Anda di halaman 1dari 39

1

BAB I

PEDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para praktisi yang menetapkan
diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial
yang tidak dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka sebagai individu.

Untuk mewujudkan keperawatan sebagai profesi, berbagai langkah nyata telah


dilaksanakan, mencakup : pengembangan pelayanan asuhan keperawatan, pendidikan tinggi
keperawatan maupun kehidupan organisasi profesi. Langkah ini dilaksanakan secara terarah,
berencana dan terkendalikan sebagai gerakan profesionalisasi keperawatan.Didasarkan pada
keinginan para perawat agar keperawatan mendapat pengakuan sebagai profesi dan lebih dari
itu yaitu agar keperawatan sebagai profesi dapat berperan aktif dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.Keperawatan sebagai profesi berupaya memenuhi hak masyarakat untuk
mendapat pelayanan atau asuhan keperawatan profesional yang benar dan baik.

Langkah yang terlihat nyata adalah terbentuknya Sistem Pendidikan Tinggi


Keperawatan, diharapkan dengan lulusan perawat dari pendidikan tinggi keperawatan maupun
memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan profesional.

Pengembangan pada sistem pelayanan atau asuhan keperawatan belum dirasakan


optimal, karena memerlukan upaya – upaya perubahan yang mendasar yaitu membentuk
model praktek profesional baik di RS maupun unit pelayanan kesehatan masyarakat.

Dan dengan berbagai kolaborasi antar tenaga kesehatan akan membuat sebuah
pelayanan menjadi sangat berkualitas dan menjajnjikan, penting sekali akan tenaga kesehatan
sebagai tim yang kritis, kreatif, efektif, inovatif dalam memberikan pelayanan, itulah sebuah
profesionalitas.
2

1.2 Rumusan masalah

 Apa itu profesi dan paradigma ?


 Bagaimana bentuk dan karakteristik praktik profesional keperawatan?
 Apa saja peran perawat profesional ?
 Bagaimana cara mengambil keputusan dalam praktik profesional keperawatan ?

1.3 Tujuan

Agar mengetahui bagaimana pentingnya dalam meningkatkan suatu pelayanan dalam


profesionalitas yang kita milik serta pentingnya kerjasama antar tim khususnya tenaga
kesehatan dalam mensejahterakan sumber daya manusiai, serta melakukan suatu hal yang
sesuai dengan prosedur yang di terapkan.
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perawat sebagai Profesi

Pengertian Keperawatan

Lokakarya Nasional Keperawatan, 1983

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral


pelayanan kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan meliputi aspek
biologi,psikologi,sosial dan spiritual yang bersifat komprehensif ditujukan kepada
individu,keluarga dan masyarakat yang sehat maupun sakit mencangkup siklus hidup manusia
untuk mencapai derajat kesehatan optimal.

Pengertian Profesi

Wilensky (1964)

Profesi berasal dari profession yang berarti suatu pekerjaan yang membutuhkan
dukungan dengan badan ilmu (body of knowledge) sebagi dasar untuk pengembangan teori
yang sistematis guna menghadapiu banyak tantangan baru, memerlukan pendidikan dan
pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik denganj focus utama pada pelayanan
(altruism).

Schein E. H (1962)

Profesi merupakan suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set
norma tertentu dan berasal dari perannya yang khusus di masyarakat.

Hughes

Profesi merupakan suatu keahlian dalam mengetahui segala sesuatu dengan lebih baik
disbanding orang lain (klien).

Hamid A. Y (1996)

Profesi merupakan pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan bukan
untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu
4

DeYoung (1985)

Profesi merupakan keterkaikatan adanya 7 elemen yang memiliki dasar ilmu yang
kuat,berorientasi pada pelayanan,mempunyai otoritas,memiliki kode etik,mempunyai
organisasi profesi,melakukan penelitian secara terus menerus serta memiliki otonomi.

Ciri – Ciri Profesi

Dilihat dari definisi profesi, jelas bahwa profesi tidak sama dengan okupasi (occupation)
meskipun keduanya sama – sama melakukan pekerjaan tertentu.

Profesi mempunyai cirri – cirri sebagai berikut :

1. Didukung oleh badan ilmu yang sesuai dengan bidangnya (antalogi), jelas wilayah
kerja keilmuannya (Epistomologi), dan aplikasinya (Axiologi).

2. Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus – menerus,
dan bertahap.

3. Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara lehal melalui
perundang – undangan.

4. Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar
pendidikan dan pelatihan, standar pelayanan, dan kode etik) serta pengawasan terhadap
pelaksanaan pareturan – peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi
(Winsley, 1964).

Kriteria Profesi

1. Memberi pelayanan untuk kesejahteraan manusia.

2. Mempunyai pengetahuan dan keterampilan khusus dan dikembangkan secara terus –


menerus.

3. Memiliki ketelitian, kemampuan intelektual, dan rasa tanggung jawab.

4. Lulus dari pendidikan tinggi.

5. Mandiri dalam penampilan, aktivitas, dan fungsi.

6. Memiliki kode etik sebagai penuntun praktik.

7. Memiliki ikatan/organisasi untuk menjamin mutu pelayanan.


5

Wilayah Kerja Profesi

1. Pembinaaan organisasi profesi.

2. Pembinaan pendidikan dan pelatihan profesi.

3. Pembinaan pelayanan profesi.

4. Pembinaan iptek.

Keperawatan Sebagai Suatu Profesi

Menurut Prof. Ma’rifin Husin, keperawatan sebagai profesi memiliki ciri – ciri sebagai
berikut.

1. Memberi pelayanan/asuhan dan melakukan penelitian sesuai dengan kaidah ilmu dan
keterampilan serta kode etik keperawatan.

2. Telah lulus dari pendidikan pada jenjang perguruan tinggi (JPT) sehingga diharapkan
mempu untuk:

1. bersikap profesional,

2. mempunyai pengetahuan dan keterampilan profesional,

3. memberi pelayanan asuhan keperawatan profesional, dan

4. menggunakan etika keperawatan dalam memberi pelayanan.

3. Mengelola ruang lingkup keperawatan berikur sesuai dengan kaidah suatu profesi
dalam bidang kesehatan, yaitu:

1. Sistem pelayanan/asuhan keperawatan,

2. Pendidikan/pelatihan keperawatan yang berjenjang dan berlanjut,

3. Perumusan standar keperawatan (asuhan keperawatan, pendidikan keperawatan


registrasi/legislasi), dan

4. Melakukan riset keperawatan oleh perawat pelaksana secara terencana dan


terarah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dean teknologi.

Dengan melihat sebagai definisi, ciri, dan kriteria profesi yang telah disebutkan di atas maka
dapat dianalisis bahwa keperawatan di Indonesia saat ini telah:
6

1. Memiliki badan ilmu dan telah diakui secara undang – undang oleh pemerinyah
Indonesia melalui UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesahatan.

2. Memiliki institusi pendidikan jenjang perguruan tinggi, yakni AKPER/DIII


Keperawatan, DIV Keperawatan, Fakultas Ilmu Keperawatan (S1), dan Program Pasca
Sarjana Keperawatan (S2).

3. Memiliki kode etik keperawatan, standar profesi, standar praktik keperawatan, standar
pendidikan keperawatan, dan standar asuhan keperawatan.

4. Memiliki legislasi keperawatan (sedang diproses menjadi undang – undang).

5. Memiliki organisasi profesi yaitu Persatuan Perawat Nasional Indinesia (PPNI).

6. Memberikan asuhan keperawatan secara mandiri menggunakan pendekatan proses


keperawatan.

7. Melaksanakan riset keperawatan.

2.2 Paradigma Perawat Indonesia

Pengertian Paradigma

Paradigma adalah suatu cara dalam mempersepsikan atau memandang sesuatu.


Paradigma menjelaskan sesuatu dalam memahami suatu tingkah laku. Paradigma memberikan
dasar dalam melihat, memandang, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap
berbagai fenomena yang ada dalam keperawatan. (Adam Smith, 1975, cit Gaffar, 1997)

Keperawatan merupakan suatu bentuk pelayanan yang profesional, yang merupakan


bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, dengan
bentuk pelayanan mencakup biopsikososio-spiritual yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit dalam siklus kehidupan manusia.
(Lokakarya Keperawatan Nasional (1983))

Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara kita melihat,
memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap fenomena yang ada
dalam keperawatan, (La Ode Jumadi, 1999 : 38)
7

Paradigma Keperawatan

Perawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dan salah satu faktor yang
memenuhi tercapainya pembangunan nasional, oleh karena itu tenaga keperawatan berada
ditatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan terlama dengan klien,
yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu, maka perawat perlu mengetahui dan
memahami tentang paradigma keperawatan, peran, fungsi dan tanggung jawab sebagai
perawat profesional agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang optimal dalam
memberikan asuhan keperawata pada klien. Perawat harus selalu memperhatikan keadaan
secara individual dari segi bio, psiko, sosial, spiritual dan cultural.

Paradigma memiliki fungsi antara lain :

1. Menyikapi dan menyelesaikan berbagai persoalan yang melingkupi profesi


keperawatan sebagai aspek pendidikan dan pelayanan kperawatan, praktik dan
organisasi profesi.
2. Membantu individu dan masyarakat untuk memahami dunia keperawatan kita dan
membantu kita untuk memahami setiap fenomena yang terjadi disekitar kita.

Dalam keperawatan ada empat komponen yang merupakan pola dasar dari teori – teori
keperawatan atau paradigma keperawatan. Empat komponen tersebut meliputi : manusia,
keperawatan, lingkungan, dan kesehatan.

 Konsep Manusia

Manusia adalah makhluk bio – psiko – sosial dan spiritual yang utuh, dalam arti
merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani serta unik karena mempunyai
berbagai macam kebutuhan sesuai tingkat perkembangannya (Konsorsium Ilmu Kesehatan,
1992).

Manusia adalah sistem yang terbuka senantiasa berinteraksi secara tetap dengan
lingkungan eksternalnya serta senantiasa berusaha selalu menyeimbangkan keadaan
internalnya (homeoatatis), (Kozier, 2000)
8

Manusia memiliki akal fikiran, perasaan, kesatuan jiwa dan raga, mampu beradaptasi
dan merupakan kesatuan sistem yang saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi (La
Ode Jumadi, 1999 :40).

Jadi, konsep manusia menurut paradigma keperawatan adalah manusia sebagai sistem terbuka,
sistem adaptif , personal dan interpersonal yang secara umum dapat dikatakan holistik atau
utuh.

Sebagai sistem terbuka, manusia dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh


lingkungannya, baik lingkungan fisik, biologis, psikologis maupun sosial dan spiritual
sehingga perubahan pada manusia akan selalu terjadi khususnya dalam pemenuhan kebutuhan
dasarnya. Sebagai sistem adaptif manusia akan merespon terhadap perubahan lingkungannya
dan akan menunjukan respon yang adaptif maupun respon maladaptif. Respon adaptif akan
terjadi apabila manusia tersebut mempunyai mekanisme koping yang baik menghadapi
perubahan lingkungannya, tetapi apabila kemampuannya untuk merespon perubahan
lingkungan yang terjadi rendah maka manusia akan menunjukan prilaku yang maladaptif .

Manusia atau klien dapat diartikan sebagai individu, keluarga ataupun masyarakat yang
menerima asuhan keperawatan. Peran perawat pada individu sebagai klien adalah memenuhi
kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju
kemandirian pasien.

Peran perawat dalam membantu keluarga meningkatkan kemampuan untuk


menyelesaikan masalah kesehatan adalah perawat sebagai pendeteksi adanya masalah
kesehatan, memberi asuhan kepada anggota keluarga yang sakit, koordinator pelayanan
kesehatan keluarga, fasilitator, pendidik dan penasehat keluarga dalam masalah – masalah
kesehatan.

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga perawat perlu memperhatikan


sifat – sifat keluarga yaitu keluarga mempunyai reaksi dan cara yang unik dalam menghadapi
masalahnya, pola komunikasi yang dianut, cara pengambilan keputusan, sikap, nilai, cita – cita
9

keluarga dan gaya hidup keluarga yang berbeda – beda. Individu dalam keluarga mempunyai
siklus tumbuh kembang .

Pelayanan kesehatan pada masyarakat ini dapat berbentuk pelayanan kepada masyarakat
umum dan kelompok – kelompok masyarakat tertentu (balita dan lansia).

2.3 Bentuk Dan Karakteristik Praktik Profesional Perawat

 Hubungan Keempat Komponen Paradigma Keperawatan

Lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi kesehatan dimana apabila


lingkungan itu kotor maka kesehatan manusia akan terganggu sehingga manusia perlu
merawat dirinya atau membutuhkan perawatan dari orang lain. Keperawatan dengan
lingkungan juga sangat berpengaruh dimana jika seseorang sedang rehabilitasi maka akan
memerlukan lingkungan yang bersih.

Hakikat Praktik Keperawatan senatiasa mengabdi kepada kemanusiaan atau berbentuk


pelayanan humanistik mendahulukan kepentingan kesehatan klien askep merupakan inti
praktek keperawatan hubungan profesional perawat-klien mengacu pada sistem interaksi
secara positif atau hubungan terapiutik, karakteristik hubungan profesional :

1. Berorientasi pada kebutuhan klien


2. Diarahkan pada pencapaian tujuan
3. Bertanggung jawab dlm menyelesaikan masalah klien
4. Memahami kondisi klien dengan berbagai keterbatasan
5. Memberi penilaian berdasarkan norma yang disepakati
6. Berkewajiban membantu klien agar mampu mandiri
7. Berkewajiban membina hubungan saling percaya
8. Bekerja sesuai kaida etik, menjaga kerahasiaan
9. Berkomunikasi secara efektif

Pelayanan professional adalah suatu pelayanan yang diberikan oleh seorang tenaga
yang telah selesai mengikuti pendidikan formal keperawatan, yang telah disahkan oleh
10

pemerintah Republik Indonesia untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan
secara profesional dan sesuai dengan kode etik keperawatan.

Praktik Keperawatan Profesional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :


1. Otonomi dalam Pekerjaan
Perawat mempunyai kemandirian. Perawat mempunyai hak melakukann tugasnya tanpa
campur tangan dari luar.

2. Bertanggung Jawab dan Bertanggung Gugat


Perawat harus dapat bertanggung jawab terhadap apa yang dia kerjakan. Misal dalam hal
member suntikan harus sesuai waktu dan dosisnya. Perawat juga harus berhati-hati dan jujur
serta teliti dalam melakukan kegiatan keperawatan.

3. Pengambilan Keputusan yang Mandiri


Kebebasan perawat untuk bertindak melaksanakan tindakan keperawatan tanpa kendali dari
luar. Seorang perawat dapat melaksanakan tugasnya sebagai seorang perawat, karena telah
memperoleh pendidikan perawat, dan sudah menjadi sebagai perawat profesional.

4. Kolaborasi dengan disiplin lain


Dalam melakukan tindakan keperawatan, perawat harus melakukan kolaborasi dengan disiplin
ilmu lain. Misal ada orang kecelakaan dan patah tulang, perawat membutuhkan tenaga
radiologi untuk melakukan rongent.

5. Pemberian pembelaan (advocacy)


Pembelaan disebut juga dukungan (advocacy). Yaitu bertindak demi hak klien untuk
mendapatkan asuhan yang bermutu dengan mengadakan interaksi untuk kepentingan atau
demi klien, dalam mengatasi masalahnya serta berhadapan dengan pihak – pihak lain yang
lebih luas (system at large).

6. Memfasilitasi kepentingan pasien atau klien.


Tujuan Praktik Keperawatan Professional diantaranya adalah untuk membantu individu agar
mandiri, selain itu mengajak individu atau masyarakat berpartisipasi dalam bidang kesehatan,
11

kemudian membantu individu mengembangkan potensi untuk memelihara kesehatan secara


optimal agar tidak tergantung pada orang lain dalam memelihara kesehatan, serta membantu
individu memperoleh derajat kesehatan secara optimal.

2.4 Peran perawat profesional

Perawat adalah seseorang yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan kewenangan


untuk memberikan asuhan keperawatan pada orang lain berdasarkan ilmu dan kiat yang
dimilikinya dalam batas-batas kewenangan yang dimilikinya. (PPNI, 1999; Chitty, 1997).

Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun
di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(Permenkes No 1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik PAsal 1 ayat
1).

Praktik keperawatan profesionaladalah tindakan keperawatan profesional


menggunakan pengetahuan teoritis yang mantap dan kukuh dari berbagai disiplin ilmu,
terutama ilmu keperawatan selain berbagai ilmu dasar,ilmu sosial sebagai landasan untuk
melakukan asuhan keperawatan (KDIK;1992).

Peran perawat professional


Peran adalah seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang
sesuai kedudukannya dalam suatu system. Peran dipengaruhi oleh keadaan sosial baik dari
dalam maupun dari luar dan bersifat stabil. Peran adalah bentuk dari perilaku yang diharapkan
dari seseorang pada situasi sosial tertentu.

1. Pemberi Asuhan Keperawatan


Sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat membantu klien mendapatkan
kembali kesehatannya melalui proses penyembuhan. Perawat memfokuskan asuhan
pada kebutuhan kesehatan klien secara holistik, meliputi upaya untuk
mengembalikan kesehatan emosi, spiritual dan sosial. Selain itu, dalam perannya
sebagai pemberi asuhan keperawatan, perawat memberikan perawatan dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
12

pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan


sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa direncanakan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat dan sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar
manusia. Kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Pemberian asuhan
keperawatannya dilakukan dari yang sederhana sampai yang kompleks.

2. Pembuat Keputusan Klinis


Membuat keputusan klinis adalah inti pada praktik keperawatan. Untuk
memberikan perawatan yang efektif, perawat menggunakan keahliannya berfikir
kritis melalui proses keperawatan. Sebelum mengambil tindakan keperawatan, baik
dalam pengkajian kondisi klien, pemberian perawatan, dan mengevaluasi hasil,
perawat menyusun rencana tindakan dengan menetapkan pendekatan terbaik bagi
klien. Perawat membuat keputusan sendiri atau berkolaborasi dengan klien dan
keluarga. Dalam setiap situasi seperti ini, perawat bekerja sama, dan berkonsultasi
dengan pemberi perawatan kesehatan professional lainnya (Keeling dan
Ramos,1995).

3. Pelindung dan Advokat Klien


Sebagai pelindung, perawat membantu mempertahankan lingkungan yang aman
bagi klien dan mengambil tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan serta
melindungi klien dari kemungkinan efek yang tidak diinginkan dari suatu tindakan
diagnostic atau pengobatan. Contoh dari peran perawat sebagai pelindung adalah
memastikan bahwa klien tidak memiliki alergi terhadap obat dan memberikan
imunisasi melawat penyakit di komunitas. Sedangkan peran perawat sebagai
advokat, perawat melindungi hak klien sebagai manusia dan secara hukum, serta
membantu klien dalam menyatakan hak-haknya bila dibutuhkan. Contohnya,
perawat memberikan informasi tambahan bagi klien yang sedang berusaha untuk
memutuskan tindakan yang terbaik baginya. Selain itu, perawat juga melindungi
hak-hak klien melalui cara-cara yang umum dengan menolak aturan atau tindakan
yang mungkin membahayakan kesehatan klien atau menentang hak-hak klien.
13

Peran ini juga dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpetasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi
hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas
informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya
sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.

4. Manager Kasus
Dalam perannya sebagai manager kasus, perawat mengkoordinasi aktivitas anggota
tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika mengatur
kelompok yang memberikan perawatan pada klien. Berkembangnya model praktik
memberikan perawat kesempatan untuk membuat pilihan jalur karier yang ingin
ditempuhnya. Dengan berbagai tempat kerja, perawat dapat memilih antara peran
sebagai manajer asuhan keperawatan atau sebagai perawat asosiat yang
melaksanakan keputusan manajer (Manthey, 1990). Sebagai manajer, perawat
mengkoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan mengawasi
tenaga kesehatan lainnya

5. Rehabilitator
Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal
setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan
lainnya. Seringkali klien mengalami gangguan fisik dan emosi yang mengubah
kehidupan mereka. Disini, perawat berperan sebagai rehabilitator dengan
membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin dengan keadaa tersebut.

6. Pemberi Kenyamanan
Perawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan keperawatan harus
ditujukan pada manusia secara utuh bukan sekedar fisiknya saja, maka memberikan
kenyamanan dan dukungan emosi seringkali memberikan kekuatan bagi klien
14

sebagai individu yang memiliki perasaan dan kebutuhan yang unik. Dalam
memberi kenyamanan, sebaiknya perawat membantu klien untuk mencapai tujuan
yang terapeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya.

7. Komunikator
Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar sesama
perawat dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Dalam
memberikan perawatan yang efektif dan membuat keputusan dengan klien dan
keluarga tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas. Kualitas
komunikasi merupakan factor yang menentukan dalam memenuhi kebutuhan
individu, keluarga dan komunitas.

8. Penyuluh
Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data tentang
kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri, menilai
apakah klien memahami hal-hal yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan
dalam pembelajaran. Perawat menggunakan metode pengajaran yang sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhan klien serta melibatkan sumber-sumber yang
lain misalnya keluarga dalam pengajaran yang direncanakannya.

9. Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau
tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.

10. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkatpengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan
15

sehingga terjadi perubahab perilaku dari klien setelah dilakukan pendidikan


kesehatan.

11. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien
tehadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.

12. Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan.

2.5 Kolaborasi dan pengambilan keputusan dalam praktik profesional perawat

Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu
hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Berdasarkan kamus Heritage Amerika
(2000), kolaborasi adalah bekerja bersama khususnya dalam usaha penggambungkan
pemikiran. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukanan oleh Gray (1989) menggambarkan
bahwa kolaborasi sebagai suatu proses berfikir dimana pihak yang terklibat memandang
aspek-aspek perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi dari perbedaan tersebut
dan keterbatasan padangan mereka terhadap apa yang dapat dilakukan.

American Medical Assosiation (AMA), 1994, setelah melalui diskusi dan negosiasi
yang panjang dalam kesepakatan hubungan professional dokter dan perawat, mendefinisikan
istilah kolaborasi sebagai berikut ; Kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat
merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam
batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan
menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan
masyarakat. (www.nursingword.org/readroom )
16

Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang


direncanakan yang disengaja, dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien.
Kadangkala itu terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga profesional kesehatan.
(Lindeke dan Sieckert, 2005). Bekerja bersama dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari
kolaborasi yang kita gunakan untuk menggambarkan hubungan perawat dan dokter. Tentunya
ada konsekweksi di balik issue kesetaraan yang dimaksud. Kesetaraan kemungkinan dapat
terwujud jika individu yang terlibat merasa dihargai serta terlibat secara fisik dan intelektual
saat memberikan bantuan kepada pasien.

Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik bekerja
dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup praktek profesional
keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi sebagai pemberi petunjuk pengembangan
kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh peraturan suatu negara dimana pelayanan
diberikan. Perawat dan dokter merencanakan dan mempraktekan bersama sebagai kolega,
bekerja saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagi nilai-nilai
dan pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang berkontribusi terhadap perawatan
individu, keluarga dan masyarakat.

Anggota Tim interdisiplin

Tim pelayanan kesehatan interdisiplin merupakan sekolompok profesional yang


mempunyai aturan yang jelas, tujuan umum dan berbeda keahlian. Tim akan berfungsi baik
jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan
terbaik. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial,
ahli gizi, manager, dan apoteker. Oleh karena itu tim kolaborasi hendaknya memiliki
komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama anggota tim.

Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam
pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif.
Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien sebagai
pusat anggota tim. Perawat sebagai anggota membawa persfektif yang unik dalam interdisiplin
tim. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
17

dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara
pasien dan pemberi pelayanan kesehatan.

Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyakit.
Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan
pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagaimana membuat
referal pemberian pengobatan. Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus
bekerja dengan kompak dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi
yang efektif meliputi kerjasama, asertifitas, tanggung jawab, komunikasi, otonomi dan
koordinasi. Pemahaman mengenai prinsip kolaborasi dapat menjadi kurang berdasar jika
hanya dipandang dari hasilnya saja. Pembahasan bagaimana proses kolaborasi itu terjadi justru
menjadi point penting yang harus disikapi. Bagaimana masing-masing profesi memandang arti
kolaborasi harus dipahami oleh kedua belah pihak sehingga dapat diperoleh persepsi yang
sama.

Kolaborasi dan model interdisiplin merupakan fondasi dalam memberikan asuhan


keperawatan yang bermutu tinggi dan hemat biaya. Melalui pemanfaatan keahlian berbagai
anggota tim untuk berkolaborasi, hasil akhir asuhan kesehatan dapat dioptimalkan (Hickey,
Ouimette dan Venegoni, 1996).

Seorang dokter saat menghadapi pasien pada umumnya berfikir, ” apa diagnosa pasien ini
dan perawatan apa yang dibutuhkannya” pola pemikiran seperti ini sudah terbentuk sejak awal
proses pendidikannya. Sulit dijelaskan secara tepat bagaimana pembentukan pola berfikir
seperti itu apalagi kurikulum kedokteran terus berkembang. Mereka juga diperkenalkan
dengan lingkungan klinis dibina dalam masalah etika, pencatatan riwayat medis, pemeriksaan
fisik serta hubungan dokter dan pasien. mahasiswa kedokteran pra-klinis sering terlibat
langsung dalam aspek psikososial perawatan pasien melalui kegiatan tertentu seperti gabungan
bimbingan – pasien. Selama periode tersebut hampir tidak ada kontak formal dengan para
perawat, pekerja sosial atau profesional kesehatan lain. Sebagai praktisi memang mereka
berbagi lingkungan kerja dengan para perawat tetapi mereka tidak dididik untuk
menanggapinya sebagai rekanan/sejawat/kolega. (Siegler dan Whitney, 2000)
18

Dilain pihak seorang perawat akan berfikir; apa masalah pasien ini? Bagaimana pasien
menanganinya?, bantuan apa yang dibutuhkannya? Dan apa yang dapat diberikan kepada
pasien?. Perawat dididik untuk mampu menilai status kesehatan pasien, merencanakan
intervensi, melaksanakan rencana, mengevaluasi hasil dan menilai kembali sesuai kebutuhan.
Para pendidik menyebutnya sebagai proses keperawatan. Inilah yang dijadikan dasar
argumentasi bahwa profesi keperawatan didasari oleh disiplin ilmu yang membantu individu
sakit atau sehat dalam menjalankan kegiatan yang mendukung kesehatan atau pemulihan
sehingga pasien bisa mandiri. Sejak awal perawat dididik mengenal perannya dan berinteraksi
dengan pasien. Praktek keperawatan menggabungkan teori dan penelitian perawatan dalam
praktek rumah sakat dan praktek pelayanan kesehatan masyarakat. Para pelajar bekerja diunit
perawatan pasien bersama staf perawatan untuk belajar merawat, menjalankan prosedur dan
menginternalisasi peran.

Pertemuan profesional dokter-perawat dalam situasi nyata lebih banyak terjadi dalam
lingkungan rumah sakit. Pihak manajemen rumah sakit dapat menjadi fasilitator demi
terjalinnyanya hubungan kolaborasi seperti dengan menerapkan sistem atau kebijakan yang
mengatur interaksi diantara berbagai profesi kesehatan. Pencatatan terpadu data kesehatan
pasien, ronde bersama, dan pengembangan tingkat pendidikan perawat dapat juga dijadikan
strategi untuk mencapai tujuan tersebut.

2.6 Kemampuan Hubungan Interpersonal Perawat

Hubungan interpersonal dalam arti luas adalah komunikasi persuasif yang dilakukan oleh
seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam situasi dan pada semua bidang
kehidupan sehingga menimbulkan kebahagiaan. Dalam arti sempit adalah komunikasi
persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam situasi
kerja (work stuation) dan dalam organisasi kekaryaan (work organization) (Kelly dalam
Widayatun, 1999).

1. Aspek-aspek dalam hubungan interpersonal


19

Dalam suatu organisasi antara pimpinan dengan pimpinan, antara satu karyawan dengan
karyawan yang lain, antara buruh dengan majikannya saling memiliki kepentingan bersama.
Maka diantara mereka terjadi saling ketergantungan. Adanya ketergantungan tersebut maka
mereka akan saling memperhatikan kepentingan masing-masing dari sudut pandang
kebersamaan dan mereka akan saling bekerjasama dengan baik sehingga kepentingan masing-
masing pihak akan dapat terpenuhi (Davis dalam Kusjarwati, 2001).

Hal ini sama dengan pendapat yang disampaikan Ismani (2001), untuk melaksanakan
tugasnya memberikan pelayanan yang baik kepada individu, keluarga, kelompok, maupun
masyarakat seorang perawat profesional harus dapat bekerjasama dengan pihak-pihak lain
yang berkaitan dengan tugasnya. Jelaslah bahwa hubungan interpersonal adalah hal yang
sangat penting dalam situasi kerja (work stuation) dan dalam organisasi kekaryaan (work
organization).

Menurut Davis dan Yoder (dalam Kusjarwati, 2001) mengatakan bahwa aspek-aspek dalam
hubungan interpersonal ada dua yaitu komunikasi dan partisipasi.

a. Komunikasi

Komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan
manusia lain yang berlangsung dalam kontak tatap muka dimana pesan-pesan mengalir
melalui saluran-saluran yang bersifat antar manusia (Purwanto, 1988).

Hubungan interpersonal yang baik merupakan hal yang paling penting dalam komunikasi
interpersonal karena setiap kali melakukan komunikasi yang efektif bukan hanya sekedar
menyampaikan isi pesan (content) tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal
(relationship). Dengan semakin baiknya hubungan interpersonal semakin terbuka orang untuk
mengungkapkan dirinya, sehingga semakin efektif komunikasi yang berlangsung (Rahmat,
1993).

Dalam berkomunikasi ditempat kerja ada beberapa aspek yang berperan (Rahmat, 1993)
yaitu :
20

1) Percaya (trust). Faktor percaya adalah merupakan faktor yang paling penting karena rasa
percaya akan menyebabkan komunikasi yang terbuka, mengungkapkan pikiran dan perasaan
sehingga terjalin hubungan yang akrab yang berlangsung secara mendalam. Ada tiga hal yang
menumbuhkan sikap percaya yaitu menerima, empati, dan kejujuran. Menerima adalah
kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa mengendalikan dan
melihat manusia sebagai individu yang patut dihargai. Empati adalah pengungkapan diri
kepada orang lain dan menghindari kepura-puraan. Kejujuran mempunyai makna tidak
menutup-nutupi dan memperlihatkan apa adanya.

2) Dukungan (suportif). Biasanya yang tampak dari sikap ini adalah : (a) Deskribsi yaitu
penyampaian perasaan tanpa menilai dan menerima mereka sebagai individu yang patut
dihargai. (b) Orientasi masalah adalah mengkomunikasikan keinginan untuk bekerja sama
mencari pemecahan masalah. (c) Spontanitas adalah sikap jujur dan dianggap tidak
menyelimuti motif yang terpendam. (d) Persamaan adalah sikap memperlakukan orang lain
secara horisontal dan demokratis. Dalam sikap persamaan kita tidak mempertegas perbedaan.

3) Empati. Komunikasi memerlukan adanya empati yang dimiliki oleh para pelakunya. Empati
yang terjadi selama komunikasi berlangsung menjadikan para pelakunya mempunyai
pemahaman yang sama mengenai perasaan masing-masing. Karena masing-masing pihak
berusaha untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain dengan mengunakan cara yang
sama.

4) Sikap terbuka. Karakteristik orang yang terbuka adalah sebagai berikut : (a) Menilai pesan
secara obyektif, berdasarkan kenyataan yang logis. (b) berorientasi pada isi pembicaraan
bukan siapa yang bicara. (c) Mencari informasi dari berbagai sumber. (d) Lebih bersifat
profesional dan bersedia mengubah kepercaayaan yang tidak sesuai. (e) Mencari pengertian
pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya, maksudnya orang yang terbuka
bersedia menghadapi perbedaan gagasan, dan mau dialog bersama sehingga tercapai suatu
pengertian.

b. Partisipasi
21

Dalam Hubungan interpersonal pimpinan harus melibatkan karyawan untuk berpartisipasi


terhadap pekerjaan sebab bawahan tidak akan memiliki motivasi yang tinggi bila mereka tidak
diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai (Kusjarwati,
2001). Demikian juga dalam memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien tidak akan
mencapai tujuan yang optimal apabila dokter dan perawat tidak saling partisipasi dan bekerja
sama.

Hal ini sesuai dengan pendapat Mangkunegoro (2000), partisipasi merupakan keterlibatan
mental dan emosional sesorang dalam situasi kelompok yang mendorong dirinya untuk
memberikan sumbangan demi tercapainya tujuan kelompok serta bertanggung jawab
didalamnya.

Indikator-indikator yang digunakan untuk penilaian partisipasi adalah merasa dihargai,


merasa ikut memiliki, dan merasa diikutsertakan. Dengan partisipasi karyawan (perawat)
diharapkan bekerja dengan penuh semangat meskipun saat itu tidak ada pengawasan
(Nitisemito, 1996).

2. Hubungan kerja Perawat dalam praktik keperawatan

Dalam melaksanakan tugasnya secara profesional perawat harus dapat bekerja sama
dengan pihak-pihak lain yang berkaitan dengan tugasnya untuk memberikan pelayanan yang
baik pada individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat.

Ismani (2001), menyampaikan hubungan kerja perawat dalam menjalankan praktiknya


adalah :

a. Hubungan kerja Perawat dengan pasien.

Perawat mempunyai hak dan kuwajiban untuk melaksanakan asuhan keperawatan


seoptimal mungkin dengan pendekatan bio, psiko, sosial dan spiritual sesuai kebutuhan pasien.
Hubungan yang baik anatara perawat dan pasien akan terjadi bila : (1) terdapat saling percaya.
(2) Perawat benar-benar memahami hak-hak pasien. (3) Perawat harus sensitif terhadap
perubahan-perubahan kondisi pasien akibat penyakit. (4) Perawat harus memahami
keberadaan pasien sehingga sabar dan tetap mempertimbangkan etik dan moral. (5)
22

bertanggung jawab dan bertanggung gugat. (6) Perawat harus dapat menghindari konflik
dengan pasien dengan cara membina hubungan yang baik.

b. Hubungan kerja Perawat dengan teman Sejawat.

Sebagai anggota profesi keperawatan, perawat harus dapat bekerjasama dengan teman
sejawat demi meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa membina
hubungan baik dengan semua perawat dilingkungan kerjanya, Harus saling menghargai dan
tenggang rasa yang tinggi. Perawat harus dapat memupuk rasa persaudaraan dengan silih asuh,
silih asah dan silih asih.

c. Hubungan kerja Perawat dengan profesi lain yang terkait.

Dalam menjalankan tugasnya perawat tidak dapat bekerja tanpa berkolaborasi dengan
profesi lain, misalnya dokter, ahli gizi tenaga laboratorium, tenaga radiologi dan sebagainya.
Masalah-masalah yang muncul dalam keperawatan dengan melihat masalah keperawatan dan
medis, perawat tidak akan exist bila bekerja sendiri tanpa profesi kesehatan lain, karena
perawat bekerja lebih pada bidang perawatan dan keperawatannya namun pada kenyataannya
lebih dari hal itu. Misalnya melaksanakan monitoring respon pasien atau monitoring
komplikasi yang terjadi dari suatu treatment. Kegiatan yang dilakukan perawat tersebut adalah
tindakan-tindakan kolaboratif dengan medis (dokter). Masalah-masalah yang dikaji secara
bersama-sama disebut dengan masalah kolaborasi (Black & Jacobs, 1993).

Menurut Carpenito mendifinisikan masalah kolaborasi sebagai komplikasi-komplikasi


fisiologis yang terjadi akibat kondisi patofisiologis atau yang berhubungan
dengan treatmen dan dari situasi-situasi yang lain. Jelas bahwa perawat tidak dapat menangani
sesuatu yang diluar bidangnya atau secara mandiri, tetapi perawat harus bekerjasama dengan
dokter dalam mencapai masalah masalah yang sifatnya kolaboratif (Black & Jacobs 1993).

Praktik kolaborasi tumbuh dengan baik apabila perawat dan dokter belajar menggambarkan
apa yang mereka pikirkan dan lakukan dalam bahasa yang mencerminkan penghargaan,
artikulasinya jelas, dan memungkinkan perbedaan persepsi, dan menejemen sekian banyak
aspek kompleks perawatan kesehatan (Siegler & whitney, 2000). Sedangkan menurut Baggs &
Schmit mengatakan bahwa kolaborasi berpengaruh besar pada kordinasi perawatan, baik
23

sebagai bentuk kerjasama atau cooperating treaonably. Sifat interaksi antara perawat dan
dokter menentukan kualitas kolaborasi (Siegler & Whitney, 2000)

ANA (dalam Siegler & Whitney, 2000), menjabarkan kolaborasi sebagai hubungan
rekanan yang sejati dimana masing-masing pihak menghargai kekuasaan pihak lain, dengan
mengenal dan menerima lingkup kegiatan dan tanggung jawab masing-masing yang terpisah
maupun bersama, saling melindungi kepentingan masing-masing dan adanya tujuan bersama
yang diketahui kedua pihak.

Dalam menjalankan tugasnya, setiap profesi dituntut untuk mempertahankan kode etik
profesi masing-masing. Bila setiap profesi telah dapat saling menghargai maka hubungan
kerjasama akan dapat terjalin dengan baik, walaupun dalam pelaksanaannya sering juga terjadi
konflik-konflik etis (Ismani, 2001).

d. Hubungan kerja Perawat dengan Institusi

Pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan akan dapat meningkatkan motivasi
kerja tetapi bila pekerjaan yang didapatkan tidak sesuai dengan keinginan dan kemampuan
yang dimiliki akan menurunkan motivasi kerja yang menjurus terjadinya konflik antara nilai-
nilai sebagai perawat dengan kebijakan institusi tempat bekerja. Bila terjadai penumpukan
konflik nilai dalam pelaksanaan pekerjaan setiap hari akan menyebabkan : (1) buruknya
komunikasi antara perawat dengan institusi. (2) Tumbuhnya sifat masa bodoh terhadap tugas
dan tanggung jawabnya. (3) menurunnya kinerja.

2.7 Kemampuan Intelektual

Pengetahuan yang Kokoh

Sebagai institusi pendidikan tinggi, keperawatan harus mampu membina dan


menumbuhkan sikap dan tingkah laku professional sesuai dengan tuntutan profesi, memberi
landasan pengetahuan yang kokoh baik kelompok ilmu keperawatan atau ilmu dasar atau
penunjang asuhan keperawatan, membina keterampilan professional yang mencakup
keterampilan intelektual, tekhnikal dan interpersonal serta membina landasan etik keperawatan
sebagai dasar dalam kehidupan keprofesian.
24

Berdasarkan pandangan entang keperawatan dan orientasi pendidikan keperawatan ada


pendidikan yang profesional disusun dengan kerangka yang kok oh yang mencirikan sebagai
akademi profesional. Isis yang dikembangkan ditujukan memberi landasan keilmuan yang
kokoh serta sikap dan kemampuan profesional yang dituntut oleh profesi keperawatan.

1. Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan

Ilmu pengetahuan penguasaan teknologi keperawatan sangat dibutuhan dalam memberi


pelayanan dan asuhan keperawatan sesuai standarnya. Dan mengembangkan metode dan
teknik ilmu keperawatan yang diperlukan untuk asuhan keperawatan.

2. Menyelesaikan masalah secara ilmiah

Ditumbuhkan dan dibina dalam memecahkan masalah secara ilmiah, termasuk penalaran
ilmiah. Dikaitkan dengan tercapainya proses keperawatan.

3. Sikap dan tingkah laku profesional

Dituntut dari seorang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan dalam kehidupan
keprofesiannya, harus dibina sejak awal proses pendidikan

4. Belajar aktif dan mandiri

Mengarahkan belajar sendiri harus ditumbuhkembangkan sejak awal proses pendidikan

5. Pendidikan berada di masyarakat

Menumbuhkan sikap keterampilan yang profesional. Kemampuan pengambilan keputusan


klinik yang merupakan penerapan secara terintegrasi

Berpikir Kritis

A. Menurut Ahli

Ennis,2000
25

Berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif dengan difokuskan pada yang
dikerjakan. Rasional berarti keyakinan pandangan yang didukung oleh bukti (standar, actual,
cukup dan relevan)

Fowler,1996

Berpikir kritis dilakukan secara hati-hati tidak tergesa-gesa yang menuntut penggunaan
strateg untuk menghasilkan suatu keputusan sebagai dasar pengambilan tindakan.

Ennis&Morris

Terdapat dua komponen kemampuan penguasaan pengetahuan dan disposisi, keterampilan


berpikir kritis.

B. Secara Umum

Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran
rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominator umum untuk pengetahuan yang
menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.

Berpikir kritis tidak hanya memerlukan kemampuan kognitif, tetapi juga kebiasaan
seseorang untuk bertanya mempunyai hubungan yang baik, jujur dan selalu mau untuk
berpikir jernih tentang suatu masalah.

Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen dasar dalam mempertanggung


jawabkan profesi dan kualitas perawatan. Pemikir kritis keperawatan menunjukkan kebiasaan
mereka dalam berpikir, kepercayaan diri, kreativitas, fleksibilitas, pemeriksaan penyebab
(anamnesa), integritas, intelektual, intuisi, pola pikir terbuka, pemeliharaan dan refleksi.
Pemeriksaan kritis keperawatan mempraktekkan keterampilan kognitif meliputi analisa,
menerapkan standar, prioritas, penggalian data, rasional tindakan, prediksi, dan sesuai dengan
ilmu pengetahuan.

Berpikir kritis merupakan suatu hal yang penting yang harus dimiliki seorang perawat agar
menjadi perawat yang profesional, sehingga mampu menyelesaikan masalah. Perawat
menggunakan pikirannya jika sedag membuat pengkajian, mengumpulkan data dan membuat
26

kesimpulan. Setelah membuat kesimpulan, perawat akan menerapkan problem solving dengan
melakukan sesuatu pemecahan masalah guna memenuhi kebutuhan dasar klien. Penerapan
berpikir kritis dalam proses keperawatan diintegrasikan dalam tahap-tahap proses keperawatan
dan digunakan untuk pengkajian, rumusan diagnosis perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan.

Kecerdasan

Merupakan turunan dari intelegensi, kesanggupan mental untuk memahami,


menganalisis, secara kritis, cermat dan teliti, menghasilkan ide-ide baru secara efektif dan
efisien

Cerdas dalam keperawatan yaitu perawat yang cekatan, cepat tanggap tentang
kebutuhan pasien, empati dan ikhlas.

Untuk menjadi seorang perawat professional, kamu harus melewati serangkaian tes
akademik maupun tes umum yang sulit. Tidak semua orang bisa lulus ketika menjalani tes-tes
tersebut. Tidak hanya perkara tes, namun mampu bekerjasama dalam tim dengan profesi
kesehatan lainnya juga tidak mudah. Oleh karena itu, beruntunglah kamu yang memiliki
pasangan seorang perawat. Dengan wawasan yang luas, dia akan menjadi orang yang sangat
menyenangkan untuk diajak berdiskusi dan bertukar pikiran. Sehingga hubungan
percintaanmu tidak akan pernah membosankan karena akan selalu ada hal baru di dalamnya.

Seorang perawat profesional haruslah mampu menjalankan peran dan fungsinya


dengan baik. Adapun peran perawat diantaranya ialah pemberi perawatan, pemberi keputusan
klinis, pelindung dan advokat klien, manajer kasus, rehabilitator, pemberi kenyamanan,
komunikator, penyuluh, dan peran karier.

Seorang perawat profesional diharapkan mampu menciptakan kenyamanan bagi klien


saat klien menjalani perawatan. Perawat profesional juga seharusnya mampu mengidentifikasi
kebutuhan yang berbeda-beda dalam diri klien akan rasa nyaman. Kenyamanan yang tercipta
27

akan membantu klien dalam proses penyembuhan, sehingga proses penyembuhan akan lebih
cepat.

Sensitive (insight & Common Sense)

Jika perawat memiliki sikap sensitif, simpatik, melindungi klien, memberi


kenyamanan, menunjukkan kemampuan, maka klien merasa lebih dekat serta mudah berbagi
perasaan yang dimilikinya. Peka terhadap apa yang sedang dirasakan pasien misalkan pasien
sedang sedih dan tidak mau diganggu, ataupun pasien sedang merasa senang yang ingin
berbagi cerita di orang sekitarnya. Klien merasa semakin puas saat perawat melakukan
tindakan. Pelayanan keperawatan yang baik terdiri dari perhatian yang penuh, hubungan kerja
yang baik, serta perilaku Caring. Kepuasan klien tidak hanya terlihat dari kepuasan pelayanan
kesehatan tetapi juga kepuasan terhadap tindakan keperawatan yang dilakukan.

2.8 Kemampuan Teknikal


Prinsip Etika Keperawatan
Ada 8 prinsip etika keperawatan yang wajib diketahui oleh perawat dalam memberikan
layanan keperawatan kepada individu, kelompok/keluarga, dan masyarakat.
1. Otonomi (Autonomi) prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu
mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa mampu
memutuskan sesuatu dan orang lain harus menghargainya. Otonomi merupakan hak
kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Salah satu contoh
yang tidak memperhatikan otonomi adalah Memberitahukan klien bahwa keadaanya
baik,padahal terdapat gangguanatau penyimpangan
2. Beneficence (Berbuat Baik) prinsip ini menentut perawat untuk melakukan hal yan
baik dengan begitu dapat mencegah kesalahan atau kejahatan. Contoh perawat
menasehati klien tentang program latihan untuk memperbaiki kesehatan secara umum,
tetapi perawat menasehati untuk tidak dilakukan karena alasan resiko serangan
jantung.
3. Justice (Keadilan) nilai ini direfleksikan dalam praktek professional ketika perawat
bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktik dan keyakinan yang
28

benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Contoh ketika perawat dinas
sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang
memerlukan bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor
dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.
4. Non-maleficence (tidak merugikan) prinsi ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera
fisik dan psikologis pada klien. Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada
dokter secara tertulis menolak pemberian transfuse darah dan ketika itu penyakit
perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin memburuk dan dokter harus
mengistrusikan pemberian transfuse darah. akhirnya transfuse darah ridak diberikan
karena prinsi beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi
nonmaleficince.
5. Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki
oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia
klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat,
komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling
percaya. Klie memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang
ia ingin tahu. Contoh Ny. S masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena
kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia.
Ny. S selalu bertanya-tanya tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan
kepada perawat untuk belum memberitahukan kematian suaminya kepada klien
perawat tidak mengetahui alasan tersebut dari dokter dan kepala ruangan
menyampaikan intruksi dokter harus diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh
konflik kejujuran.
6. Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan
penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan
menghargai komitmennya kepada orang lain.
7. Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna
29

keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar
area pelayanan harus dihindari.
8. Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan
seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanda tekecuali.
Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman
sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat kepada
klien perawat dapat digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang memberi
tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan professional.

Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan visual dengan
menggunakan panca indera. Kemampuan melakukan observasi merupakan keterampilan
tingkat tinggi yang memerukan banyak latihan. Unsur terpenting dalam observasi adalah
mempertahankan objektivitas penilaian. Mencatat hasil observasi secara khusus tentang apa
yang dilihat, dirasa, didengar, dicium, dan dikecap akan lebih akurat dibandingkan mencatat
interpretasi seseorang tentang hal tersebut. Contoh data hasil observasi antara lain rambut
kotor, kulit sianosis, dan konjungtiva anemis.

Softskill etika profesi


Tanggung Jawab Profesi
Tanggung jawab adalah sifat terpuji yang mendasar dalam diri manusia yang berarti
dalam bahasa indonesia keadaaan wajib menanggung segala sesuatu yang menjadi
tanggungannya. Tanggung jawab akan selalu ada dalam diri manusia karena pada dasarnya
setiap insan tidak bisa melepaskan diri dari kehidupan sekitar yang menunutut kepedulian dan
tanggung jawab.
Tanggung jawab perawat berarti keadaan yang dapat dipercaya dan terpercaya.
Sebutan ini menunjukan bahwa perawat professional menampilkan kinerja secara hati-hati,
teliti dan kegiatan perawat dilaporkan secara jujur. Klien merasa yakin bahwa perawat
bertanggung jawab dan memiliki kemampuan, pengetahuan dan keahlian yang relevan
30

dengan,disiplin,ilmunya.
Kepercayaan tumbuh dalam diri klien, karena kecemasan akan muncul bila klien merasa
tidak yakin bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil, pendidikannya tidak memadai
dan kurang berpengalaman. Klien tidak yakin bahwa perawat memiliki integritas dalam
sikap,,keterampilan,,pengetahuan,(integrity),dan.kompetensi.

Unsur-unsur Tanggungjawab
Dari segi filsafat, suatu tanggung jawab itu sedikitnya didukung oleh tiga unsur pokok,
yaitu : kesadaran, kecintaan/kesukaan, dan keberanian.

1. Kesadaran
Sadar berisi pengertian : tahu, kenal, mengerti dapat memperhitungkan arti, guna
sampai kepada soal akibat dari sesuatu perbuatan atau pekerjaan yang dihadapi. Seseorang
baru dapat diminta tanggung jawab, bila ia sadar tentang apa yang diperbuatnya.
Dengan dasar pengertian ini kiranya dapat dimengerti, apa sebab ketiga golongan (si
bocah, si kerbau, dan si gila ) adalah tidak wajar bila diminta atau dituntut supaya bertanggung
jawab sebab, baik kepada si bocah, si kerbau, dan si gila, kesemua mereka ini, bertindak tanpa
adanya kesadaran, artinya mereka sama sekali tidak mengerti, akan guna dan akibat dari
perbuatannya.
2. Kecintaan / Kesukaan
Cinta, suka menimbulkan rasa kepatuhan, kerelaan, dan kesediaan berkorban. Cinta
pada tanah air menyebabkan prajurit-prajurit kita rela menyabung nyawa untuk
mempertahankan tanah air tercinta. Sadar akan arti tanggungjawablah, menyebabkan mereka
patuh berdiri di bawah terik matahari atau hujan lebat untuk mengawal, dilihat atau tidak
diawasi.
3. Keberanian
Berani berbuat, berani bertanggungjawab. Berani disini didorong oleh rasa keikhlasan,
tidak bersikap ragu-ragu dan takut terhadap segala macam rintangan yang timbul kemudian
sebagai konsekuensi dari tindak perbuatan. Karena adanya tanggung jawab itulah, maka
31

seseorang yang berani, juga memerlukan adanya pertimbangan pertimbangan, perhitungan dan
kewaspadaan sebelum bertindak, jadi tidak sembrono atau membabi buta.
Keberanian seorang prajurit adalah keberanian yang dilandasi oleh rasa kesadaran,
adanya rasa cinta kepada tanah air, dimana ketiga unsur kejiwaan tersebut tersimpul ke dalam
satu sikap: “Keikhlasan dalam mengabdi, dan dengan penuh rasa tanggung jawab“, dalam
menunaikan tugas dan darma bakti kepada negara dan bangsa.\

Tanggungjawab Retrospektif dan Prospektif


Bila dilihat berdasarkan proses kejadiannya, maka terdapat dua macam
tanggungjawab, yaitu tangung jawab retrospektif dan tanggung jawab prospektif.

1. Tanggungjawab Retrospektif
Tanggungjawab retrospektif adalah tanggung jawab atas perbuatan yang telah
berlangsung dan segala konsekuensinya. Bila seorang apoteker telah memberi obat
yang salah karena kurang teliti membaca resep dokter, maka ia bertanggung jawab.
Bila kemudian ketahuan, ia harus memperbaiki perbuatannya itu dengan memberi obat
yang betul. Dan seandainya kekeliruannya ternyata mempunyai akibat negative, seperti
misalnya penyakit pasien bertambah parah, ia harus memberi ganti rugi seperlunya.
Contoh tentang tanggung jawab prospektif ialah bahwa pagi hari ketika membuka
apoteknya si apoteker bertanggung jawab atas semua obat yang akan dijual hari itu.

2. Tanggung Jawab Prospektif


Tanggung jawab prospektif ialah tanggung jawab atas perbuatan yang akan
datang. Dalam hidup sehari-hari kita lebih banyak mengalami tanggung retrospektif,
karena biasanya tanggung jawab baru dirasakan betul-betul, bila kita berhadapan
dengan konsekuensinya. Di sini pun kiasan “harus bertanggung jawab” tampak dengan
paling jelas. Sebelum perbuatan dilakukan, pelaku bersangkutan sudah bertanggung
jawab (dalam arti prospektif), tapi saat itu tanggungjawabnya masih terpendam dalam
hatinya dan belum berhadapan dengan orang lain. Baik tanggung jawab retrospektif
32

maupun untuk tanggungjawab prospektif berlaku bahwa tidak ada tanggungjawab, jika
tidak ada kebebasan.

Syarat bagi Tanggung Jawab Moral dalam Etika Profesi


Dalam membahas prinsip-prinsip etika profesi dan prinsip-prinsip etika bisnis. Kita
telah menyinggung tanggung jawab sebagai salah satu prinsip etika yang penting. Persoalan
pelik yang harus dijawab pada tempat pertama adalah manakah kondisi bagi adanya tanggung
jawab moral. Manakah kondisi yang relevan yang memungkinkan kita menuntut agar
seseoarang bertanggung jawab atas tindakannya. Ini sangat penting, karena tidak sering kita
menemukan orang yang mengatakan bahwa tindakan itu bukan tanggungjawabku. Atau, kita
pun sering mengatakan bahwa suatu tindakan sudah berada di luar tanggungjawab seseorang.
Paling kurang ada tiga syarat penting bagi tanggungjawab moral. Pertama,
tanggungjawab mengandaikan bahwa suatu tindakan dilakukan dengan sadar dan tahu.
Tanggung jawab hanya bisa dituntut dari seseorang kalau ia bertindak dengan sadar dan tahu
mengenai tindakannya itu serta konsekuensi dari tindakannya. Hanya kalau seseorang
bertindak dengan sadar dan tahu, baru relevan bagi kita untuk menuntut tanggung jawab dan
pertanggungjawaban moral atas tindakakannya itu.
Dengan demikian, syarat pertama bagi tanggung jawab atas suatu tindakan adalah
bahwa tindakan itu dijalankan oleh pribadi yang rasional. Pribadi yang kemanapun akal
budinya sudah matang dan dapat berfungsi secara normal. Pribadi itu paham betul akan apa
yang dilakukannya.
Kedua, tanggung jawab mengandaikan adanya kebebasan pada tempat pertama.
Artinya, tanggungjawab hanya mungkin relevan dan dituntut dari seseorang atas tindakannya,
kalau tindakannya itu dilakukannya secara bebas. Ini berarti orang tersebut melakukan
tindakan itu bukan dalam keadaan terpaksa atau dipaksa. Ia sendiri secara bebas dan suka rela
melakukan tindakan itu. Jadi, kalau seseorang terpaksa atau dipaksa melakukan suatu
tindakan, secara moral ia dituntut bertanggung jawab atas tindakan itu. Karena itu, tidak
relevan bagi kita untuk menuntut pertanggungjawaban moral atas tindakannya itu. Tindakan
tersebut berada di luar tanggung jawabnya. Hanya orang yang bebas dalam melakukan sesuatu
bisa bertanggung jawab atas tindakannya.
33

Ketiga, tanggungjawab mensyaratkan bahwa orang yng melakukan tindakan tertentu


memang mau melakukan tindakan itu. Ia sendiri mau dan bersedia melakukan tindakan itu.
Syarat ini terutama relevan dalam kaitan dengan syarat kedua di atas. Bisa saja seseorang
berada dalam situasi tertentu sedemikian rupa seakan-akan ia terpaksa melakukan suatu
tindakan. Situasi ini terutama terjadi ketika seseorang dihadapkan hanya pada satu pulihan.
Hanya ada satu alternative. Terlihat seakan-akan di hanya bisa memilih alternative itu. Lain
tidak, bahkan dia tidak bisa memilih alternatif tersebut. Dalam keadaan seperti itu, tampak
seolah-olah orang ini memang terpaksa. Itu berarti menurut syarat kedua di atas, dia tidak bisa
bertanggung jawab atas pilihannya karena tidak bisa lain. Karena itu, tidak relevan untuk
menuntut pertanggungjawaban dari orang itu.
Akan tetapi, kalaupun orang tersebut berada dalam situasi seperti itu, di mana di tidak
bisa berbuat lain dari memilih alternatif yang hanya satu itu, ia masih tetap bisa dituntut untuk
bertanggung jawab atas tindakannya. Ia masih tetap bertanggung jawab atas tindakannya kalau
dalam situasi seperti itu ia sendiri mau (apalagi dengan sadar dan bebas ) memilih alternative
yang hanya satu itu dan tidak bisa dielak itu. Sehubungan dengan tanggung jawab moral,
berlakku prinsip yang disebut the principle of alternate possibilities. Menurut prinsip ini,
seseorang bertanggung jawab secara moral atas tindakannya yang telah dilakukannya hanya
kalau ia bisa bertindak secara lain. Artinya, hanya kalau masih ada alternative baginya untuk
bertindak secara lain, yang tidak lain berarti ia tidak dalam keadaan terpaksa melakukan
tindakan itu.
Menurut Harry Frankfurt, prinsip ini tidak sepenuhnya benar. Sebabnya, seseoarang
masih bisa tetap bertanggung jawab atas tindakannya kalaupun ia tidak punya kemungkinan
lain untu bertindak secara lain. Artinya, kalaupun tindakan itu dilakukan di bawah ancaman
sekalipun, misalnya, tapi kalau ia sendiri memang mau melakukan tindakan itu, ia tetap
bertanggung jawab atas tindakannya. Dengan kata lain, prinsip bahwa seseorang hanya bisa
bertangguung jawab secara moral atas tindakan yang telah dilakukannya kalau ada
kemungkinan baginya untuk bertindak secara lain, tidak sepenuhnya benar. Menurut
Frankfurt, prinsipyang benar adalah bahwa seseorang tidak bertanggung jawab secara moral
atas tindakan yang telah dilakukannya kalau ia melakukannya hanya karena ia tidak bisa
bertindak secara lain. Artinya, tidak ada alasan lain kecuali bahwa memang ia terpaksa
34

melakukan itu, dan tidak ada alasan lain selain terpaksa. Namun, selama ia sendiri mau
(berarti alasan dari tindakannya adalah kemauannya sendiri dan bukan keadaan terpaksa
tersebut), ia tetap bertanggung jawab kendati situasinya seolah-olah ia terpaksa (tidak ada
alternatif lain).

Kepentingan Publik
Dalam penjelasan pasal 32 UU no.5 tahun 1991 tentang Kejaksaan dikatakan bahwa
kepentingan umum adalah kepentingan bangsa dan Negara dan/atau kepentingan masyarakat
luas. Kepentingan umum harus dapat menunjang pembangunan nasional di bidang ilmu
pengetahuan, pendidikan, pariwisata dan lain-lain, demikianlah bunyi penjelasan pasal 4 ayat
1 UU no.5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Itulah beberapa ketentuan perundang-
undangan mengenai kepentingan umum. Betapa luasnya pengertian yang terkandung dalam
kepentingan umum itu.
Kepentingan umum adalah tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk
dipenuhi dan pada hakekatnya mengandung kekuasaan yang dijamin dan dilindungi oleh
hukum dalam melaksanakannya. Di dalam masyarakat terdapat banyak sekali kepentingan-
kepentingan, baik perorangan maupun kelompok, yang tidak terhitung jumlah maupun
jenisnya yang harus dihormati dan dilindungi dan wajarlah kalau setiap orang atau kelompok
mengharapkan atau menuntut kepentingan-kepentingannya itu dilindungi dan dipenuhi, yang
sudah tentu tidak mungkin dipenuhi semuanya sekaligus, mengingat bahwa kepentingan-
kepentingan itu, kecuali banyak yang berbeda banyak pula yang bertentangan satu sama lain.
Tidak dapat disangkal bahwa tindakan Pemerintah harus ditujukan kepada pelayanan
umum, memperhatikan dan melindungi kepentingan orang banyak (kepentingan umum).
Memang itulah tugas Pemerintah, sehingga kepentingan umum merupakan kepentingan atau
urusan Pemerintah. Kalau kepentingan umum sama dengan kepentingan Pemerintah apakah
setiap kepentingan Pemerintah itu kepentingan umum.
Mengingat seperti yang diuraikan di atas bahwa tindakan Pemerintah harus ditujukan
kepada pelayanan umum dan memperhatikan serta melindungi kepentingan umum, sedangkan
di dalam masyarakat banyak terdapat kepentingan-kepentingan, maka dari sekian banyak
kepentingan-kepentingan harus dipilih dan dipastikan ada kepentingan-kepentingan yang
35

harus didahulukan atau diutamakan dari kepentingan-kepentingan yang lain. Jadi ada
kepentingan-kepentingan yang dianggap lebih penting atau utama dari kepentingan-
kepentingan lainnya.
Jadi kepentingan umum adalah kepentingan yang harus didahulukan dari kepentingan-
kepentingan yang lain dengan tetap memperhatikan proporsi pentingnya dan tetap
menghormati kepentingan-kepentingan lain. Dalam hal ini tidak berarti bahwa ada kewerdaan
atau hierarkhi yang tetap antara kepentingan yang termasuk kepentingan umum dan
kepentingan lainnya. Mengingat akan perkembangan masyarakat atau hukum maka apa yang
pada suatu saat merupakan kepentingan umum pada saat lain bukan merupakan kepentingan
umum. Maka yang merupakan bidang kepentingan umum (Inpres no.9 tahun 1973) pada suatu
saat nanti dapat digusur untuk kepentingan umum yang lain.
Kalau kepentingan umum merupakan kepentingan (urusan) Pemerintah, maka dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepentingan Pemerintah belum tentu atau tidak selalu
merupakan kepentingan umum. Kepentingan (urusan) Pemerintah ada kalanya harus mengalah
terhadap kepentingan lain (kepentingan umum).

Integritas
Akuntan sebagai seorang profesional, dalam memelihara dan meningkatkan
kepercayaan publik, harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya tersebut dengan menjaga
integritasnya setinggi mungkin.

Objektivitas
Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Jadi, etika profesi berlandaskan objektivitas mengandung pengertian bahwa setiap
anggota harus bersifat objektif dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan
kewajiban profesionalnya
Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Adapun yang dimaksud dengan kompetensi dan kehati-hatian profesional adalah setiap
anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan prinsip kehati-hatian, kompeten, dan
ketekunan, serta mempunyai
36

Kewajiban untuk mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesionalnya pada


tingkat yang diperlukan. Hal ini guna memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh manfaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik,
legalisasi, dan teknik yang paling mutakhir.
Kerahasiaan
Prinsip kerahasiaan yang dimaksud yaitu setiap anggota harus menghormati
kerahasiaan informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh
memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau
kewajiban profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.

Perilaku Profesional
Perilaku etika merupakan fondasi peradaban modern-menggarisbawahi
keberhasilan berfungsinya hampir setiap aspek masyarakat, dari kehidupan keluarga sehari-
hari sampaihukum, kedokteran,dan bisnis. Etika (ethic) mengacu pada suatu sistem atau kode
perilaku berdasarkan kewajiban moral yang menunjukkan bagaimana seorang individu harus
berperilakudalam masyarakat. Perilaku etika juga merupakan fondasi profesionalisme modern.
Profesionalisme didefinisikansecara luas, mengacu pada perilaku, tujuan, atau kualitasyang
membentuk karakter atau membericiri suatu profesi atau orang-orang profesional. Seluruh
profesi menyusun aturan atau kode perilakuyang mendefinisikan perilaku etika bagi anggota
profesi tersebut. Untuk menjadi sumber objektif yang dapat dipercaya, profesional harus
memiliki reputasi yang kuat tidak hanya untuk kompetensi tetapi juga untuk karakter dan
integritas yang tidak diragukan lagi. Mengingat pentingnya reputasi, perilaku etika, dan
profesionalisme, profesi akuntan telahmengembangkan Kode Perilaku Profesional yang
memberikan pedoman pada perilaku profesional akuntansi.
Kode Perilaku Profesional AICPA terdiri atas dua bagian:
o Prinsip-prinsip Perilaku Profesional (Principles of Profesionnal Conduct);
menyatakan tindak-tanduk dan perilaku ideal.
o Aturan Perilaku (Rules of Conduct); menentukan standar minimum.Prinsip-prinsip
Perilaku Profesional menyediakan kerangka kerja untuk Aturan Perilaku.
Pedoman tambahan untuk penerapan Aturan Perilaku tersedia melalui:
37

o Interpretasi Aturan Perilaku (Interpretations of Rules of Conduct)


o Putusan (Rulings) oleh Professional Ethics Executive Committee
Enam Prinsip-prinsip Perilaku Profesional:
o Tanggung jawab: Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional,
anggota harusmelaksanakan pertimbangan profesional dan moral dalam seluruh
keluarga.
o Kepentingan publik: Anggota harus menerima kewajiban untuk bertindak dalam
suatu carayang akan melayani kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik,
dan menunjukkankomitmen pada profesionalisme.
o Integritas: Untuk mempertahankan dan memperluas keyakinan publik, anggota
harusmelaksanakan seluruh tanggung jawab profesional dengan perasaan integritas
tinggi.
o Objektivitas dan Independesi: Anggota harus mempertahankan objektivitas dan
bebas darikonflik penugasan dalam pelaksanaan tanggung jawab profesional.•
Kecermatan dan keseksamaan: Anggota harus mengamati standar teknis dan standar
etik profesi.
o Lingkup dan sifat jasa: Anggota dalam praktik publik harus mengamati Prinsip-
prinsip PerilakuProfesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan
diberikan.
o Aturan perilaku dikelompokkan dalam lima kategori:
- Indepedensi, Integritas, dan Objektivitas.
- Standar Umum dan Prinsip Akuntansi.
- Tanggung Jawab kepada Klien.
- Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi.
- Tanggung Jawab dan Praktik Lain

Standard Teknik
Standard Teknik adalah serangkaian eksplisit persyaratan yang harus dipenuhi oleh
bahan, produk, atau layanan. Jika bahan, produk atau jasa gagal memenuhi satu atau lebih dari
spesifikasi yang berlaku, mungkin akan disebut sebagai berada di luar spesifikasi. Sebuah
38

standard teknik dapat dikembangkan secara pribadi, misalnya oleh suatu perusahaan, badan
pengawas, militer, dll: ini biasanya di bawah payung suatu sistem manajemen mutu . Mereka
juga dapat dikembangkan dengan standar organisasi yang sering memiliki lebih beragam input
dan biasanya mengembangkan sukarela standar : ini bisa menjadi wajib jika diadopsi oleh
suatu pemerintahan, kontrak bisnis, dll.
Istilah standar teknik yang digunakan sehubungan dengan lembar data (atau lembar
spec). Sebuah lembar data biasanya digunakan untuk komunikasi teknis untuk
menggambarkan karakteristik teknis dari suatu item atau produk. Hal ini dapat diterbitkan oleh
produsen untuk membantu orang memilih produk atau untuk membantu menggunakan produk.
39

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keperawatan sebagai bagian integral pelayanan kesehatan merupakan suatu bentuk


pelayanan professional yang diadasarkan pada ilmu keperawatan. Pada perkembangannya
ilmu keperawatan selalu mengikuti perkembangan ilmu lain, mengingat ilmu keperawatan
merupakan ilmu terapan yang selalu berubah mengikuti perkembangan zaman. Demikian juga
dengan pelayanan keperawatan di Indonesia, kedepan diharapkan harus mampu memberikan
pelayanan kepada masyarakat secara professional sesuai dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat serta teknologi bidang kesehatan yang senantiasa berkembang. Pelaksanaan
asuhan keperawatan di sebagian besar rumah sakit Indonesia umumnya telah menerapkan
pendekatan ilmiah melalui proses keperawatan.

B. Saran

Kita sebagai perawat yang tentunya diharuskan melaksanakan pelayanan keperawatan


secara professional harus menghasilkan tenaga keperawatan yang menguasai ilmu
keperawatan yang siap dan mampu melaksanakan pelayanan asuhan keperawatan profesional
kepada masyarakat, serta memiliki hubungan yang baik dengan tenaga kesehatan yang lain.

Anda mungkin juga menyukai