PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
B. Pendidikan nilai
1. Tujuan
Tujuan adalah sasaran yang ingin dicapai setelah mengajar suatu
pokok atau subpokok bahasan yang sudah direncanakan.[8] Dalam buku
lain dijelaskan tujuan adalah sesuatu yang hendak dicapai oleh suatu
lembaga pendidikan seperti SD,SM,dan universitas yang harus sesuai
dengan tujuan pendidikan Nasional.[9] Jadi tujuan yang penulis maksud
sesuatu yang hendak dicapai setelah mengajar suatu pokok bahasan atau
sub bahasan yang telah direncanakan oleh seorang pendidik ataupun guru
formal atau non formal sehingga sehingga terjadinya perubahan pada anak
didik atau siswa dalam hal intelegensi maupun moral, sopan santun,
ataupun akhlak.
2. Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta
didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan
lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam
dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekwat dalam
kehidupan masyarakat.
Nilai adalah gambaran tentang sesuatu yang indah dan menarik, yang
mempesona, yang menakjubkan, yang membuat bahagia, senang dan
merupakan sesuatu yang mernjadikan seseorang atau kelompok.
Dari penjelasan diatas memberikan pemahaman kepada kita bahwa
tujuan dari pendidikan nilai adalah suatu sasaran, tujuan, ataupun sesuatu
yang akan di capai dalam proses pentransperan ilmu yang memungkinkan
perubahan tingkah laku, atau perbuatan yang mengarah kebaikan dalam
pandangan hukum manusia dan Allah Swt prilaku atau moral sebagai
sasaran utama dari tujuan pendidikan Nasional maupun matapelajaran
yang selalu diusahakan oleh seorang guru. Dalam mengelola materi
pelajaran, metode, alat, bahan ajar sehingga peserta didik merasa nyaman,
senang dalam mengikuti pelajaran sehinnga apa yang dicita-citakan oleh
semua pihak tercapai yaitu menjadinya manusia yang berahlak mulia
seperti tugas nabi Muhammad saw diutus kemuka bumi hanya lah untuk
menyempurnakan ahlak.
3. Komponen Tujuan Pandidikan Nilai
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta
didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan
lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam
dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara kekuatan dalam
kehidupan masyarakat. Setelah membahas pengertian pendidikan,
timbullah pemikiran tentang hal-hal apa yang terdapat didalam proses
pendidikan. Perhatian pada proses terjadinya pendidikan mengarah pada
pemikiran tentang komponen-komponen pendidikan. Komponen
merupakan bagian dari suatu system yang memiliki peran dalam
berlangsungnya suatu proses untuk mencapai tujuan pendidikan. Ada
komponen tersebut adalah; kurikulum pendidikan, paket instruksi, tenaga
pendidik, tenaga kependidikan, metode pendidikan, peserta, evaluasi
pendidikan, anggaran pendidikan, fasilitas pendidikan. Oleh sebab itu
untuk mencapai tujuan pendidikan perlu adanya kerjasama dengan
berbagai komponen pendidikan dari sekian banyak komponen pendidikan
dibahas yang berasal dari siswa, sebagai penentu untuk mencapai tujuan
pendidikan, faktor belajar siswa mempunyai peranan yang tinggi factor
tesebut diantaranya adalah factor intern dan interen.
a. Fakor intern
Dalam membicarakan factor intern akan dibahas tiga factor yaitu
factor jasmaniah, factor psikologis, dan factor kelelahan.
Faktor jasmaniah
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan serta bagian-
bagiannya bebas dari penyakit. Proses belajar akan terganggu apabila
kesehatan seseorang terganggu, agar anak didik dapat belajar dengan
baik haruslah mengusahakan kesehatan baukan hanya jasmaniahnya
lebih-lebih rohaniyahnya. Agar kesehatan tetap terjamin seseorang
harus melakukan ketentuan-ketentuan seperti, bekerja, belajar,
istirahat, tidur, makan, rekreasi, dan ibadah.
Faktor psikologis
Paling tidak ada tujuh factor yang tergolong ke dalam factor
psikologis yang mempengaruhi belajar. Factor-faktor itu adalah
intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan.
Semua faktor ini sangat mempengaruhi belajar.
Faktor kelelahan
Kelelahan pada seorang walaupun sulit dipisahkan tetapi dapat
dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmaniah dan
kelelahan rohaniah(bersifat psikis)
b. Faktor ekstern
Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar, dapat
dikelompokan sebagai berikut.:
Faktor keluarga
Siswa yang mengikuti belajar akan mendapat pengaruh dari
keluarga dari cara orang tua mendidik, kerja sama antar keluarga,
suasana keluarga, keadaan ekonomi keluarga
Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup
metode, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan
siswa, disiplis sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran,
keadaan gedung, metode belajar,dan tugas rumah.
Faktor masyarakat
Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh
terhadap belajar siswa. Factor tersebut karena keberadaan siswa dalam
masyarakat.
4. Tujuan Pendidikan Nilai
Ada dua tujuan pendidikan nilai apabila dilihat dari pendekatan
anlisa nilai tujuan tersebut adalah pertama adalah membantu siswa
untuk menggunakan kemampuan berpikir logis dan penemuan
ilmmiah dan penemuan ilmiah dalam menganalisa
sosial. Kedua, membantu siswa untuk menggunakan proses berpikir
rasional dan analitik dalam menghubung-hubungkan dan merumuskan
konsep tentang nilai nilai-nilai mereka.
Tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan klarifikasi nilai ini ada tiga:
a. Membantu siswa untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai
mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain.
b. Membantu siswa supaya bisa berkomunikasi secara terbuka dan jujur
dengan orang lain.
c. Membantu siswa supaya mampu menggunakan secara bersama-sama
kemampuan berpikir rasional dan kesadaran emosional
Kohlberg (1977) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan nilai adalah
mendorong perkembangan tingkat pertimbangan moral peserta didik.
Secara sederhana, Suparno melihat bahwa tujuan Pendidikan Nilai adalah
menjadikan manusia berbudi pekerti. Ditambahkan lagi bahwa pendidikan
nilai bertujuan untuk membantu peserta didik mengalami dan
menempatkan nilai-nilai secara integral dalam kehidupan mereka.
Sehingga peserta didik dapat mengembangkan kemampuan untuk
mengontrol tindakanya, dan memahami keputusan moral yang
diambilnya.
Dalam proses pendidikan nilai, tindakan-tindakan pendidikan yang
lebih spesifik dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang lebih khusus
sebagaimana diungkapkan Komite APEID (Asia and the Pasific
Programme of Education Innovation for Development) bahwa Pendidikan
Nilai secara khusus ditujukan untuk:
a. Menerapkan pembentukan nilai kepada peserta didik
b. Menghasilkan sikap yang mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan
c. Membimbing perilaku yang konsisten dengan nilai-nilai tersebut.
Dengan demikian, Pendidikan Nilai meliputi tindakan mendidik yang
berlangsung mulai dari usaha penyadaran nilai sampai pada perwujudan
perilaku-perilaku yang bernilai. Namun tujuan yang paling penting adalah
memberikan pengajaran kepada siswa, supaya mereka berkemampuan
untuk mempengaruhi kebijakan umum sebagai warga dalam suatu
masyarakat yang demokratis.
Menurut Warner dan pefleur dapat dijelaskan bahwa sikap jika sudah
diterjemahkan kedalam tindakan, dapat melahirkan nilai. Dan sebagai
tujuan pendidikan nilai itu sendiri adalah penanaman nilai tertentu dalam
diri siswa. Pengajarannya bertitik tolak dari nilai-nilai sosial tertentu,
yakni nilai-nilai pancasila dan nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia
lainnya, yang tumbuh berkembang dalam masyarakat Indonesia.[16]Ada
tiga hal yang menjadi sasaran pendidikan nilai:
a. Membantu peserta didik untuk menyadari makna nilai dalam hidup
manusia
b. Membantu pengalman dan pengembangan pemahaman serta
pengalaman nilai
c. Membantu peserta didik untuk mengambil sikap terhadapa aneka nilai
dalam perjumpaan dengan seksama agar dapat mengarahkan hidupnya
bersama orang lain secara bertanggung jawab.
Menurut Superka dalam Teuku Ramli (2001), dikenal adanya lima jenis pendekatan
dalam pendidikan budi pekerti, yaitu:
1. Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach)
Pendekatan penanaman nilai adalah suatu pendekatan yang memberi
penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri mahasiswa. Tujuan
pendidikan nilai menurut pendekatan ini adalah:
a. Diterimanya nilai-nilai sosial tertentu oleh mahasiswa
b. Berubahnya nilai-nilai mahasiswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial
yang diinginkan.
Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran menurut pendekatan ini
antara lain keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi, permainan
peranan, dan lain-lain.
2. Pendekatan perkembangan moral kognitif (cognitive moral development
approach)
Pendekatan ini dikatakan pendekatan perkembangan kognitif karena
karakteristiknya memberikan penekanan pada aspek kognitif dan
perkembangannya. Pendekatan ini mendorong mahasiswa untuk berpikir aktif
tentang masalah-masalah moral dan dalam membuat keputusan-keputusan
moral. Perkembangan moral menurut pendekatan ini dilihat sebagai
perkembangan tingkat berpikir dalam membuat pertimbangan moral, dari suatu
tingkat yang lebih rendah menuju suatu tingkat yang lebih tinggi. Tujuan yang
ingin dicapai oleh pendekatan ini adalah sebagai berikut:
a. Membantu mahasiswa dalam membuat pertimbangan moral yang lebih
kompleks berdasarkan kepada nilai yang lebih tinggi
b. Mendorong mahasiswa untuk mendiskusikan alasan-alasannya ketika
memilih nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral.
Proses pengajaran nilai menurut pendekatan ini didasarkan pada dilemma
moral, dengan menggunakan metode diskusi kelompok. Proses diskusi
dimulai dengan penyajian cerita yang mengandung dilemma. Dalam diskusi
tersebut, mahasiswa didorong untuk menentukan posisi apa yang sepatutnya
dilakukan oleh orang yang terlibat, apa alasan-alasannya. Mahasiswa
diminta mendiskusikan tentang alasan-alasan itu dengan teman-temannya.
3. Pendekatan analisis nilai (values analysis approach)
Pendekatan analisis nilai memberikan penekanan pada perkembangan
kemampuan mahasiswa untuk berpikir logis dengan cara menganalisis masalah
yang berhubungan dengan nilai-nilai sosial. Jika dibandingkan dengan
pendekatan perkembangan kognitif, salah satu perbedaan penting antara
keduanya bahwa pendekatan analisis nilai lebih menekankan pada pembahasan
masalah-masalah yang memuat nilai-nilai sosial. Adapun pendekatan
perkembangan kognitif memberi penekanan pada dilemma moral yang bersifat
perseorangan. Ada dua tujuan utama pendidikan moral menurut pendekatan ini,
yaitu:
a. Membantu mahasiswa untuk menggunakan kemampuan berpikir logis dan
penemuan ilmiah dalam menganalisis masalah-masalah sosial yang
berhubungan dengan nilai moral tertentu
b. Membantu mahasiswa untuk menggunakan proses berpikir rasional dan
analitik, dalam menghubungkan dan merumuskan konsep tentang nilai-nilai
mereka.
Metode-metode pengajaran yang sering digunakan adalah pembelajaran
secara individu atau kolompok tentang masalah-masalah sosial yang
memuat nilai moral, penyelidikan kepustakaan, penyelidikan lapangan, dan
diskusi kelas berdasarkan kepada pemikiran rasional.
4. Pendekatan klarifikasi nilai (values clarification approach)
Pendekatan klarifikasi nilai memberi penekanan pada usaha membantu
mahasiswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri untuk
meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri. Teknik
klarifikasi nilai bermaksud menanamkan nilai kepada subjek didik dengan
melalui kesadarannya sendiri. Dapat dikatakan bahwa teknik ini mengikuti
aliran konstruksivisme. Adapun tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan
ini ada tiga, yaitu:
a. Membantu mahasiswa untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai
mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain
b. Membantu mahasiswa supaya mereka mampu berkomunikasi secara terbuka
dan jujur dengan orang lain, berhubungan dengan nilai-nilainya sendiri
c. Membantu mahasiswa supaya mereka mampu menggunakan secara
bersama-sama kemampuan berpikir rasional dan kesadaran emosional untuk
memahami perasaan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri
Dalam proses pengajarannya pendekatan ini menggunakan metode menulis
dan diskusi dalam kelompok besar atau kecil, dan lain-lain
5. Pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach)\
Pendekatan pembelajaran berbuat memberi penekanan pada usaha memberikan
kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral,
baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama dalam suatu kelompok.
Ada dua tujuan utama pendidikan moral berdasarkan pendekatan ini, yaitu:
a. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan perbuatan
moral, baik secara perseorangan mahupun secara bersama-sama,
berdasarkan nilai-nilai mereka sendiri
b. Mendorong mahasiswa untuk melihat diri mereka sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial dalam pergaulan dengan sesama, yang tidak
memiliki kebebasan sepenuhnya, melainkan sebagai warga dari suatu
masyarakat yang harus mengambil bagian dalam suatu proses demokrasi.
Metode-metode pengajaran yang digunakan dalam pendekatan analisis nilai dan
klarifikasi nilai digunakan juga dalam pendekatan ini. Metode-metode lain yang
digunakan juga adalah projek-projek tertentu untuk dilakukan di kampus atau
dalam masyarakat, dan praktek keterampilan dalam berorganisasi atau berhubungan
antara sesama.
a. Penyampaian fakta
Jika dosen akan menyajikan materi pembelajaran jenis fakta (nama-nama
benda, nama tempat, peristiwa sejarah, nama orang, nama lambang atau
simbol, dsb) dapat digunakan contoh langkah-langkah berikut.
Peserta didik diminta untuk:
Menemukan fakta yang harus dipelajari melalui kajian literatur dan
sumber lain.
Menghafal materi fakta-fakta tersebut.
Berlatih mengerjakan soal-soal, mengingat kembali, selanjutnya
guru memberikan umpan balik dan melakukan tes.
b. Penyampaian konsep
Materi pembelajaran jenis konsep adalah materi berupa definisi atau
pengertian. Tujuan mempelajari konsep adalah agar peserta didik paham,
dapat menunjukkan ciri-ciri, unsur, membedakan, membandingkan, dsb.
Langkah-langkah berikut dapat digunakan untuk menyampaikan materi
pembelajaran jenis konsep:
Peserta didik menggali informasi dari berbagai sumber untuk
menemukan konsep yang harus dipelajari
Dosen memberi bantuan
Peserta didik berlatih mengerjakan soal-soal dan tugas.
c. Penyampaian materi pembelajaran prinsip
Termasuk materi pembelajaran jenis prinsip adalah dalil, rumus, hukum
(law), postulat, teorema, dsb.
Langkah-langkah berikut dapat digunakan untuk menyampaikan materi
pembelajaran jenis prinsip:
Menggali informasi dari berbagai sumber untuk menemukan prinsip
yang harus dipelajari.
Memberi contoh penerapan prinsip dalam kehidupan sehari-hari.
Berlatih mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan prinsip.
d. Penyampaian prosedur
Termasuk materi pembelajaran jenis prosedur adalah langkah-langkah
mengerjakan suatu tugas secara urut. Misalnnya, langkah-langkah
menghidupkan televisi, menghidupkan dan mematikan komputer.
Langkah-langkah mengajarkan prosedur meliputi:
Peserta didik mengamati dengan cermat prosedur kegiatan yang
dicontohkan oleh dosen.
Peserta didik berlatih (praktik) beberapa kali melaksanakan prosedur
kegiatan tersebut.
e. Menyampaikan materi aspek sikap (afektif)
Termasuk materi pembelajaran aspek sikap (afektif) adalah pemberian
respons, penerimaan suatu nilai, internalisasi, dan penilaian. Beberapa
strategi dalam mengajarkan materi aspek sikap antara lain:
Penciptaan kondisi
Pemodelan atau contoh
Demonstrasi
Simulasi
Penyampaian ajaran atau dogma
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam upaya mendorong kemajuan profesi keperawatan agar dapat diterima
dan dihargai oleh pasien, masyarakat atau profesi lain, maka perawat harus
memanfaatkan nilai-nilai keperawatan dalam menerapkan etika dan moral disertai
komitmen yang kuat dalam mengemban peran profesionalnya. Dengan demikian
perawat yang menerima tanggung jawab, dapat melaksanakan asuhan keperawatan
secara etis profesional. Sikap etis profesional berarti bekerja sesuai dengan standar,
melaksanakan advokasi, keadaan tersebut akan dapat memberi jaminan bagi
keselamatan pasien, penghormatan terhadap hak-hak pasien, dan akan berdampak
terhadap peningkatan kualitas asuhan keperawatan. Selain itu dalam menyelesaikan
permasalahan etik atau dilema etik keperawatan harus dilakukan dengan tetap
mempertimbangkan prinsip-prinsip etik supaya tidak merugikan salah satu pihak.
3.2 Saran
Pembelajaran tentang moral dalam dunia profesi terutama bidang keperawatan
harus ditanamkan kepada mahasiswa sedini mungkin supaya nantinya mereka bisa
lebih memahami tentang etika keperawatan sehingga akan berbuat atau bertindak
sesuai kode etiknya (kode etik keperawatan).
Daftar Pustaka