Disusun oleh:
2020/2021
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kemajuan pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan berdampak besar
terhadap peningkatan mutu pelayanan keperawatan. Pelayanan keperawatan yang
dilaksanakan oleh tenaga profesional, dalam melaksanakan tugasnya dapat bekerja secara
mandiri dan dapat pula bekerja sama dengan profesi lain.
Perawat adalah orang yang mengasuh, merawat dan melindungi, yang merawat
orang sakit, luka dan usia lanjut (di kutip oleh Ellis, Harley, 1980). Peran perawat adalah
menjaga pasien mempertahankan kondisi terbaiknya terhadap masalah kesehatan yang
menimpa dirinya (Florence Nigthingale dalam bukunya What it is and What it is not).
Keperawatan merupakan salah satu profesi yang mempunyai bidang garap pada
kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat
maupun yang sakit untuk dapat menjalankan fungsi hidup sehari-harinya.. Sehingga
dalam praktik keperawatannya perawat juga harus mengetahui tentang tanggung jawab
perawat, tanggung gugat perawat, serta wewenang perawat dalam lingkup praktik
keperawatan.
Penting bagi seorang perawat untuk mengetahui apa saja tanggung jawabnya
sebagai seorang perawat demi kelancaranya dalam melakukan tindakan keperawatan
yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat. Dengan demikian perawat akan lebih
bertanggung jawab akan kinerjanya. Dengan dipahaminya hukum keperawatan yang
bertanggung jawab dan bertanggung gugat maka perawat tidak lagi hanya dipandang
sebagai seseorang yang tidak mampu melakukan tugasnya dengan profesionl dan
bertanggung jawab dengan baik.
Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan dan
tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan adanya pemberi
pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang aman, efektif dan ramah terhadap
mereka. Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka masyarakat akan menempuh jalur hukum
untuk membelahak-haknya.
1
Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk
mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang dilaksanakan.
Institusi telah membentuk berbagai komite etik untuk meninjau praktik profesional dan
memberi pedoman bila hak-hak klien terancam. Perhatian lebih juga diberikan pada
advokasi klien sehingga pemberi pelayanan kesehatan semakin bersungguh-sungguh
untuk tetap memberikan informasi kepada klien dan keluarganya bertanggung jawab
terhadaptindakanyangdilakukan.
Selain dari pada itu penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada
kewenangan yang diberikan karena keahlian yang dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan kesehatan masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan
globalisasi sebagaimana tertera dalam Undang-Undang Kesehatan no 23 tahun 1992.
Praktik keperawatan merupakan inti dari berbagai kegiatan dalam penyelenggaraan
upaya kesehatan yang harus terus menerus ditingkatkan mutunya melalui registrasi,
seritifikasi, akreditasi pendidikan dan pelatihan berkelanjutan serta pemantauan terhadap
tenaga keperawatan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi.
Terjadinya pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan dari
model medikal yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan pengobatan
ke paradgima sehat yang lebih holistic yang melihat penyakit dan gejala sebagai
informasi dan bukan sebagai focus pelayanan (Cohen, 1996), maka perawat berada pada
posisi kunci dalam reformasi kesehatan ini.
Hal ini ditopang oleh kenyataan bahwa 40%-75% pelayanan di rumah sakit
merupakan pelayanan keperawatan (Gillies, 1994), Swansburg dan Swansburg, 1999)
dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah
sakit maupun di tatanan pelayanan kesehatan lain dilakukan oleh perawat.
Hasil penelitian Direktorat Keperawatan dan PPNI tentang kegiatan perawat di
Puskesmas, ternyata lebih dari 75% dari seluruh kegiatan pelayanan adalah kegiatan
pelayanan keperawatan (Depkes, 2005) dan 60% tenaga kesehatan adalah perawat yang
bekerja pada berbagai sarana/tatanan pelayanan kesehatan dengan pelayanan 24 jam
sehari, 7 hari seminggu, merupakan kontak pertama dengan sistem klien (1).
2
2. Rumusan Masalah
a. TOPIK I : Isu etik dalam keperawatan
1. Apa itu isu etik dalam keperawatan?
2. Apa sajakah isu etik keperawatan?
3. apa sajakah tindakan yang melanggar isu etik dalam keperawatan?
b. TOPIK II : Prinsip-prinsip legal dalam praktik keperawatan
1. seperti apakah prinsip-prinsip dalam praktek legal dalam keperawatan ?
2. bagaimanakah perlindungan hukum dalam praktik keperawatan ?
3. mengapa dalam praktek keperawatan perlunya perlindungan hukum
keperawatan ?
c. TOPIK III : Apek hukum dalam keperawatan
1. Apa saja aspek hokum dalam keperawatan?
2. Apa itu tanggung gugat perawat?
3. Apa saja tanggung jawab perawat dalam lingkup praktik keperawatan?
3. Tujuan
a. Untuk memenuhi mata kuliah Konsep Dasar Keperawatan .
b. memahami apa saja isu etik dalam keperawatan.
c. Memahami segala tindakan yang melanggar kode etik dalam keperawatan.
d. Untuk mengetahui apa saja prinsip dalam praktek legal keperawatan.
e. untuk mengetahui perlindungan hokum dalam keperawatan .
f. Untuk mengetahui aspek hukum keperawatan.
g. Untuk mengetahui apa saja tanggung jawab perawat.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan
otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan
dirinya.
b. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan
kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik
antara prinsip ini dengan otonomi.
c. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam prkatek
profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan
keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
d. Tidak merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
e. Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh pemberi
pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan
bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat, komprensensif, dan objektif
untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang
sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama
menjalani perawatan. Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya
batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan
atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi,
mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran
merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
f. Menepati janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya terhadap
orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien.
Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang
5
dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang menyatakan
bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah
penyakit, memulihkan kesehatan dan meminimalkan penderitaan.
g. Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi klien.
Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam
rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi tersebut kecuali jika
diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan,
menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga kesehatan lain harus
dihindari.
h. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional dapat
dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
3. Tindakan yang melanggar kode etik dalam issue keperawatan antara lain :
a. Malpraktik
adalah kesalahan atau kegagalan pelaksanaan professional karena keterampilan yang tidak
memadai dan tidak beralasan, ketaatan terhadap profesi atau hukum, praktik kejahatan , tindakan
melanggar hukum atau tidak bermoral. Strategi yang efektif bagin perawat dalam upaya
menghindari perkara malpraktik adalah memberikan perawatan yang aman untuk klien mereka.
Klien tidak dapat menjadi penggugat, kecuali sampai mereka mengalami cidera. Jika perawat telah
melakukan tindakan yang beralasan dan cermat, ia tidak akan bertanggung jawab atas cidera akibat
tindakan atau kelalaiannya. Dalam kasus malpraktik tindakan perawatan yang kurang beralasan
akan dinilai sebagai bukti yang diperoleh dari saksi ahli, kebijakan dan prosedur institusi, Undang-
undang, dan aturan administrative, standar asosiasi professional dan literature professional. Oleh
karena itu,strategi kedua untuk mencegah malpraktik adalah mengetahui dan mematuhi standar
keperawatan.
b. Abortus spontan,
adalah cara menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal denhgan istilah
abortus yang berarti mengeluarkan hasil konsepsi (pertemuan sel telur dan sel sperma) sebelum
6
janin dapat hidup diluar kandungan. Hal ini dapat disimpulkan bahwa abortus adalah suatu proses
pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.Di satu pihak aborsi
dianggap ilegal dan dilarang oleh agama sehingga masyarakat cenderung menyembunyikan
kejadian aborsi, di lain pihak aborsi terjadi dimasyarakat. Ada 3 pandangan secara umum tentang
abortus yaitu : - Pandangan konservatif, berpendapat bahwa abortus secara moral salah dan dalam
situasi apapun tidak boleh dilakukan, termasuk dengan alasan penyelamatan. - Pandangan moderat
berpendapat bahwa abortus tidak mutlak kesalahan moral dan hambatan penentang abortus dapat
diabaikan dengan suatu pertimbangan moral yang kuat. - Pandangan liberal berpendapat bahwa
abortus secara moral diperbolehkan atas dasar permintaan. Pandangan ini secara umum
mengganggap bahwa fetus belum menjadi manusia. Secara genetik fetus sebagai bakal manusia,
tetapi secara moral buka manusia
c. euthanasia
Euthanasia Secara etimologis, euthanasia dapat diartikan kematian yang baik atau mati
dengan baik tanpa penderitaan. Ada pula yang menyebutkan bahwa euthanasia merupakan praktek
pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa
sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya dilakukan dengan cara memberikan
suntikan yang mematikan. Klasifikasi Euthanasia Dilihat dari orang yang membuat keputusan
euthanasia dibagi menjadi :
Voluntary euthanasia , jika yang membuat keputusan adalah orang yang sakit
Involuntary euthanasia ,jika yang membuat keputusan adalah orang lain. Seperti pihak
keluarga atau dokter karena pasien mengalami koma medis.
d. AIDS
Tidak saja menimbulkan dampak pada penatalaksanaan klinis tetapi juga dampak sosial,
kekhawatiran masyarakat serta masalah hukumdan etika. Oleh karena sifat virus penyebab AIDS
yaitu HIV dapat menular pada orang lain maka muncul ketakutan masyarakat untuk berhubungan
dengan penderita AIDS dan kadang-kadang penderita AIDS sering di perlakukan tidak adil dan di
diskriminasikan.perawat yang bertanggung jawab dalam merawat klien AIDS akan mengalami
berbagai stres pribadi, termasuk takut tertular atau menularkan pada keluarga dan ledakan emosi
7
bila merawat klien AIDS fase terminal yang berusia muda dengan gaya hidup yang bertentangan
dengan gaya hidup perawat.
e. Transplansi Organ
Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia tertentu dari suatu
tempat ke tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang lain dengan persyaratan dan kondisi
tertentu. Tindakan medik ini sangat bermanfaat bagi pasien dengan gangguan fungsi organ tubuh
yang berat. Ini adalah terapi pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong
penderita/pasien dengan kegagalan organnya,karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan
dengan pengobatan biasa atau dengan cara tetapi. Tindakan medik ini tidak dapat dilakukan begitu
saja, karena masih harus dipertimbangkan dari segi non medik, yaitu dari segi agama, hukum,
budaya, etika dan moral.
2. Kematian klinis (cllinical death) , jeda singkat bagi masih mungkinnya dilakukan
penyelamatan
Dalam situasi kematian, jika nyawa pasien tidak bisa diselamatkan lagi, masih banyak yang
dapat dan harus dilakukan Kalau cure sudah tidak mungkin lagi, selalu masih bisa diberikan care.
Pada suatu saat, pengobatan harus dihentikan, tetapi perawatan tidak pernah boleh dihentikan.
Dalam rangka care, perawatan paliatif memegang peranan penting. Care di sini perlu dimengerti
dalam arti memberi perhatian khusus, mengelilingi dengan suasana hangat dan mencipta keadaan
nyaman bagi pasien.
8
Dalam menangani dan memberikan perawatan kepada pasien tentunya perawat memiliki
SOP. Misalnya saja harua melakukan pemeriksaan tekanan darah terlebih dahulu sebelum
memeberi perawatan. Atau juga misalnya penanganan untuk pasien luka bakar harus
menggunakan cairan yang tidak menimbulkan efek panas. Dalam beberapa kasus justru terjadi
kesalahan penanganan dimana perawat memberikan cairan yang terlalu panas, sehingga malah
membuat pasien merasa lebih terbakar.
Dalam hal ini tentu saja pelaksanaan SOP sangat didukung oleh skill dan kemampuan setiap
perawat. Hal ini berarti bahwa kualitas sangat dipengaruhi oleh pendidikan serta juga akademi
dimana para perawat tersebut menuntut ilmu. Maka kemudian sangat penting sekali untuk
kemudian memperhatikan asal akademi sanga perawat. Sebab pada faktanya kini banyak sekali
akademi perawat yang abal abal. [AdSense-b]
Jika demikian maka tentu kualitas perawat yang dihasilkan sama sekali tidak akan mampy
memnuhi persyaratan. Penting juga untuk selalu berpatokan kepada SOP, Sebab SOP memang
telah dibuat sedemikian rupa agar dapat dijalankan dan dilakukan sebagai sebuah standar
pelayanan yang diberikan terhadap pasien. Sehingga nantinya hal ini akan mengurangi resiko
kesalahan dalam memberikan perawatan kepada pasien.
Bagi pasien informasi yang terkait dengan kondisi kesehatannya amatlah penting. Namun
dalam beberapa kasus banyak perawat yang tidak memberikan informasi secara gamblang. Bahkan
perawat terkesan cuek dengan pasien. Padalah hal yang demikian ini sama sekali tidak dibenarkan,
seharusnya perawat dan bersikao informatif dengan memberikan semua informasi terkait dengan
pasien.
Secara pribadi hal demikian banyak dilakukan oleh perawat yang bertugas di rumah sakit
negeri. Mereka bahkan terkesan galak dan kadang ogah ogahan. Berbeda dengan para perawat dari
rumah sakit swasta yang terkesan lebih ramah dan reaktif terhadap pasien. Penilain semacam ini
sudah umum dan memang demikian adanya. Ileh sebab itu rumah sakit negeri cenderung memiliki
rate review yang lebih rendah.
9
Kondisi ini tidak dapat diabaikan begitu saja sebab pastinya akan dapat menimbulkan
kebingungan bagi pasien. Tidak hanya itu, bagi keluarga pasien para perawat juga harus bersikap
informatif dan terbuka. Sehingga pihak keluarga akan merasa tenang dan yidak was was lagi akan
kondisi keliarganya yang sedang dirawat.
Dalam dunia medis, kerahasiaan informasi mengenai pasien adalah merupakan prioritas
utama. Kerahasiaan informasi ini merupakan hak pasien mutlak dan sebagai perawat anda tidak
boleh mengutarakannya kepada orang lain. Bahkan juga pihak keluarga, namun jika kemudian
pasien mempercayai pihak keluarga maka sebagai petigas kesehatan anda boleh memberikan
informasi dengan seizin pasien yang bersangkutan.[AdSense-C]
Beberapa perawat terkadang malah saling membagikan informasi atas pasien yang sedang
mereka rawat bahkan juga kerap mengosipkannya. Tentu saja hal ini merupakan bentuk
pelanggaran etika keperawatan. Sebab informasi yang terkait dengan pasien harus benar benar di
jaga kerahasiaannya.
Beberapa perawat kerap memberikan perlakuan yang berbeda kepada pasien berdasarkan
status sosialnya. Misalnya saja kepada pasien bpjs , mereka bersikap lebih galak dan garang.
Berbeda dengan pasien umum dimana mereka akan bersikap cenderung lebih ramah dan hati hati.
Hal ini sudah umum terjadi dan menjadi pemandangan yang biasa. Sehingga hal ini jugalah
yang kemudian membuat para pasien merasa kapok dan membuat pandangan pasien terhadap
perawat menjadi sangat buruk. Hal ini tentu akn mempengaruhi integerutas perawat itu sendiri.
Oleh sebab itu, maka sebagai perawat haruslah berlaku adil terhadap semua pasien. Tanpa
memandang bulu apakah pasien tersebut kaya atau miskin. Sebab perilaku yang demikian ini
selalin tidak patut dicontoh juga merupakan bentuk pelanggaran etika keperawatan.
10
Pelanggaran kode etik keperawatan yang pertama adalah bentuk kelalaian yang dilakukan
oleh perawat kepada pasien. Kelalaian ini dapat berupa kesalahan pemberian obat, penanganan
yang lambat, tidak sesuai dengan diagnosa hingga bahkan kesalahan dalam menangani pasien.
Sebut saja sebuah kasus yang pernah terjadi di wilayah Amerika Serikat. Diaman seorang perawat
memotong jari tangan bayi yang barus berusia tiga bulan. Bukannya nelapor kepada dokter ia
justru membuang jari tangan bayi tersebut.
Hal tersebut baru diketahui setelah seorang perawat lain melihat jari tangan sang bayi
berdarah. Setelah dicari cari kemudian barulah ditemukan potongan jari bayi tersebut di dalam
kotak sampah. Tentu saja hal ini membuat kita sedikit prihatin. Sebab, harusnya seorang perawat
mamou memberikan pelayanan yang baik dengan memberi penanganan medis yang tepat. Namun
jika hal yang demikian yang terjadi tentunya akan membuat seorang perawat yang tadi dikatakan
melanggar kode etik.
Sebagai manusia tentunya seorang perawat juga tidak luput dari kesalahan. Namun, ada
baiknya jika tetap berpegang kepada kode etik yang ada, sehingga kemudian nantinya akan dapat
memberikan pelayanan yang maksimal dan optimal demi kesembuhan pasien. Serta juga
meminimalisir kesalahan dan kelalaian dengan meningkatkan kualitas dan tanggung jawab
terhadap profesi.
Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan legal yang ada
dalam praktik keperawatan . Sama dengan semua aspek keperawatan , pemahaman tentang
Implikasi hokum dapat mendukung pemikiran kritis perawat . Perawat perlu memahami hokum
untuk melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah . Perawat tidak perlu takut
hokum , tetapi lebih melihat hokum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang masyarakat
harapkan dari penyelenggara keperawatan yang profesional .berikut beberapa prinsip legal dalam
praktik keperawatan :
a. Malpraktek
Malpraktek adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan standar profesi
atau standar prosedur oprasional.Untuk malpraktek kedokteran juga dapat dikenai hukum
kriminal. Malpraktek kriminal terjadi ketika seorang dokter yang menangani sebuah kasus telah
melanggar undang-undang hukum pidana. Perbuatan ini termasuk ketidakjujuran, kesalahan
dalam rekam medis, penggunaan ilegal obat-obatan, pelanggaran dalam sumpah dokter,
perawatan yang lalai, dan tindakan pelecehan seksual pada pasien.
Malpraktek di bagi 2, yaitu:
Malpraktik etik
Malpraktik etik yaitu tenaga kesehatan melakukan tindakan yang bertentangan dengan
etika profesinya sebagai tenaga kesehatan. Misalnya seorang bidan yang melakukan
tindakan yang bertentangan dengan etika kebidanan. Etika kebidanan yang
dituangkan dalam Kode Etik Bidan merupakan seperangkat standar etis, prinsip,
aturan atau norma yang berlaku untuk seluruh bidan. Malpraktik etik adalah dokter
melakukan tindakan yang bertentangan dengan etika kedokteran, sedangkan etika
11
kedokteran yang dituangkan di dalam KODEKI merupakan seperangkat standar etis,
prinsip, aturan atau norma yang berlaku untuk dokter.
Malpraktik Yuridis
1. Malpraktik Administratif
Malpraktik administratif terjadi apabila tenaga kesehatan melakukan
pelanggaran terhadap hukum administrasi negara yang berlaku, misalnya
menjalankan praktek bidan tanpa lisensi atau izin praktek, melakukan tindakan
yang tidak sesuai dengan lisensi atau izinnya, menjalankan praktek dengan izin
yang sudah kadaluwarsa, dan menjalankan praktek tanpa membuat catatan
medik.
3. Malpraktik pidana
Malpraktik pidana terjadi apabila pasien meninggal dunia atau mengalami cacat
akibat tenaga kesehatan kurang hati-hati. Atau kurang cermat dalam melakukan
upaya perawatan terhadap pasien yang meninggal dunia atau cacat tersebut.
Malpraktik pidana ada tiga bentuk yaitu:
12
Malpraktik pidana karena kecerobohan (recklessness), misalnya
melakukan tindakan yang tidak legeartis atau tidak sesuai dengan standar
profesi serta melakukan tindakan tanpa disertai persetujuan tindakan medis.
Contoh: Kurang hati-hatinya perawat dalam memasang infus yang
menyebabkan tangan pasien membengkak karena
b. Kelalaian
Kelalaian bukanlah suatu kejahatan. Seorang dokter dikatakan lalai jika ia bertindak tak
acuh, tidak memperhatikan kepentingan orang lain sebagaimana lazimnya. Akan tetapi, jika
kelalaian itu telah mencapai suatu tingkat tertentu sehingga tidak memperdulikan jiwa orang lain
maka hal ini akan membawa akibat hukum, apalagi jika sampai merenggut nyawa, maka hal ini
dapat digolongkan sebagai kelalaian berat.
Kelalaian adalah suatu sikap seseorang dimana dalam melakukan suatu tindakan ia tidak
berhati-hati. Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa kelalaian dapat bersifat
ketidaksengajaan, kurang teliti, kurang hati - hati, acuh tak acuh, sembrono, tidak peduli terhadap
13
kepentingan orang lain tetapi akibat tindakan bukanlah tujuannya. Kelalaian bukan suatu
pelanggaran hukum atau kejahatan. Jika kelalaian itu tidak sampai membawa kerugian atau
cedera kepada orang lain dan orang itu dapat menerimannya, namun jika kelalaian itu
mengakibatkan kerugian materi, mencelakakan atau bahkan merenggut nyawa orang lain ini
diklasifikasikan sebagai kelalaian berat, serius dan criminal.
14
Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya. Pelanggaran
terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu adalah tindakan yang
melawan hukum.
7. Penganiayaan
Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda terikat secara
hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik meminta perawat untuk tidak
melakukan sesuatu yang membahayakan pasien. Setiap orang dapat dianiaya, tetapi
hanya orang tua dan anak-anaklah yang paling rentan. Biasanya, pemberi layanan atau
keluargalah yang bertanggung jawab terhadap penganiayaan ini. Mungkin sulit
dimengerti mengapa seseorang menganiaya ornag lain yang lemah atau rapuh, tetapi
hal ini terjadi. Beberapa orang merasa puas bisa mengendalikan orang lain. Tetapi
hampir semua penganiayaan berawal dari perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai
seorang perawat perlu menjaga keamanan dan keselamatan pasiennya.
15
Keterbatasan tenaga dokter terutama di Puskesmas yang hanya memiliki satu
dokter yang berfungsi sebagai pengelola Puskesmas, sering menimbulkan situasi yang
mengharuskan perawat melakukan tindakan pengobatan. Tindakan pengobatan oleh
perawat yang telah merupakan pemandangan umum di hampir semua Puskesmas
terutama yang bearada di daerah tersebut dilakukan tanpa adanya pelimpahan
wewenang dan prosedur tetap yang tertulis. Dengan pengalihan fungsi perawat ke
fungsi dokter, maka sudah dapat dipastikan fungsi perawat akan terbengkalai dan
tentu saja hal ini tidak dapat dipertanggungjawabkan secara professional.
16
C. TOPIK 3 : Aspek Hukum Dalam Keperawatan
a. Pengertian Hukum
Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam
suatu kehidupan bersama atau keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku dalam suatu
kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.
Hukum adalah keseluruhan peraturan yang mengatur dan menguasai manusia dalam
kehidupan bersama. Berkembang di dalam masyarakat dalam kehendak, merupakan sistem
peraturan, sistem asas-asas, mengandung pesan kultural karena tumbuh dan berkembang
bersama masyarakat.
b. Pengertian hukum kesehatan
Adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur hak dan kewajiban baik dari tenaga kesehatan
dalam melaksanakan upaya kesehatan maupun dari individu dan masyarakat yang menerima
upaya kesehatan tersebut dalam segala aspek promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif serta
organisasi dan sarana.
Fungsi Hukum dalam pelayanan keperawatan
1. Memberikan kerangka untuk menentukan tindakan keperawata
2. Membedakan tanggung jawab dengan profesi yang lain
3. Membantu mempertahankan standar praktek keperawatan dengan meletakkan posisi
perawat memiliki akuntabilitas di bawah hokum
4. Membantu menentukan batasan kewenangan tindakan keperawatan mandiri
Hak – hak perawat
1. Hak perlindungan wanita
2. Hak berserikat dan berkumpul
3. Hak mengendalikan praktek keperawatan sesuai yang diatur oleh hukum
4. Hak mendapat upah yang layak
5. Hak bekerja di lingkungan yang baik
6. Hak terhadap pengembangan profesional
7. Hak menyusun standar praktek dan pendidikan keperawatan
Hak – hak pasien
1. Memberikan persetujuan (consent)
2. Hak untuk memilih mati
3. Hak perlindungan bagi orang yang tidak berdaya
4. Hak pasien dalam penelitian
Ada 3 hal yang menjadi hak mendasar dalam Menyatakan Persetujuan
Rencana Tindakan Medis yaitu:
1. hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan (the right to health care),
2. hak untuk mendapatkan informasi (the right to information)
3. hak untuk ikut menentukan (the right to determination).
Kriteria pasien yang berhak
1. Pasien tersebut sudah dewasa. batas 21 tahun.
2. Pasien dalam keadaan sadar. Pasien harus bisa diajak berkomunikasi secara wajar dan
lancar.
17
3. Pasien dalam keadaan sehat akal.
Jadi yang paling berhak untuk menentukan dan memberikan pernyataan persetujuan
terhadap rencana tindakan medis adalah pasien itu sendiri. Namun apabila pasien tersebut
tidak memenuhi 3 kriteria tersebut diatas maka dia akan diwakili oleh wali keluarga atau
wali hukumnya.
18
Selain memiliki tanggung jawab kepeda klien perawat juga memiliki tanggung
jawab terhadap tugas yang diembannya. Inilah tanggung jaeab perawat
terhadap tugasnya:
Seorang perawat memiliki tanggung jawab untuk memelihara mutu
pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran professional dalam
menerapkan pengetahuan serta keterampialan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat.
Seorang perawat bertanggung jawab untuk merahasiakan segala sesuatu
yang diketahui sehhubungan dengan tugas yang dipercayakan
terhadapnya, kecuali diperlukan oleh pihak yang berwenang sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
Dalam setiap melaksanakan tugasnya sebagai perawat, pekerja tidak
diperkenankan menggunakan pengetahuan dan keterampilan keperawat
yang dimilikinya dengan tujuan yang bertentangan dengan norma-norma
kemanusiaan.
Dalam setiap menjalankan tugas dan kewajiabanya seorang perawata
senantiasa bertanggung jawab untuk bersikap netral , independen dan
objektif.
Setiap perawat bertanggung jawab untuk mengutamakan perlindungan dan
keselamatan pasien atau klien dalam setiap melaksanakan tugas
keperwatanya, baik di institusi maupun diluar institusi yaitu keselamayan
jiwa pasien.
Perawat harus memenuhi kebikanjakan dan prosedur risiko tinggi yang ada
di lembaga.
Perawat harus member tahu dokter pada saat kedatangan pasien maupun
selama hospitalisasi jika pasien mengalami gejala kondisi medis. Perawat
juga harus mendokumentasikan bahwa dokter telah diberi tahu.
(Melakukan hal yang hanya dapat melindungi perawat dari adanya dampak
di kemudian hari). Intensitas komunikasi antara perawat dengan dokter
akan menjadi pelindung hukum bagi perawat.
3. Tanggung Jawab Perawat Terhadap Sejawat
Seorang perawat juga memiliki tanggung jawab terhadap sejawat atau
terhadap sesame perawatdan profesi kesehtan lin. Tanggung jawab perawat
terhadap sesame perawat dan profesi kesehtan lainnya adalah sebagai berikut:
Baik ketika melaksanakan tugs maupun tidak setiap perawat bertanggung
jawab untuk memelihara hubungan dengan baik antara sesame perawat
dan tenaga kesehtan lainnya, seperti bidan, dokterdan lain-lain, baik dalam
memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai
tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
19
Perawat juga bertanggung jawab untuk menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, keterampilan, keahlian,dan pengalamanya dalam dunia
keperawatankepada semua perawat, serta menerima pengetahuan dan
pengalaman dari profesi dalam rangka meningkatkan kemampuan dalam
bidan keperawatan.
4. Tangggung Jawab Perawat Terhadap Profesi
Perawat memiliki tanggung jawab terhadap profesi yang dipegangnya .
Tanggung jawab terhadap profesiadalah sebagai berikut:
Selama menyandang profesi sebagai perawat, setiap perawat bertanggung
jawab untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya secara sendiri-
sendiri dan atau bersama-samadengan jalan menambah ilmu pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi perkemabagan
keperawatan.
Setiap perawat bertanggung jawab untuk menjungjung tinggi nama baik
profesi keperawatan dengan nenunjukan perilaku dan sifat-sifat pribadi
yang luhur. Ini penting dilakukan karena setiap tindakan yang dilakukan
oleh perawat akan menjadi cermin dari institusi atau profesi yang
disandang.
Selama menyandang profesi sebagai perawat, setiap perawat bertanggung
jawab ikut terlibat (berperan) dalam menentukan pembakuan pendidikan
dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan
pelayanan dan pendidikan keperawatan
Selama menyandang profesi sebagai perawat, setiap perawat secara
bersama-sama bertanggung jawab membina dan memelihara mutu
organisasi profesi perawat sebagai sarana dedikasi dan pengabdian.
5. Tanggung Jawab Perawat Terhadap Negara
Setiap perawat memiliki tanggung jawab terhadap pemerintah yang harus
dijalankannya selama menyandang profesi keperawatan. Inilah tanggung
jawab terakhir dari seorang perawat yang harus diembannya selama menjalani
profesi sebagai perawat. Berikut adalah tanggung jawab perawat terhadap
Negara atau pemerintahan:
Selama menyandang profesi sebagai perawat, setiap perawat senantiasa
bertanggung jawab untuk selalu melaksanakan ketentuan-ketentuan
sebagai kebijaksanaan yang telah digariskan oleh pemerintah atau Negara
dalam bidang kesehatan dan keperawatan
Perawat juga bertanggung jawab untuk berperan aktif dalam
menyumbangkan pikiran kepada pemerintah dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan dan keperawatan kepada masyarakat.
20
ICN adalah suatu federansi perhimpunan perawat nasional diseluruh dunia yang didirikan
pada tanggal 1 juli 1819 oleh Mrs. Bedford Fenwich di Hanover Square, London dan direvisi
pada tahun 1973. Uraian kode etik ini adalah sebagai berikut:
1. Tanggung jawab utama perawat
adalah meningkatkan kesehatan,mencegah timbulnya penyakit,memelihara
kesehatan, dan mengurangi penderitaan. Untuk melaksanakan tanggung jawab utama
tersebut, perawat harus meyakini bahwa :
a) Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan di berbagai tempat adaah sama.
b) Pelaksanaan praktek keperawatan di titik beratkan pada penghargaan terhadap
kehidupan yang bermartabat dan menjujung tinggi hak asasi manusia.
c) Dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dan / atau keperawatan kepada indifidu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat, perawat mengikut sertakan kelompok dan instansi
terkait.
2. Perawat, individu, dan anggota kelompok masyarakat
Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
3. Perawat dan pelaksanaan praktik keperawatan
Perawat memegang peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan
standar praktik keperawatan unuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan standar
pendidikan keperawatan.
4. Perawat dan lingkungan masyarakat
Perawat dapat memprakarsai pembaharuan, tanggap, mempunyai inisiatif, dan
dapat berperan serta secara aktif dalam menemukan masalah kesehatan dan masalah
sosial yang terjadi dimasyarakat
5. Perawat dan sejawat
Perawat dapat menopang hubungan kerjasama dengan teman sekerja, baik tenaga
keperawatan maupun tenaga profesi lain diluar keperawatan. Perawat dapat melindungi
seseorang, bila dalam keperawatannya merasa terancam.
6. Perawat dan profesi keperawatan
Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan standar
praktik keperawatan dan pendidikan keperawatan. Perawat diharapkan ikut aktif dalam
mengembangkan pengetahuan dalam menopang pelaksanaan keperawatan secara
profesional.
e. Tanggung Gugat
Tanggung gugat, merupakan istilah yang baru berkembang untuk meminta pertanggung
jawaban seseorang karena kelalaiannya menimbulkan kerugian bagi pihak lain. Di bidang
pelayanan kesehatan, persoalan tanggung gugat terjadi sebagai akibat adanya hubungan
hukum antara tenaga medis ( dokter, bidan, perawat) dengan pengguna jasa ( pasien) yang
diatur dalam perjanjian. Tanggung Gugat dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat
21
dalam membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-
konsekunsinya. Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak yang
menggugat ia menyatakan siap dan berani menghadapinya. Terutama yang berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan profesinya. Perawat harus mampu untuk menjelaskan kegiatan atau
tindakan yang dilakukannya.
Macam-macam tanggung gugat perawat:
Contractual Liability.
Tanggung gugat jenis ini muncul karena adanya ingkar janji, yaitu tidak dilaksanakannya
sesuatu kewajiban (prestasi) atau tidak dipenuhinya sesuatu hak pihak lain sebagai akibat
adanya hubungan kontraktual. Dalam kaitannya dengan hubungan terapetik, kewajiban atau
prestasi yang harus dilaksanakan oleh health care provider adalah berupa upaya (effort),
bukan hasil (result). Karena itu dokter atau tenaga kesehatan lain hanya bertanggunggugat
atas upaya medik yang tidak memenuhi standar, atau dengan kata lain, upaya medik yang
dapat dikatagorikan sebagai civil malpractice
Liability in Tort
Tanggung gugat jenis ini merupakan tanggung gugat yang tidak didasarkan atas
adanya contractual obligation, tetapi atas perbuatan melawan hukum . Pengertian
melawan hukum tidak hanya terbatas pada perbuatan yang berlawanan dengan hukum,
kewajiban hukum diri sendiri atau kewajiban hukum orang lain saja tetapi juga yang
berlawanan dengan kesusilaan yang baik & berlawanan dengan ketelitian yang patut
dilakukan dalam pergaulan hidup terhadap orang lain atau benda orang lain (Hogeraad, 31
Januari 1919).
Strict Liability
Tanggung gugat jenis ini sering disebut tanggung gugat tanpa kesalahan (liability
whitout fault) mengingat seseorang harus bertanggung jawab meskipun tidak melakukan
kesalahan apaapa; baik yang bersifat intensional, recklessness ataupun negligence.
Tanggung gugat seperti ini biasanya berlaku bagi product sold atau article of commerce,
dimana produsen harus membayar ganti rugi atas terjadinya malapetaka akibat produk
yang dihasilkannya, kecuali produsen telah memberikan peringatan akan kemungkinan
terjadinya risiko tersebut
Vicarious Liability
Tanggung gugat jenis ini timbul akibat kesalahan yang dibuat oleh bawahannya
(subordinate).Dalam kaitannya dengan pelayanan medik maka RS (sebagai employer)
dapat bertanggung gugat atas kesalahan yang dibuat oleh tenaga kesehatan yang bekerja
dalam kedudukan sebagai sub-ordinate (employee).
f. UU yang berkaitan dengan Praktek keperawatan
Undang-Undang Praktek KeperawatanUndang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang
kesehatanBAB I ketentuan Umum, pasal 1 ayat 3
Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan
serta memiliki pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang
22
kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan.
Pasal 1 ayat 4Sarana kesehatan adalah tempat yang dipergunakan untuk
menyelenggarakan upaya kesehatan.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor :
1239/MENKES/SK/XI/2001tentang Registrasi dan Praktek Perawat (sebagai revisi dari
SK No. 647/MENKES/SK/IV/2000)
BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 ,Dalam ketentuan menteri ini yang dimaksud dengan :
1. Perawat adalah orang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam
maupun di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
2. Surat ijin perawat selanjutnya disebut SIP adalah bukti tertulis pemberian
kewenangan untuk menjalankan pekerjaan keperawatan diseluruh Indonesia.
3. Surat ijin kerja selanjutnya disebut SIK adalah bukti tertulis untuk menjalankan
pekerjaan keperawatan di seluruh wilayah Indonesia.
BAB III perizinan,Pasal 8, ayat 1, 2, dan 3 :
1. Perawat dapat melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan kesehatan,
praktek perorangan atau kelompok.
2. perawat yang melaksanakan praktek keperawatan pada sarana pelayanan kesehatan
harus memiliki SIK
3. Perawat yang melakukan praktek perorangan/berkelompok harus memiliki SIP
Pasal 9, ayat 1SIK sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 2 diperoleh dengan
mengajukan permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.
Pasal 10SIK hanya berlaku pada 1 (satu) sarana pelayanan kesehatan.
Pasal 12SIPP sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat 3 diperoleh dengan mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat.SIPP hanya
diberikan kepada perawat yang memiliki pendidikan ahli madya keperawatan atau
memiliki pendidikan keperawatan dengaan kompetensi yang lebih tinggi.Surat ijin
praktek Perawat selanjutnya disebut SIPP adalah bukti tertulis yang diberikan perawat
untuk menjalankan praktek perawat.
Pasal 13Rekomendasi untuk mendapatkan SIK dan atau SIPP dilakukan melalui penilaian
kemampuan keilmuan dan keterampilan bidang keperawatan, kepatuhan terhadap kode
etik profesi serta kesanggupan melakukan praktek keperawatan.
Pasal 15Perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan berwenang untuk:
1. Melaksanakan asuhan keperawatan meliputi pengkajian, penetapan diagnosa
keperawatan, perencanaan, melaksanakan tindakan keperawatan dan evaluasi
keperawatan.
2. Tindakan keperawatan sebagaimana dimaksud pada butir (i) meliputi: intervensi
keperawatan, observasi keperawatan, pendidikan dan konseling kesehatan.
23
3. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagaimana dimaksudhuruf (i) dan (ii)
harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan organisasi profesi.
4. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakuakn berdasarkan permintan tertulis dari
dokter.
Pengecualian pasal 15 adalah pasal 20 :
1. Dalam keadaan darurat yang mengancam jiwa pasien/perorangan, perawat berwenang
untuk melakukan pelayanan kesehatan diluar kewenangan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 15.
2. Pelayanan dalam keadaan darurat sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditujukan
untuk penyelamatan jiwa.
Pasal 21
24
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Etik mempunyai arti dalam penggunaan umum. Pertama, etik mengacu pada
metode penyelidikan yang membantu orang memahami moralitas perilaku manuia;
yaitu, etik adalah studi moralitas. Ketika digunakan dalam acara ini, etik adalah suatu
aktifitas; etik adalah cara memandang atau menyelidiki isu tertentu mengenai perilaku
manusia. Kedua, etik mengacu pada praktek, keyakinan, dan standar perilaku
kelompok tertentu (misalnya : etik dokter, etik perawat).Etika berbagai profesi
digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hak manusia (yang
memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi
perawat mempunyai tanggung jawab yang merupakan aspek penting dalam etika
perawat yaitu sebagai cara untuk menyatakan aktifitas bekerja sesuai kode etik
sehingga nantinya akan bisa bertanggung gugat apabila terjadi penyimpangan
sehingga dapat segera melaporkan dan mengambil tindakan untuk mencegah perawat
dalam praktik, ketentuan hukum (eksekusi) terhadap tugas-tugas yang berhubungan
dengan peran tertentu dari perawat, agar tetap kompeten dalam pengetahuan dan
bersikap dan kejadian lebih lanjut.: Selain itu perawat juga mempunyai kewenangan,
dimana kewenangan itu merupakan hak dan otonomi untuk melaksanakan asuhan
keperawatan berdasarkan kemampuan, tingkat pendidikan, dan posisi yang dimiliki.
Perawat memiliki tanggung jawab dan tanggung gugat dalam melakukan praktik
keperawatannya. Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan
terpercaya. Tanggung jawab perawat diidentifikasikan menjadi beberapa jenis yaitu
tanggung jawab terhadap klien baik individu, keluarga maupun masyarakat, tanggung
jawab terhadap tugas dan kewajibanya, tanggung jawab terhadap sesama perawat dan
tenaga kesehatan lain, serta tanggung jawab terhadap pemerintah
salah satu pelanggaran kode etik keperawatan adalah malpraktik. Malpraktek
adalah praktek kedokteran yang salah atau tidak sesuai dengan standar profesi atau
standar prosedur oprasional. Mal praktek juga dapat diartikansebagai kelalaian dari
seorang dokter atau perawat untuk menterapkan tingkat ketrampilan dan memberikan
pelayanan pengobatan oleh perawatan terhadap seorang pasien yang lazim diterapkan
dalam mengobati dan merawat orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah yang
sama. malpraktik sangat merugikan si pasien dan bagi si perawat dari segi hokum
juga dapat di jerat hokum pidana
maka perlu bagi para perawat untuk memahami serta mengatahui perkembangan
UU yang mengatur tentang praktek keper awatan, sebagai calon perawat atau
mahasiswa keperawatan harus meningkatkan mutu belajar agar memiliki kemampuan
berpikir rasional dalam menyalankan tugas sebagai perawat profesional.
25
DAFTAR PUSTAKA
https://studylibid.com/doc/201145/9-aspek-hukum-praktik-keperawatan-diwa-agus-sudrajat
http://handik123.blogspot.com/2016/10/aspek-hukum-dalam-keperawatan.html
https://imalisaanatri.wordpress.com/2013/03/23/aspek-hukum-dalam-keperawatan/
http://fikunpad-divarosya.blogspot.com/2009/01/etika-keperawatan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Transplantasi_organ
http://www.scribd.com/doc/2618297/ETIKA-KEPERAWATAN
Ismani, Nila. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta : Widya Medika
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
26