Anda di halaman 1dari 8

Nama : Lala Sari

Nim : 121811013
Mata Kuliah : Keperawatan Kritis

ASPEK LEGAL DAN ETIK KEPERAWATAN CRITICAL CARE

V. Nurhayati
HIPERCCI JATENG/ RS Panti Wilasa Dr Cipto

Kode etik merupakan persyaratan profesi yang memberikan penentuan dalam


mempertahankan dan meningkatkan standar profesi. Kode etik menunjukan bahwa tanggung
jawab terhadap kepercayaan masyarakat telah diterima oleh profesi (Kelly, 1987). Jika
anggota profesi melakukan suatu pelanggaran terhadap kode etik tersebut, maka pihak
organisasi berhak memberikan sanksi bahkan bisa mengeluarkan pihak tersebut dari
organisasi tersebut. Dalam keperawatan kode etik tersebut bertujuan sebagai penghubung
antara perawat dengan tenaga medis, klien, dan tenaga kesehatan lainnya, sehingga tercipta
kolaborasi yang maksimal.

KONSEP LEGAL
1. Pengertian Legal
Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan
kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan.
Keterkaitan dengan legal formal dalam memberikan pelayanan keperawatan kritis
Keterkaitan dengan kebijakan yang memberikan jaminan hukum terhadap pelayanan
keperawatan kritis, seperti: UU Kes, PERMENKES dan peraturan lainnya
2. Maksud dan Tujuan
a. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang sesuai
dengan hukum
b. Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain
c. Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri
d. Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan meletakkan posisi
perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
e. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa seseorang, perawat berwenang
melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan yang ditujukan untuk
penyelamatan jiwa.

3. Penerapan legal dalam area critical care


Aspek legal Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang
memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat
yaitu Surat Tanda Registrasi (STR) bila bekerja di dalam suatu institusi.
Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan, namun
memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga kemampuan yang
didapat secara berjenjang, kewenangan yang diberikan juga berjenjang.
Kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang
tertentu yang memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui.
Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh
Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan
kedokteran.
Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran atau
kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi masing-masing.
a. Fungsi Hukum dalm Praktik Perawat
• Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawatan mana yang
sesuai dengan hukum
• Membedakan tanggung jawab perawat dengan profesi lain
• Membantu menentukan batas-batas kewenangan tindakan keperawatan mandiri
• Membantu mempertahankan standard praktik keperawatan dengan meletakkan
posisi perawat memiliki akuntabilitas dibawah hukum.
b. Kepmenkes 1239/2001 Tentang Praktik Keperawatan pasal 15 dan 16
• Melakukan asuhan keperawatan meliputi Pengkajian, penetapan diagnosa
keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan dan evaluasi.
• Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan atas permintaan tertulis dokter
 Dalam melaksanakan kewenangan perawat berkewajiban :
• Menghormati hak pasien
• Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
• Menyimpan rahasia sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
• Memberikan informasi
• Meminta persetujuan tindakan yang dilakukan
• Melakukan catatan perawatan dengan baik
c. Larangan
Perawat dilarang menjalankan praktik selain yang tercantum dalam izin dan
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan standar profesi
d. Sanksi: sesuai dengan kebijakan pimpinan rumah sakit
e. Hak dan Kewajiban Perawat
Aspek Legal Keperawatan juga meliputu Kewajiban dan hak Perawat :
1) Kewajiban:
Setiap perawat wajib mempunyai:
- Sertifikat kompetensi
- Surat Tanda Registrasi
- Surat ijin Praktek (SIP)
- Memperbaharui sertifikat kompetensi  Menghormati hak pasien
• Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani
• Menyimpan rahasia pasien sesuai dengan aturan
undang-undang keperawatan
• Wajib memberikan informasi kepada pasien sesuai dengan kewenangan
• Meminta persetujuan setiap tindakan yg akan dilakukan perawat sesuai dgn
kondisi pasien baik secara tertulis.
• Mencatat semua tindakan keperawatan secara akurat sesuai peraturan dan SOP
yang berlaku
• Memakai standar profesi dan kode etik perawat Indonesia dalam
melaksanakan praktik
• Meningkatkan pengetahuan berdasarkan IPTEK
• Melakukan pertolongan darurat yang mengancam jiwa sesuai dengan
kewenangan
• Melaksanakan program pemerintah dalam meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat
• Mentaati semua peraturan perundang-undangan
• Menjaga hubungan kerja yang baik antara sesama perawat maupun dgn
anggota tim kesehatan lainnya.

2) Hak-Hak Perawat
• Hak mengendalikan praktik keperawatan sesuai yang diatur oleh hukum.
• Hak mendapat upah yang layak.
• Hak bekerja di lingkungan yang baik
• Hak terhadap pengembangan profesional.
• Hak menyusun standar praktik dan pendidikan keperawatan.

KONSEP ETIK
1. Pengertian Etik
Etik adalah sistem nilai pribadi yang digunakan untuk memutuskan apa yang benar atau
apa yang paling tepat, memutuskan apa yang konsisten dengan sistem nilai yang ada
dalam organisasi dan diri pribadi.
Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar atau salah dan tindakan apa yang akan
dilakukan. Etika Keperawatan merefleksikan bagaimana seharusnya perawat berprilaku,
apa yang harus dilakukan perawat terhadap kliennya dalam memberikan pelayanan
keperawatan kritis.

2. Maksud dan Tujuan Aspek Etik dalam Crritical Care


Secara umum, tujuan kode etik keperawatan adalah sebagai berikut (kozier, Erb. 1990):
a. Sebagai aturan dasar terhadap hubungan perawat dengan perawat, pasien, dan anggota
tenaga kesehatan lainnya.
b. Sebagai standar dasar untuk mengeluarkan perawat jika terdapat perawat yang
melakukan pelanggaran berkaitan kode etik dan untuk membantu perawat yang
tertuduh suatu permasalahan secara tidak adil.
c. Sebagai dasar pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan dan untuk
mengorientasikan lulusan keperawatan dalam memasuki jajaran praktik keperawatan
profesional.
d. Membantu masyarakat dalam memahami perilaku keperawatan profesional

3. Penerapan pengetahuan etik di area critical care Terdapat delapan asas etik dalam
keperawatan yaitu :
a. Autonomi (otonomy)
Yaitu menghormati keputusan pasien untuk menentukan nasibnya, dalam hal ini
setiap keputusan medis ataupun keperawatan harus memperoleh persetujuan dari
pasien atau keluarga terdekat. Dengan mengikuti prinsip autonomi berarti menghargai
pasien untuk mengambil keputusan sendiri berdasarkan keunikan individu secara
holistik.
b. Non maleficence (tidak merugikan) yaitu keharusan untuk menghindari berbuat
yang merugikan pasien, setiap tindakan medis dan keperawatan tidak boleh
memperburuk keadaan pasien. Berarti tindakan yang dilakukan tidak menyebabkan
bahaya bagi pasien, bahaya disini dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko
membahayakan dan bahaya yang tidak disengaja
c. Beneficence ( kemurahan hati) yaitu keharusan untuk berbuat baik kepada pasien,
setiap tindakan medis dan keperawatan harus ditujukan untuk kebaikan pasien. Berarti
melakukan yang baik yaitu mengimplementasikan tindakan yang menguntungkan
pasien dan keluarga
d. Justice (perlakuan adil) yaitu sikap dan tindakan medis dan keperawatan harus
bersifat adil, dokter dan perawat harus menggunakan rasa keadilan apabila akan
melakukan tindakan kepada pasien
e. Fidelity (setia, menepati janji ),
Berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimiliki oleh
seseorang.Kesetiaan berkaitan dengan kewajiban untuk selalu setia pada kesepakatan
dan tanggung jawab yang telah dibuat . Setiap tenaga keperawatan mempunyai
tanggung jawab asuhan keperawatan kepada individu, pemberi kerja, pemerintah dan
masyarakat.
Apabila terdapat konflik diantara berbagai tanggungjawab, maka diperlukan
penentuan prioritas sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
f. Veracity (kebenaran, kejujuran),
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk mengatakan suatu kebenaran,
tidak berbohong atau menipu orang lain. Kejujuran adalah landasan untuk “informed
concent” yang baik. Perawat harus dapat menyingkap semua informasi yang
diperlukan oleh pasien maupun keluarganya sebelum mereka membuat keputusan.
g. Confidenciality ( kerahasiahan )
Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat terhadap semua informasi tentang
pasien/klien yang dirawatnya. Pasien/klien harus dapat menerima bahwa informasi
yang diberikan kepada tenaga profesional kesehatan akan dihargai dan tidak
disampaikan/ diberbagikan kepada pihak lain secara tidak tepat. Perlu dipahami
bahwa berbagi informasi tentang pasien/klien dengan anggota kesehatan lain yang
ikut merawat pasien tersebut bukan merupakan pembeberan rahasia selama informasi
tersebut relevan dengan kasus yang ditangani
h. Accountability ( akuntabilitas )
Dalam menerapkan prinsip etik, apakah keputusan ini mencegah konsekwensi bahaya,
apakah tindakan ini bermanfaat, apakah keputusan ini adil, karena dalam pelayanan
kesehatan petugas dalam hal ini dokter dan perawat tidak boleh membeda-bedakan
pasien dari status sosialnya, tetapi melihat dari penting atau tidaknya pemberian
tindakan tersebut pada pasien.
Hak-hak pasien haruslah dihargai dan dilindungi, hak-hak tersebut menyangkut
kehidupan, kebahagiaan, kebebasan, privacy, self determination, perlakuan adil dan
integritas diri. Dilema moral masih mungkin terjadi apabila prinsip moral otonomi
dihadapkan dengan prinsip moral lainnya, atau apabila prinsip beneficence
dihadapkan dengan non maleficence, misalnya apabila keinginan pasien (otonomi)
ternyata bertentangan dengan dengan beneficence atau non maleficence, atau bisa saja
apabila sesuatu tindakan mengandung beneficence dan nonmaleficence terjadi secara
bersamaan sepeti “ Rule of Double Effect (RDE)” yaitu apabila suatu tindakan untuk
memberikan kenyamanan berdasarkan prinsip beneficence tetapi sekaligus memiliki
resiko terjadinya perburukan sehingga berlawanan dengan prinsip nonmaleficence.
Contoh: pemberian morphin sulfat untuk mengendalikan rasa nyeri hebat yang terjadi
pada pasien penderita cancer stadium akhir yang beresiko akan memberikan efek
depresan yang dapat menekan pusat pernafasan pasien.
Dalam keadaan RDE biasanya dikenal 4 elemen yang harus dipenuhi yaitu:
1. Sifat tindakan haruslah baik atau setidaknya netral
2. Niat tindakan adalah untuk tujuan baik, dampak buruk boleh saja telah dapat
dibayangkan tetapi harus bukan diniatkan.
3. Dampak buruk haruslah bukan cara untuk mencapai tujuan baik
4. Dampak baik harus melebihi dampak buruk
Daftar Pustaka
Hegner, Barbara R.2003. Nursing Assistant: a Nursing Proses Approach. Jakarta: EGC.
http://ppnikabupatenbanjar.wordpress.com/2011/03/30/kode-etik-dalam-
keperawatanindonesia_/20/12/2011_09.01
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1239/MENKES/SK/XI/2001
Tentang Praktik Keperawatan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290 / MENKES / PER / IX /2008
tentang Persetujuan Tindakan Medis.

Anda mungkin juga menyukai