Anda di halaman 1dari 9

TUGAS INDIVIDU

PENERAPAN TEORI KEPERAWATAN DALAM HUBUNGAN ANTARA


DUKUNGAN KELUARGA DAN PERAN KADER KESEHATAN JIWA DENGAN
KEMANDIRIAN ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) ORANG DENGAN
GANGGUAN JIWA

Diajukan Sebagai Tugas Mata kuliah Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu : Dr. Blacius Dedi

Program Magister Keperawatan Universitas Jenderal Achmad Yani

Disusun Oleh :

Anggi Ulfah Mawaddah (215121227)

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN

UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI


2023
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa merupakan kondisi dimana seorang individu dapat
berkembang secara fisik, mental, spiritual dan sosial sehingga indivdu dapat
menyadari kemampuan dirinya dan dapat memberikan kontribusi pada komunitasnya
(UU No. 18 Tahun 2014). Kesehatan jiwa merupakan bagian yang tidak terlepaskan
dari kesehatan pada umumnya, serta merupakan bagian dasar bagi pertumbuhan dan
perkembangan manusia. Tidak berkembangnya koping individu dengan baik dapat
menyebabkab terjadinya gangguan jiwa (Susilowati, 2015). Orang dengan gangguan
jiwa (ODGJ) adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku dan
perasaan yang dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam menjalankan
fungsinya sebagai manusia termasuk aktivitas sehari-harinya. Gangguan jiwa
termasuk ke dalam masalah yang serius serta menjadi perhatian bagi negara maju
maupun negara berkembang di seluruh dunia (Winarno, 2020).
Tingginya angka kejadian gangguan jiwa berat di masyarakat yang dapat
menimbulkan beban yang sangat besar bagi individu, keluarga, masyarakat, dan
pelayanan kesehatan. Penanganan masalah kesehatan jiwa saat ini telah bergeser dari
hospital based menjadi community based psychiatric services sehingga pelayanan
tidak hanya berfokus terhadap upaya kuratif tetapi lebih menekankan upaya proaktif
yang berorientasi pada upaya pencegahan (preventif) dan promotif (WHO 2013).
Upaya promotif dan preventif dalam peningkatan status kesehatan masyarakat
khususnya penanganan gangguan jiwa di masyarakat tidak terlepas dari peran-peran
masyarakat itu sendiri terutama yang berperan ada perawat CMHN (Comunity Mental
Health Nursing) dengan bantuan kader kesehatan jiwa.
Dampak buruk yang terjadi pada pasien gangguan jiwa yaitu mengalami
penurunan kemandirian dan perawatan diri, karena adanya perubahan proses pikir
sehingga menyebabkan penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari–hari.
Kurangnya kemampuan dalam malakukan Activity Daily Living (ADL) akibat dari
penurunan kemampuan realitas yang menyebabkan ketidakpedulian merawat diri
sendiri dan lingkungannya (Rani, 2016). ADL merupakan salah satu kebutuhan dasar
manusia yang wajib dipenuhi, pemenuhan ADL harus dilakukan oleh semua individu,
tidak terkecuali pada individu dengan masalah gangguan jiwa. Pada seseorang dengan
ganggun jiwa, pemenuhan ADL tidak begitu diperhatikan, padahal apabila ADL tidak
terpenuhi dengan baik maka fungsi kehidupan manusia akan terganggu, (Potter 2008,
dalam Rahmat 2016).
B. Konsep Model Teori
1. Teori Keperawatan terkait pemenuhan ADL pasien (Dorothea Orem)
Pandangan Orem dalam tatanan pelayanan keperawatan ditujukan kepada
kebutuhan individu dalam melakukan tindakan keperawatan mandiri serta
mengatur dalam kebutuhannya. Konsep keperawatan Orem (2001)
mengembangkan tiga bentuk teori self care, diantaranya:
a. Teori perawatan diri sendiri (Self Care Theory)
Orem mengemukakan bahwa self care meliputi : pertama; self care itu
sendiri, yang merupakan aktivitas dan inisiatif dari individu serta dilaksanakan
oleh individu itu sendiri dalam memenuhi serta mempertahankan kehidupan,
kesehatan serta kesejahteraan. Kedua; self care agency,merupakan suatu
kemampuan individu dalam melakukan perawatan diri sendiri, yang dapat di
pengaruhi oleh usia, perkembangan, sosiokultural, kesehat an dan lain-lain.
Ketiga; adanya tuntutan atau permintaan dalam perawatan diri sendiri yang
merupakan tindakan mandiri yang dilakukan dalam waktu tertentu untuk
perawatan diri sendiri dengan menggunakan metode dan alat dalam tindakan.
Keempat; kebutuhan self care merupakan suatu tindakan yang ditujukan pada
penyedia dam perawatan diri sendiri yang bersifat universal dan berhubungan
dengan proses kehidupan sehari-hari (ADL) dengan mengelompokkan ke
dalam kebutuhan dasar manusianya.
b. Teori defisit perawatan diri (Defisit Self Care Theory)
Teori defisit perawatan diri merupakan bagian penting dalam
perawatan secara umum dimana segala perencanaan keperawatan diberikan
pada saat perawatan dibutuhkan. Dalam pemenuhan perawatan diri serta
membantu dalam proses penyelesaian masalah, Orem memiliki metode untuk
proses tersebut diantaranya bertindak atau berbuat untuk orang lain, sebagai
pembimbing orang lain, memberi support, meningkatkan pengembangan
lingkungan untuk pengembangan pribadi serta mengajarkan atau mendidik
pada orang lain. Dalam praktek keperawatan Orem melakukan identifikasi
kegiatan praktek dengan melibatkan pasien dan keluarga dalam pemecahan
masalah, menentukan kapan dan bagaimana pasien memerlukan bantuan
keperawatan, bertanggung jawab terhadap keinginan, permintaan, serta
kebutuhan pasien, mempersiapkan bantuan secara teratur bagi pasien dan
mengkoordinasi serta mengintegrasikan keperawatan dalam kehidupan sehari-
hari pada pasien dan asuhan keperawatan diperlukan ketika klien tidak mampu
memenuhi kebutuhan biologis, psikologis, perkembangan dan sosial.
c. Teori sistem keperawatan (Theory of Nursing System)
Merupakan teori yang menguraikan secara jelas bagaimana kebutuhan
perawatan diri pasien terpenuhi oleh perawat atau pasien sendiri yang didasari
pada pendapat Orem yang mengemukakan tentang pemenuhan kebutuhan diri
sendiri, kebutuhan pasien dan kemampuan pasien dalam melakukan perawatan
mandiri.

2. Teori Dukungan Keluarga menurut Friedman

Menurut Friedman (2010) dalam Nursia (2017), komponen keluarga memiliki


empat dukungan, antara lain:

a. Dukungan Emosional

Dukungan emosional merupakan dukungan yang dapat diwujudkan


dalam bentuk kasih sayang, kepercayaan, perhatian, dan mendengarkan serta
didengarkan. Keluarga merupakan tempat yang damai untuk istirahat dan
membantu penguasaan terhadap emosi pada penderita gangguan jiwa.
Dilakukan dengan melibatkan rasa empati, peduli terhadap seseorang sehingga
memberikan perasaan nyaman, membuat perasaan penderita lebih baik. Dalam
hal ini orang yang memperoleh social support akan merasa lega karena
diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan.

b. Dukungan Informasional
Dukungan informasi untuk menekan stressor dimana informasi yang
diberikan keluarga diharapkan mampu memberikan sugesti khusus pada
penderita gangguan jiwa. Keluarga sebagai pemberi dukungan informasional
memiliki peran sebagai penyebar dan penyampai informasi yang digunakan
untuk mengungkapkan masalah. Aspek-aspek dalam dukungan ini
memberikan nasehat, saran, petunjuk dan pemberian informasi. Keluarga
menceritakan suatu informasi untuk mengetahui hal-hal untuk orang lain,
seperti memberikan nasehat terkait pentingnya pengobatan yang sedang
dijalani dan akibat tidak patuh dalam pengobatan.

c. Dukungan Penghargaan/Penilaian

Keluarga sebagai pemberi dukungan penilaian seperti memberikan


bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi permasalahan, serta
sebagai validator identitas anggota keluarga. Jenis dukungan ini terjadi lewat
ungkapan penghargaan yang positif untuk individu, dorongan maju. Misalnya
sikap dan perilaku dalam memberikan dukungan, pengakuan, penghargaan dan
penilaian kepada permasalahan anggota keluarganya yang menderita
gangguan jiwa.

d. Dukungan Instrumental

Dukungan instrumental bertujuan untuk menghidupkan kembali energi


dan semangat yang mulai menurun. Keluarga sebagai sumber pertolongan
praktis dan konkrit seperti memberikan bantuan langsung baik dalam bentuk
materi, tenaga, dan sarana. Dukungan ini mengacu pada penyediaan
pertolongan finansial, barang, atau jasa yang dapat digunakan untuk
memecahkan masalah-masalah.

C. Peran Kader Kesehatan Jiwa


Menurut Sahriana (2018) dalam Chandiq (2022), peran seorang kader
kesehatan jiwa ada 3 yaitu peran dalam pencegahan primer, sekunder dan tersier.
1. Pencegahan Primer
Pada program pencegahan primer, kader kesehatan jiwa berperan dalam
melakukan indentifikasi kelompok resiko, memberikan pendidikan dan
memotivasi pasien serta keluarga. Kader dalam melakukan identifikasi kelompok
resiko melalui pendataan kerumah warga. Pendataan merupakan kegiatan rutin
bulanan yang dilakukan oleh kader kesehatan jiwa. Pendidikan kesehatan yang
diberikan oleh kader kesehatan jiwa kepada pasien dan keluarga berupa
mengajrkan kepada keluarga untuk memandirikan pasien, mengajak pasien
berkomunikasi dan meminta pasien melakukan kegiatan. Kader kesehatan jiwa
memberikan motivasi kepada keluarga untuk bersabar dalam merawat pasien,
selain itu pasien juga dimotivasi untuk merawat diri, tidak merasa minder dengan
penyakitnya.
2. Pencegahan Sekunder
Pada program pencegahan sekunder, kader berperan dalam melakukan deteksi
dini dan sosialisasi program posyandu jiwa. Kader dalam melakukan deteksi dini
cara melakukan kunjungan ke rumah warga Berdasarkan hasil pendataan yang
sebelumnya telah didapatkan atau berdasarkan dari laporan warga sekitar pasien.
Sebelum melakukan deteksi dini, kader mendekati keluarga dan meminta
persetujuan kepada keluarga untuk melakukan wawancara. Sosialisasi dilakukan
oleh kader kesehatan jiwa untuk mengenalkan dan menginformasikan kepada
masyarakat tentang kegiatan posyandu jiwa, waktu dan tempat pelaksanaan.
3. Pencegahan Tersier
Peran kader kesehatan jiwa dalam program pencegahan tersier yakni
memotivasi pasien untuk rutin minum Obat dan rutin untuk melakukan kontrol.
Pasien yang rutin meminum Obat dan melakukan kontrol memperlihatkan
perbaikan gejala gangguan jiwa yang dimiliki, pasien merasa lebih tenang dan
merasa lebih mampu mengontrol diri sendiri. Manajemen pemberdayaan kader
kesehatan jiwa berfokus pada proses rekruitmen, seleksi, orientasi, penilaian
kinerja dan pengembangan kader (Keliat, 2011 dalam Sahriana, 2018).
D. Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada model teori self
care dorothea orem (2001) dan model teori dukungan keluarga Friedman (2010)
dalam Nursia (2017).

Komponen Dukungan Keluarga


Menurut Friedman (2010),

1. Dukungan Emosional

2. Dukungan Informasional
Teori Self Care menurut Orem (2001),
dalam Alligood (2017); 3. Dukungan Penghargaan
1. Teori perawatan diri sendiri (Self Care
Theory) 4. Dukungan Instrumental
2. Teori defisit perawatan diri (Defisit Self
Care Theory)
3. Teori sistem keperawatan (Theory of
Nursing System)
Kemandirian Activity of Daily Living
(ADL) Orang dengan Gangguan Jiwa

1. Ketergangungan Total
Orang dengan 2. Ketergantungan Berat
Gangguan Jiwa
3. Ketergantungan Sedang

4. Ketergantungan ringan

5. Mandiri

Peran Kader Kesehatan Jiwa

1. Pencegahan Primer

2. Pencegahan Sekunder

3. Pencegahan Tersier
Kerangka Teori:

Orem (2001), Friedman (2010), Alligood (2017), Nursia (2017), Stuart (2013), Keliat

(2014), Sinyoto (2017).


E. Kerangka Konsep

Komponen Dukungan Keluarga


Menurut Friedman (2010),

1. Dukungan Emosional

2. Dukungan Informasional

3. Dukungan Penghargaan

4. Dukungan Instrumental
Kemandirian Activity of Daily Living
(ADL) Orang dengan Gangguan Jiwa

1. Ketergangungan Total
Orang dengan 2. Ketergantungan Berat
Gangguan Jiwa
3. Ketergantungan Sedang

4. Ketergantungan ringan

5. Mandiri

Peran Kader Kesehatan Jiwa

1. Pencegahan Primer

2. Pencegahan Sekunder

3. Pencegahan Tersier
DAFTAR PUSTAKA

Chandiq, N., Mubin, F., & Samiasih, A. (2022). PERAN KADER KESEHATAN JIWA
DALAM MENANGANI GANGGUAN JIWA DI MASYARAKAT. Jurnal Ilmu
Keperawatan Dan Kebidanan, 10(2), 330–337.

Dwi Indah Iswanti, Sri Puji Lestari, R. D. H. (2018). Peran Kader Kesehatan Jiwa Dalam
Melakukan Penanganan Gangguan Jiwa | The Role of Mental Health Cadres in
the Handling of Mental. Jurnal Ilmu Keperawatan, 1(1), 33.
http://www.journal.ppnijateng.org/index.php/jikj/article/view/19

Nursia. (2017). Hubungan antara dukungan keluarga dengan perawatan berulang pasien
gangguan jiwa di Rumah Sakit Khusus Daerah (RSKD) Provinsi Sulawesi
Selatan. 110.

Permata, Y., Solikhah, S., & Suryani, D. (2022). Dukungan Kader kepada Orang dengan
Gangguan Jiwa. Jurnal Cakrawala Promkes, 4(2), 128–140.
https://doi.org/10.12928/promkes.v4i2.6126

Sahriana. (2018). Program Kesehatan Jiwa Komunitas. In Tesis.


http://repository.unair.ac.id/78476/2/TKP 95_18 Sah p.pdf

Sanchaya, K. P., Sulistiowati, N. M. D., & Yanti, N. P. E. D. (2018). Hubungan Dukungan


Keluarga Dengan Kualitas Hidup Orang Dengan Gangguan Jiwa. Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa, 1(2), 87. https://doi.org/10.32584/jikj.v1i2.151

Anda mungkin juga menyukai