Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN PADA Nn.

“C” DENGAN GANGGUAN


PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI

Oleh :

RISMA SESILAWATI

NH0119066

CI Institusi

Sudirman, S.Kep., Ns., M.Kes

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

NANI HASANUDDIN MAKASSAR

2021
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

1. KONSEP DASAR
A. Definisi
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus
yang nyata, artinya klien menginterprestasikan sesuatu yang tidaknyata tanpa
stimulus/rangsangan dari luar (Stuart,2007). Halusinasi adalah hilangnya
kemapuan manusiadalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan
rangsangan eksternal (dunia luaar). Klien memberi persepsiatau pendapat
tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata. Sebagai
contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang
berbicara.
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensoridari suatu obyek tanpa
adanya rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh
pancaindra. Halusinasi merupakan salah satu gejala gangguan jiwa yang
pasien mengalami perubahan sensori persepsi, serta merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan, atau penciuman. Pasien
merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada (Zelika, 2015).
Stuart & Laraia (2009) mendefinisikan halusinasi sebagai suatu
tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan (stimulus) eksternal
Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Ada lima jenis halusinasi yaitu
pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan dan perabaan. Halusinasi
pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling banyak ditemukan
terjadi pada 70% pasien,kemudian halusinasi penglihatan20%, dan sisanya
10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan.
B. Etiologi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi yang menyebabkan halusinasi
adalah:
1. Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien tergantung misalnyarendahnya kontrol
dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri
sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri dan lebih rentan
terhadap stress
2. Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada
lingkungannya.
3. Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya
stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam tubuh akan
dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia.
Akibat stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya
neurotransmitter otak.
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan responneurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami.
Ini ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatanotak
yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada
daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku
psikotik
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter
yang berlebihan dan masalah pada system reseptor dopamin
dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal
menunjukkan terjadinya atropi yang signifikan pada otak
manusia. Pada anatomi otak klien dengan skizofrenia kronis,
ditemukan pelebaran lateral ventrikel, atropi korteks bagian
depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan kelainan
anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem)
4. Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat
demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan sesaat dan lari
dari alam nyata menuju alam hayal
5. Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang
tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi
menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang
sangat berpengaruh pada penyakit ini
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi
adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk
dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor
C. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasien. Adapun tanda dan gejala pasien halusinasi adalah sebagai
berikut:
a. Data Subyektif :
Pasien mengatakan
1. Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3. Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
4. Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu atau monster
5. Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang
bau itu menyenangkan
6. Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
7. Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
b. Data Obyektif :
1. Bicara atau tertawa sendiri
2. Marah-marah tanpa sebab
3. Mengarahkan telinga ke arah tertentu
4. Menutup telinga
5. Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
6. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
7. Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
8. Menutup hidung
9. Sering meludah
10. Muntah
11. Menggaruk-garuk permukaan kulit
D. Tahapan Halusinasi
Halusinasi yang dialami pasien memiliki tahapan sebagai berikut:
a. Tahap I: Halusinasi bersifat menenangkan, tingkat ansietas pasien
sedang. Pada tahap ini halusinasi secara umum menyenangkan
Karakteristik : Karakteristik tahap ini ditandai dengan adanya perasaan
bersalah dalam diri pasien dan timbul perasaan takut. Pada tahap ini
pasien mencoba menenangkan pikiran untuk mengurangi ansietas.
Individu mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang dialaminya dapat
dikendalikan dan bisa diatasi (non psikotik).
Perilaku yang Teramati :
a. Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai
b. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
c. Respon verbal yang lambat
d. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikan
b. Tahap II : Halusinasi bersifat menyalahkan, pasien mengalami ansietas
tingkat berat dan halusinasi bersifat menjijikkan untuk pasien
Karakteristik: pengalaman sensori yang dialami pasien bersifat
menjijikkan dan menakutkan, pasien yang mengalami halusinasi mulai
merasa kehilangan kendali, pasien berusaha untuk menjauhkan dirinya
dari sumber yang dipersepsikan, pasien merasa malu karena pengalaman
sensorinya dan menarik diri dari orang lain (non psikotik).
Perilaku yang teramati :
a. Peningkatan kerja susunan sarapotonom yang menunjukkan timbulnya
ansietas seperti peningkatan nadi, TD dan pernafasan
b. Kemampuan kosentrasi menyempit
c. Dipenuhi dengan pengalaman sensori, mungkin kehilangan
kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dan realita
c. Tahap III : Pada tahap ini halusinasi mulai mengendalikan perilaku
pasien, pasien berada pada tingkat ansietas berat. Pengalaman sensori
menjadi menguasai pasien
Karakteristik : Pasien yang berhalusinasi pada tahap ini menyerah untuk
melawan pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai
dirinya. Isi halusinasi dapat berupa permohonan, individu mungkin
mengalami kesepian jika pengalaman tersebut berakhir ( Psikotik ).
Perilaku yang teramati :
a. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh
halusinasinya dari pada menolak
b. Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik, gejala fisik dari
ansietas berat seperti: berkeringat, tremor, ketidakmampuan mengikuti
petunjuk
d. Tahap IV : Halusinasi pada saat ini, sudah sangat menaklukkan dan
tingkat ansietas berada pada tingkat panik. Secara umum halusinasi
menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan delusi
Karakteristik : Pengalaman sensori menakutkan jika individu tidak
mengikuti perintah halusinasinya. Halusinasi bisa berlangsung dalam
beberapa jam atau hari apabila tidak diintervensi (psikotik).
Perilaku yang teramati :
a. Perilaku menyerang - teror seperti panik
b. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain
c. Amuk, agitasi dan menarik diri
d. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang komplek
e. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang
E. Jenis-Jenis Halusinasi
a. Halusinasi Pendengaran
Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang. Suara
berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang jelas
berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap antara
dua orang yang mengalami halusinasi. Pikiran yangterdengar dimana
klien mendengar perkataan bahwa klien disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang dapat membahayakan.Halusinasi pendengaran adalah mendengar
suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian alamiah dan musik
dalam keadaan sadar tanpa adanya rangsang apapun (Maramis, 2005).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang
berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien
sehingga klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut (Stuart, 2007).
b. Halusinasi Penglihatan
Stimulus visual dalam bentuk kilatan cahaya, gambar geometris, gambar
kartun, bayangan yang rumit atau kompleks. Bayangan bias yang
menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster
c. Halusinasi Penciuman
Membaui bau-bauan tertentu seperti bau darah, urin, dan feses umumnya
bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman sering akibat
stroke, tumor, kejang, atau dimensia
d. Halusinasi Pengecapan
Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses
e. Halusinasi perabaan
Mengalaminyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang lain
f. Halusinasi Chenesthetic
Merasakan fungsi tubuh seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makan atau pembentukan urine
g. Halusinasi Kinistetik
Merasakan pergerakan sementaraberdiri tanpa bergerak
F. Rentang Respon
Rentang responneurobiologis menurut Stuart&Laria, 2001 :
Respon adaptif Respon psikososial Respon maladaptif

1. Pikiran logis 1. Kadang-kadang proses pikir tergaanggu 1. Waham


2. Persepsi akurat 2. Ilusi 2. Kerusakan
3. Emosi konsisten 3. Emosi berlebihan 3. Perilaku tidak
4. Perilaku cocok 4. Perilaku yang tidak biasa 4. Perilaku tidakterorganisasi
5. Hubungan sosial 5. Menarik diri 5. Isolasi sosial
harmonis
 keterangan
a. Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial
budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas
normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah
tersebut
1. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli
b. Respon psikososial meliputi :
1. pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
2. adalah missin terprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan
yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca
indera.
3. Emosi berlebihan atau berkurang
4. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas kewajaran
5. Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain
c. Respon maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan,
adapun responmaladaptif meliputi :
1. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan sosial
2. Halusinasi merupakan definisian persepsi sensori yang salah satu
persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada
3. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari
hati
4. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur
5. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu
kecelakaan yang negatif mengancam
G. Pathway Halusinasi

Kerusakan komunikasi Risiko mencedarai diri,


orang lain dan
lingkungan
Bicara, tersenyum, tertawa sendiri

Konsentrasi mudah berubah, kekacauan arus Mendengar bisikan yang menyuruh


pikir untuk membunuh/dibunuh

Perubahan proses pikir Perubahan persepsi sensori:

Arus, bentuk, isi Halusinasi

Mempengaruhi neurotransmitter otak Merangsang keluarnya zat


halusinogen

Stimulus SSO, internal meningkat, eksternal menurun

Tidak peduli dengan lingkungan

Fokus pada diri


sendiri

HDR

Koping maladaptif

Stress psikologi
H. Mekanisme koping

Biasanya klien dengan halusinasi cenderung berperilaku maladaptif,


sepertimencederai diri sendiri dan orang lain, dan sekitarnya, malas
beraktivitas, perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
menghilangkan tanggung jawab kepada orang lain, mempercayai orang lain
dan asyik dengan stimulus internal

I. Penatalaksanaan Medis
Halusinasi termasuk kedalam kelompok penyakit skizofrenia maka jenis
penatalaksanaan medis yang biasa dilakukan adalah :
1. Psikofarmako
Psikofarmako adalah terapi dangan menggunakan obat tujuannya untuk
mengurangi/menghilangkan gejala gangguan jiwa. Berdasarkan khasiat
obat yang tergolong dalam pengobatan psikofarmako antara lain :
a. Chlorpromazine (CPZ) adalah obat yang termasuk golongan
antipsikotik fenotiazina yang bekerja dengan menstabilkan senyawa
alami otak
1. Aturan pakai
Aturan pakai: 3x100 mg/hari
2. Indikasi
Untuk menangani berbagai gangguan mental, seperti skilorfenia
dan gangguan psikis lainnya
3. Efek samping
Yang dapat terjadi pada pemakaian chlorpromazine meliputi efek
sedasi, pusing, dan pingsan
b. Haloperidol (HLP) adalah obat golongan antipsikotik yang berfungsi
untuk meredakan gejala skizofrenia dan masalah perilaku atau
emosional, serta masalah kejiwaannya. Haloperidol untuk mengatasi
skizofrenia, biasanya akan diberikan untuk jangka waktu panjang,
kecuali yang merugikan atau berlawanan
1. Aturan pakai
Aturan pakai: 3x5 mg/hari
2. Indikasi
Meredakan gejala skizofrenia dan masalah perilaku atau
emosional, serta masalah kejiwaannya lainnya
3. Efek samping
Haloperidol serupa dengan efek samping chlorpromazine,
perbedaannya terletak pada efek samping hipothensiothostatik
lebih ringan, sedangkan efek samping reaksi ekstra lebih besar
c. Trihexyphendil (THP) adalah obat yang sering dipakai sebagai
penyerta pemberian obat antipsikotik jenis fenotiazin dan butirofenon
karena khasiatnya merelaksasi otot polos dan antispasmodic
1. Aturan pakai
Aturan pakai:3x2 mg/hari
2. Indikasi
Merelaksasi otot polos dan antispasmodic
3. Efek samping
Efek samping yang umum terjadi yaitu mulut kering, pusing,
pandangan kasar, midrasis, fototobia, mual, nervous
II. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pada tahap ini ada beberapa faktor yang perlu di eksplorasi baik pada klien
sendiri maupun keluarga berkenaan dengan kasus halusinasi yang meliputi :
1. Faktor predisposisi
a. Faktor Genetis
Telah diketahui bahwa secara genetis schizofienia diturunkan melalui
kromosomkromosom tertentu. Namun demikian, kromosom yang ke
beberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang
masih dalam tahap penelitian. Diduga kromosom schizofrenia ada
kromosom gangguan dengan kontribusi genetis tambahan nomor 4,
8, 15 dan 22
b. Faktor biologis
Adanya gangguan pada otak menyebabkan timbulkan respon
neurobiologikal maladaptif.peran pre frontal dan limbik cortices
dalam regulasi stres berhubungan dengan aktivitas dopamin. Saraf
pada pre frontal penting untuk memori,penurunan neuro pada area ini
dapat menyebabkan kehilangan asosiasi
c. Faktor presipitasi Psikologis
Keluarga, pengasuh, lingkungan. Pola asuh anak tidak adequat.
Pertengkaran orang tua, penganiayaan, tidak kekerasan
d. Sosial Budaya
Kemiskinan, konflik sosial budaya, peperangan, dan kerusuhan
2. Faktor presipitasi
a. Biologi
Berlebihnya proses informasi pada sistem syaraf yang menerima dan
memproses informasi di thalamus dan frontal otak. Mekanisme
penghantaran listrik di syaraf terganggu (mekanisme gathing
abnormal)
b. Stress lingkungan
c. Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap,
dan perilaku
a. Kesehatan meliputi nutrisi yang kurang, kurang tidur,
ketidakseimbangan irama sirkardian, kelelahan, infeksi, obat-obat
sistem syaraf pusat, kurangnya latihan dan hambatan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan
b. Lingkungan meliputi lingkungan yang memusuhi, kritis rumah
tangga, kehilangan kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup,
pola aktifitas sehari-hari, kesukaran dalam berhubungan dengan
orang lain, isolasi sosial, kurangnya dukungan sosial, tekanan
kerja (kurang ketrampilan dalam bekerja), stigmasisasi,
kemiskinan, kurangnya alat transportasi, dan ketidakmampuan
mendapat pekerjaan
c. Sikap atau perilaku seperti harga diri rendah, putus asa, merasa
gagal, kehilangan kendali diri (demoralisasi), merasa punya
kekuatan , tidak dapat memenuhi kebutuhan spiritual atau merasa
malang, bertindak seperti orang lain dari segi usia atau budaya,
rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku
kekerasaan, ketidakadekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan
penanganan gejala
3. Pemeriksaan Fisik
Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan tanyakan
apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien
4. Psikososial
a. Genogram
Perbuatan genogram minimal 3 generasi yang menggambarkan
hubungan klien dengan keluarga,masalah yang terkait dengan
komunikasi, pengambilan keputusan, pola asuh, pertumbuhan
individu dan keluarga
b. Konsep diri
 Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang
disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak disukai dan
bagian yang disukai
 Identitas diri
Klien dengan halusinasi tidak puas akan dirinya sendiri merasa
bahwa klien tidak berguna
 Fungsi peran
Tugas atau peran klien dalam keluarga/pekerjaan/kelompok
masyarakat, kemampuan klien dalam melaksanakan fungsi atau
perannya, dan bagaimana perasaan klien akibat perubahan tersebut.
Pada klien halusinasi bisa berubah atau berhenti fungsi peran yang
disebabkan penyakit, trauma akan masa lalu, menarik diri dari
orang lain,perilaku agresif
 Ideal diri
Harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien
terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya,
bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya. Pada
klien yang mengalami halusinasi cenderung tidak peduli dengan
diri sendiri maupun sekitarnya
 Harga diri
Klien yang mengalami halusinasi cenderung menerima diri tanpa
syarat meskipun telah melakukan kesalahan, kekalahan dan
kegagalan ia tetap merasa dirinya sangat berharga
c. Hubungan social
Tanyakan siapa orang terdekat di kehidupan klien tempat
mengadu,berbicara, minta bantuan, atau dukungan. Serta tanyakan
organisasi yang di ikuti dalam kelompok/ masyarakat. Klien dengan
halusinasi cenderung tidak mempunya orang terdekat, dan jarang
mengikuti kegiatan yang ada dimasyarakat. Lebih senang menyendiri
dan asyik dengan isi halusinasinya
d. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan. Apakah isi halusinanya
mempengaruhi keyakinan klien dengan Tuhannya
5. Status Mental
1. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pada
klien dengan halusinasi mengalami defisit perawatan diri
(penampilan tidak rapi. penggunaan pakaian tidak sesuai,cara
berpakaian tidak seperti biasanya, rambut kotor, rambut seperti tidak
pernah disisr, gigi kotor dan kuning, kuku panjang dan hitam). Raut
wajah Nampak takut, kebingungan, cemas
2. Pembicaraan
Klien dengan halusinasi cenderung suka berbicara sendiri, ketika di
ajak bicara tidak focus. Terkadang yang dibicarakan tidak masuk
akal
3. Aktivitas motoric
Klien dengan halusinasi tampak gelisah,kelesuan, ketegangan,
agitasi, tremor. Klien terlihat sering menutup telinga, menunjuk-
nunjuk ke arah tertentu, menggarukgaruk permukaan kulit, sering
meludah, menutup hidung
4. Afek emosi
Pada klien halusinasi tingkat emosi lebih tinggi, perilaku agresif,
ketakutan yang berlebih,eforia
5. Interaksi selama wawancara
Klien dengan halusinasi cenderung tidak kooperatif (tidak dapat
menjawab pertanyaan pewawancara dengan spontan) dan kontak
mata kurang (tidak mau menatap lawan bicara) mudah tersinggung
6. Persepsi-sensori
a. Jenis halusinasi
- Halusinasi visual
- Halusinasi suara
- Halusinasi pengecap
- Halusinasi kinestetik
- Halusinasi visceral
- Halusinasi histerik
- Halusinasi hipnogogik
- Halusinasi hipnopompik
- Halusinasi perintah
b. Waktu
Perawat juga perlu mengkaji waktu munculnnya halusinasi yang
di alami pasien. Kapan halusinasi terjadi? apakah pagi, siang,
sore, malam? jika muncul pukul berapa?
c. Frekuensi
Frekuensi terjadinnya apakah terus-menerus atau hanya sekali-
kali, kadangkadang, jarang atau sudah tidak muncul lagi. Dengan
mengetahui frekuensi terjadinnya halusinasi dapat di rencanakan
frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinnya halusinasi. Pada
klien halusinasi sering kali mengalami halusinasi pada saat klien
tidak memiliki kegiatan/saat melamun maupun duduk sendiri
d. Situasi yang menyebabkan munculnnya halusinasi
Situasi terjadinnya apakah ketika sendiri, atau setelah terjadi
kejadian tertentu?. Hal ini dilakukan untuk menentukan
intervensi khusus pada waktu terjadi halusinasi, menghindari
situasi yang menyebabkan munculnnya halusinasi, sehingga
pasien tidak larut dengan halusinasinya
e. Respons terhadap halusinasi.
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi
itu muncul. perawat dapat menannyakan kepada pasien hal yang
dirasakan atau atau dilakukan saat halusinasi itu timbul.perawat
juga dapat menannyakan kepada keluargannya atau orang
terdekat pasien.selain itu dapat juga dengan mengobservasi
prilaku pasien saat halusinasi timbul. Pada klien halusinasi sering
kali marah,mudah tersinggung, merasa ceriga pada orang lain.
7. Proses berfikir
a. Bentuk fikir
Mengalami dereistik yaitu bentuk pemikiran yang tidak sesuai
dengan kenyataan yang ada atau tidak mengikuti logika secara
umum(tak ada sangkut pautnya antara proses individu dan
pengalaman yang sedang terjadi). Klien yang mengalami
halusinasi lebih sering was-was terhadap hal-hal yang dialaminya
b. Isi fikir
Selalu merasa curiga terhadap suatu hal dan depersonalisasi yaitu
perasaan yang aneh/asing terhadap diri sendiri,orang
lain,lingkungan sekitarnya. Berisikan keyakinan berdasarkan
penilaian non realistis.
8. Tingkat kesadaran
Pada klien halusinasi sering kali merasa bingung, apatis(acuh tak
acuh).
9. Memori
a. Daya ingat jangka panjang: mengingat kejadian masa lalu lebih
dari 1 bulan
b. Daya ingat jangka menengah: dapat mengingat kejadian yang
terjadi 1 minggu terakhir
c. Daya ingat jangka pendek: dapat mengingat kejadian yang terjadi
saat ini
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pada klien dengan halusinasi tidak dapat berkonsentrasi dan dapat
menjelaskan kembali pembicaraan yang baru saja di bicarakan
dirinya/orang lain.
11. Kemampuan penilaian mengambil keputusan
a. Gangguan ringan: dapat mengambil keputusan secara sederhana
baik dibantu orang lain/tidak
b. Gangguan bermakna: tidak dapat mengambil keputusan secara
sederhana cenderung mendengar/melihat ada yang di perintahkan
12. Daya tilik diri
klien halusinasi cenderung mengingkari penyakit yang diderita: klien
tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik dan emosi) pada
dirinya dan merasa tidak perlu minta pertolongan/klien menyangkal
keadaan penyakitnya, klien tidak mau bercerita tentang penyakitnya.
13. Kebutuhan perencanaan pulang
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Tanyakan Apakah klien mampu atau tidak mampu memenuhi
kebutuhannya sendiri.
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
Pada klien halusinasi tidak mampu melakukan kegiatan hidup
sehari-hari seperti mandi, kebersihan, ganti pakaian secara
mandiri perlu bantuan minimal
b. Tidur
Klien halusinasi cenderung tidak dapat tidur yang berkualitas
karena kegelisahan, kecemasan akan hal yang tidak realita.
3. Kemampuan klien lain-lain
Klien tidak dapat mengantisipasi kebutuhan hisupnya,dan
membuat keputusan.
4. Klien memiliki sistem pendukung
Klien halusinasi tidak memiliki dukungan dari keluarga maupun
orang sekitarnya karena kurangnya pengetahuan keluarga bisa
menjadi penyebab. Klien dengan halusinasi tidak mudah untuk
percaya terhadap orang lain selalu merasa curigs
5. Klien menikmati saat bekerja/kegiatan produktif/hobi
Klien halusinasi merasa menikmati pekerjaan,kegiatan yang
produktif karena ketika klien melakukan kegiatan berkurangnya
pandangan kosong
14. Mekanisme koping
Biasanya pada klien halusinasi cenderung berprilaku maladaptif,
seperti mencederai diri sendiri dan orang lain di sekitarnnya. Malas
beraktifitas, perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain, mempercayai orang
lain dan asyik dengan stimulus intenal
15. Masalah psikososial dan lingkungan
Biasannya pada klien halusinasi mempunyai masalah di masalalu
dan mengakibatkan dia menarik diri dari masyarakat dan orang
terdekat.
16. Aspek pengetahuan
Pada klien halusinasi kurang mengetahui tentang penyakit jiwa
karena tidak merasa hal yang dilakukan dalam tekanan.
17. Daya tilik diri
Mengingkari penyakit yang diderita: klien tidak menyadari gejala
penyakit (perubahan fisik dan emos) pada dirinya dan merasa tidak
perlu minta pertolongan/klien menyangkal keadan penyakitnya.
18. Aspek medis
Memberikan penjelasan tentang diagnostik medik dan terapi medis.
Pada klien halusinasi terapi medis seperti Haloperidol(HLP),
Clapromazine (CPZ), Trihexyphenidyl (THP)
DAFTAR PUSTAKA
1. Lilik Ma’rifatul Azizah, Iman Zainuri, Amar Akbar. 2016. BUKU AJAR
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA Teori dan Aplikasi Praktik Klinik.
Yogyakarta; Indomedia Pustaka
2. Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari P.K., Hanik Endang Nihayati. 2015. BUKU AJAR
KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA. Jakarta Selatan; Penerbit Salemba
Medika
3. Nurhalimah. 2016. MODUL KEPERAWATAN Jakarta Selatan; Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai