PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan Penulisan
Secara umum tujuan penulisan ini adalah untuk menjawab masalah-masalah
penulisan yaitu :
1) Mengetahui pengertian nilai, moral, dan sikap pada remaja
2) Mengetahui keterkaitan antara nilai, moral, dan sikap, serta pengaruhnya
terhadap tingkah laku
3) Mengetahui karakteristik nilai, moral, dan sikap pada remaja
4) Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan nilai,
moral, dan sikap
5) Mengetahui perbedaan individu dalam perkembangan nilai, moral, dan
sikap pada remaja
6) Mengetahui contoh upaya-upaya pengembangan nilai, moral dan sikap
remaja dalam penyelenggaraan pendidikan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
merupakan ajaran tentang baik, buruk, perbuatan dan kelakuan, akhlak dan
sebagainya.
Sikap merupakan salah satu aspek psikologis individu yang sangat penting
karena sikap merupakan kecenderungan untuk berperilaku sehingga akan banyak
mewarnai perilaku seseorang. Sikap setiap orang berbeda atau bervariasi, baik
kualitas maupun jenisnya sehingga perilaku individu menjadi bervariasi.
Pentingnya aspek sikap dalam kehidupan individu, mendorong para psikolog
untuk mengembangkan teknik dan instrumen untuk mengukur sikap manusia.
Sikap tidak identik dengan respons dalam bentuk perilaku, tidak diamati secara
langsung tetapi dapat disimpulkan dari konsistensi perilaku yang dapat diamati.
Secara operasional, sikap dapat diekspresikan dalam bentuk kata-kata atau
tindakan yang merupakan respons reaksi dari sikapnya terhadap objek, baik
berupa orang, peristiwa, atau situasi (Horocks, 1976 dalam Hartono, Agung dan
Sunarto, 2008). Dengan demikian, sikap adalah predisposisi atau kecenderungan
yang relatif stabil dan berlangsung terus menerus untuk bertingkah laku atau
bereaksi dengan suatu cara tertentu terhadap orang lain, objek, lembaga, atau
persoalan tertentu.
4
sistem nilai dan moral yang ada di dalam dirinya. Sistem nilai mengarahkan pada
pembentukan nilai-nilai moral tertentu yang selanjutnya akan menentukan sikap
individu sehubungan dengan objek nilai dan moral tersebut.
Dengan sistem nilai yang dimiliki, individu akan menentukan perilaku mana
yang harus dilakukan dan yang harus dihindarkan, ini akan tampak dalam sikap
dan perilaku nyata sebagai perwujudan sistem nilai dan moral yang mendasarinya.
Menurut Gerung, sikap secara umum di artikan sebagai kesediaan bereaksi
individu terhadap satu hal (Mapire, 1982 : 58 dalam Hartono, Agung dan Sunarto,
2008). Sikap berkaitan dengan motif dan mendasari tingkah laku seseorang. Sikap
belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi berupa kecendrungan
tingkah laku. Jadi, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di
lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut.
Dengan demikian, keterkaitan antara nilai, moral, sikap, dan tingkah laku
akan tampak dalam pengamalan nilai-nilai. Dengan kata lain nilai-nilai perlu di
kenal lebih dulu, kemudian di hayati dan di dorong oleh moral, baru akan
terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut dan pada akhirnya terwujud
tingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang di maksud.
5
Istiwidayanti dan kawan-kawan, 1980 : 225 dalam Hartono, Agung dan Sunarto
2008) sebagai berikut :
1) Pandangan moral individu makin lama makin menjadi lebih abstrak.
2) Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang pada
apa yang salah. Keadilan muncul sebagai kekuatan moral yang dominan.
3) Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Hal ini mendorong remaja
lebih berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral
yang dihadapinya.
4) Penilaian moral menjadi kurang egosentris.
5) Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa
penilaian moral merupakan bahan emosi dan menimbulkan ketegangan
emosi.
Perkembangan moralitas perlu di tinjau mulai dari waktu anak di lahirkan,
untuk dapat memahami mengapa justru pada masa remaja hal tersebut menduduki
tempat yang sangat penting. Dari hasil penyelidikan-penyelidikannya Kohlberg
mengemukakan tiga tingkatan yang di bagi menjadi enam stadium perkembangan
moral yang berlaku secara universal dan dalam urutan tertentu, sebagai berikut :
1) Prakonvensional
2) Konvensional
3) Post-konvensional
Masing-masing tingkat terdiri dari dua tahap, sehingga keseluruhan ada
enam tahap (stadium) yang berkembang secara bertingkat dengan urutan yang
tetap. Tidak semua orang bisa mencapai tahap terakhir perkembangan moral.
Dalam stadium nol, anak menganggap baik apa yang sesuai dengan
permintaan dan keinginannya. Sesudah stadium ini datanglah :
6
Pada stadium 2, berlaku prinsip Relativistik-Hedonism. Pada tahap ini,
anak tidak lagi secara mutlak tergantung kepada aturan yang terkandung di dalam
dunia luarnya, atau di tentukan oleh orang lain, mereka menyadari bahwa setaip
kejadian mempunyai beberapa segi, ada relativisme yang artinya bergantung pada
kebutuhan dan kesanggupan seseorang.
7
mengadakan penginternalisasian moral, yaitu remaja melakukan tingkah laku-
tingkah laku moral yang di kemudikan oleh tanggung jawab batin sendiri.
8
sebagai pendidik dan pembina. Makin jelas sikap dan sifat lingkungan terhadap
nilai hidup tertentu dan moral makin kuat pula pengaruhnya untuk membentuk
tingkah laku yang sesuai.
Kohlberg menunjukkan bahwa sikap moral bukan hasil sosialisasi atau
pelajaran yang diperoleh dari kebiasaan dan hal-hal lain yang berhubungan
dengan nilai kebudayaan. Anak memang berkembang melalui interaksi sosial,
tetapi faktor si anak dalam membentuk aktivitas juga berperan penting dalam
perkembangan ini. Perkembangan dipengaruhi oleh perkembangan nalar
sebagaimana dikemukakan oleh Piaget. Makin tinggi tingkat penalaran seseorang,
maka makin tinggi pula tingkat moral orang tersebut.
9
mungkin didahului oleh pengenalan nilai secara intelektual, disusul oleh
penghayatan nilai tersebut, dan yang kemudian tumbuh di dalam diri seseorang
sedemikian rupa kuatnya sehingga seluruh jalan pikiran, tingkah lakunya, serta
sikapnya terhadap segala sesuatu di luar dirinya, bukan saja diwarnai tetapi juga
dijiwai oleh nilai tersebut.
Karena itu, ada kemungkinan bahwa ada individu yang tahu tentang sesuatu
nilai tetap menjadi pengetahuan. Tidak semua individu mencapai tingkat
perkembangan moral seperti yang diharapkan, maka kita dihadapkan dengan
masalah pembinaan. Adapun upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam
mengembangkan nilai, moral, dan sikap remaja adalah :
a. Menciptakan Komunikasi
Dalam komunikasi didahului dengan pemberian infornmasi tentang
nilai-nilai dan moral. Anak tidak pasif mendengarkan dari orang dewasa
bagaimana seseorang harus bertingkah laku sesuai dengan norma dan nilai-nilai
moral, tetapi anak-anak harus dirangsang supaya lebih aktif. Hendaknya ada
upaya untuk mengikutsertakan remaja dalam beberapa pembicaraan dan dalam
pengambilan keputusan keluarga, sedangkan dalam kelompok sebaya, remaja
turut serta secara aktif dalam tanggung jawab dan penentuan maupun keputusan
kelompok.
Nilai-nilai hidup yang dipelajari memerlukan satu kesempatan untuk
diterima dan diresapkan sebelum menjadi bagian integral dari tingkah laku
seseorang. Dan, nilai-nilai hidup yang dipelajari baru betul-betul berkembang
apabila telah dikaitkan dalam konteks kehidupan bersama.
b. Menciptakan Iklim Lingkungan yang Serasi
Seseorang yang mempelajari nilai hidup tertentu dan moral, kemudian
berhasil memiliki sikap dan tingkah laku sebagaimana pencerminan nilai hidup
itu umumnya adalah seseorang yang hidup dalam lingkungan yang secara
positif, jujur, dan konsekuen senantiasa mendukung bentuk tingkah laku yang
merupakan pencerminan nilai hidup tersebut.
Ini berarti antara lain, bahwa usaha pengembangan tingkah laku nilai
hidup hendaknya tidak hanya mengutamakan pendekatan-pendekatan intelektual
10
semata-mata tetapi juga mengutamakan adanya lingkungan yang kondusif di
mana faktor-faktor lingkungan itu sendiri merupakan penjelmaan yang konkret
dari nilai-nilai hidup tersebut.
Karena lingkungan merupakan faktor yang cukup luas dan sangat
bervariasi, maka tampaknya yang perlu diperhatikan adalah lingkungan sosial
terdekat terutama terdiri dari mereka yang berfungsi sebagai pendidik dan
pembina yaitu orang tua dan guru.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai merupakan
suatu tatanan yang dijadikan panduan oleh individu untuk menimbang dan
memilih alternatif keputusan dalam situasi sosial tertentu. Moral merupakan
ajaran tentang baik, buruk, perbuatan dan kelakuan, akhlak dan sebagainya.
Sedangkan sikap adalah predisposisi atau kecenderungan yang relatif stabil dan
berlangsung terus menerus untuk bertingkah laku atau bereaksi dengan suatu cara
tertentu terhadap orang lain, objek, lembaga, atau persoalan tertentu.
Keterkaitan antara nilai, moral, dan sikap tampak dalam pengalaman
sehari-hari. Hal ini akan tampak dalam pengamalan nilai-nilai di dalam kehidupan
sehari-hari. Nilai-nilai perlu di kenal lebih dulu, kemudian di hayati dan di dorong
oleh moral, baru akan terbentuk sikap tertentu terhadap nilai-nilai tersebut dan
pada akhirnya terwujud tingkah laku sesuai dengan nilai-nilai yang di maksud.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan nilai,
moral, dan sikap remaja adalah menciptakan komunikasi di samping memberi
informasi dan remaja diberi kesempatan untuk berpartisipasi untuk aspek moral,
serta menciptakan sistem lingkungan yang serasi atau kondusif.
Hal ini akan menambah tingkat nalar seseorang sehingga dia dengan
sendirinya mampu untuk mengembangkan dan menelaah nilai-nilai yang
berkembang pada lingkungan tempat hidupnya, kondisi seperti inilah yang
diharapkan mampu menanamkan pemahaman tetang nilai moral yang baik.
3.2 Saran
Melalui makalah ini, diharapakan dapat menambah pengetahuan tentang
nilai, moral, dan sikap pada remaja. Sebagaimana kita ketahui remaja memegang
peranan penting dalam kemajuan suata bangsa pada masa yang akan datang. Nilai,
moral, dan sikap pada remaja perlu dipahami oleh calon pendidik, sehingga dapat
mengarahkan peserta didik dalam bersosialisasi dengan orang lain. Dalam
12
pengutipan materi pada makalah ini belumlah sempurna dalam penyusunannya.
Oleh karena itu, kami sebagai penyusun mengharapakan saran dan masukan yang
bersifat membangun agar dalam penyusunan makalah pada masa mendatang dapat
lebih optimal.
DAFTAR RUJUKAN
13