Kelompok 4:
DOSEN PEMBIMBING :
2022
2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan organ yang didalamnya terdapat Tenaga Kesehatan yang
turut membantu dalam pelaksanaan pemberian fasilitas pengobatan terhadap pasien. Dalam
Hukum Kesehatan juga menjelaskan bahwa terdapat Tenaga Kesehatan merupakan setiap
orang yang tergabung sebagai para medis, yang bersedia untuk mengabdikan dirinya khusus
untuk menangani kesehatan. Orang tersebut tidak hanya bersedia untuk mengabdikan dirinya
saja melainkan mereka juga harus memiliki pengetahuan yang mumpuni beserta keterampilan
yang fokusnya dalam bidang kesehatan. Para medis yang dimaksudkan diatas adalah Dokter,
Perawat serta para medis lainnya. Dokter dalam melakukan pekerjaannya akan dibantu oleh
perawat sehingga perawat disini juga harus memiliki keahlian dan kewenangan. Perawat
memperoleh kewenangan ini berdasarkan pelimpahan wewenang dari dokter, jika tidak
menerima pelimpahan wewenang maka perawat tidak dapat melakukan tindakan apapun atas
pasienKeperawatan merupakan sebuah profesi yang memiliki karekteristik standar
pendidikan, otonomi, sosialisasi, dibentuk berdasarkan ilmu pengetahuan, ujian masuk secara
formal, memiliki kode etik, keahlian teknis, standar profesional, pelayanan yang
mementingkan orang lain, serta dipercaya publik. (Yanti, 2020). Ilmu pengetahuan
keperawatan dibentuk dari proses yang sama. Etik merupakan sebuah bagian dari filosofi
yang menguji perbedaan antara benar dan salah. Dengan maksud bahwa etik mempelajari
kebenaran dari sebuah tindakan. Etik melihat kebiasaan manusia yang menjadi keyakinan
dalam berperilaku. (DeLaune & Ladner, 2011). Etika memiliki beberapa prinsip utama yang
bisa diterima oleh masyarakat secara luas. Menurut DeLaune dan Ladner (2011) serta Purtilo
(2005) dalam Lewenson dan Truglio-Londrigan (2013), prinsip etik terdiri dari autonomy
(keputusan individu dalam memilih sendiri), nonmaleficence (perbuatan yang tidak
merugikan), beneficence (berbuat baik dan mempertahankan keseimbangan antara
keuntungan dan kerugian), justice (bersikap adil), veracity (mengatakan yang sesungguhnya),
dan fidelity (menepati janji). Semua profesi pasti mempunyai kode etik, karena merupakan
salah satu ciri dari suatu profesi. Tujuan dibuatnya kode etik tersebut antara lain untuk
kewibawaan profesi itu sendiri, mengatur hubungan anggota profesi dengan anggota profesi
yang lain, anggota profesi dengan masyarakat. Sehingga jika anggota profesi mempunyai
masalah yang terkait dengan profesinya maka penanganannya bisa ditinjau dari dua
pendekatan yaitu pendekatan etik dan hukum. Ada pelanggaran atau tidak tergantung pada
3
kode etik profesi tersebut dan hukum yang berlaku di suatu negara. (Sudiyanto, 2019)
Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan dan tindakan
yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan adanya pemberi pelayanan
kesehatan dapat memberi pelayanan yang aman, efektif dan ramah terhadap mereka. Jika
harapan ini tidak terpenuhi, maka masyarakat akan menempuh jalur hukum untuk
membelahak-haknya.
Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk
mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang dilaksanakan. Institusi
telah membentuk berbagai komite etik untuk meninjau praktik profesional dan memberi
pedoman bila hak-hak klien terancam. Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi klien
sehingga pemberi pelayanan kesehatan semakin bersungguh-sungguh untuk tetap
memberikan informasi kepada klien dan keluarganya bertanggung jawab terhadap tindakan
yang dilakukan.(Suparyanto dan Rosad (2015, 2020)
II.2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah:
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memahami konsep legal etik keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami difinisi etika
b. Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami Isi dari prinsip–prinsip legal dan etis
c. Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami Masalah Legal Dalam Keperawatan
d. Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami Landasan Aspek Legal Keperawatan
e. Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami Aplikasi Aspek Legal Dalam
Keperawatan
f. Mahasiswa mampu mengetahu dan memahami contoh kasus terkait dengan etik dan
legal beserta penyelesaiannya
4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
dan memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat”. (Budi Sampurna, Pakar
Hukum Kesehatan UI 2006)
c. Justice ( Keadilan )
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapai yang sama dan adil terhadap orang lain
yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai inidirefleksikan dalam
prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapiyang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
e. Veracity ( Kejujuran )
Prinsip ini berarti penuh dengan kebenaran. Nilai diperlukan oleh pemberi pelayanan
kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa
klien sangat mengerti. Prinsip ini berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran.
7
g. Confidentiality ( Kerahasiaan )
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga privasi
klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh
dibaca dalam rangka pengobatan klien.
h. Accountability ( Akuntabilitas )
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang professional
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.
Jenis Kode Etik Keperawatan Menurut PPNI Berikut ini adalah kode etik keperawatan
yang dikeluarkan oleh DPP PPNI
a) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antar sesama perawat dan dengan
tenaga kesehatan lainnya, baik dalamkepentingan masyarakat.
b) memelihara kerahasiaan suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
c) Perawat senantiasa menyebarluaskan pengetahuan, keterampilan, dan pengalamannya
kepada sesama perawat, serta menerima pengetahuan dan pengalamannya kepada
sesama perawat, serta menerima pengetahuan dari profesi lain dalam rangka
meningkatkan kemampuan dalam bidang keperawatan.
9
ICN adalah suatu federasi perhimpunan perawat nasional di seluruh dunia yang
didirikan pada tanggal 1 juli 1989 oleh Mrs. Bedford Fenwich di Hanover Square, London
dan direvisi pada tahun 1973. Uraian kode etik ini diuraikan sebagai berikut :
Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh warga negara. Setiap
orang yang tidak mematuhi hukun akan terikat secara hukum untuk menanggung denda atau
hukuman penjara. Beberapa situasi yang perlu dihindari seorang perawat :
a) Kelalaian
Seorang perawat bersalah karena kelalaian jika mencederai pasien dengan cara tidak
melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan ataupun tidak melakukan tugas dengan
hati-hati sehingga mengakibatkan pasien jatuh dan cedera.
b) Pencurian
Mengambil sesuatu yang bukan milik anda membuat anda bersalah karena mencuri. Jika
anda tertangkap, anda akan dihukum. Mengambil barang yang tidak berharga sekalipun dapat
dianggap sebagai pencurian.
c) Fitnah
Jika anda membuat pernyataan palsu tentang seseorang dan merugikan orang tersebut,
anda bersalah karena melakukan fitnah. Hal ini benar jika anda menyatakan secara verbal
atau tertulis.
d) False imprisonment
Menahan tindakan seseorang tanpa otorisasi yang tepat merupakan pelanggaran hukum
atau false imprisonment. Menggunakan restrein fisik atau bahkan mengancam akan
melakukannya agar pasien mau bekerja sama bisa juga termasuk dalam false imprisonment.
Penyokong dan restrein harus digunakan sesuai dengan perintah dokter
e) Penyerangan dan pemukulan
Penyerangan artinya dengan sengaja berusahan untuk menyentuh tubuh orang lain atau
bahkan mengancam untuk melakukannya. Pemukulan berarti secara nyata menyentuh orang
lain tanpa ijin.Perawatan yang kita berikan selalu atas ijin pasien atau informed consent. Ini
berarti pasien harus mengetahui dan menyetujui apa yang kita rencanakan dan kita lakukan.
f) Pelanggaran privasi
Pasien mempunyai hak atas kerahasiaan dirinya dan urusan pribadinya.Pelanggaran
terhadap kerahasiaan adalah pelanggaran privasi dan itu adalah tindakan yang melawan
hukum.
g) Penganiayaan
12
Menganiaya pasien melanggar prinsip-prinsip etik dan membuat anda terikat secara
hukum untuk menanggung tuntutan hukum. Standar etik meminta perawat untuk tidak
melakukan sesuatu yang membahayakan pasien. Setiap orang dapat dianiaya, tetapi hanya
orang tua dan anak-anaklah yang paling rentan. Biasanya,pemberi layanan atau keluargalah
yang bertanggung jawab terhadap penganiayaan ini. Mungkin sulit dimengerti mengapa
seseorang menganiaya ornag lain yang lemah atau rapuh, tetapi hal ini terjadi. Beberapa
orang merasa puas bisa mengendalikan orang lain. Tetapi hampir semua penganiayaan
berawal dari perasaan frustasi dan kelelahan dan sebagai seorang perawat perlu menjaga
keamanan dan keselamatan pasiennya. (Sudiyanto, 2019)
“Tenaga kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta
memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang
untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.”
Begitupun dalam pasal 63 ayat 4 UU no 36/2009 berbunyi “Pelaksanaan pengobatan
dan/atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu”.
Yang mana berdasarkan pasal ini keperawatan merupakan salah satu profesi/tenaga.
kesehatan yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada pasien yang membutuhkan
Pelayanan keperawatan di rumah sakit meliputi : proses pemberian asuhan keperawatan,
penelitian dan pendidikan berkelanjutan. Dalam hal ini proses pemberian asuhan keperawatan
sebagai inti dari kegiatan yang dilakukan dan dilanjutkan dengan pelaksanaan penelitian-
penelitian yang menunjang terhadap asuhan keperawatan, juga peningkatan pengetahuan dan
keterampilan serta sikap yang diperoleh melalui pendidikan dimana hal ini semua bertujuan
untuk keamanaan pemberian asuhan bagi pemberi pelayanan dan juga pasien selaku penerima
asuhan.
Berdasarkan undang-undang kesehatan yang diturunkan dalam Kepmenkes 1239 dan
Permenkes No. HK.02.02/Menkes/148/I/2010, terdapat beberapa hal yang berhubungan
dengan kegiatan keperawatan. Adapun kegiatan yang secara langsung dapat berhubungan
dengan aspek legalisasi keperawatan :
1) Proses Keperawatan
2) Tindakan keperawatan
3) Informed Consent
Untuk melindungi tenaga perawat akan adanya tuntutan dari klien/pasien perlu
ditetapkan dengan jelas apa hak, kewajiban serta kewenangan perawat agar tidak terjadi
kesalahan dalam melakukan tugasnya serta memberikan suatu kepastian hukum,
perlindungan tenaga perawat. (Sudiyanto, 2019)
14
BAB III
PEMBAHASAN
Contoh Kasus
Kasus Ny. D seorang ibu rumah tangga, umur 33 tahun, mempunyai 2 orang anak yang ber
umur 6 dan 4 tahun, Ny.D. berpendidikan SMA, dan suami Ny.D bekerja sebagai karyawan
pabrik . Saat ini Ny.D dirawat di ruang kandungan. sejak 2 hari yang lalu. Sesuai
hasil pemeriksaan Ny.D positit menderita kanker "rahim grade III, dan dokter merencanakan
klien harus dioperasi untuk dilakukan operasi pengangkatan kanker rahim, karena tidak ada
tindakan lain yang dapat di#akukan. Semua pemeriksaan telah dilakukan untuk persiapan
operasi Ny.D. Klien tampak hanya diam dan tampak &emas dan binggung dengan rencana
operasi yang akan dijalaninya. 'ada saat ingin meninggalkkan ruangan, dokter memberitahu
perawat kalau Ny.D atau keluarganya bertanya, sampaikan operasi adalah jalan terakhir. Dan
jangan dijelaskan tentang apapun, tunggu saya yang akan menjelaskankannya. Menjelang
hari operasinya klien berusaha bertanya kepada perawat ruangan yang merawatnya,
yaitu( )apakah saya masih bisa punya anak setelah dioperasi nanti.karena kami masih ingin
punya anak. )apakah masih ada pengobatan yang lain selain operasi dan )apakah operasi saya
bisa diundur dulu suster Dari beberapa pertanyaan tersebut perawat ruangan hanya menjawab
secara singkat, “ibu kan sudah diberitahu dokter bahwa ibu harus operasi “penyakit ibu hanya
bisa dengan operasi, tidak ada jalan lain “ yang jelas ibu tidak akan bisa punya anak lagi” jika
ibu tidak puas dengan jawaban saya, ibu tanyakan langsung dengan dokternya. Sehari
sebelum operasi klien berunding dengan suaminya dan memutuskan menolak operasi dengan
atasan, klien dan suami masih ingin punya anak lagi.
penyelesaian kasus diatas menjadi dilema etik bagi perawat dimana dilema etik ini
didefinisikan sebagai suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan moral suatu
tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. ini merupakan suatu kondisi dimana setiap
alternatif tindakan memiliki landasan moral atau prinsip. 'ada kasus dilema etik ini sukar
untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat menimbulkan kebingungan pada tim
medis yang dalam konteks kasus ini khususnya pada perawat karena dia tahu apa yang harus
dilakukan, tetapi banyak rintangan untuk melakukannya.
Dalam menyelesaikan kasus dilema etik yang terjadi pada kasus Ny. D, dapat diambil salah
satu kerangka penyelesaian etik, yaitu kerangka pemecahan etik, dengan langkah langkah
sebagai berikut( Mengembangkan data dasar dalam hal klarifikasi dilema etik, mencari
15
informasi sebanyaknya, berkaitan dengan( orang yang terlibat, yaitu(pasien, suami pasien,
dokter bedah dan kandungan, rohaniawan dan perawat.
Tindakan yang diusulkan yaitu( Akan dilakukan operasi pengangkatan kandungan rahim pada
Ny.D. tetapi pasien mempunyai otonomi untuk membiarkan penyakitnya menggorogoti
tubuhnya, walauaupun sebenarnya bukan itu yang diharapkan, karena pasien masih
meginginkan keturunan. Maksud dari tindakan yaitu( dengan memberikan pendidikan,
konselor, advokasi diharapkan pasien mau menjalani operasi serta dapat membuat keputusan
yang tepat terhadap masalah yang saat ini dihadapi. Dengan tujuan agar Agar kanker rahim
yang dialami Ny.D dapat diangkat dan tidak menjalar ke organ lain dan pengobatan tuntas.
Konsekuensi dari tindakan yang diusulkan yaitu jika operasi dilaksanakan maka biaya yang
dibutuhkan klien cukup besar untuk pelaksanaan operasinya. Psikologis pasien merasa
bersyukur diberi umur yang panjang bila operasi berjalan baik dan lancar, namun klien juga
dihadapkan pada kondisi stress akan kelanjutan hidupnya bila ternyata operasi itu gagal.
Selain itu konsekuensi yang harus dituanggung oleh klien dan suaminya bahwa ia tidak
mungkin lagi bisa memiliki keturunan.. Apabila tindakan operasi dilakukan perawat
dihadapkan pada konflik tidak melaksanakan kode etik profesi dan prinsip moral. Jika
menyampaikan penjelasan dengan selengkapnya perawat khawatir akan kondisi Ny.D akan
semakin parah dan stress, putus asa akan keinginannya untuk mempunyai anak jika tidak
dijelaskan seperti kondisi tersebut, perawat tidak melaksanakan prinsip-prinsip professional
perawat jika perawat menyampaikan pesan dokter, perawat melangkahi wewenang yang
diberikan oleh dokter, tetapi bila tidak disampaikan perawat tidak bekerja sesuai standar
profesi. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang direncanakan dan
mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi tindakan tersebut. Menjelaskan secara rinci
rencana tindakan operasi termasuk dampak setelah dioperasi. Menjelaskan dengan jelas dan
rinci hal-hal yang berkaitan dengan penyakit bila tidak dilakukan tindakan operasi
Memberikan penjelasan dan saran yang berkaitan dengan keinginan dari mempunyai anak
lagi, kemungkinan dengan anak angkat dan sebagainya. Mendiskusikan dan memberi
kesempatan kepada keluarga atas penolakan tindakan operasi dan memberikan alternatif
tindakan yang mungkin dapat dilakukan oleh keluarga. Memberikan advokasi kepada pasien
dan keluarga untuk dapat bertemu dan mendapat penjelasan langsung pada dokter bedah, dan
memfasilitasi pasien dan kelurga untuk dapat mendapat penjelasan tentang rencana tindakan
operasi dan dampaknya bila dilakukan dan bila tidak dilakukan. Menentukan siapa yang
terlibat dalam masalah tersebut dan siapa pengambil keputusan yang tepat. Kasus pasien
tersebut merupakan masalah yang kompleks dan rumit, membuat keputusan dilakukan
16
operasi atau tidak, tidak dapat diputuskan pihak tertentu saja, tetapi harus diputuskan
bersama-sama yang meliputi( Siapa yang sebaiknya terlibat dalam membuat keputusan dan
mengapa mereka ditunjuk untuk siapa saja keputusan itu dibuat. Dalam kasus Ny.D. dokter
bedah yakin bahwa pembuat keputusan, jadi atau tidaknya untuk dilakukan operasi adalah
dirinya, dengan memperhatikan Faktor-Faktor dari pasien, dokter akan memutuskan untuk
tentang kondisi pasien dan dampaknya bila dilakukan operasi atau tidak dilakukan operasi.
Penjelasan dapat dilakukan melalui wakil dari tim yang terlibat dalam pengelolaan
perawatan dan pengobatan Ny.D. tetapi harus juga diingat dengan memberikan penjelasan
dahulu beberapa alternatif pengobatan yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai kondisi
Ny.D sebagai bentuk tanggung jawab perawat terhadap tugas dan prinsip moral
profesionalnya. Pasien menerima atau menolak suatu tindakan harus disadari oleh semua
pihak yang terlibat, bahwa hal itu merupakan hak, ataupun otonomi pasien dan keluarga.
Keputusan yang dapat diambil sesuai dengan hak otonomi klien dan keluarganya serta
pertimbangan tim kesehatan sebagai seorang pera!at, keputusan yang terbaik adalah
dilakukan operasi berhasil atau tidaknya adalah kehendak yang maha kuasa sebagai manusia
hanya berusaha
17
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Aspek Legal Etik Keperawatan adalah Aspek aturan Keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada
berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan kewajibannya yang diatur dalam undang-
undang keperawatan.
Praktik keperawatan yang aman memerlukan pemahaman tentang batasan legal yang
ada dalam praktik perawat. Sama dengan semua aspek keperawatan, pemahaman tentang
implikasi hukum dapat mendukung pemikiran kristis perawat. Perawat perlu memahami
hukum untuk melindungi hak kliennya dan dirinya sendiri dari masalah. Perawat tidak perlu
takut hukum, tetapi lebih melihat hukum sebagai dasar pemahaman terhadap apa yang
masyarakat harapkan dari penyelenggara pelayanan keperawatan yang profesional
4.2 SARAN
1. Dalam melakukan praktik keperawatan dalam melakukan suatu tindakan agar lebih
memperhatikan dari segi aspek etik dan legal sehingga tidak terjadi sesuatu yang dapat
menyebabkan kejadian tindakan malpraktik.
2. Adanya berbagai pendekatan yang bersifat persuasif, konsultatif dan partisipatif semua pihak
(Stake Holder) yang terkait dalam penyelenggaran Praktik Keperawatan berorientasi kepada
pelayanan yang berkualitas dengan memprioritaskan mutu pelayanan.
3. Setelah mengetahui perkembangan perundang-undangan yang mengatur tentang praktek
keperawatan, sebagai perawat harus meningkatkan mutu belajar agar memiliki kemampuan
berpikir rasional dalam menyalankan tugas sebagai perawat profesional.
18
DAFTAR PUSTAKA
Ardiani, N.D. (2018) ‘Modul Ajar Etika Keperawatan’, STIKes KUSUMA HUSADA
SURAKARTA, 1, pp. 1–63. Available at: http://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/676/1/MODUL
AJAR ETIKA KEPERAWATAN.pdf.
BPOM RI (2012) Aspek Legal Keperawatan.
Kurniawan Dicky Endrian (2017) ‘Masalah Etik dan Legal Keperawatan’, pp. 408–414.
Sudiyanto, H. (2019) Etika Hukum Keperawatan, STIKes Majapahit Mojokerto. Available at:
http://ejournal.stikesmajapahit.ac.id/index.php/EBook/article/view/668.
Suhaemi, M.E. (2003) ‘Etika Keperawatan: Aplikasi pada Praktik’.
Suparyanto dan Rosad (2015 (2020) Aspek Legal Etik Dalam Keperawatan, Suparyanto dan
Rosad (2015.
Yanti, A.A.I.E.K. (2020) ‘Peranan Pramuwisata Dan Pemerintah Dalam Mencegah Pelecehan
Kepariwisataan Budaya Bali’, Kertha Wicaksana, 14(2), pp. 77–86. Available at:
https://doi.org/10.22225/kw.14.2.1863.77-86.