Nim : 121811026
Mata Kuliah : Keperawatan Kritis
KONSEP LEGAL
1. Pengertian Legal
Pengertian Etika keperawatan (nursing ethic) merupakan bentuk ekspresi bagaimana
perawat seharusnya mengatur diri sendiri, dan etika keperawatan diatur dalam kode etik
keperawatan. Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada
berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-
undang keperawatan. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat
maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Perawat sebagai profesi
dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja membutuhkan kesabaran.
Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-masalah kesehatan tentu harus juga bisa
diandalkan. International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi
bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu bidang Professional, Ethical and Legal
Practice, bidang Care Provision and Management dan bidang Professional Development
“Setiap profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang diperoleh
melalui pelatihan yang ekstensif, komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan
tugasnya, dan memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat”. (Budi Sampurna,
Pakar Hukum Kesehatan UI 2006)
Aspek aturan Keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan
kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan.
Keterkaitan dengan legal formal dalam memberikan pelayanan keperawatan kritis
Keterkaitan dengan kebijakan yang memberikan jaminan hukum terhadap pelayanan
keperawatan kritis, seperti: UU Kes, PERMENKES dan peraturan lainnya
2) Hak-Hak Perawat
• Hak mengendalikan praktik keperawatan sesuai yang diatur oleh hukum.
• Hak mendapat upah yang layak.
• Hak bekerja di lingkungan yang baik
• Hak terhadap pengembangan profesional.
• Hak menyusun standar praktik dan pendidikan keperawatan.
KONSEP ETIK
1. Pengertian Etik
Etik adalah sistem nilai pribadi yang digunakan untuk memutuskan apa yang benar atau
apa yang paling tepat, memutuskan apa yang konsisten dengan sistem nilai yang ada
dalam organisasi dan diri pribadi.
Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar atau salah dan tindakan apa yang akan
dilakukan. Etika Keperawatan merefleksikan bagaimana seharusnya perawat berprilaku,
apa yang harus dilakukan perawat terhadap kliennya dalam memberikan pelayanan
keperawatan kritis.
3. Penerapan pengetahuan etik di area critical care Terdapat delapan asas etik dalam
keperawatan yaitu :
a. Autonomi (otonomy)
Yaitu menghormati keputusan pasien untuk menentukan nasibnya, dalam hal ini
setiap keputusan medis ataupun keperawatan harus memperoleh persetujuan dari
pasien atau keluarga terdekat. Dengan mengikuti prinsip autonomi berarti menghargai
pasien untuk mengambil keputusan sendiri berdasarkan keunikan individu secara
holistik.
b. Non maleficence (tidak merugikan) yaitu keharusan untuk menghindari berbuat
yang merugikan pasien, setiap tindakan medis dan keperawatan tidak boleh
memperburuk keadaan pasien. Berarti tindakan yang dilakukan tidak menyebabkan
bahaya bagi pasien, bahaya disini dapat berarti dengan sengaja membahayakan, resiko
membahayakan dan bahaya yang tidak disengaja
c. Beneficence ( kemurahan hati) yaitu keharusan untuk berbuat baik kepada pasien,
setiap tindakan medis dan keperawatan harus ditujukan untuk kebaikan pasien. Berarti
melakukan yang baik yaitu mengimplementasikan tindakan yang menguntungkan
pasien dan keluarga
d. Justice (perlakuan adil) yaitu sikap dan tindakan medis dan keperawatan harus
bersifat adil, dokter dan perawat harus menggunakan rasa keadilan apabila akan
melakukan tindakan kepada pasien
e. Fidelity (setia, menepati janji ),
Berarti setia terhadap kesepakatan dan tanggung jawab yang dimiliki oleh
seseorang.Kesetiaan berkaitan dengan kewajiban untuk selalu setia pada kesepakatan
dan tanggung jawab yang telah dibuat . Setiap tenaga keperawatan mempunyai
tanggung jawab asuhan keperawatan kepada individu, pemberi kerja, pemerintah dan
masyarakat.
Apabila terdapat konflik diantara berbagai tanggungjawab, maka diperlukan
penentuan prioritas sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.
f. Veracity (kebenaran, kejujuran),
Prinsip ini berkaitan dengan kewajiban perawat untuk mengatakan suatu kebenaran,
tidak berbohong atau menipu orang lain. Kejujuran adalah landasan untuk “informed
concent” yang baik. Perawat harus dapat menyingkap semua informasi yang
diperlukan oleh pasien maupun keluarganya sebelum mereka membuat keputusan.
g. Confidenciality ( kerahasiahan )
Prinsip ini berkaitan dengan penghargaan perawat terhadap semua informasi tentang
pasien/klien yang dirawatnya. Pasien/klien harus dapat menerima bahwa informasi
yang diberikan kepada tenaga profesional kesehatan akan dihargai dan tidak
disampaikan/ diberbagikan kepada pihak lain secara tidak tepat. Perlu dipahami
bahwa berbagi informasi tentang pasien/klien dengan anggota kesehatan lain yang
ikut merawat pasien tersebut bukan merupakan pembeberan rahasia selama informasi
tersebut relevan dengan kasus yang ditangani
h. Accountability ( akuntabilitas )
Dalam menerapkan prinsip etik, apakah keputusan ini mencegah konsekwensi bahaya,
apakah tindakan ini bermanfaat, apakah keputusan ini adil, karena dalam pelayanan
kesehatan petugas dalam hal ini dokter dan perawat tidak boleh membeda-bedakan
pasien dari status sosialnya, tetapi melihat dari penting atau tidaknya pemberian
tindakan tersebut pada pasien.
Hak-hak pasien haruslah dihargai dan dilindungi, hak-hak tersebut menyangkut
kehidupan, kebahagiaan, kebebasan, privacy, self determination, perlakuan adil dan
integritas diri. Dilema moral masih mungkin terjadi apabila prinsip moral otonomi
dihadapkan dengan prinsip moral lainnya, atau apabila prinsip beneficence
dihadapkan dengan non maleficence, misalnya apabila keinginan pasien (otonomi)
ternyata bertentangan dengan dengan beneficence atau non maleficence, atau bisa saja
apabila sesuatu tindakan mengandung beneficence dan nonmaleficence terjadi secara
bersamaan sepeti “ Rule of Double Effect (RDE)” yaitu apabila suatu tindakan untuk
memberikan kenyamanan berdasarkan prinsip beneficence tetapi sekaligus memiliki
resiko terjadinya perburukan sehingga berlawanan dengan prinsip nonmaleficence.
Contoh: pemberian morphin sulfat untuk mengendalikan rasa nyeri hebat yang terjadi
pada pasien penderita cancer stadium akhir yang beresiko akan memberikan efek
depresan yang dapat menekan pusat pernafasan pasien.
Dalam keadaan RDE biasanya dikenal 4 elemen yang harus dipenuhi yaitu:
1. Sifat tindakan haruslah baik atau setidaknya netral
2. Niat tindakan adalah untuk tujuan baik, dampak buruk boleh saja telah dapat
dibayangkan tetapi harus bukan diniatkan.
3. Dampak buruk haruslah bukan cara untuk mencapai tujuan baik
4. Dampak baik harus melebihi dampak buruk
V. Nurhayati
HIPERCCI JATENG/ RS Panti Wilasa Dr Cipto
Daftar Pustaka
Hegner, Barbara R.2003. Nursing Assistant: a Nursing Proses Approach. Jakarta: EGC.
http://ppnikabupatenbanjar.wordpress.com/2011/03/30/kode-etik-dalam-
keperawatanindonesia_/20/12/2011_09.01
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1239/MENKES/SK/XI/2001
Tentang Praktik Keperawatan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290 / MENKES / PER / IX /2008
tentang Persetujuan Tindakan Medis.