Anda di halaman 1dari 5

Nama : Risma Sesilawati

Nim : NH0119066

Kelas : A2/2019

TELAAH JURNAL

1. Peneliti, Kota Waode Azfari Azis, Laode Yusman Muriman, Sri Rahayu Burhan
(Bau-Bau, 2020)
Judul RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE LEVELS WITH
LIFESTYLE IN
DIABETES MELLITUS PATIENT
Desain Penelitian Deskriptif korelasi
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan gaya hidup pada penderita diabetes mellitus yang
berobat di puskesmas meome
Ukuran Sampel Sampel dilakukan dengan teknik total sampling yaitu seluruh populasi
dijadikan sebagai sampel penelitian sebanyak 47 penderita diabetes
mellitus yang berobat di Puskesmas Meomeo
Intervensi untukmelihat hibungan gaya hidup dan pengetahuan penderita diabetes
miletus. dilakukan uji statistik chi square. Probabilitas (p) lebih kecil
daripada α (p<0,05) berarti ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan, pendidikan, sikap dan kepemilikan jamban dengan
kebiasaan pembuangan tinja masyarakat.
Hasil - Tabel 1, menunjukkan karakteristik responden berdasarkan
umur, jenis kelamin dan pendidikan, bahwa umur responden
yang berusia dibawah 63 tahun sebanyak 33 responden (56,2%)
lebih sedikit dari yang berusia di atas63 tahun sebanyak 14
responden (43,8%). Responden yang berjenis kelamin lakilaki
lebih sedikit 7 responden (14,9%) dibandingkan berjenis
kelamin perempuan 40 responden (85,1%). Responden yang
memiliki pendidikan SD sebanyak 19 responden (40,4%) lebih
banyak dari yang berpendidikan STRATA 1 sebanyak 5
responden (10,6%).
- Tabel 2, menunjukkan bahwa responden yang berpengetahuan
baik sebesar 44,7% lebih kecil dari responden yang
berpengetahuan kurang sebesar 55,3%. Tabel 3, dapat
disimpulkan bahwa responden yang memiliki gaya hidup sehat
sebesar 36,2 % lebih kecil dari responden yang memiliki gaya
hidup tidak sehat sebesar 61,8 %. Tabel 4. Menunjukanbahwa
responden yang memiliki pengetahuan baik dengan gaya hidup
sehat sebanyak 61,9% lebih tinggi dari pengetahuan baik
dengan gaya hidup tidak sehat 38,1% sedangkan pengetahuan
kurang dengan gaya hidup sehat sebanyak 15,4% lebih rendah
dari pengetahuan kurang dengan gaya hidup tidak sehat
sebanyak 84,6%. Berdasarkan hasil uji continuity
correctionyaitu nilai signifikan p value = 0,003< α=0,05, yang
berarti Ho di tolak. Terdapat hubungan antara tingkat
pengetahuan dengan gaya Hidup pada penderita DM yang
berobat Puskesmas Meomeo Kota Baubau.
2. Peneliti, kota Ocbrivianita Mulyaningtyas Utomo, Mahalul Azam, Dina Nur
Anggraini (Semarang, 2012)
Judul THE GYMNASTICS EFFECT ON DIABETIC BLOOD SUGAR
LEVELS
Desain penelitian Kohor
Tujuan Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui perbedaaan kadar gula
darah penderita diabetes antara kelompok yang melaksanakan senam
dan kelompok yang tidak melaksanakan senam
Ukuran sampel Sampel terpapar dalam penelitian ini adalah pasien Diabetes Mellitus
Tipe II RS.Panti Wilasa Dr.Cipto Semarang yang mengikuti klub
senam diabetes. Sampel harus melakukan senam secara rutin seminggu
3 kali didapatkan sampel sebanyak 42 orang. Sampel tidak terpapar
dalam penelitian ini adalah penderita Diabetes Mellitus Tipe II RS.Panti
Wilasa Dr.Cipto Semarang yang tidak mengikuti klub senam diabetes
dan dari hasil wawancara tidak melakukan aktivitas senam atau
olahraga secara rutin seminggu 3 kali didapatkan sampel sebanyak 42
orang.Adapun uji statistik yang digunakan yaitu dengan menggunakan
uji Wilcoxon (M. Sopiyudin Dahlan. 2008).
Intervensi Terdapat perbedaan penurunan kadar gula darah sewaktu antara
kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar
Hasil - Berdasarkan tabel 1 di atas diketahui bahwa sebagian besar
sampel pada kelompok terpapar adalah perempuan, sebanyak
34 orang (80,95%) sedangkan laki-laki sebanyak 8 orang
(19,05%). Pada kelompok tidak terpapar jumlah sampel
perempuan sebanyak 33 orang (78,57%) dan laki-laki sebanyak
9 orang (21,43%). Berdasarkan data sampel didapatkan data
usia sampel yang paling muda adalah 42 tahun dan yang paling
tua adalah 71 tahun. Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa
pada kelompok terpapar banyak sampel penelitian yang berusia
51-55 tahun yaitu 9 orang (21,42%) sedangkan pada kelompok
tidak terpapar banyak sampel penelitian yang berusia 46-50
tahun( 33,33%).
- Berdasarkan tabel 2, nilai signifikansi yang diperoleh dengan
uji Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah
sewaktu sebelum dan sesudah tanpa diberi intervensi pada
kelompok tidak terpapar adalah 0,0001. Intrepretasi hasil yang
diperoleh adalah terdapat perbedaan kadar glukosa darah
sewaktu secara signifikan sebelum (pretest) dan sesudah
(posttest). Berdasarkan tabel di atas, nilai signifikansi yang
diperoleh dengan uji Wilcoxon untuk mengetahui perbedaan
kadar gula darah sewaktu sebelum dan sesudah intervensi pada
kelompok terpapar adalah 0,0001 (p<0,05). Interpretasi hasil
yang diperoleh adalah terdapat perbedaan kadar gula darah
sewaktu secara signifikan sebelum (pretest) dan sesudah
(posttest) setelah diberikan intervensi senam diabetes.
- Berdasarkan tabel 3 didapatkan hasil statistik dengan uji
Wilcoxon secara keseluruhan adalah p= 0,0001. Nilai
signifikansi yang diperoleh dengan uji Wilcoxon pada
perbandingan kelom pok tidak terpapar dengan kelompok
terpapar adalah 0,0001 (p<0,05). Interpretasi hasil yang
diperoleh adalah terdapat perbedaan penurunan kadar gula
darah sewaktu secara signifikan pada kelompok tidak terpapar
dan kelompok terpapar.
3. Peneliti, kota Sitti Fatimah, Erna Rochmawati, Arianti (Yogyakarta, 2020)
Judul THE EFFECT THAT DZSUPERIOR THERAPY HAS ON DIABETIC
GLUCOSE LEVELS MELLITUS TYPE 2
Desain peneliti quasy esperiment with control group pre-post test design
Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Terapi Dzikir
Terhadap Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Ukuran sampel Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling
dengan kriteria inklusi yaitu pasien terdiagnosis diabetes melitus
tipe 2, beragama islam, berusia <65 tahun, pasien mampu membaca dan
menulis dan tidak mengalami gangguan/masalah pendengaran dan
bersedia menjadi responden penelitian. Jumlah sampel penelitian adalah
40 responden yang terbagi menjadi 2 yaitu, 20 responden kelompok
intervensi dan 20 responden kelompok kontrol.
Intervensi Terapi dzikir dilakukan dengan durasi 15 menit setiap hari selama 2
minggu pada sore hari setelah sholat ashar sampai
sebelum sholat magrib atau sebelum matahari terbenam. Peneliti
melakukan follow up pelaksanaan terapi dzikir dengan
mengingatkan pasien via sms/telepon serta mengisi lembar terapi harian
dan peneliti juga melakukan kunjungan rumah 2 kali setiap minggunya.
Hasil - Tabel 1 menunjukkan sebagian besar responden berada pada
rentang usia 46-55 tahun, berjenis kelamin perempuan,
pendidikan SMP, pekerjaan IRT, serta berpendapatan
<1.500.000
- Tabel 2 menunjukkan sebagian besar responden lama mendeirta
diabetes 1-5 tahun, manajemen diabetes berupa frekuensi
minum obat yang tidak ritun, pola makan yang tidak teratur,
dan olah raga tidak teratur serta dukungan keluarga yang masih
kurang
- Tabel 3 menunjukkan nilai rata-rata kadar glukosa darah pada
kelompok intervensi mengalami penurunan yaitu dari 247.25
menjadi 179.90 sedangkan kelompok kontrol mengalami
kenaikan yaitu dari 253.25 menjadi 279.60
- Tabel 4 merupakan hasil analisis uji statistik dengan
menggunakan uji Independet t-test antara kelompok intervensi
dan kontrol terhadap kadar glukosa darah, hasilnya
menunjukkan bahwa terapi dzikir secara signifikan
berpengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah (p value
<0.05)
4. Peneliti, kota Rizky Hafifatul Umam, Ahmad Kholid Fauzi, Handono Fatkhur
Rahman, Husnul Khotimah, Abdul Hamid Wahid, 2020
Judul Relationship between Sleep Quality and Blood Glucose Levels in
Clients with Type 2 Diabetes Mellitus in Puskesmas Besuk
Probolinggo
Desain peneliti analitik observasional
Tujuan untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan kadar glukosa darah
pada klien dengan Diabetes Mellitus Tipe 2.
Ukuran Sampel Populasi dalam penelitian ini sebanyak 141 dengan pemilihan sampel
sebanyak 104 sampel menggunakan simple random sampling.
Instrumen yang digunakan yaitu PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index)
untuk mengukur kualitas tidur dan Glukometer untuk mngukur kadar
glukosa darah. Analisa data yang digunakan yaitu rank spearman
dengan p-value <0.05
Intervensi Instrumen yang digunakan yaitu PSQI (Pittsburgh Sleep Quality Index)
untuk mengukur kualitas tidur dan Glukometer untuk mengukur kadar
glukosa darah
Hasil - Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata usia responden adalah
49,80, median 48 tahun dan standar deviasi 6,744 dengan usia
responden termuda yaitu 40 tahun dan yang tertua yaitu 75
tahun. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa
95% diyakini rata-rata usia responden berada pada rentang
48,49 sampai dengan 51,11
5. Peneliti, kota Dita Wahyu Hestiana (Semarang, 2017)

Judul FACTORS RELATED TO COMPLIANCE IN DIET


MANAGEMENT IN DIABETES OUTPATIENT PATIENTS
MELLITUS TYPE 2 IN SEMARANG CITY
Tujuan Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet pada penderita
DM tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Tlogosari Wetan Kota
Semarang.
Ukuran Sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive
sampling dengan menerapkan kriteria inklusi dan eksklusi
Intervensi Menggambarkan bahwa dukungan petugas memiliki hubungan
yang signifikan sehingga disimpulkan bahwa dukungan petugas
berpengaruh terhadap kepatuhan diet pasien DM, dimana semakin
baik dukungan petugas kepada pasien maka akan semakin baik
kepatuhan pasien.
Hasil - Berdasarkan tabel 1, terdapat hubungan antara umur dengan
kepatuhan dalam pengelolaan diet pada pasien rawat jalan
penderita DM tipe 2. Dari analisis diperoleh nilai PR = 9,12,
artinya responden yang termasuk dalam kategori umur dewasa
memiliki risiko 10 kali lebih besar terhadap rendahnya
kepatuhan dalam pengelolaan diet. Dalam penelitian ini
kategori usia dewasa lebih dominan daripada yang berusia
dalam kategori lansia. Sehingga tabel menunjukkan bahwa
proporsi kepatuhan pengelolaan diet pada responden dewasa
lebih tinggi dibandingkan lansia. Dapat disimpulkan bahwa
sebagian besar responden yang menderita DM tipe 2 berusia
antara 45-60 tahun atau dalam kategori dewasa. Umur dewasa
merupakan usia pra lansia, dimana fungsi dan integrasi mulai
mengalami penurunan, kemampuan untuk mobilisasi dan
aktivitas sudah mulai berkurang sehingga muncul beberapa
penyakit yang menyebabkan status kesehatan menurun.
- Berdasarkan tabel 1, pada variabel jenis kelamin, terdapat hubungan
antara jenis kelamin dengan kepatuhan dalam pengelolaan diet
pada pasien rawat jalan penderita DM tipe 2. Dari analisis
diperoleh nilai PR = 2,39, artinya responden yang berjenis
kelamin perempuan memiliki risiko dua kali lebih besar
terhadap rendahnya kepatuhan dalam pengelolaan diet. Dalam
penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa proporsi kepatuhan
pengelolaan diet pada responden perempuan lebih tinggi
dibandingkan laki-laki. Perbedaan jenis kelamin dalam
melakukan pengelolaan diet tidak menjadi suatu masalah.
Karena responden yang berjenis kelamin perempuan
maupun laki-laki sangat penting untuk melakukan pengelolaan
diet agar dapat mencegah timbulnya komplikasi. Menurut Riset
kesehatan dasar (2013) prevalensi perempuan lebih tinggi
daripada laki-laki, hal ini dikarenakan beberapa faktor risiko
menyebabkan tingginya kejadian DM pada perempuan.

Anda mungkin juga menyukai