Anda di halaman 1dari 17

ETIK DAN LEGAL DALAM KEPERAWATAN

Aspek Legal Praktik Keperawatan : Hukum Kesehatan, UU Kesehatan,


UU Keperawatan, UU Tenaga Kesehatan pada sarana kesehatan di
Indonesia

OLEH

Dirga Dijaya Mulyadi R012211001

Christin Satiawati Susana Mahalang R012211002

Khumairah R0122110

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR


2021
 
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Aspek Legal Keperawatan
B. Standart Praktik Keperawatan
C. Tanggung Jawab Dan Tanggung Gugat Perawat
D. Hukum Kesehatan
E. Undang-undang Kesehatan
1. Undang-undang Keperawatan
2. Undang-undang Tenaga Kesehatan
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Mengikuti perkembangan keperawatan dunia, perawat menginginkan


perubahan mendasar dalam kegiatan profesinya. Dulu
membantu pelaksanaan tugas dokter, menjadi bagian dari upaya
mencapai tujuan asuhan medis, kini mereka menginginkan pelayanan
keperawatan mandiri sebagai upaya mencapai tujuan asuhan
keperawatan. Tuntutan perubahan paradigma ini tentu mengubah
sebagian besar bentuk hubungan perawat dengan manajemen organisasi
tempat kerja. Jika praktik keperawatan dilihatsebagai praktik profesi, maka
harus ada otoritas atau kewenangan, ada kejelasan batasan,
siapamelakukan apa. Karena diberi kewenangan maka perawat bisa
digugat, perawat harus bertanggung jawab terhadap tiap keputusan dan
tindakan yang dilakukan.Tuntutan perubahan paradigma tersebut tidak
mencerminkan kondisi dilapangan yangsebenarnya, hal ini dibuktikan
banyak perawat di berbagai daerah mengeluhkan mengenaisemaraknya
razia terhadap praktik perawat sejak pemberlakuan UU Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran. Pelayanan keperawatan diberbagai
rumah sakit belummencerminkan praktik pelayanan profesional. Metoda
pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya
berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan klien, melainkanlebih
berorientasi pada pelaksanaan tugas rutin seorang perawat.

Nursing di Indonesia yang tergolong masih muda dibandingkan


dengan di negara Baratmemang tertinggal jauh. Bahkan di antara negara-
negara Asia sekalipun. Meskipun demikian, geliat perubahan yang dimulai
sejak tujuh tahun terakhir di tanah air merupakan upaya positif yang sudah
pasti memerlukan dukungan semua pihak. Tetapi yang lebih penting
adalahdukungan pemikiran-pemikiran kritis terutama dari nurses itu
sendiri. Pola pikir kritis ini merupakan tindakan yang mendasari evidence-
based practice dunia nursingyang memerlukan proses pembuktian
sebagaimana proses riset ilmiah. Pola pikir tersebut bukan berarti
mengharuskan setiap individu menjadi peneliti/researcher. Sebaliknya,
sebagai landasan dalam praktek nursing sehari-hari. Dengan demikian
kemampuan merefleksikan kenyataan praktis lapangan dengan dasar
ilmunursing ataupun disiplin ilmu lainnya, baik dalam nursing proses
kepada pasien ataupun dalammelaksanakan program pendidikan nursing,
sudah seharusnya menyatu dalam intelektualitasnurses

B. Tujuan

Untuk mengetahui deskripsi aspek legal keperawatan, dasar hukum


keperawatan, standart praktik keperawatan serta tanggung jawab dan
tanggung gugat perawat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Aspek Legal Keperawatan

Aspek Legal Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan  dalam


memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan
kewajibannya. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia.

Perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan


kesehatan tidak saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk
ikut mengatasi masalah-masalah kesehatan tentu harus juga bisa
diandalkan. Untuk mewujudkan keperawatan sebagai profesi yang utuh,
ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Setiap perawat harus
mempunyai ”body of knowledge” yang spesifik, memberikan pelayanan
kepada masyarakat melalui praktik keprofesian yang didasari motivasi
altruistik, mempunyai standar kompetensi dan kode etik
profesi. Para praktisi dipersiapkan melalui pendidikan khusus pada
jenjang pendidikan tinggi.

International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja


kompetensi bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu (1)bidang
Professional, Ethical and Legal Practice, (2)bidang Care Provision and
Management (3)dan bidang Professional Development. Profesi pada
dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang diperoleh
melalui pelatihan yang ekstensif, komponen intelektual yang bermakna
dalam melakukan tugasnya, dan memberikan pelayanan yang penting
kepada masyarakat.

Sikap yang terlihat pada profesionalisme adalah profesional yang


bertanggung jawab dalam arti sikap dan pelaku yang akuntabel kepada
masyarakat, baik masyarakat profesi maupun masyarakat luas. Beberapa
ciri profesionalisme tersebut merupakan ciri profesi itu sendiri, seperti
kompetensi dan kewenangan yang selalu sesuai dengan tempat dan
waktu, sikap yang etis sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
profesinya dan khusus untuk profesi kesehatan ditambah dengan sikap
altruis (rela berkorban). Kemampuan atau kompetensi, diperoleh seorang
profesional dari pendidikan atau pelatihannya, sedangkan kewenangan
diperoleh dari penguasa atau pemegang otoritas di bidang tersebut
melalui pemberian izin.

Aspek legal Keperawatan meliputi Kewenangan berkaitan dengan


izin melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek, yakni
kewenangan material dan kewenangan formal. Kewenangan material
diperoleh sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian teregistrasi
(registered nurse) yang disebut Surat Ijin Perawat atau SIP. Aspek legal
Keperawatan pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan
kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi
perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi
dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau
berkelompok.

Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki


kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki
kewenangan. Seperti juga kemampuan yang didapat secara berjenjang,
kewenangan yang diberikan juga berjenjang. Kompetensi dalam
keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu
yang memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui. Dalam profesi
kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh
Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang
kesehatan dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat
khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu
diserahkan kepada profesi masing-masing. Aspek Legal keperawatan
tidak terlepas dari Undang-Undang dan Peraturan tentang praktek
Keperawatan.

B. Standart Praktik Keperawatan

Standar Adalah nilai atau acuan yang menentukan level praktek


terhadap staf atau suatu kondisi pada pasien atau sistem yang telah
ditetapkan untuk dapat diterima sampai pada wewenangtertentu
(Schroeder, 1991). Sebuah standar secara komprehensif menguraikan
semua aspek profesionalisme, termasuk sistem, praktisi dan pasien.
Secara umum standar ini mencerminkan nilai profesi keperawatandan
memperjelas apa yang diharapkan profesi keperawatan dari para
anggotanya. Standar diperlukan untuk :
1. Meningkatkan, mempertahankan dan mengembalikan kesehatan
publik 
2. Mengajarkan teori dan praktek keperawatan
3. Melakukan konseling terhadap pasien dalam rangka perawatan
kesehatan
4. Mengkoordianasi pelayanan kesehatan
5. Terbitan dalam administrasi, edukasi, konsultasi, pengajaran atau
penelitian.
Dalam pembuatan standar praktek keperawatan dilandasi oleh sifat suatu
profesi yaitu :
1. Profesional bertanggung jawab dan bertanggung gugat kepada
publik terhadap kerja mereka.
2. Praktek profesional didasarkan atas body of knowledge yang
spesifik
3. Profesional dan kompeten menerapkan pengetahuannya
4. Profesional terikat oleh etik 
5. Sebuah profesi menyediakan pelayanan kepada publik 
6. Sebuah profesi mengatur diriya sendiri.
Tipe standar keperawatan :
1. Standar Praktek Standar praktek meliputi kebijakan, uraian tugas dan
standar kerja. Fungsi standar praktek :
a. Tuntunan bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan
b. Menetapkan level kinerja perawat
c. Gambaran definisi institusi tentang apa yang dilakukan perawat
d. Kebijakan menentukan sumber ± sumber untuk memfasilitasi
pemberian asuhan
2. Standar AsuhanStandar asuhan ini meliputi prosedur, standar asuhan
generik dan rencana asuhan. Fungsi standar asuhan :
a. Kepastian keamanan dalam perawatan pasien
b. Memastikan hasil yang berasal dari pasien

C. Tanggung Jawab Dan Tanggung Gugat Perawat

Tanggung jawab (responsibilitas) adalah eksekusi terhadap tugas-


tugas yang berhubungandengan peran tertentu dari perawat. Tanggung
jawab perawat secara umum :
1. Menghargai martabat setiap pasien dan keluarganya
2. Menghargai hak pasien untuk menolak pengobatan, proseur atau
obat ± obatan tertentu danmelaporkan penolakan tersebut kepada
dokterdan orang ± orang yang tepat ditempat tersebut.
3. Menghargai hak pasien dan keluarganya dalam hal kerahasiaan
informasi
4. Apabila didelegasikan oleh dokter menjawab pertanyaan ±
pertanyaan pasien dan memberikaninformasi biasanya diberikan
oleh dokter
5. Mendengarkan pasien secara seksama dan melaporkan hal ± hal
penting kepada orang yangtepat.
Tanggung gugat (akuntabilitas) adalah mempertanggungjawabkan
perilaku dan hasil ± hasilnyatermasuk dlam lingkup peran profesional
seseorang sebagaimana tercermin dalam laporan pendidik secara tertulis
tentang perilaku tersebut dan hasil ± hasilnya. Terhadap dirinya
sendiri, pasien, profesi, sesama karyawan dan masyarakat. Akuntabilitas
bertujuan :
1. Mengevaluasi praktisi ± praktisi profesional baru dan mengkaji
ulang praktisi ± praktisi yangsudah ada
2. Mempertahankan standar perawatan kesehatan
3. Memberikan fasilitas refleksi profesional, memikirkan etis dan
pertumbuhan pribadi sebagai bagian yang profesional perawatan
kesehatan
4. Memberikan dasar untuk keputusan etis
Tanggung gugat dalam transaksi terapeutik :
1. Contractual Liability
Tanggung gugat ini timbul sebagai akibat tidak dipenuhinya
kewajiban dari hubungankontraktual yang sudah disepakati
2. Vicarious Liability
Tanggung gugat yang timbul atas kesalahan yang dibuat oleh
tenaga kesehatan yang ada dalamtanggung jawabnya
3. Liability in Tort
Tanggung gugat atas perbuatan melawan hukum
Tanggung gugat pada setiap proses keperawatan:
a. Tahap pengkajian
Perawat bertanggung gugat mengumpulkan data atau informasi,
mendorong partisipasi pasiendan penentuan keabsahan data yang
dikumpulkan.
b. Tahap diagnosa keperawatan
Perawat bertanggung gugat terhadap keputusan yang dibuat
tentang masalah ± masalahkesehatan pasien seperti pertanyaan
diagnostik.

c. Tahap perencanaan
Perawat bertanggung guga untuk menjamin bahwa prioritas pasien
juga dipertimbangkan dalammenetapkan prioritas asuhan.
d. Tahap implementasi
Perawat bertanggung gugat untuk semua tindakan yang
dilakukannya dalam memberikan asuhankeperawatan.
e. Tahap evaluasi
Perawat bertanggung gugat untuk keberhasilan atau kegagalan
tindakan keperawatan.

Empat hal yang harus ditanyakan perawat untuk melindungi mereka


secara hukum
a. Tanyakan setiap pesanan yang diberikan dokter
b. Tanyakan setiap pesanan bila kondisi pasien telah berubah
c. Tanyakan dan catat pesanan verbal untuk mencegah kesalahan
komunikasi
d. Tanyakan pesanan terutama bila perawat tidak pengalaman

Melaksanakan intervensi keperawatan mandiri


a. Ketahui pembagian tugas mereka
b. Ikuti kebijaksanaan dan prosedur yang ditetapkan ditempat kerja
c. Selalu identifikasi pasien, terutama sebelum melaksanakan
intervensi utama
d. Pastikan bahwa obat yang benar diberikan dengan dosis, waktu
dan pasien yang benar
e. Lakukan setiap prosedur secara tepat
f. Catat semua pengkajian dan perawatan yang diberikan dengan
tepat dan akurat
g. Catat semua kecelakaan mengenai pasien
h. Jalin dan pertahankan hubungan saling percaya yang baik dengan
pasien
i. Pertahankan kompetensi praktek keperawatan
j. Mengetahui kekuatan dan kelemahan perawat
k. Sewaktu mendelegasikan tanggung jawab keperawatan pastikan
orang yang diberikan delegasi tugas mengetahui apa yang harus
dikerjakan dan memiliki pengetahuan danketerampilan yang
dibutuhkan
l. Selalu waspada saat melakukan intervensi keperawatan

D. Hukum Kesehatan

Istilah hukum kesehatan (medical law) dalam negara yang


menganut sistim hukum eropa kontinental (anglo saxon) seperti,
belanda , perancis berbeda dengan health law bagi negara yang
menganut sistim hukum common law system (amerika serikat, inggris)
yang dikarenakan bahwa helath law merupakan istilah ruang
lingkupanya lebih luas dibanding dengan medical law karena sebagian
orang yang menyatakan bahwa medical law adalah bagian dari health
law.
Hukum kesehatan adalah semua ketentuan-ketentuan atau
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan yang mengatur
hak individu, kelompok atau masyarakat sebagai penerima pelayanan
kesehatan pada satu pihak, hak dan kewajiban tenaga kesehatan dan
sarana kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan di
pihak lain yang mengikat masing-masing pihak dalam sebuah
perjanjian terapeutik dan ketentuan-ketentuan atau peraturan-
peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan lainnya yang
berlaku secara lokal, regional, nasional, dan internasional.
Menurut prof. Van der mijn yang mengatakan bahwa hukum
kesehatan adalah merupakan sekumpulan peraturan yang berkaitan
dengan pemberian perawatan dan juga penerapanya kepada hukum
perdata, hukum pidana, dan  hukum administrasi negara.Sedangkan
hukum medis (medical law) yaitu hukum yuridis dimana dokter menjadi
salah satu pihak dan bagian dari hukum kesehatan.
Sedangkan menurut prof. H.J.J.Leneen mengatakan bahwa hukum
kesehatan adalah semua peraturan-peraturan hukum yang
berhubungan langsung dengan pemberian pelayanan kesehatan dan
penerapanya kepada hukum perdata, hukum pidana, dan hukum
administarsi Negara.

E. Undang-Undang Kesehatan

1. Undang-undang Keperawatan

Undang-Undang Keperawatan sangat diperlukan bagi profesi


perawat karena tanpa ada regulasi secara nasional berupa undang-
undang tidak akan ada pengakuan dari segi pendidikan, kompetensi,
dan profesi bagi perawat Indonesia baik secara internasional maupun
di dalam negerinya sendiri. Selain itu, berdasarkan muatan materi
serta landasan sosiologis, filosofis, dan yuridis, undang-undang
keperawatan mempunyai urgensitas untuk segera dibentuk secara
spesifik dan terpisah dari undang-undang tenaga kesehatan.

Materi muatan dari undang-undang keperawatan jelas dan tegas


mengatur mengenai sistem pendidikan keperawatan, penyelenggaraan
praktik keperawatan (peran dan wewenang perawat, serta hak dan
kewajiban perawat dan masyarakat), kompetensi (registrasi, dan
lisensi) serta kelembagaannya yang terdiri dari organisasi profesi,
kolegium, dan konsil. Berdasarkan materi muatan tersebut, undang-
undang keperawatan ini mengandung norma yang bersifat perintah
terkait dengan pendidikan, kompetensi, kelembagaan (konsil
keperawatan sebagai regulatory body, kolegium, dan organisasi
profesi), penyelenggaraan praktik keperawatan. Norma yang bersifat
kebolehan dan larangan tercermin dalam penyelenggaraan praktik
keperawatan.

Undang-undang Keperawatan ini sangat diperlukan bagi


kedudukan hukum perawat dan perlindungan hukum pelayanan
kesehatan melalui keperawatan di Indonesia. Atas dasar itu maka DPR
perlu segera membentuk Undang-Undang Keperawatan secara
komprehensif, tersendiri, dan terpisah pengaturannya dari tenaga
kesehatan.

Tingginya tuntutan pengesahan UU keperawatan oleh anggota


profesi perawat tak lain untuk melindungi kepentingan pasien dan
masyarakat. UU ini menjamin kompetensi perawat yang baik sehingga
kepentingan pasien untuk mendapatkan asuhan keperawatan yang
bermutu akan terjamin. Pasien akan terhindar dari praktek
keperawatan yang dilakukan oleh perawat yang tidak kompeten.

UU keperawatan juga akan mencegah dampak negatif dari


perdagangan bebas bidang jasa. UU keperawatan akan melindungi
masyarakat dan profesi keperawatan terutama yang menyangkut
penapisan kompetensi. Mulai 1 Januari 2010 berlaku Mutual
Recognition Arrange (MRA) dimana perawat-perawat asing sudah
bebas masuk ke Indonesia. Sementara Indonesia sebagai tuan rumah
belum memiliki pengaturan hukum yang melindungi masyarakat dan
perawat Indonesia. Dibandingkan 10 negara di Asia Tenggara hanya
Indonesia dan Laos saja yang belum memiliki UU keperawatan.

Saat ini, perawat masih dipandang sebagai vokasional bukan


profesional. Perawat dinilai belum mampu menjadi mitra dokter,
perawat hanya dipandang sebagai pelaksana instruksi dokter.
Disamping itu, ketika perawat berada di tempat dan situasi dimana
tidak terdapat tenaga dokter seperti daerah terpencil yang
mengharuskan perawat melakukan tindakan penyelamatan hidup (life
saving) dan pengobatan tidak ada UU yang melindungi perawat. Tentu
kita tidak menginginkan kasus Misran terjadi pada rekan perawat yang
lain. Perawat perlu perlindungan hukum untuk melakukan tindakan
medis bagi keadaan yang mengancam nyawa. Muara dari urgensi UU
keperawatan ini adalah untuk melindungi pasien dan masyarakat itu
sendiri.

Perjuangan dalam mengesahkan UU keperawatan ini tidak akan


tercapai tanpa usaha dan dukungan dari seluruh anggota profesi dan
masyarakat. Pemerintah perlu membuka mata bahwa UU keperawatan
merupakan perjuangan melindungi kepentingan masyarakat dan
profesi.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ada empat


hal yang menjadi urgensi atau pentingnya UU keperawatan yaitu :
1. Perawat sebagai profesi mandiri perlu memiliki kewenangan
untuk mengatur kehidupan profesi sendiri.
2. Kesyahan peraturan profesi yang terkait dengan kehidupan
masyarakat.
3. Mencegah dampak negatif dari perdagangan bebas di bidang
jasa.
4. Mengejar ketertinggalan dari luar negeri.

2. Undang-undang Tenaga Kesehatan

Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur


kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Setiap
kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan
berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan
dalam rangka pembentukan sumber daya manusia Indonesia, serta
peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa bagi pembangunan
nasional. setiap hal yang menyebabkan terjadinya gangguan
kesehatan pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan kerugian
ekonomi yang besar bagi negara, dan setiap upaya peningkatan
derajat kesehatan masyarakat juga berarti investasi bagi
pembangunan Negara. Bahwa setiap upaya pembangunan harus
dilandasi dengan wawasan kesehatan dalam arti pembangunan
nasional harus memperhatikan kesehatan masyarakat dan merupakan
tanggung jawab semua pihak baik Pemerintah maupun masyarakat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Aspek legal keperawatan  adalah suatu aturan keperawatan  dalam


memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan
tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak
dan kewajibannya. Aspek legal Keperawatan meliputi Kewenangan
berkaitan  dengan izin melaksanakan praktik profesi, sehingga tidak
terlepas dari Undang-Undang dan Peraturan tentang praktek
Keperawatan.

Fungsi hukum dari aspek legal dalam praktik keperawatan


merupakan suatu pedoman atau kerangka dalam menjalankan praktik
keperawatan. Dengan hukum tersebut, perawat dapat menentukan
batas – batas kewenangan serta hak dan tanggung jawab sebagai
perawat.

Tanggung jawab (responsibilitas) adalah eksekusi terhadap tugas-


tugas yang berhubungandengan peran tertentu dari perawat.
Tanggung gugat (akuntabilitas) adalah mempertanggungjawabkan
perilaku dan hasil ± hasilnya termasuk dlam lingkup peran profesional
seseorang sebagaimana tercermin dalam laporan pendidik secara
tertulis tentang perilaku tersebut dan hasil ± hasilnya. Terhadap dirinya
sendiri, pasien, profesi, sesama karyawan dan masyarakat. Perawat
memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat kepada pasien, sehingga
aspek legal keperawatan sebagai pedoman perawat perlu dijalankan
dengan sebaik-baiknya.

DAFTAR PUSTAKA

M, A. C. (2006). Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran Dalan Tantangan


Zaman . Jakarta.

Ali, M. M. (2006). Kemitraan Dalam Hubungan Dokter Pasien. Jakarta:


Konsil Kedokteran Indonesia.

Darmadipura, S. (2005). Kajian Biotek. Surabaya: Airlangga University


Press.

Guwandi, J. (2000). Dokter dan Hukum. Jakarta: Monellab.

Iskandar, D. (2001). Rumah Sakit, Tenaga Kesehatan dan Pasien.


Jakarta: Sinar Gramatika.

Mimin, S. (2003). Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kathleen, B. K. (2006). Praktik Keperawatan Profesional, Konsep dan


Perspektif Edisi 4. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai