Citra Marindal Kabupaten
Deli Serdang Tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai