Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

ASPEK LEGAL DAN LEGALISASI DALAM


PELAYANAN DAN PRAKTIK KEPERAWATAN

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika, Hukum dan Aspek Legal dalam
Keperawatan

Disusun Oleh:

ANGGI ULFAH MAWADDAH

215121227

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN (S2)


FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI
2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan

dan tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan adanya

pemberi pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang aman, efektif dan ramah

terhadapmereka. Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka masyarakat akan menempuh

jalur hukumuntuk membelahak-haknya. Kebijakan yang ada dalam institusi

menetapkan prosedur yang tepat untuk mendapatkan persetujuan klien terhadap

tindakan pengobatan yang dilaksanakan. Institusi telah membentuk berbagai komite

etik untuk meninjau praktik profesional dan memberi pedoman bila hak-hak klien

terancam.

Perhatian lebih diberikan pada advokasi klien sehingga pemberi pelayanan

kesehatan semakin bersungguh-sungguh untuk tetapmemberikan informasi kepada

klien dan keluarganya bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan. Selain

dari pada itu penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada kewenangan yang

diberikan karena keahlian yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kesehatan

masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan globalisasi. Terjadinya

pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan dari model medikal

yang menitik beratkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan pengobatan ke

paradgima sehat yang lebih holistic yang melihat penyakit dan gejala sebagai

informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen, 1996), maka perawat berada

pada posisi kunci dalam reformasi kesehatanini. Hal ini ditopang oleh kenyataan

bahwa 40%-75% pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan

(Gillies, 1994), Swansburg dan Swansburg, 1999) dan hampir semua pelayanan
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun ditatanan

pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat.

Hasil penelitian Direktorat Keperawatan dan PPNI tentang kegiatan perawat

diPuskesmas, ternyata lebih dari 75% dari seluruh kegiatan pelayanan adalah kegiatan

pelayanan keperawatan (Depkes, 2005) dan 60% tenaga kesehatan adalah perawat

yang bekerja pada berbagai sarana/tatanan pelayanan kesehatan dengan pelayanan 24

jam sehari, 7hari seminggu, merupakan kontak pertama dengan sistem klien.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami konsep aspek legal dan legalisasi dalam

pelayanan keperawatan.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami difinisi etika dalam

keperawatan.

b. Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami Isi dari prinsip-prinsip legal

dan etis dalam keperawatan.

c. Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami masalah legal dalam

keperawatan.

d. Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami landasan aspek legal

keperawatan.

e. mahasiswa mampu mengetahu dan memahami aplikasi aspek legal dalam

keperawatan.
f. Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami contoh kasus terkait dengan

etik danlegal beserta penyelesaiannya.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Prinsip-Prinsip Etik dalam Keperawatan

Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan prinsip-

prinsip yang menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan untuk

melindungi hakhak manusia. Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga

keperawatan yang mendasari prinsip-prinsip suatu profesi dan tercermin dalam

standar praktek profesional, seperti:

1. Otonomi (Autonomy)

Dalam bekerja perawat harus memilik prinsip otonomi didasarkan pada

keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan

sendiri. Perawat harus kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri,

memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai dan

tidak dipengaruhi atau intervensi profesi lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk

respek terhadap klien, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan

bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan

individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan

otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan

tentang perawatan dirinya.

2. Berbuat baik (Beneficience)

Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Setiap kali perawat

bertindak atau bekerja senantiasi didasari prinsip berbuat baik kepada klien.

Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan

kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain.
Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan keperawatan

terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

3. Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan harus ditumbuh kembangan dan dibutuhkan dalam diri

perawat, perawat bersikap yang sama dan adil terhadap orang lain dan menjunjung

prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam

memberikan asuhan keperawatan ketika perawat bekerja untuk yang benar sesuai

hukum, standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas

pelayanan keperawatan.

4. Tidak merugikan (Nonmaleficience)

Prinsip tidak merugikan harus di pegang oleh setiap perawat, prinsip ini berarti

tidak menimbulkan bahaya, cedera atau kerugian baik fisik maupun psikologis

pada klien akibat praktik asuhan keperawatan yang diberikan kepada individu

maupun kelompok.

5. Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran,perawat harus menerpkan

prinsi nilai ini setiap memberikan pelayanan keperawatan untuk menyampaikan

kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.

Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk mengatakan

kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif

untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan

mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang

berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun

demikian, terdapat beberapa argumen mengatakan adanya batasan untuk kejujuran

seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau
adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu

memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh

tentang kondisinya. Kebenaran merupakan dasar dalam membangun hubungan

saling percaya.

6. Menepati janji (Fidelity)

Prinsip fidelity dibutuhkan oleh setiap perawat untuk menghargai janji dan

komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati

janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban

seseorang perawat untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya.Kesetiaan,

menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa

tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan,

mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.

7. Karahasiaan (Confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga

privasi .klien.Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan

klien hanya boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun

dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan

bukti persetujuan. Diskusi tentang klien di luar area pelayanan, menyampaikan

pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus

dihindari.

8. Akuntabilitas (Accountability)

Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang

profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali

B. Masalah Legal Dalam Keperawatan


Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh warga

negara. Setiaporang yang tidak mematuhi hukun akan terikat secara hukum untuk

menanggung denda atauhukuman penjara. Beberapa situasi yang perlu dihindari

seorang perawat :

1. Kelalaian

Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien dengan cara

tidakmelakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak

melakukan tugas denganhati-hati sehingga mengakibatkan pasien jatuh dan

cedera.

2. Pencurian

Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah karena

mencuri. Jikaanda tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil barang yang tidak

berharga sekalipun dapatdianggap sebagai pencurian.

3. Fitnah

Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan orang

tersebut,anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika anda

menyatakan secara verbalatau tertulis.

4. False imprisonment

Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan pelanggaran

hukumatau false imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau bahkan

mengancam akanmelakukannya agar pasien mau bekerja sama bisa juga termasuk

dalam false imprisonment. Penyokong dan restrein harus digunakan sesuai dengan

perintah dokter.

5. Penyerangan dan pemukulan


Penyerangan artinya dengan sengaja berusahan untuk menyentuh tubuh orang lain

atau bahkan mengancam untuk melakukannya. Pemukulan berarti secara nyata

menyentuh oranglain tanpa ijin. Perawatan yang kita berikan selalu atas ijin pasien

atau informed consent. Ini berarti pasien harus mengetahui dan menyetujui apa

yang kita rencanakan dan kita lakukan.

6. Pelanggaran privasi

Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya.

Pelanggaran terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu adalah

tindakan yang melawan hukum.

7. Penganiayaan

Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda terikat

secarahukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik meminta perawat

untuk tidak melakukan sesuatu yang membahayakan pasien. Setiap orang dapat

dianiaya, tetapi hanyaorang tua dan anak-anaklah yang paling rentan. Biasanya

pemberi layanan atau keluargalah yang bertanggung jawab terhadap penganiayaan

ini. Mungkin sulit dimengerti mengapa seseorang menganiaya ornag lain yang

lemah atau rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa orang merasa puas bisa

mengendalikan orang lain. Tetapi hampir semua penganiayaan berawal dari

perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang perawat perlu menjaga

keamanan dan keselamatan pasiennya.

C. Landasan Aspek Legal Keperawatan

Landasan aspek legal keperawatan adalah undang-undang keperawatan Aspek

legalKeperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan


kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu

Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik

Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau berkelompok.Kewenangan itu,

hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan. Namun,memiliki

kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga kemampuan

yangdidapat secara berjenjang, kewenangan yang diberikan juga

berjenjang.Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam

bidangtertentu yang memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui. Profesi

kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh Departemen

Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran.

Sementara itu, kewenanganyang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran atau

kesehatan tertentu diserahkankepada profesi masing-masing.

D. Aplikasi Aspek Legal dalam Keperawatan

Hukum mengatur perilaku hubungan antar manusia sebagai subjek hukum

yang melahirkan hak dan kewajiban. Dalam kehidupan manusia, baik secara

perorangan maupun berkelompok, hukum mengatur perilaku hubungan baik antara

manusia yang satu denganyang lain, antar kelompok manusia, maupun antara manusia

dengan kelompok manusia. Hukum dalam interaksi manusia merupakan suatu

keniscayaan (Praptianingsih, 2006).Berhubungan dengan pasal 1 ayat 6 UU no

36/2009 tentang kesehatan berbunyi :

“Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan sertamemiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di

bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk

melakukan upaya kesehatan.”


Begitupun dalam pasal 63 ayat 4 UU no 36/2009 berbunyi

“Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu

keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian

dan kewenangan untuk itu”. Yang mana berdasarkan pasal ini keperawatan

merupakan salah satu profesi/tenaga.kesehatan yang bertugas untuk memberikan

pelayanan kepada pasien yang membutuhkanP elayanan keperawatan di rumah sakit

meliputi : proses pemberian asuhan keperawatan, penelitian dan pendidikan

berkelanjutan. Dalam hal ini proses pemberian asuhan keperawatan sebagai inti dari

kegiatan yang dilakukan dan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian- penelitian

yang menunjang terhadap asuhan keperawatan, juga peningkatan pengetahuan

danketerampilan serta sikap yang diperoleh melalui pendidikan dimana hal ini semua

bertujuan untuk keamanaan pemberian asuhan bagi pemberi pelayanan dan juga

pasien selaku penerima asuhan. Berdasarkan undang-undang kesehatan yang

diturunkan dalam Kepmenkes 1239 dan Permenkes No.

HK.02.02/Menkes/148/I/2010, terdapat beberapa hal yang berhubungan dengan

kegiatan keperawatan. Adapun kegiatan yang secara langsung dapat berhubungan

dengan aspek legalisasi keperawatan

1. Proses Keperawatan

2. Tindakan keperawatan

3. Informed Consent

Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu

ditetapkan dengan jelas apa hak, kewajiban serta kewenangan perawat agar tidak

terjadi kesalahan dalam melakukan tugasnya serta memberikan suatu kepastian

hukum, perlindungan tenaga perawat. Hak dan kewajiban perawat ditentukan


dalam Kepmenkes 1239/2001 dan Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik

Nomor Y.M.00.03.2.6.956.

E. Proses Legalisasi Praktik Keperawatan

1. Definisi Legislasi

Legislasi keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau

penyempurnaan perangkat hukum yang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan

kiat dalam praktik keperawatan (Sand, Robbles 1981). Legislasi praktek

keperawatan merupakan ketetapan hukum yang mengatur hak dan kewajiban

seorang perawat dalam melakukan praktek keperawatan. Legislasi praktek

keperawatan di Indonesia diatur melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan

tentang registrasi dan praktek perawat. Legislasi (Registrasi dan Praktek

Keperawatan) Keputusan Menteri Kesehatan No.1239/Menkes/XI/2001, Latar

belakang Perawat sebagai tenaga profesional bertanggung jawab dan berwenang

memberikan pelayanan keperawatan secara mandiri dan atau berkolaborasi

dengan tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan kewenangannya. Untuk itu perlu

ketetapan yang mengatur tentang hak dan kewajiban seseorang untuk terkait

dengan pekerjaan/profesi.

2. Tujuan Legislasi Keperawatan

a. Tujuan utama Legislasi adalah untuk melindungi masyarakat serta melindungi

perawat.

b. Tujuan yang lainnya adalah:

1) Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan

2) Melidungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan

3) Menetapkan standar pelayanan keperawatan


4) Menapis IPTEK keperawatan

5) Menilai boleh tidaknya praktik

6) Menilai kesalahan dan kelalaian

3. Prinsip dasar legislasi untuk praktik keperawatan

a. Harus jelas membedakan tiap kategori tenaga keperawatan.

b. Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab atas sistem keperawatan.

c. Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian sesuai

ketetapan.

d. Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan perawat.

4. Fungsi legislasi keperawatan

a. Memberi perlindungan kepada masyarakat terhadap pelayanan keperawatan

yang diberikan.

b. Memelihara kualitas layanan keperawatan yang diberikan

c. Memberi kejelasan batas kewenangan setiap katagori tenaga keperawatan.

d. Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat.

e. Memotivasi pengembangan profesi.

f. Meningkatkan profesionalisme tenaga keperawatan.

5. Legislasi Keperawatan ini dapat dibagi atas 3 tahap, antara lain:

1) Surat Izin Perawat (SIP)

Surat ini diberikan oleh Departemen Kesehatan kepada perawat setelah

lulus dari pendidikan keperawatan sebagai bukti tertulis pemberian

kewenangan untuk menjalankan praktek keperawatan.

2) Registrasi SIP adalah suatu proses dimana perawat harus (wajib)

mendaftarkan diri pada kantor wilayah Departemen Kesehatan Propinsi

untuk mendapat Surat Izin Perawat (SIP) sebagai persyaratan menjalankan


pekerjaan keperawatan dan memperoleh nomor registrasi. Sasarannya

adalah semua perawat. Sedangkan yang berwenang mengeluarkannya

adalah Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana institusi perawat itu

berasal. Bagi perawat yang sudah bekerja sebelum ditetapkan keputusan

ini memperolah SIP dari pejabat kantor kesehatan kabupaten/kota di

wilayah tempat kerja perawat yang bersangkutan.

3) Jenis dan waktu registrasi:

Registrasi awal dilakukan setelah yang bersangkutan lulus pendidikan

keperawatan selambat-lambatnya 2 tahun sejak peraturan ini dikeluarkan.

Registrasi ulang dilakukan setelah 5 tahun sejak tanggal registrasi

sebelumnya, diajukan 6 bulan berakhir berlakunya SIP.

4) Surat Izin Kerja (SIK)

Surat ini merupakan bukti yang diberikan kepada perawat untuk

melakukan praktek keperawatan di sarana pelayanan kesehatan. SIK hanya

berlaku pada satu tempat sarana pelayanan kesehatan. Pejabat yang

berwenang menerbitkan SIK adalah kantor dinas kabupaten/kota dimana

yang bersangkutan akan melaksanakan praktek keperawatan.

5) Surat Izin Praktek Perawat (SIPP)

Surat ini merupakan bukti tertulis yang diberikan kepada perawat untuk

menjalankan praktek keperawatan secara perorangan atau kelompok. SIPP

hanya berlaku untuk satu tempat praktek perorangan atau kelompok

dimana yang bersangkutan mendapat izin untuk melakukan praktek

perawat. Pejabat yang berwenang menerbitkan SIPP adalah kantor dinas

kabupaten/kota dimana yang bersangkutan akan melaksanakan praktek

keperawatan.
6. Pemberian lisensi

Pemberian lisensi adalah pemberian izin kepada seseorang yang memenuhi

persyaratan oleh badan pemerintah yang berwenang, sebelum ia diperkenankan

melakukan pekerjaan dan prakteknya yang telah ditetapkan. Tujuan lisensi ini:

a. Membatasi pemberian kewenangan melaksanakan praktik keperawatan hanya

bagi yang kompeten.

b. Meyakinkan masyarakat bahwa yang melakukan praktek mempunyai

kompetensi yang diperlukan.

7. Registrasi

Registrasi merupakan pencantuman nama seseorang dan informasi lain pada

badan resmi baik milik pemerintah maupun non pemerintah. Perawat yang telah

terdaftar diizinkan memakai sebutan registered nurse. Untuk dapat terdaftar,

perawat harus telah menyelesaikan pendidikan keperawatan dan lulus ujian dari

badan pendaftaran dengan nilai yang diterima. Izin praktik maupun registrasi

harus diperbaharui setiap satu atau dua tahun. Dalam masa transisi profesional

keperawatan di Indonesia, sistem pemberian izin praktik dan registrasi sudah

saatnya segera diwujudkan untuk semua perawat baik bagi lulusan SPK, akademi,

sarjana keperawatan maupun program master keperawatan dengan lingkup praktik

sesuai dengan kompetensi masing-masing.

8. Sertifikasi

Sertifikasi merupakan proses pengabsahan bahwa seorang perawat telah

memenuhi standar minimal kompetensi praktik pada area spesialisasi tertentu

seperti kesehatan ibu dan anak, pediatric, kesehatan mental, gerontology dan

kesehatan sekolah. Sertifikasi telah diterapkan di Amerika Serikat. Di Indonesia


sertifikasi belum diatur, namun demikian tidak menutup kemungkinan di masa

mendatang hal ini dilaksanakan. Tujuan sertifikasi:

a. Menyatakan pengetahuan, keterampilan dan perilaku perawat sesuai dengan

pendidikan tambahan yang diikutinya.

b. Menetapkan klasifikasi, tingkat dan lingkup praktek perawat sesuai

pendidikan.

c. Memenuhi persyaratan registrasi sesuai dengan area praktek keperawatan.

9. Akreditasi

Akreditasi merupakan suatu proses pengukuran dan pemberian status

akreditasi kepada institusi, program atau pelayanan yang dilakukan oleh

organisasi atau badan pemerintah tertentu. Hal-hal yang diukur meliputi struktur,

proses dan kriteria hasil. Pendidikan keperawatan pada waktu tertentu dilakukan

penilaian/pengukuran untuk pendidikan DIII keperawatan dan sekolah perawat

kesehatan dikoordinator oleh Pusat Diknakes sedangkan untuk jenjang S 1 oleh

Dikti. Pengukuran rumah sakit dilakukan dengan suatu sistem akrteditasi rumah

sakit yang sampai saat ini terus dikembangkan.


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam

memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung

jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang

diatur dalam undang-undang keperawatan.Praktik keperawatan yang aman

memerlukan pemahaman tentang batasan legal yangada dalam praktik perawat.

Sama dengan semua aspek keperawatan, pemahaman tentangimplikasi hukum

dapat mendukung pemikiran kristis perawat. Perawat perlu memahami hukum

untuk melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak

perlutakut hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap

apa yang masyarakat harapkan dari penyelenggara pelayanan keperawatan yang

profesional.

B. Saran

1. Perlunya kehatian-hatian seseorang tentunya keperawatan dalam melakukan

suatu tindakanagar tidak terjadi sesuatu yang dapat menyababkan kejadian

yang fatal akibatnya.

2. Adanya berbagai pendekatan yang bersifat peruasif, konsultatif dan partisipatif

semua pihak (Stake Holder) yang terkait dalam penyelenggaran Praktik

Keperawatan berorientasi kepada pelayanan yang bermutu.

3. Perlu adanya peraturan perundang-undangan dibidang keperawatan yang

diselenggarakanoleh tenaga keperawatan dapat mengayomi dan bersikap

mendidik sekaligus bersifatmenghukum yang mudah dipahami dan

dilaksanakan, karena penyelenggaraan praktikkeperawatan menyangkut


berbagai pihak sehingga yang terkait hendaknya bersifat proaktifdalam

melaksanakan peraturan perundang-undangan tersebut

4. Setelah mengatahui perkembangan UU yang mengatur tentang praktek keper

awatan,sebagai calon perawat atau mahasiswa keperawatan harus

meningkatkan mutu belajar agarmemiliki kemampuan berpikir rasional dalam

menyalankan tugas sebagai perawat profesional.


DAFTAR PUSTAKA

Amelia, N. (2013) Prinsip Etika Keperawatan. Edited by L. Witjaksana.


Jogjakarta: D-Medika.
Bakri, M. H. (2017) Manajemen Keperawatan konsep dan Aplikasi dalam Praktik
Keperawatan Profesional. Yogyakarta: Pustaka Baru Press..
Marquis, B. L. and Huston, C. J. (2017) Leadership Roles and Management
Functions in Nursing Theory and Application. 9th edn. Edited by C. C.
Burns and R. H. Ward. Philadelphia: Wolters Kluwer.
Nursalam (2012) Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. 3rd edn. Edited by A. Susila and P. P. Lestari. Jakarta:
Salemba Medika.
Nursalam (2015) Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. 5th edn. Jakarta: Salemba Medika.
Assnudin (2015). Nilai, Etik, Dan Legalitas Hukum Dalam Praktik Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai