BAB I
PEDAHULUAN
Profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para praktisi yang menetapkan
diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama untuk melaksanakan fungsi-fungsi sosial
yang tidak dapat mereka laksanakan dalam kapasitas mereka sebagai individu.
Dan dengan berbagai kolaborasi antar tenaga kesehatan akan membuat sebuah
pelayanan menjadi sangat berkualitas dan menjajnjikan, penting sekali akan tenaga kesehatan
sebagai tim yang kritis, kreatif, efektif, inovatif dalam memberikan pelayanan, itulah sebuah
profesionalitas.
2
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Keperawatan
Pengertian Profesi
Wilensky (1964)
Profesi berasal dari profession yang berarti suatu pekerjaan yang membutuhkan
dukungan dengan badan ilmu (body of knowledge) sebagi dasar untuk pengembangan teori
yang sistematis guna menghadapiu banyak tantangan baru, memerlukan pendidikan dan
pelatihan yang cukup lama, serta memiliki kode etik denganj focus utama pada pelayanan
(altruism).
Schein E. H (1962)
Profesi merupakan suatu kumpulan atau set pekerjaan yang membangun suatu set
norma tertentu dan berasal dari perannya yang khusus di masyarakat.
Hughes
Profesi merupakan suatu keahlian dalam mengetahui segala sesuatu dengan lebih baik
disbanding orang lain (klien).
Hamid A. Y (1996)
Profesi merupakan pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan bukan
untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu
4
DeYoung (1985)
Profesi merupakan keterkaikatan adanya 7 elemen yang memiliki dasar ilmu yang
kuat,berorientasi pada pelayanan,mempunyai otoritas,memiliki kode etik,mempunyai
organisasi profesi,melakukan penelitian secara terus menerus serta memiliki otonomi.
Dilihat dari definisi profesi, jelas bahwa profesi tidak sama dengan okupasi (occupation)
meskipun keduanya sama – sama melakukan pekerjaan tertentu.
1. Didukung oleh badan ilmu yang sesuai dengan bidangnya (antalogi), jelas wilayah
kerja keilmuannya (Epistomologi), dan aplikasinya (Axiologi).
2. Profesi diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan yang terencana, terus – menerus,
dan bertahap.
3. Pekerjaan profesi diatur oleh kode etik profesi serta diakui secara lehal melalui
perundang – undangan.
4. Peraturan dan ketentuan yang mengatur hidup dan kehidupan profesi (standar
pendidikan dan pelatihan, standar pelayanan, dan kode etik) serta pengawasan terhadap
pelaksanaan pareturan – peraturan tersebut dilakukan sendiri oleh warga profesi
(Winsley, 1964).
Kriteria Profesi
4. Pembinaan iptek.
Menurut Prof. Ma’rifin Husin, keperawatan sebagai profesi memiliki ciri – ciri sebagai
berikut.
1. Memberi pelayanan/asuhan dan melakukan penelitian sesuai dengan kaidah ilmu dan
keterampilan serta kode etik keperawatan.
2. Telah lulus dari pendidikan pada jenjang perguruan tinggi (JPT) sehingga diharapkan
mempu untuk:
1. bersikap profesional,
3. Mengelola ruang lingkup keperawatan berikur sesuai dengan kaidah suatu profesi
dalam bidang kesehatan, yaitu:
Dengan melihat sebagai definisi, ciri, dan kriteria profesi yang telah disebutkan di atas maka
dapat dianalisis bahwa keperawatan di Indonesia saat ini telah:
6
1. Memiliki badan ilmu dan telah diakui secara undang – undang oleh pemerinyah
Indonesia melalui UU No. 23 Tahun 1992 tentang kesahatan.
3. Memiliki kode etik keperawatan, standar profesi, standar praktik keperawatan, standar
pendidikan keperawatan, dan standar asuhan keperawatan.
Pengertian Paradigma
Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara kita melihat,
memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap fenomena yang ada
dalam keperawatan, (La Ode Jumadi, 1999 : 38)
7
Paradigma Keperawatan
Perawatan merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan dan salah satu faktor yang
memenuhi tercapainya pembangunan nasional, oleh karena itu tenaga keperawatan berada
ditatanan pelayanan kesehatan terdepan dengan kontak pertama dan terlama dengan klien,
yaitu selama 24 jam perhari dan 7 hari perminggu, maka perawat perlu mengetahui dan
memahami tentang paradigma keperawatan, peran, fungsi dan tanggung jawab sebagai
perawat profesional agar dapat memberikan pelayanan keperawatan yang optimal dalam
memberikan asuhan keperawata pada klien. Perawat harus selalu memperhatikan keadaan
secara individual dari segi bio, psiko, sosial, spiritual dan cultural.
Dalam keperawatan ada empat komponen yang merupakan pola dasar dari teori – teori
keperawatan atau paradigma keperawatan. Empat komponen tersebut meliputi : manusia,
keperawatan, lingkungan, dan kesehatan.
Konsep Manusia
Manusia adalah makhluk bio – psiko – sosial dan spiritual yang utuh, dalam arti
merupakan satu kesatuan utuh dari aspek jasmani dan rohani serta unik karena mempunyai
berbagai macam kebutuhan sesuai tingkat perkembangannya (Konsorsium Ilmu Kesehatan,
1992).
Manusia adalah sistem yang terbuka senantiasa berinteraksi secara tetap dengan
lingkungan eksternalnya serta senantiasa berusaha selalu menyeimbangkan keadaan
internalnya (homeoatatis), (Kozier, 2000)
8
Manusia memiliki akal fikiran, perasaan, kesatuan jiwa dan raga, mampu beradaptasi
dan merupakan kesatuan sistem yang saling berinteraksi, interelasi dan interdependensi (La
Ode Jumadi, 1999 :40).
Jadi, konsep manusia menurut paradigma keperawatan adalah manusia sebagai sistem terbuka,
sistem adaptif , personal dan interpersonal yang secara umum dapat dikatakan holistik atau
utuh.
Manusia atau klien dapat diartikan sebagai individu, keluarga ataupun masyarakat yang
menerima asuhan keperawatan. Peran perawat pada individu sebagai klien adalah memenuhi
kebutuhan dasarnya mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan, kurang kemauan menuju
kemandirian pasien.
keluarga dan gaya hidup keluarga yang berbeda – beda. Individu dalam keluarga mempunyai
siklus tumbuh kembang .
Pelayanan kesehatan pada masyarakat ini dapat berbentuk pelayanan kepada masyarakat
umum dan kelompok – kelompok masyarakat tertentu (balita dan lansia).
Pelayanan professional adalah suatu pelayanan yang diberikan oleh seorang tenaga
yang telah selesai mengikuti pendidikan formal keperawatan, yang telah disahkan oleh
10
pemerintah Republik Indonesia untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan
secara profesional dan sesuai dengan kode etik keperawatan.
Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam maupun
di luar negeri sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(Permenkes No 1239/MenKes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan Praktik PAsal 1 ayat
1).
Peran ini juga dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpetasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain
khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang
diberikan kepada pasien, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi
hak-hak pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas
informasi tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya
sendiri dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
4. Manager Kasus
Dalam perannya sebagai manager kasus, perawat mengkoordinasi aktivitas anggota
tim kesehatan lainnya, misalnya ahli gizi dan ahli terapi fisik, ketika mengatur
kelompok yang memberikan perawatan pada klien. Berkembangnya model praktik
memberikan perawat kesempatan untuk membuat pilihan jalur karier yang ingin
ditempuhnya. Dengan berbagai tempat kerja, perawat dapat memilih antara peran
sebagai manajer asuhan keperawatan atau sebagai perawat asosiat yang
melaksanakan keputusan manajer (Manthey, 1990). Sebagai manajer, perawat
mengkoordinasikan dan mendelegasikan tanggung jawab asuhan dan mengawasi
tenaga kesehatan lainnya
5. Rehabilitator
Rehabilitasi adalah proses dimana individu kembali ke tingkat fungsi maksimal
setelah sakit, kecelakaan, atau kejadian yang menimbulkan ketidakberdayaan
lainnya. Seringkali klien mengalami gangguan fisik dan emosi yang mengubah
kehidupan mereka. Disini, perawat berperan sebagai rehabilitator dengan
membantu klien beradaptasi semaksimal mungkin dengan keadaa tersebut.
6. Pemberi Kenyamanan
Perawat klien sebagai seorang manusia, karena asuhan keperawatan harus
ditujukan pada manusia secara utuh bukan sekedar fisiknya saja, maka memberikan
kenyamanan dan dukungan emosi seringkali memberikan kekuatan bagi klien
14
sebagai individu yang memiliki perasaan dan kebutuhan yang unik. Dalam
memberi kenyamanan, sebaiknya perawat membantu klien untuk mencapai tujuan
yang terapeutik bukan memenuhi ketergantungan emosi dan fisiknya.
7. Komunikator
Keperawatan mencakup komunikasi dengan klien dan keluarga, antar sesama
perawat dan profesi kesehatan lainnya, sumber informasi dan komunitas. Dalam
memberikan perawatan yang efektif dan membuat keputusan dengan klien dan
keluarga tidak mungkin dilakukan tanpa komunikasi yang jelas. Kualitas
komunikasi merupakan factor yang menentukan dalam memenuhi kebutuhan
individu, keluarga dan komunitas.
8. Penyuluh
Sebagai penyuluh, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data-data tentang
kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri, menilai
apakah klien memahami hal-hal yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan
dalam pembelajaran. Perawat menggunakan metode pengajaran yang sesuai
dengan kemampuan dan kebutuhan klien serta melibatkan sumber-sumber yang
lain misalnya keluarga dalam pengajaran yang direncanakannya.
9. Kolaborator
Peran perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang
terdiri dari dokter, fisioterapi, ahli gizi dan lain-lain dengan berupaya
mengidentifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan termasuk diskusi atau
tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan selanjutnya.
10. Edukator
Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan
tingkatpengetahuan kesehatan, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan
15
11. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan
keperawatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien
tehadap informasi tentang tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
12. Pembaharu
Peran sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
kerjasama, perubahan yang sistematis dan terarah sesuai dengan metode
pemberian pelayanan keperawatan.
Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu
hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Berdasarkan kamus Heritage Amerika
(2000), kolaborasi adalah bekerja bersama khususnya dalam usaha penggambungkan
pemikiran. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukanan oleh Gray (1989) menggambarkan
bahwa kolaborasi sebagai suatu proses berfikir dimana pihak yang terklibat memandang
aspek-aspek perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi dari perbedaan tersebut
dan keterbatasan padangan mereka terhadap apa yang dapat dilakukan.
American Medical Assosiation (AMA), 1994, setelah melalui diskusi dan negosiasi
yang panjang dalam kesepakatan hubungan professional dokter dan perawat, mendefinisikan
istilah kolaborasi sebagai berikut ; Kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat
merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam
batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan
menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan
masyarakat. (www.nursingword.org/readroom )
16
Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik bekerja
dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup praktek profesional
keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi sebagai pemberi petunjuk pengembangan
kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh peraturan suatu negara dimana pelayanan
diberikan. Perawat dan dokter merencanakan dan mempraktekan bersama sebagai kolega,
bekerja saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagi nilai-nilai
dan pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang berkontribusi terhadap perawatan
individu, keluarga dan masyarakat.
Pasien secara integral adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam
pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif.
Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien sebagai
pusat anggota tim. Perawat sebagai anggota membawa persfektif yang unik dalam interdisiplin
tim. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
17
dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara
pasien dan pemberi pelayanan kesehatan.
Dokter memiliki peran utama dalam mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyakit.
Pada situasi ini dokter menggunakan modalitas pengobatan seperti pemberian obat dan
pembedahan. Mereka sering berkonsultasi dengan anggota tim lainnya sebagaimana membuat
referal pemberian pengobatan. Kolaborasi menyatakan bahwa anggota tim kesehatan harus
bekerja dengan kompak dalam mencapai tujuan. Elemen penting untuk mencapai kolaborasi
yang efektif meliputi kerjasama, asertifitas, tanggung jawab, komunikasi, otonomi dan
koordinasi. Pemahaman mengenai prinsip kolaborasi dapat menjadi kurang berdasar jika
hanya dipandang dari hasilnya saja. Pembahasan bagaimana proses kolaborasi itu terjadi justru
menjadi point penting yang harus disikapi. Bagaimana masing-masing profesi memandang arti
kolaborasi harus dipahami oleh kedua belah pihak sehingga dapat diperoleh persepsi yang
sama.
Seorang dokter saat menghadapi pasien pada umumnya berfikir, ” apa diagnosa pasien ini
dan perawatan apa yang dibutuhkannya” pola pemikiran seperti ini sudah terbentuk sejak awal
proses pendidikannya. Sulit dijelaskan secara tepat bagaimana pembentukan pola berfikir
seperti itu apalagi kurikulum kedokteran terus berkembang. Mereka juga diperkenalkan
dengan lingkungan klinis dibina dalam masalah etika, pencatatan riwayat medis, pemeriksaan
fisik serta hubungan dokter dan pasien. mahasiswa kedokteran pra-klinis sering terlibat
langsung dalam aspek psikososial perawatan pasien melalui kegiatan tertentu seperti gabungan
bimbingan – pasien. Selama periode tersebut hampir tidak ada kontak formal dengan para
perawat, pekerja sosial atau profesional kesehatan lain. Sebagai praktisi memang mereka
berbagi lingkungan kerja dengan para perawat tetapi mereka tidak dididik untuk
menanggapinya sebagai rekanan/sejawat/kolega. (Siegler dan Whitney, 2000)
18
Dilain pihak seorang perawat akan berfikir; apa masalah pasien ini? Bagaimana pasien
menanganinya?, bantuan apa yang dibutuhkannya? Dan apa yang dapat diberikan kepada
pasien?. Perawat dididik untuk mampu menilai status kesehatan pasien, merencanakan
intervensi, melaksanakan rencana, mengevaluasi hasil dan menilai kembali sesuai kebutuhan.
Para pendidik menyebutnya sebagai proses keperawatan. Inilah yang dijadikan dasar
argumentasi bahwa profesi keperawatan didasari oleh disiplin ilmu yang membantu individu
sakit atau sehat dalam menjalankan kegiatan yang mendukung kesehatan atau pemulihan
sehingga pasien bisa mandiri. Sejak awal perawat dididik mengenal perannya dan berinteraksi
dengan pasien. Praktek keperawatan menggabungkan teori dan penelitian perawatan dalam
praktek rumah sakat dan praktek pelayanan kesehatan masyarakat. Para pelajar bekerja diunit
perawatan pasien bersama staf perawatan untuk belajar merawat, menjalankan prosedur dan
menginternalisasi peran.
Pertemuan profesional dokter-perawat dalam situasi nyata lebih banyak terjadi dalam
lingkungan rumah sakit. Pihak manajemen rumah sakit dapat menjadi fasilitator demi
terjalinnyanya hubungan kolaborasi seperti dengan menerapkan sistem atau kebijakan yang
mengatur interaksi diantara berbagai profesi kesehatan. Pencatatan terpadu data kesehatan
pasien, ronde bersama, dan pengembangan tingkat pendidikan perawat dapat juga dijadikan
strategi untuk mencapai tujuan tersebut.
Hubungan interpersonal dalam arti luas adalah komunikasi persuasif yang dilakukan oleh
seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam situasi dan pada semua bidang
kehidupan sehingga menimbulkan kebahagiaan. Dalam arti sempit adalah komunikasi
persuasif yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam situasi
kerja (work stuation) dan dalam organisasi kekaryaan (work organization) (Kelly dalam
Widayatun, 1999).
Dalam suatu organisasi antara pimpinan dengan pimpinan, antara satu karyawan dengan
karyawan yang lain, antara buruh dengan majikannya saling memiliki kepentingan bersama.
Maka diantara mereka terjadi saling ketergantungan. Adanya ketergantungan tersebut maka
mereka akan saling memperhatikan kepentingan masing-masing dari sudut pandang
kebersamaan dan mereka akan saling bekerjasama dengan baik sehingga kepentingan masing-
masing pihak akan dapat terpenuhi (Davis dalam Kusjarwati, 2001).
Hal ini sama dengan pendapat yang disampaikan Ismani (2001), untuk melaksanakan
tugasnya memberikan pelayanan yang baik kepada individu, keluarga, kelompok, maupun
masyarakat seorang perawat profesional harus dapat bekerjasama dengan pihak-pihak lain
yang berkaitan dengan tugasnya. Jelaslah bahwa hubungan interpersonal adalah hal yang
sangat penting dalam situasi kerja (work stuation) dan dalam organisasi kekaryaan (work
organization).
Menurut Davis dan Yoder (dalam Kusjarwati, 2001) mengatakan bahwa aspek-aspek dalam
hubungan interpersonal ada dua yaitu komunikasi dan partisipasi.
a. Komunikasi
Komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan
manusia lain yang berlangsung dalam kontak tatap muka dimana pesan-pesan mengalir
melalui saluran-saluran yang bersifat antar manusia (Purwanto, 1988).
Hubungan interpersonal yang baik merupakan hal yang paling penting dalam komunikasi
interpersonal karena setiap kali melakukan komunikasi yang efektif bukan hanya sekedar
menyampaikan isi pesan (content) tetapi juga menentukan kadar hubungan interpersonal
(relationship). Dengan semakin baiknya hubungan interpersonal semakin terbuka orang untuk
mengungkapkan dirinya, sehingga semakin efektif komunikasi yang berlangsung (Rahmat,
1993).
Dalam berkomunikasi ditempat kerja ada beberapa aspek yang berperan (Rahmat, 1993)
yaitu :
20
1) Percaya (trust). Faktor percaya adalah merupakan faktor yang paling penting karena rasa
percaya akan menyebabkan komunikasi yang terbuka, mengungkapkan pikiran dan perasaan
sehingga terjalin hubungan yang akrab yang berlangsung secara mendalam. Ada tiga hal yang
menumbuhkan sikap percaya yaitu menerima, empati, dan kejujuran. Menerima adalah
kemampuan berhubungan dengan orang lain tanpa menilai dan tanpa mengendalikan dan
melihat manusia sebagai individu yang patut dihargai. Empati adalah pengungkapan diri
kepada orang lain dan menghindari kepura-puraan. Kejujuran mempunyai makna tidak
menutup-nutupi dan memperlihatkan apa adanya.
2) Dukungan (suportif). Biasanya yang tampak dari sikap ini adalah : (a) Deskribsi yaitu
penyampaian perasaan tanpa menilai dan menerima mereka sebagai individu yang patut
dihargai. (b) Orientasi masalah adalah mengkomunikasikan keinginan untuk bekerja sama
mencari pemecahan masalah. (c) Spontanitas adalah sikap jujur dan dianggap tidak
menyelimuti motif yang terpendam. (d) Persamaan adalah sikap memperlakukan orang lain
secara horisontal dan demokratis. Dalam sikap persamaan kita tidak mempertegas perbedaan.
3) Empati. Komunikasi memerlukan adanya empati yang dimiliki oleh para pelakunya. Empati
yang terjadi selama komunikasi berlangsung menjadikan para pelakunya mempunyai
pemahaman yang sama mengenai perasaan masing-masing. Karena masing-masing pihak
berusaha untuk merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain dengan mengunakan cara yang
sama.
4) Sikap terbuka. Karakteristik orang yang terbuka adalah sebagai berikut : (a) Menilai pesan
secara obyektif, berdasarkan kenyataan yang logis. (b) berorientasi pada isi pembicaraan
bukan siapa yang bicara. (c) Mencari informasi dari berbagai sumber. (d) Lebih bersifat
profesional dan bersedia mengubah kepercaayaan yang tidak sesuai. (e) Mencari pengertian
pesan yang tidak sesuai dengan rangkaian kepercayaannya, maksudnya orang yang terbuka
bersedia menghadapi perbedaan gagasan, dan mau dialog bersama sehingga tercapai suatu
pengertian.
b. Partisipasi
21
Hal ini sesuai dengan pendapat Mangkunegoro (2000), partisipasi merupakan keterlibatan
mental dan emosional sesorang dalam situasi kelompok yang mendorong dirinya untuk
memberikan sumbangan demi tercapainya tujuan kelompok serta bertanggung jawab
didalamnya.
Dalam melaksanakan tugasnya secara profesional perawat harus dapat bekerja sama
dengan pihak-pihak lain yang berkaitan dengan tugasnya untuk memberikan pelayanan yang
baik pada individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat.
bertanggung jawab dan bertanggung gugat. (6) Perawat harus dapat menghindari konflik
dengan pasien dengan cara membina hubungan yang baik.
Sebagai anggota profesi keperawatan, perawat harus dapat bekerjasama dengan teman
sejawat demi meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Perawat harus bisa membina
hubungan baik dengan semua perawat dilingkungan kerjanya, Harus saling menghargai dan
tenggang rasa yang tinggi. Perawat harus dapat memupuk rasa persaudaraan dengan silih asuh,
silih asah dan silih asih.
Dalam menjalankan tugasnya perawat tidak dapat bekerja tanpa berkolaborasi dengan
profesi lain, misalnya dokter, ahli gizi tenaga laboratorium, tenaga radiologi dan sebagainya.
Masalah-masalah yang muncul dalam keperawatan dengan melihat masalah keperawatan dan
medis, perawat tidak akan exist bila bekerja sendiri tanpa profesi kesehatan lain, karena
perawat bekerja lebih pada bidang perawatan dan keperawatannya namun pada kenyataannya
lebih dari hal itu. Misalnya melaksanakan monitoring respon pasien atau monitoring
komplikasi yang terjadi dari suatu treatment. Kegiatan yang dilakukan perawat tersebut adalah
tindakan-tindakan kolaboratif dengan medis (dokter). Masalah-masalah yang dikaji secara
bersama-sama disebut dengan masalah kolaborasi (Black & Jacobs, 1993).
Praktik kolaborasi tumbuh dengan baik apabila perawat dan dokter belajar menggambarkan
apa yang mereka pikirkan dan lakukan dalam bahasa yang mencerminkan penghargaan,
artikulasinya jelas, dan memungkinkan perbedaan persepsi, dan menejemen sekian banyak
aspek kompleks perawatan kesehatan (Siegler & whitney, 2000). Sedangkan menurut Baggs &
Schmit mengatakan bahwa kolaborasi berpengaruh besar pada kordinasi perawatan, baik
23
sebagai bentuk kerjasama atau cooperating treaonably. Sifat interaksi antara perawat dan
dokter menentukan kualitas kolaborasi (Siegler & Whitney, 2000)
ANA (dalam Siegler & Whitney, 2000), menjabarkan kolaborasi sebagai hubungan
rekanan yang sejati dimana masing-masing pihak menghargai kekuasaan pihak lain, dengan
mengenal dan menerima lingkup kegiatan dan tanggung jawab masing-masing yang terpisah
maupun bersama, saling melindungi kepentingan masing-masing dan adanya tujuan bersama
yang diketahui kedua pihak.
Dalam menjalankan tugasnya, setiap profesi dituntut untuk mempertahankan kode etik
profesi masing-masing. Bila setiap profesi telah dapat saling menghargai maka hubungan
kerjasama akan dapat terjalin dengan baik, walaupun dalam pelaksanaannya sering juga terjadi
konflik-konflik etis (Ismani, 2001).
Pekerjaan yang sesuai dengan keinginan dan kemampuan akan dapat meningkatkan motivasi
kerja tetapi bila pekerjaan yang didapatkan tidak sesuai dengan keinginan dan kemampuan
yang dimiliki akan menurunkan motivasi kerja yang menjurus terjadinya konflik antara nilai-
nilai sebagai perawat dengan kebijakan institusi tempat bekerja. Bila terjadai penumpukan
konflik nilai dalam pelaksanaan pekerjaan setiap hari akan menyebabkan : (1) buruknya
komunikasi antara perawat dengan institusi. (2) Tumbuhnya sifat masa bodoh terhadap tugas
dan tanggung jawabnya. (3) menurunnya kinerja.
Ditumbuhkan dan dibina dalam memecahkan masalah secara ilmiah, termasuk penalaran
ilmiah. Dikaitkan dengan tercapainya proses keperawatan.
Dituntut dari seorang perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan dalam kehidupan
keprofesiannya, harus dibina sejak awal proses pendidikan
Berpikir Kritis
A. Menurut Ahli
Ennis,2000
25
Berpikir kritis adalah berpikir rasional dan reflektif dengan difokuskan pada yang
dikerjakan. Rasional berarti keyakinan pandangan yang didukung oleh bukti (standar, actual,
cukup dan relevan)
Fowler,1996
Berpikir kritis dilakukan secara hati-hati tidak tergesa-gesa yang menuntut penggunaan
strateg untuk menghasilkan suatu keputusan sebagai dasar pengambilan tindakan.
Ennis&Morris
B. Secara Umum
Berpikir kritis adalah proses perkembangan kompleks yang berdasarkan pada pikiran
rasional dan cermat menjadi pemikir kritis adalah denominator umum untuk pengetahuan yang
menjadi contoh dalam pemikiran yang disiplin dan mandiri.
Berpikir kritis tidak hanya memerlukan kemampuan kognitif, tetapi juga kebiasaan
seseorang untuk bertanya mempunyai hubungan yang baik, jujur dan selalu mau untuk
berpikir jernih tentang suatu masalah.
Berpikir kritis merupakan suatu hal yang penting yang harus dimiliki seorang perawat agar
menjadi perawat yang profesional, sehingga mampu menyelesaikan masalah. Perawat
menggunakan pikirannya jika sedag membuat pengkajian, mengumpulkan data dan membuat
26
kesimpulan. Setelah membuat kesimpulan, perawat akan menerapkan problem solving dengan
melakukan sesuatu pemecahan masalah guna memenuhi kebutuhan dasar klien. Penerapan
berpikir kritis dalam proses keperawatan diintegrasikan dalam tahap-tahap proses keperawatan
dan digunakan untuk pengkajian, rumusan diagnosis perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
keperawatan.
Kecerdasan
Cerdas dalam keperawatan yaitu perawat yang cekatan, cepat tanggap tentang
kebutuhan pasien, empati dan ikhlas.
Untuk menjadi seorang perawat professional, kamu harus melewati serangkaian tes
akademik maupun tes umum yang sulit. Tidak semua orang bisa lulus ketika menjalani tes-tes
tersebut. Tidak hanya perkara tes, namun mampu bekerjasama dalam tim dengan profesi
kesehatan lainnya juga tidak mudah. Oleh karena itu, beruntunglah kamu yang memiliki
pasangan seorang perawat. Dengan wawasan yang luas, dia akan menjadi orang yang sangat
menyenangkan untuk diajak berdiskusi dan bertukar pikiran. Sehingga hubungan
percintaanmu tidak akan pernah membosankan karena akan selalu ada hal baru di dalamnya.
akan membantu klien dalam proses penyembuhan, sehingga proses penyembuhan akan lebih
cepat.
benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan. Contoh ketika perawat dinas
sendirian dan ketika itu ada klien baru masuk serta ada juga klien rawat yang
memerlukan bantuan perawat maka perawat harus mempertimbangkan faktor-faktor
dalam faktor tersebut kemudian bertindak sesuai dengan asas keadilan.
4. Non-maleficence (tidak merugikan) prinsi ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera
fisik dan psikologis pada klien. Contoh ketika ada klien yang menyatakan kepada
dokter secara tertulis menolak pemberian transfuse darah dan ketika itu penyakit
perdarahan (melena) membuat keadaan klien semakin memburuk dan dokter harus
mengistrusikan pemberian transfuse darah. akhirnya transfuse darah ridak diberikan
karena prinsi beneficence walaupun pada situasi ini juga terjadi penyalahgunaan prinsi
nonmaleficince.
5. Veracity (Kejujuran) nilai ini bukan cuman dimiliki oleh perawat namun harus dimiliki
oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setia
klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi yang diberikan harus akurat,
komprehensif, dan objektif. Kebenaran merupakan dasar membina hubungan saling
percaya. Klie memiliki otonomi sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang
ia ingin tahu. Contoh Ny. S masuk rumah sakit dengan berbagai macam fraktur karena
kecelakaan mobil, suaminya juga ada dalam kecelakaan tersebut dan meninggal dunia.
Ny. S selalu bertanya-tanya tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan
kepada perawat untuk belum memberitahukan kematian suaminya kepada klien
perawat tidak mengetahui alasan tersebut dari dokter dan kepala ruangan
menyampaikan intruksi dokter harus diikuti. Perawat dalam hal ini dihadapkan oleh
konflik kejujuran.
6. Fidelity (Menepati janji) tanggung jawab besar seorang perawat adalah meningkatkan
kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan, dan meminimalkan
penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki komitmen menepati janji dan
menghargai komitmennya kepada orang lain.
7. Confidentiality (Kerahasiaan) kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya bisa dibaca guna
29
keperluan pengobatan dan peningkatan kesehatan klien. Diskusi tentang klien diluar
area pelayanan harus dihindari.
8. Accountability (Akuntabilitasi) akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa tindakan
seorang professional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanda tekecuali.
Contoh perawat bertanggung jawab pada diri sendiri, profesi, klien, sesame teman
sejawat, karyawan, dan masyarakat. Jika perawat salah memberi dosis obat kepada
klien perawat dapat digugat oleh klien yang menerima obat, dokter yang memberi
tugas delegatif, dan masyarakat yang menuntut kemampuan professional.
Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan visual dengan
menggunakan panca indera. Kemampuan melakukan observasi merupakan keterampilan
tingkat tinggi yang memerukan banyak latihan. Unsur terpenting dalam observasi adalah
mempertahankan objektivitas penilaian. Mencatat hasil observasi secara khusus tentang apa
yang dilihat, dirasa, didengar, dicium, dan dikecap akan lebih akurat dibandingkan mencatat
interpretasi seseorang tentang hal tersebut. Contoh data hasil observasi antara lain rambut
kotor, kulit sianosis, dan konjungtiva anemis.
dengan,disiplin,ilmunya.
Kepercayaan tumbuh dalam diri klien, karena kecemasan akan muncul bila klien merasa
tidak yakin bahwa perawat yang merawatnya kurang terampil, pendidikannya tidak memadai
dan kurang berpengalaman. Klien tidak yakin bahwa perawat memiliki integritas dalam
sikap,,keterampilan,,pengetahuan,(integrity),dan.kompetensi.
Unsur-unsur Tanggungjawab
Dari segi filsafat, suatu tanggung jawab itu sedikitnya didukung oleh tiga unsur pokok,
yaitu : kesadaran, kecintaan/kesukaan, dan keberanian.
1. Kesadaran
Sadar berisi pengertian : tahu, kenal, mengerti dapat memperhitungkan arti, guna
sampai kepada soal akibat dari sesuatu perbuatan atau pekerjaan yang dihadapi. Seseorang
baru dapat diminta tanggung jawab, bila ia sadar tentang apa yang diperbuatnya.
Dengan dasar pengertian ini kiranya dapat dimengerti, apa sebab ketiga golongan (si
bocah, si kerbau, dan si gila ) adalah tidak wajar bila diminta atau dituntut supaya bertanggung
jawab sebab, baik kepada si bocah, si kerbau, dan si gila, kesemua mereka ini, bertindak tanpa
adanya kesadaran, artinya mereka sama sekali tidak mengerti, akan guna dan akibat dari
perbuatannya.
2. Kecintaan / Kesukaan
Cinta, suka menimbulkan rasa kepatuhan, kerelaan, dan kesediaan berkorban. Cinta
pada tanah air menyebabkan prajurit-prajurit kita rela menyabung nyawa untuk
mempertahankan tanah air tercinta. Sadar akan arti tanggungjawablah, menyebabkan mereka
patuh berdiri di bawah terik matahari atau hujan lebat untuk mengawal, dilihat atau tidak
diawasi.
3. Keberanian
Berani berbuat, berani bertanggungjawab. Berani disini didorong oleh rasa keikhlasan,
tidak bersikap ragu-ragu dan takut terhadap segala macam rintangan yang timbul kemudian
sebagai konsekuensi dari tindak perbuatan. Karena adanya tanggung jawab itulah, maka
31
seseorang yang berani, juga memerlukan adanya pertimbangan pertimbangan, perhitungan dan
kewaspadaan sebelum bertindak, jadi tidak sembrono atau membabi buta.
Keberanian seorang prajurit adalah keberanian yang dilandasi oleh rasa kesadaran,
adanya rasa cinta kepada tanah air, dimana ketiga unsur kejiwaan tersebut tersimpul ke dalam
satu sikap: “Keikhlasan dalam mengabdi, dan dengan penuh rasa tanggung jawab“, dalam
menunaikan tugas dan darma bakti kepada negara dan bangsa.\
1. Tanggungjawab Retrospektif
Tanggungjawab retrospektif adalah tanggung jawab atas perbuatan yang telah
berlangsung dan segala konsekuensinya. Bila seorang apoteker telah memberi obat
yang salah karena kurang teliti membaca resep dokter, maka ia bertanggung jawab.
Bila kemudian ketahuan, ia harus memperbaiki perbuatannya itu dengan memberi obat
yang betul. Dan seandainya kekeliruannya ternyata mempunyai akibat negative, seperti
misalnya penyakit pasien bertambah parah, ia harus memberi ganti rugi seperlunya.
Contoh tentang tanggung jawab prospektif ialah bahwa pagi hari ketika membuka
apoteknya si apoteker bertanggung jawab atas semua obat yang akan dijual hari itu.
maupun untuk tanggungjawab prospektif berlaku bahwa tidak ada tanggungjawab, jika
tidak ada kebebasan.
melakukan itu, dan tidak ada alasan lain selain terpaksa. Namun, selama ia sendiri mau
(berarti alasan dari tindakannya adalah kemauannya sendiri dan bukan keadaan terpaksa
tersebut), ia tetap bertanggung jawab kendati situasinya seolah-olah ia terpaksa (tidak ada
alternatif lain).
Kepentingan Publik
Dalam penjelasan pasal 32 UU no.5 tahun 1991 tentang Kejaksaan dikatakan bahwa
kepentingan umum adalah kepentingan bangsa dan Negara dan/atau kepentingan masyarakat
luas. Kepentingan umum harus dapat menunjang pembangunan nasional di bidang ilmu
pengetahuan, pendidikan, pariwisata dan lain-lain, demikianlah bunyi penjelasan pasal 4 ayat
1 UU no.5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya. Itulah beberapa ketentuan perundang-
undangan mengenai kepentingan umum. Betapa luasnya pengertian yang terkandung dalam
kepentingan umum itu.
Kepentingan umum adalah tuntutan perorangan atau kelompok yang diharapkan untuk
dipenuhi dan pada hakekatnya mengandung kekuasaan yang dijamin dan dilindungi oleh
hukum dalam melaksanakannya. Di dalam masyarakat terdapat banyak sekali kepentingan-
kepentingan, baik perorangan maupun kelompok, yang tidak terhitung jumlah maupun
jenisnya yang harus dihormati dan dilindungi dan wajarlah kalau setiap orang atau kelompok
mengharapkan atau menuntut kepentingan-kepentingannya itu dilindungi dan dipenuhi, yang
sudah tentu tidak mungkin dipenuhi semuanya sekaligus, mengingat bahwa kepentingan-
kepentingan itu, kecuali banyak yang berbeda banyak pula yang bertentangan satu sama lain.
Tidak dapat disangkal bahwa tindakan Pemerintah harus ditujukan kepada pelayanan
umum, memperhatikan dan melindungi kepentingan orang banyak (kepentingan umum).
Memang itulah tugas Pemerintah, sehingga kepentingan umum merupakan kepentingan atau
urusan Pemerintah. Kalau kepentingan umum sama dengan kepentingan Pemerintah apakah
setiap kepentingan Pemerintah itu kepentingan umum.
Mengingat seperti yang diuraikan di atas bahwa tindakan Pemerintah harus ditujukan
kepada pelayanan umum dan memperhatikan serta melindungi kepentingan umum, sedangkan
di dalam masyarakat banyak terdapat kepentingan-kepentingan, maka dari sekian banyak
kepentingan-kepentingan harus dipilih dan dipastikan ada kepentingan-kepentingan yang
35
harus didahulukan atau diutamakan dari kepentingan-kepentingan yang lain. Jadi ada
kepentingan-kepentingan yang dianggap lebih penting atau utama dari kepentingan-
kepentingan lainnya.
Jadi kepentingan umum adalah kepentingan yang harus didahulukan dari kepentingan-
kepentingan yang lain dengan tetap memperhatikan proporsi pentingnya dan tetap
menghormati kepentingan-kepentingan lain. Dalam hal ini tidak berarti bahwa ada kewerdaan
atau hierarkhi yang tetap antara kepentingan yang termasuk kepentingan umum dan
kepentingan lainnya. Mengingat akan perkembangan masyarakat atau hukum maka apa yang
pada suatu saat merupakan kepentingan umum pada saat lain bukan merupakan kepentingan
umum. Maka yang merupakan bidang kepentingan umum (Inpres no.9 tahun 1973) pada suatu
saat nanti dapat digusur untuk kepentingan umum yang lain.
Kalau kepentingan umum merupakan kepentingan (urusan) Pemerintah, maka dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kepentingan Pemerintah belum tentu atau tidak selalu
merupakan kepentingan umum. Kepentingan (urusan) Pemerintah ada kalanya harus mengalah
terhadap kepentingan lain (kepentingan umum).
Integritas
Akuntan sebagai seorang profesional, dalam memelihara dan meningkatkan
kepercayaan publik, harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya tersebut dengan menjaga
integritasnya setinggi mungkin.
Objektivitas
Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan
anggota. Jadi, etika profesi berlandaskan objektivitas mengandung pengertian bahwa setiap
anggota harus bersifat objektif dan bebas dari benturan kepentingan dalam pemenuhan
kewajiban profesionalnya
Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Adapun yang dimaksud dengan kompetensi dan kehati-hatian profesional adalah setiap
anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan prinsip kehati-hatian, kompeten, dan
ketekunan, serta mempunyai
36
Perilaku Profesional
Perilaku etika merupakan fondasi peradaban modern-menggarisbawahi
keberhasilan berfungsinya hampir setiap aspek masyarakat, dari kehidupan keluarga sehari-
hari sampaihukum, kedokteran,dan bisnis. Etika (ethic) mengacu pada suatu sistem atau kode
perilaku berdasarkan kewajiban moral yang menunjukkan bagaimana seorang individu harus
berperilakudalam masyarakat. Perilaku etika juga merupakan fondasi profesionalisme modern.
Profesionalisme didefinisikansecara luas, mengacu pada perilaku, tujuan, atau kualitasyang
membentuk karakter atau membericiri suatu profesi atau orang-orang profesional. Seluruh
profesi menyusun aturan atau kode perilakuyang mendefinisikan perilaku etika bagi anggota
profesi tersebut. Untuk menjadi sumber objektif yang dapat dipercaya, profesional harus
memiliki reputasi yang kuat tidak hanya untuk kompetensi tetapi juga untuk karakter dan
integritas yang tidak diragukan lagi. Mengingat pentingnya reputasi, perilaku etika, dan
profesionalisme, profesi akuntan telahmengembangkan Kode Perilaku Profesional yang
memberikan pedoman pada perilaku profesional akuntansi.
Kode Perilaku Profesional AICPA terdiri atas dua bagian:
o Prinsip-prinsip Perilaku Profesional (Principles of Profesionnal Conduct);
menyatakan tindak-tanduk dan perilaku ideal.
o Aturan Perilaku (Rules of Conduct); menentukan standar minimum.Prinsip-prinsip
Perilaku Profesional menyediakan kerangka kerja untuk Aturan Perilaku.
Pedoman tambahan untuk penerapan Aturan Perilaku tersedia melalui:
37
Standard Teknik
Standard Teknik adalah serangkaian eksplisit persyaratan yang harus dipenuhi oleh
bahan, produk, atau layanan. Jika bahan, produk atau jasa gagal memenuhi satu atau lebih dari
spesifikasi yang berlaku, mungkin akan disebut sebagai berada di luar spesifikasi. Sebuah
38
standard teknik dapat dikembangkan secara pribadi, misalnya oleh suatu perusahaan, badan
pengawas, militer, dll: ini biasanya di bawah payung suatu sistem manajemen mutu . Mereka
juga dapat dikembangkan dengan standar organisasi yang sering memiliki lebih beragam input
dan biasanya mengembangkan sukarela standar : ini bisa menjadi wajib jika diadopsi oleh
suatu pemerintahan, kontrak bisnis, dll.
Istilah standar teknik yang digunakan sehubungan dengan lembar data (atau lembar
spec). Sebuah lembar data biasanya digunakan untuk komunikasi teknis untuk
menggambarkan karakteristik teknis dari suatu item atau produk. Hal ini dapat diterbitkan oleh
produsen untuk membantu orang memilih produk atau untuk membantu menggunakan produk.
39
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran