Anda di halaman 1dari 12

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Kurikulum (menurut SK Mendiknas No. 232/ U/ 2000 Ps. 1 butir

6) adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan

kajian dan pelajaran serta cara penyampaiannya dan penilaiannya yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar di

perguruan Tinggi. Sedangkan yang dimaksud dengan Kompetensi (dalam

SK Mendiknas No. 045/ U/ 2002, Pasal. 21) adalah seperangkat tindakan

cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat

untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas

di bidang pekerjaan tertentu. Jadi Kurikulum berbasis Kompetensi ialah

kurikulum yang disusun berdasarkan atas elemen-elemen kompetensi yang

dapat menghantarkan peserta didik untuk mencapai kompetensi utama,

kompetensi pendukung, dan kompetensi lain sebagai a method of inquiry

yang diharapkan. Method of inquary adalah suatu metode pembelajaran

yang menumbuhkan hasrat besar untuk ingin tahu, meningkatkan

kemampuan untuk menggunakan atribut kompetensi guna menentukan

pilihan jalan kehidupan di masyarakat, meningkatkan cara belajar

sepanjang hayat (learning to learn dan learning throughout life). Dengan

kata lain, KBK adalah kurikulum yang menitikberatkan pada pencapaian

kompetensi lulusan (Sailah, 2008).

6
2.2 Pemberlakuan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)

Alasan diberlakukannya KBK sendiri karena terjadinya perubahan

kondisi, termasuk pergeseran paradigma. Perubahan pembelajaran dari

teacher centered learning menjadi student centered lerning dikarenakan

kondisi global (persaingan, persyaratan kerja, perubahan orientasi) yang

nantinya akan membawa perubahan pada kompetensi lulusan serta

perubahan paradigma belajar-mengajar yang nantinya diharapkan dapat

terjadi perubahan kurikulum yang akan berdampak pada perubahan

perilaku pembelajaran yang akan menghasilkan peningkatan mutu lulusan

dan relevansinya dengan dunia nyata. Selama ini terjadinya kesenjangan

kemampuan lulusan, dimana perbandingan persentase hard skills dan soft

skills yang terlalu jauh, yaitu 20% dan 80%. Padahal faktor yang memberi

kontribusi keberhasilan dalam dunia kerja terdiri dari faktor finansial

sebanyak 10%, faktor keahlian pada bidangnya 20%, networking 30% dan

40% sisanya adalah soft skills (Sailah, 2008).

2.3 Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi

Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) memiliki sejumlah

kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik, penilaian dilakukan

berdasarkan standar khusus oleh peserta didik, sebagai hasil demonstrasi

kompetensi yang ditunjukkan oleh peserta didik, pembelajaran lebih

menekankan pada kegiatan individual personal untuk menguasai

kompetensi yang dipersyaratkan.

7
Depdiknas (2002) mengemukakan bahwa kurikulum berbasis

kompetensi memiliki karakteristik sebagai berikut :

2.3.1 Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara

individual maupun klasikal.

2.3.2 Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan

keberagamaan.

2.3.3 Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan

metode yang bervariasi.

2.3.4 Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lain

yang memenuhi unsur edukatif.

2.3.5 Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya

penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

2.4 Pengertian Soft Skills

Para ahli memberikan definisi soft skills dengan sangat beragam.

Menurut Berthal (dalam Muqowim, 2012: 5), soft skills diartikan sebagai

perilaku personal dan interpersonal yang mengembangkan dan

memaksimalkan kinerja manusia.

Elfindri, dkk (2011: 10) mendefinisikan soft skills sebagai

keterampilan hidup yang sangat menentukan keberhasilan seseorang, yang

wujudnya antara lain berupa kerja keras, eksekutor, jujur, visioner, dan

disiplin. Lebih lanjut Elfindri menjelaskan bahwa soft skills merupakan

8
keterampilan dan kecakapan hidup yang harus dimiliki baik untuk sendiri,

berkelompok, atau bermasyarakat, serta berhubungan dengan Sang

Pencipta.  Soft skills sangat diperlukan untuk kecakapan hidup seseorang.

Soft skills membuat keberadaan seseorang akan semakin terasa di

tengah masyarakat. Dengan soft skills seseorang akan memiliki

keterampilan akan berkomunikasi, keterampilan emosional, keterampilan

berbahasa, keterampilan berkelompok, memiliki etika dan moral, santun,

dan keterampilan spiritual (Elfindri, 2011: 67).

Soft skillss menurut Berthal dalam Illah Sailah (2008) dapat

diartikan sebagai “Personal and interpersonal behaviors that develop and

maximize human performance (eg. Coaching, team building, decision

making, initiative. Sedangkan Klaus (2007) dalam bukunya berjudul The

Hard Truth about Soft skills, mengatakan bahwa “soft skills encompass

personal, social, communication, and self management behaviours, they

cover a wide spectrum: self awareness, trustworthiness,

conscientiousness, adaptability, critical thinking, organizational.

Sementara Marisi (2007) mengatakan soft skills merupakan hal yang

sifatnya tidak tampak (intangible) dan berasal dari nilai-nilai yang

dipegang, yang kemudian membentuk sikap yang akan diambil dalam

situasi tertentu.

Penulis buku-buku serial manajemen diri, AriBowo, membagi soft

skills atau people skills menjadi dua bagian, yaitu intrapersonal skills dan

interpersonal skills. Intrapersonal skills adalah keterampilan seseorang

9
dalam “mengatur” diri sendiri. Intrapersonal skills sebaiknya dibenahi

terlebih dahulu sebelum seseorang mulai berhubungan dengan orang lain.

Adapun interpersonal skills adalah keterampilan seseorang yang

diperlukan dalam berhubungan dengan orang lain. 2 jenis keterampilan

tersebut dirinci sebagai berikut:

Intrapersonal skills

a. Transforming Character

b. Transforming Believe

c. Change Management

d. Stress Management

e. Time Management

f. Creative Thinking Proccess

g. Goals Setting & life purpose

h. Acerelated learning techniques

Interpersonal skills

a. Communication Skills

b. Relationship Building

c. Motivation Skills

d. Leadership Skills

e. Self-marketing Skills

f. Negotiation Skills

g. Presentation Skills

h. Public Speaking Skills

10
Dari deskripsi diatas, dapat disimpulkan bahwa soft skills adalah

kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (termasuk

dirinya sendiri). Semua profesi membutuhkan keahlian hard skills tertentu

akan tetapi semua profesi memerlukan soft skills. Kemampuan-kemampuan

yang dimaksud bukan kemampuan akademis yang tinggi, tetapi kemampuan

interaksi sosial yang baik, kemampuan untuk bergaul, mampu berbicara di

depan umum, dan lain-lain. Soft skills merupakan jenis keterampilan yang

lebih banyak terkait dengan sensitivitas perasaan seseorang terhadap

lingkungan di sekitarnya. Karena itu dampak yang diakibatkan lebih abstrak

namun tetap bisa dirasakan seperti perilaku sopan, disiplin, keteguhan hati,

kemampuan untuk dapat bekerjasama, membantu orang lain, dan

sebagainya.

Dengan memiliki soft skills, setiap individu akan dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya dan tanggap terhadap

kondisi dan situasi sekitarnya sehingga dapat berfikir, berucap dan bertindak

sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat dimana seseorang hidup

dan juga di lingkungan kerjanya.

2.5 Pengembangan Soft skills Melalui Proses Pembelajaran

Menurut (Tarmidi, 2014) Proses pembelajaran di perguruan tinggi

sedang mengalami pergeseran dari pembelajaran berbasis isi ke berbasis

kompetensi. Apabila kurikulum ini dijalankan, maka tidak terlalu sulit

11
untuk mahasiswa merubah dirinya dari yang kurang kompeten menjadi

lulusan yang kompeten. Perubahan yang dimaksud dalam SK Mendiknas

045/U/2002, bukan semata-mata hanya mengganti daftar mata kuliah, atau

susunan mata kuliah, melainkan yang lebih hakiki adalah perubahan

proses pembelajaran, penyampaian dan evaluasinya. Proses pembelajaran

dari teacher centered ke student centered learning. Pendidikan yang

berfokus hanya pada isi sudah seharusnya bergeser pada proses. Saat ini

kepemilikan pembelajaran bukan lagi berpusat pada dosen melainkan

mahasiswa yang mana mereka aktif mengkonstruksikan ilmu pengetahuan,

sehingga penekanan bukan lagi hanya pada teori melainkan juga pada

bagaimana suatu pekerjaan dikerjakan. Oleh karenanya, perubahan pada

kurikulum menjadi penting adanya dari kurikulum berbasis isi menjadi

kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Proses pembelajaran yang

menggunakan pendekatan student centered learning menjadi salah satu

pilihan dalam KBK. Soft skills dikembangkan tidak seharusnya melalui

satu mata kuliah, melainkan di selipkan di setiap mata kuliah. Apabila

atribut soft skills yang akan dikembangkan adalah komunikasi lisan, maka

proses pembelajaran yang menggunakan presentasi, diskusi, diskusi

kelompok menjadi perlu dilakukan. Namun, apabila kerjasama yang akan

difokuskan, maka penugasan berkelompok perlu dilakukan. Pada

prinsipnya apabila pengembangan soft skills akan dilakukan melalui

implementasi kurikulum, maka ia tidak akan menjadi satu mata kuliah

tersendiri, melainkan menjadi hidden curriculum. ”hidden curriculum is

12
the broader concept of which the informal curriculum is a part” Pelajaran

dari kurikulum tersembunyi diajarkan secara implisit. Kurikulum

tersembunyi lebih ampuh karena dapat membuat proses pembelajaran

lebih menarik minat dan menyenangkan. Peran dosen dalam hal ini adalah:

 Membangun proses dialog

 Menangani dinamika kelompok

 Terlibat dengan motivasi mahasiswa

 Mengintroduksikan berpikir kritis

 Memberdayakan Kurikulum tersembunyi (Empowering Hidden

Curriculum)

2.6 Elemen Soft Skills

Soft skills memiliki beberapa komponen yang saling berkaitan

antara satu dan yang lainnya. Komponen tersebut seperti rangkain organ

yang membentuk sistem organ dalam tubuh yang memiliki fungsi/tugas

tertentu, saling berkaitan, dan saling mendukung antara yang satu dengan

lainnya. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Sharma dalam I

Made S. Utama dkk, (2010:3), menyebutkan bahwa soft skills adalah

seluruh aspek dari generic skills yang juga termasuk elemen-elemen

kognitif yang berhubungan dengan non-academic skills.

Ditambahkan pula bahwa, berdasarkan hasil penelitian, tujuh soft

skills yang diidenfikasi dan penting dikembangkan pada peserta didik di

lembaga pendidikan tinggi, meliputi; keterampilan berkomunikasi

13
(communicative skills), keterampilan berpikir dan menyelesaikan masalah

(thinking skills and Problem solving skills), kekuatan kerja tim (team work

force), belajar sepanjanghayat dan pengelolaan informasi life-long

learning and Information management, keterampilan wirausaha

entrepreneur skils, etika, moral dan profesionalisme ethics, moral and

professionalism dan keterampilan kepemimpinan leadership skills. Sharma

mentabulasi elemen soft skills yang harus dimiliki dan baik dimiliki

seperti ditunjukkan pada Tabel 1. Masing-masing soft-skills di dalamnya

berisikan sub-skills yang dapat dikategorikan sebagai skills yang secara

individu sangat dibutuhkan (mus have) dan kategori sebagai skills yang

baik untuk dimiliki (good to have), berikut adalah uraian yang

disampaikan oleh (Sharma, 2009).

2.7 Peran Soft Skills

Soft skill yang baik tentunya akan berpengaruh terhadap mahasiswa

dimanapun dia berada, selain itu soft skills juga merupakan investasi

jangka panjang yang bermanfaat bagi masa depan mahasiswa. Realitas

menunjukkan bahwa ketercapaian Indeks Prestasi (IP) baru bisa

menggambarkan kualitas seseorang dalam aspek kognitif dan belum bisa

menunjukkan kualifikasi seseorang dalam bidang soft skills atau disebut

juga dengan keterampilan sosial (Tarmidi, 2010:317).

Menurut I Made S. Utama dkk, (2010:5) menyampaikan bahwa

soft skills sangat diperlukan dalam pemanfaatannya di dalam perencanaan

14
dan proses pencarian pekerjaan (wawancara oleh pemberi pekerjaan) dan

kesuksesan meniti karir dalam pekerjaanya. Ini mengindikasikan bahwa

soft skills menentukan kecepatan lulusan mendapatkan pekerjaan,  selain

didukung oleh hard skillnya.

Hal ini juga sejalan yang disampaikan oleh Illah Sailah (2008)

bahwa yang membawa atau mempertahankan orang di dalam sebuah

kesuksesan di lapangan kerja yaitu 80% ditentukan oleh mind set yang

dimilikinya dan 20% ditentukan oleh technical skills. Kemudian Hakim

dalam Tarmidi (2010:2) memberikan gambaran mengenai persentase

kemampuan seorang mahasiswa yang diperoleh dari kampus mereka.

Berdasarkan data yang diadopsi dari Harvard School of Business,

kemampuan dan keterampilan yang diberikan di bangku perkuliahan, 90

persen adalah kemampuan teknis dan sisanya soft skills.

Dengan demikian jelas bahwa kemampuan soft skills yang dimiliki

sangat dibutuhkan mahasiswa setelah mereka lulus untuk mendapatkan

kesuksesan dalam dunia kerja yaitu menjadi seorang guru yang kompeten

dan berkualitas.

15
2.8 Kerangka Teori

INPUT PROSES OUTPUT

Kurikulum Pembentukan
Berbasis  Monitoring
SDM yang
Kompetensi mahasiswa KBK
memiliki
 Monitoring
pengetahuan
mahasiswa non
dan soft skill
KBK
 Perbedaan soft
skill mahasiswa
KBK dengan
non KBK

16
MAHASISWA

Pengembangan
Keterampilan

Metode
Pembelajaran

Kurikulum Berbasis
Kompetensi

Hard Skills Soft Skills

Menghasilkan SDM yang


memiliki pengetahuan
dan Soft Skill

17

Anda mungkin juga menyukai