Anda di halaman 1dari 9

Faculty of Education – Teachers College

True Knowledge, Faith in Christ, Godly Character


(Colossians 1:9-14)

Pengantar Pendidikan Kristen

Bagian C

Natur dan Tujuan Pendidikan Kristen

Pendahuluan

Bagian A Dasar-Dasar Alkitabiah dan Teologis Pendidikan Kristen

Bagian B Pandangan Hidup (Worldview)

Bagian C Natur dan Tujuan Pendidikan Kristen

Bagian D Dasar-dasar Praktik Pendidikan Kristen

Bagian E Dasar-dasar Filosofi Pendidikan Kristen

BAGIAN C: Natur dan Tujuan Pendidikan Kristen


1
Pemahaman Sepanjang Hayat:

Ada perbedaan yang mencolok antara pendidikan Kristen dan pendidikan lain. Bagi pendidikan
Kristen, Allah adalah pusat dari semua realita.

“Karena itu saudara-saudara demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu
mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan
kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini,
tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak
Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna” (Roma 12:1-2).

“Ia adalah gambar Allah yang tidak kelihatan, yang sulung, lebih utama dari segala yang
diciptakan, karena di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada
di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan, baik singgasana, maupun kerajaan, baik
pemerintah, maupun penguasa; segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia” (Kolose 1:15–16)

Pertanyaan Kunci:

Apa yang berbeda mengenai Pendidikan Kristen? Apakah itu nyata? benar? baik? indah?
1. Apakah yang dimaksud dengan Pendidikan Kristen?
2. Apakah yang dimaksud dengan Sekolah Kristen?
3. Apakah yang dimaksud dengan Guru Kristen?

Bacaan Wajib

Van Brummelen, H. (2009). Berjalan bersama Tuhan di dalam kelas: Pendekatan belajar dan
mengajar secara Kristiani (Edisi Ketiga) (Terjemahan). ACSI.
Jenkins, J. (1995). Teaching for Transformation (Conference Paper) dalam bentuk catatan.

I. Pendidikan Kristen

1.1 Apa yang dimaksud dengan “pendidikan”?

Untuk menjawab pertanyaan di atas, mari kita merenungkan apa yang dimaksud dengan “belajar” dan
“pendidikan” serta keterkaitan antara keduanya?

1.2 Definisi “Pendidikan”

Learning is an interactive, continuous, organizing, and reorganizing process that leads to a relatively
permanent change in thinking and acting. (Belajar adalah suatu proses interaktif, berkesinambungan,
yang disusun secara sistematis, dan selalu ditelaah kembali untuk mencapai suatu
perubahan/transformasi yang permanen baik dalam hal bagaimana seseorang berpikir dan
bertingkahlaku.

Education is a deliberate attempt to bring about learning (Pendidikan adalah suatu cara yang
2
diusahakan untuk mencapai tujuan dari belajar).

(MacCoullough, 2013, hlm. 25)


1) Dari definisi “pendidikan” di atas, apa yang menjadi poin penting dalam pendidikan?

2) “Sebab itu sejak waktu kami mendengarkannya, kami tiada berhenti–henti berdoa untuk kamu. Kami
meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui
kehendak Tuhan dengan sempurna, sehingga hidupmu layak di hadapan-Nya serta berkenan kepada-
Nya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan baik dan bertumbuh dalam
pengetahuan yang benar tentang Allah” ?(Kolose 1:9-10)

Menurut Paulus, perubahan apa yang akan diharapkan dapat terjadi kepada seseorang yang menerima
hikmat dan pengetahuan?

3) Apakah definisi pendidikan di atas (poin 1.1 dan 1.2) sesuai dengan doa Rasul Paulus di Kolose 1:
9–10? Jelaskan!

1.3 Tujuan Pendidikan Kristen

Tujuan Pendidikan menurut Plato:

“If you ask what is good in general of education, the answer is easy: Education produces good men,
and good men act nobly” (Jika kamu bertanya apa yang baik tentang pendidikan, jawabannya
mudah: Pendidikan menghasilkan manusia yang berkarakter dan bertingkahlaku baik.

1) Menurut Anda, apa yang menjadi fokus utama dari tujuan pendidikan menurut Plato?

2) Apakah Anda setuju dengan tujuan pendidikan menurut Plato? Mengapa?

3
Tujuan pendidikan menurut beberapa pendidik Kristen:

- The aim of learning is to repair the ruins of our first parents by regaining to know God aright,
and out of that knowledge to love Him, to be like Him, as we may the nearest, by possessing our
souls of true virtue, which being united to the heavenly grace of faith, makes up the highest
perfection. (Tujuan pendidikan adalah untuk memperbaiki kerusakan parah yang dilakukan
oleh nenek moyang pertama kita yaitu dengan kita kembali mengenal Allah secara tepat,
pengetahuan tentang Allah akan membuat kita mengasihi Dia, menjadi serupa dengan-Nya,
memiliki hubungan yang sangat dekat, memiliki hati nurani yang benar, yang disatukan dengan
iman oleh kasih karunia dan menjadi kesempurnaan tertinggi - Milton, 1909).

- The useful purpose of all knowledge is to manifest the glory of God and to inspire man to love
all that is good. In short, the purpose for which youth ought to be educated is threefold: Faith
and Reverence, Uprightness in Morals, and Knowledge of Language and Arts. These are to be
taken in precise order they appear and not inversely. (Tujuan dari seluruh pengetahuan adalah
untuk menyatakan kemuliaan Allah dan menginspirasi orang lain untuk menyukai apa yang
baik. Secara singkat, tujuan dari pendidikan adalah: Iman dan Penghormatan, Moral yang
Jujur, dan Pengetahuan Bahasa dan Seni. Ketiga hal ini harus dimengerti sesuai dengan
urutannya - Comenius, 1896).

3) Let every student be plainly instructed and earnestly pressed to consider well the main end of his
life and studies is to know God and Jesus Christ which is eternal life, John 17:3, and therefore, to
lay Christ in the bottom, as the only foundation of all sound knowledge and learning (Biarlah
setiap murid diarahkan dan didorong dengan sungguh-sungguh untuk merenungkan tujuan utama
hidup dan pendidikannya yaitu untuk mengenal Allah dan Yesus Kristus yang merupakan
kekekalan, Yohanes 17:3. Oleh karena itu, penting untuk menjadikan Kristus sebagai dasar
seluruh pengetahuan dan pembelajaran - Rules of Harvard College, 1642).

4.Menurut Anda, apa kesamaan dari ketiga tujuan pendidikan yang dijabarkan oleh tiga pendidik
Kristen di atas? Apa yang menjadi fokus tujuan pendidikan dari ketiga pendidik Kristen tersebut?

A.Kesamaan dari ketiga tujuan pendidikan yang dialjabarkan di atas adalah sama sama tujuan
pendidikannya yaitu untuk mengenal Allah lebih jauh lagi.

B.yang menjadi fokus dari tujuan pendidikan Kristen tersebut adalah menjadikan pendidik Kristen
yang bermoral dan taat pada Tuhan.

5.Apa yang menjadi perbedaan utama antara tujuan pendidikan menurut Plato dan menurut pendidik
Kristen?

2) Sekolah Kristen
Bacalah Bab. 1 buku “Berjalan Bersama Tuhan di Dalam Kelas” untuk menjawab pertanyaan –
pertanyaan di bawah ini:
1) Di halaman 6–8, siapa sajakah yang dituliskan memiliki peran dalam pendidikan seorang murid?

4
2) Pada halaman 9 -11, apa implikasi dari “warga Kerajaan Allah”?

3) Apa yang menjadi peran sekolah Kristen?

4) Apa yang menjadi tujuan dari sekolah umum? Apakah sekolah umum memiliki tujuan yang
“netral”?

5) Apa perbedaan yang mencolok antara sekolah Kristen dan sekolah umum?

3) Guru Kristen
Peran Guru Kristen

Bacalah artikel yang ditulis oleh Jenkins (pada bagian terakhir dari modul ini) untuk menjawab
pertanyaan – pertanyaan di bawah ini!
1) Apa yang dimaksud dengan “proses transformasi”?

2) Apa yang menjadi peran guru Kristen dalam memfasilitasi proses transformasi yang merupakan
tujuan pendidikan Kristen?

5
6
Teaching for Transformation (Jenkins, 1995)

Bacalah artikel di bawah ini. Untuk mempermudah dalam menangkap gagasan utama dari setiap paragraf, silakan memberi warna atau garis bawah atau menebali kata-
kata/frasa/kalimat yang menjadi kunci pemahaman/konsep dari setiap paragraf. Artikel ini akan menjadi bahan diskusi dalam kelompok dan kelas besar saat sesi
sinkronus.

7
Bagian
Paragraf 1

Apakah transformasi itu? Pemahaman Kristen mengenai transformasi dimulai dengan iman terhadap kuasa kebangkitan yang mentransformasi kehidupan
individu. Keselamatan kita di dalam Kristus merupakan awal dari suatu proses pengudusan sepanjang hidup di mana kita ditransformasi untuk menjadi
serupa dengan Kristus. Proses ini harus dimulai dengan sebuah komitmen hati, dengan pertobatan, dan dengan suatu perubahan hidup yang radikal. Proses
transformasi harus meresap dalam kehidupan seseorang secara menyeluruh, menuntun kepada sebuah pembaruan pikiran dan kepada suatu perubahan
pandangan hidup (worldview) yang total.
Paragraf 2

Transformasi dimulai dari hati dan kemudian ke dalam pikiran. Namun, transformasi tidak berhenti sampai di situ. Memiliki komitmen iman dan cara
pandang Kristen memang penting, tetapi itu semua bukanlah sasaran akhir, karena iman tanpa perbuatan adalah mati, dan pengetahuan yang tidak berakar
dalam kasih hanya akan menghasilkan kesombongan.

Transformasi yang sejati harus menghasilkan berbagi perbuatan saleh dan hubungan yang penuh kasih. Namun pada kenyataannya, di antara orang-orang
Kristen yang berkomitmen untuk berpikir benar, seringkali ada ketidaksesuaian antara teori dan praktik, antara retorika Kerajaan Allah dan kenyataan tentang
praktik hubungan pribadi dan sosial.

Ketika pendidikan Kristen tidak menuntun kepada suatu perubahan tindakan dan hubungan yang penuh kasih, sesungguhnya transformasi yang nyata belum
terjadi dan pendidikan Kristen tersebut hanya menjadi sekedar proses indoktrinasi yang membawa kepada sikap konformis (conformity) dan kemunafikan.

Paragraf 3

Perbedaan yang kontras antara sikap konformis (conformity) dengan transformasi yang sejati adalah hal yang vital untuk diperjuangkan oleh para pendidik
Kristen, karena terlalu seringkali para murid bagaikan benih-benih yang tumbuh terhimpit oleh semak duri yaitu ketika mereka memasuki dunia nyata tanpa
sungguh-sungguh diubahkan. Sasaran komunitas yang cenderung untuk bersikap konfomis atau menyesuaikan diri dengan normal sosial yang berlaku (a
conforming community) adalah penganutan terhadap nilai-nilai budaya tertentu (biasanya berakar pada tradisi Kristen tertentu); sedangkan, sasaran
komunitas yang mengubahkan (a transforming community) adalah keserupaan dengan Kristus. Komunitas yang mengubahkan ini juga memberikan
kebebasan terhadap keragaman ekspresi dengan tujuan kesatuan. Sebuah visi yang konformis (a conforming vision) hanya berfokus kepada hasil akhir,
sedangkan visi yang mengubahkan (a transforming vision) menyadari bahwa proses transformasi yang terjadi di dalam diri individu melalui karya Roh
Kudus merupakan hal yang terpenting. Sebuah budaya yang konformis (a conforming culture) menghargai bebagai hal yang tampak (penampilan) dari luar
yang kelihatan pantas bagi masyarakat, walaupun mungkin sikap-sikap yang mendasarinya salah dan bersifat duniawi. Budaya yang mengubahkan (a
transforming culture) menjunjung karakter Kristus, yang termanifestasi dalam tindakan-tindakan saleh yang terpancar dari roh di dalam hidup yang telah
diperbaharui, bukan hanya sekedar memenuhi harapan-harapan eksternal.
Paragraf 4

Oleh sebab itu, sebagai pendidik-pendidik Kristen, kita tidak hanya harus mengimpartasi cara berpikir yang alkitabiah. Doktrin yang benar saja tidak cukup.
Kita harus mengubah nilai-nilai dan sikap-sikap kita, karena hal ini mempengaruhi para murid kita dalam membuat keputusan tentang bagaimana mereka
akan bertindak. Hal ini merupakan sasaran yang lebih radikal dan sulit untuk dicapai dibandingkan hanya sekedar mengajarkan pemikiran yang benar.

Karakter kristiani tidak dapat diimpartasi hanya dengan diajarkan; hal itu harus diperlihatkan melalui teladan dalam konteks hubungan-hubungan. Hal ini
harus terbukti dalam perbuatan dan sikap dari para staf pendidik, baik saat berada dalam masa anugerah dan sukacita, maupun saat duka atau stres. Memang,
hal ini harus meresap ke seluruh budaya komunukasi pendidikan, karena “budaya memperlihatkan keseluruhan dari apa yang dihargai oleh sekelompok
orang” (Carson & Woodbridge, hal 7)1. Hanya budaya yang telah diubahkanlah yang akan menyediakan tanah yang baik untuk kelanjutan proses
transformasi setiap individu. 8

Paragraf 5

Dinamika dari transformasi budaya tidak berakhir sampai di situ, karena selain memproklamirkan visi Kerajaan Allah yang mengubahkan, Kristus telah
1
Carson & Woodbrigde.eds God and Culture. Essays in Honor of Carl F. Henry, hal 7
2
klasifikasi ini menarik dan meluaskan ide dari H. Richard Niebuhr’s Christ and Culture, Harro Van Brummelen dan Heie dan Wolfe, eds The Reality of Christian Learrning.

Nama : Suarni Zebua

Anda mungkin juga menyukai