PAK merupakan pengajaran yang berfokus pada konsep nilai-nilai Kristiani yang dilakukan baik di sekolah, gereja dan yang paling terpenting yaitu di keluarga. PAK yang diselenggarakan di sekolah mulai dari level Pendidikan Anak Usia Dini, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah sampai pada perguruan tinggi. Sedangkan PAK yang diselenggarakan di gereja mulai dari berbagai macam pelayanan kategorial yang didalamnya ada Sekolah Minggu, pelayanan remaja, pelayanan pemuda, pelayanan kaum ibu/kaum bapak, pelayanan lansia. PAK yang dilaksanakan dalam keluarga merupakan pendidikan yang diberikan kepada anggota keluarga sesuai dengan tujuan dan misi keluarga dalam dunia ini. Daniel Nuhamara yang mengutip tulisan Thomas Groome memberi pernyataan bahwa ada banyak istilah yang dipakai untuk menyebut PAK, seperti Christian Education (Pendidikan Kristen), Religion Education (Pendidikan Agama), Christian Religion Education (Pendidikan Agama Kristen), Christian Nature (Asuhan Kristen), dan Religion Instruction (Pengajaran Agamawi). Selanjutnya Nahumara menjelaskan bahwa perbedaan istilah yang memiliki konotasi konsep karena istilah-istilah tersebut lahir dalam latar belakang dan konteks yang berbeda-beda. Menurut Thomas Groome istilah Christian Religious Education (PAK) merupakan istilah yang tepat karena istilah ini lebih mendalam dalam menjelaskan arti dari PAK. Menurut Groome, PAK sebagai kegiatan yang sangat kompleks. Ia mengungkapkan hakikat kegiatan ini sebagai kegiatan yang dilaksanakan dalam konteks historis.86 Groome mengartikan PAK sebagai kegiatan politis bersama peziarah dalam waktu yang secara sengaja bersama mereka memberi perhatian pada kegiatan Allah di masa kini, pada cerita komunitas iman Kristen dan visi Kerajaan Allah, benih-benih yang telah lahir di antara kita. Sedangkan secara deskriptif, Groome menjelaskan bahwa hakikat PAK adalah memiliki pengaruh dalam hal ini baik naradidik maupun pendidik harus saling berhubungan supaya dapat memahami Allah yang berkarya sepanjang sejarah (sepanjang masa). Pengertian PAK ini hendak mendudukan kembali arti panggilan setiap umat Kristen yang terpanggil menjadi Gereja Kristen yang universal.88 Berbicara mengenai istilah, maka penulis setuju dengan pendapat Groome yang lebih memilih menggunakan istilah PAK, ketimbang istilah pendidikan agama karena pendidikan agama mengacu pada pemahaman secara umum yang didalamnya membahas mengenai keberagaman agama di dunia sementara PAK lebih spesifik yang menjelaskan mengenai nilai-nilai kristiani. Selain Groome yang memberikan pendapatnya mengenai PAK, maka ada beberapa tokoh juga memiliki pendapat tentang pengertian PAK: Menurut G. Homrighausen: “PAK berpangkal pada persekutuan umat Tuhan. Dalam Perjanjian Lama hakikatnya dasar-dasar terdapat pada sejarah suci purbakala, bahwa PAK itu mulai sejak terpanggilnya Abraham menjadi nenek moyang umat pilihan Tuhan, bahkan bertumpu pada Allah sendiri karena Allah menjadi pendidik bagi umat-Nya. Menurut Samuel Sidjabat: PAK adalah pendidikan yang bercorak, berdasar, dan berorientasi kristiani serta dapat memerdekakan setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dari perbudakan dosa serta membawa orang dalam persekutuan Kristen supaya menerima pengampunan dan kekuatan dengan ucapan sukur dari ketaatan serta dimampukan untuk bertumbuh. Horward Hendricks mendefinisikan PAK adalah: “Christian education is not an option; it it not a luxury, it is a life. It is not something nice to save, it is not a part of the work of the church, it is the work of church. It is not extraneous, it is essential. It is our obligation, not merely an option”. Artinya kurang lebih: PAK bukan pilihan, itu adalah perintah; itu bukan kemewahan, itu adalah kehidupan. Itu bukan sesuatu yang baik untuk disimpan, itu adalah sesuatu yang perlu dimiliki. Itu juga bukan bagian dari pekerjaan gereja, itu adalah pekerjaan gereja. Itu penting dan tidak asing melainkan kewajiban kita bukan hanya sebuah pilihan. Kristianto mengutip pendapat Campbell Wckoff, PAK adalah “Pendidikan yang menyadarkan setiap orang akan Allah dan kasih-Nya dalam Yesus Kristus, agar mereka mengetahui diri mereka yang sebenarnya, keadaannya, bertumbuh sebagai anak Allah dalam persekutuan Kristen, memenuhi panggilan bersama murid Yesus di dalam dan tetap percaya pada pengharapan Kristen”. Beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa PAK adalah proses pembelajaran yang diupayakan dari pihak keluarga, sekolah, dan juga gereja yang mengandung nilai-nilai kristiani sehingga dari pembelajaran tersebut terbentuklah sikap, karakter, perilaku yang mencerminkan teladan Kristus sehingga setiap peribadi dapat mengalami perubahan hidup yang lebih baik, dan juga bertumbuh dalam persekutuan Kristen. Dalam perkembangan yang ada saat ini, bila melihat potret pendidikan di Indonesia pada era revolusi industri 4.0 sangat menuntut suatu reformasi dalam pembelajaran bagi generasi millennial, yang digambarkan sebagai bonus demografi memasuki era Indonesia Emas pada 2045, sehingga generasi ini menjadi yang mampu bersaing, berkolaborasi secara positif sesuai kemampuan dan kreativitas dengan skill yang dimilikinya. Dengan demikian, maka PAK dapat menjawab setiap permasalahan dalam kehidupan generasi muda saat ini. Pembelajaran PAK di era disrupsi ini membawa suatu perubahan positif yang dapat berdampak dalam pengambilan keputusan baik secara jasmani maupun rohani. Hal ini disebabkan karena melalui pembelajaran PAK dengan metode dan strategi yang sesuai kebutuhan era ini, maka disetiap era dan zaman yang ada, dapat terlihat bahwa Allah turut bekerja dalam setiap waktu dan kesempatan yang ada. Pendidikan Agama Kristen di level Perguruan Tinggi merupakan fondasi untuk pembentukan karakter bagi para mahasiswa. Sesuai dengan motto dari Universitas Kristen Indonesia (UKI) “Melayani bukan untuk dilayani” merupakan dasar utama agar menjadikan pribadi-pribadi yang dididik menjadi pribadi yang dewasa, saling menghargai satu dengan lainnya, tanpa memandang, suku, agama atau etnis apapun. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai UKI: 1) Rendah hati (Humility, Fil. 2:3b). Sikap rendah hati akan memberikan rasa senang (comfort) bagi orang lain, dan tercermin dalam perilaku yang ramah, baik, murah senyum, sabar, siap menolong, komunikatif, pengertian, respek, dan melayani dengan hati. 2) Berbagi dan peduli (sharing and caring, Ibr. 10:24). Sikap berbagi dan peduli dapat dirasakan orang lain dalam bentuk empati, dan tercermin dalam perilaku yang bersedia untuk mendengar, menghargai orang lain, penuh pengertian, murah hati, bersedia memberikan waktu dan perhatian, dan bersedia memberi informasi yang diperlukan (informative). 3) Disiplin (discipline, Ef. 5:16). Sikap disiplin akan membangun konsistensi, dan tercermin dalam perilaku kerja yang tepat waktu, taat pada peraturan (compliance), dan konsisten. 4) Profesional (professional, Mat. 25:21). Sikap profesional akan memberikan rasa puas bagi orang lain, dan tercermin dalam perilaku yang cepat dan tepat waktu dalam memberi respon, akurat, dapat bekerja sama, ahli dan kompeten, memberi pelayanan yang terbaik, dapat dijamin (assurance), membawa terobosan-terobosan, dan membawa perbaikan yang terus-menerus (continuous improvement). 5) Bertanggung jawab (responsibility, Bil. 4:49). Sikap bertanggung jawab akan membangun kepercayaan, dan tercermin dalam perilaku yang dapat dipercaya, transparan, adil, taat pada peraturan (compliance), mampu mempertimbangkan risiko, dan terbuka terhadap masukan (open to suggestions). 6) Berintegritas (Integrity, Ams. 19:1) Penerapan budaya kerja ini menciptakan kebahagiaan (Happiness), dengan atribut: honesty, sincerity, credibility, morality, characteristically, personality, wholeness, cohesiveness, totality, unity, spirituality, good attitudes, perfect temperament, dan supreme habitual. Sikap integritas ini akan memberikan keuntungan kepada semua pihak, dan tercermin dalam kesatuan antara sikap dan tindakan, perkataan dengan perbuatan, dan konsisten dalam bertindak secara kontinu apapun risikonya (consistent and continuous). Hal inilah yang menjadikan UKI menjadi Perguruan Tinggi yang mencerminkan karakter Kristus, dan melalui nilai-nilai UKI, maka pembentukan karakter para mahasiswa dimulai dari awal agar memiliki dasar yang kuat sesuai kebenaran Alkitab, karena rancangan yang dibangun atas dasar kehendak Allah, maka akan semakin kokoh fondasi tersebut untuk pertumbuhan iman bagi para mahasiswa. Pendidikan Agama Kristen bukan saja berbicara tentang doktrin, tetapi memberikan warna Kristen yang adalah dasar dari Alkitab. Pentingnya dasar pembentukan karakter bagi mahasiswa di awal perkuliahan agar menjadi manusia baru dengan karakter yang benar sesuai karakter Kristus, sehingga dalam budaya atau zaman apapun serta perubahan dan tantangan bagi iman Kristen akan memberi dasar maupun warna dalam dunia pendidikan. Hal ini terkait dengan panggilan setiap orang Kristen untuk terlibat dalam segala bentuk kehidupan termasuk dunia pendidikan. PAK adalah pengetahuan yang menjadi warisan tersendiri bagi setiap mereka yang belajar secara baik dan benar, serta dapat menjadi transformasi bagi generasi lainnya. Era disrupsi dalam dunia pendidikan merupakan bagian dari media yang strategis dan dan berpotensi untuk mengajarkan dasar iman Kristen. Agar tunduk pada otoritas Allah melalui kebenaran Alkitab baik dalam teori maupun praktik hidup. Dalam kehidupan iman yang kokoh atas dasar kebenaran, maka penekanan terhadap pengajaran Alkitab tentang status manusia yang berdosa yang memerlukan pertobatan adalah hal yang sangat krusial. Satu hal yang sangat penting bagi manusia berdosa adalah dengan pertobatan, dan bagaimana manusia bisa menyadari dan bertobat, itu melalui pendidikan. Dengan belajar PAK, maka memperoleh pengampunan dosa dan pembenaran serta hidup melalui pertolongan Roh Kudus. Kesemuanya ini akan menjadikan para mahasiswa mengalami perubahan dan menyerupai karakter Tuhan Yesus melalui Pendidikan Kristen.
E. PAK Bagi Generasi Millenial
Fenomena Pendidikan di era 4.0 membuktikan bahwa adanya pergeseran dalam tatanan pembelajaran yang menuntut semua kegiatan pendidikan harus berbasis teknologi digitalisasi, termasuk Pendidikan Agama Kristen atau yang disingkat PAK. Realnya PAK di perguruan tinggi memiliki misi yang sangat jelas, yakni untuk meningkatkan semangat dan peningkatan iman bagi para mahasiswa, aga dapat meningkatkan nilai-nilai kristiani dan moral secara religius dalam kehidupan sosial, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sesuai Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2012 Pasal 35 ayat 3 tentang kurikulum menyatakan bahwa Kurikulum Pendidikan Tinggi dikembangkan oleh setiap Perguruan Tinggi dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi wajib memuat mata kuliah Agama, Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia yang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini sejalan dengan agenda revolusi karakter bangsa dalam Nawacita, Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU) di perguruan tinggi menjadi sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar keagamaan dan kebudayaan, rasa kebangsaan dan cinta tanah air sepanjang hayat. Pendidikan bagi kaum millennial dewasa kini adalah satu bagian yang perlu dikembangkan sesuai program yang ada berbasis sistem digitalisasi. Hal ini sangat tepat sebab merupakan suatu ciri khusus bagi kaum millennial yang sangat fasih dan familiar dalam media informasi dan internet. Kaum millennial sangat terbuka dengan perkembangan yang ada, dan memiliki idealisme yang dapat memajukan dirinya sesuai perkembangan yang ada. Akan tetapi, internet yang adalah jendela pengetahuan juga dapat berdampak negatif apabila tidak dipergunakan sesuai kebutuhan yang ada, sehingga mengakibatkan keterjebakan pada gaya hidup sosial yang bebas, tanpa memiliki pemikiran yang tepat menyangkut dampak yang dapat memengaruhi kehidupannya secara nyata. Gambaran ini seperti yang dinyatakan oleh Benny Susetyo bahwa kurikulum pendidikan agama di sekolah mesti dipahami dan dimengerti sebagai sarana komunikasi atau interaksi iman. Universitas Kristen Indonesia memahami hal ini dan menerapkannya bagi setiap mahasiswa sesuai dengan nilai-nilai kristiani demi pembentukan karakter dan moralitas yang pancasilais. Bila PAK pada dasarnya selalu dianggap suatu pelajaran bagian dari Mata Kuliah Umum (MKU), maka untuk saat ini perlu ditingkatkan sebagai materi penting yang dapat membentuk kepribadian sesuai iman yang dianut, dan bukan hanya sebagai pelengkap saja. Di era industri 4.0 terjadi disrupsi, dan PAK perlu ditingkatkan sistem pembelajaran dengan menggunakan metode dan strategi sesuai perkembangan yang ada secara lebih komprehensif, sehingga ke depan PAK menjadi bagian terpenting dalam rangka menghasilkan pribadi-pribadi yang memiliki spiritual yang kuat dalam imannya, dengan menunjukkan karakter yang sesuai moralitas dan nilai- nilai kristiani.
F. Teknologi Digital dalam Pembelajaran PAK di Era Industri 4.0
Integrasi teknologi digital dalam pembelajaran merupakan tantangan bagi setiap perguruan tinggi di era industri 4.0. Pendidikan di era ini merupakan jawaban atas perkembangan yang ada, dimana setiap kehidupan manusia diselaraskan dengan teknologi untuk menghasilkan inovasi- inovasi terbaru sebagai suatu peluang baik secara kreatif dan inovatif. Menurut Peter Fisk dalam penjelasannya memberikan suatu pernyataan, yakni: “that the new vision of learning promotes learners to learn not only skills and knowledge that are needed but also to identify the source to learn these skills and knowledge.” Pernyataan ini memberikan suatu pemahaman bahwa pembelajaran harus sesuai visi yang ditetapkan, agar adanya peningkatan yang dapat mengajarkan setiap individu tidak hanya keterampilan, tetapi mampu mengidentifikasi sumber dalam mempelajari keterampilan dan pengetahuan. Hal ini sejalan dengan perkembangan di era industri 4.0 dimana perkembangan revolusi industri yang terjadi pada dunia saat ini, dikarekana secara tidak langsung perubahan tatanan pada ekonomi turut berpengaruh pada tatanan pendidikan di negara manapun termasuk Indonesia. Sejarah membuktikan bahwa revolusi industri 4.0 dimulai dari: Revolusi Industri 1.0 yang terjadi pada abad ke-18, dimana menghasilkan penemuan mesin uap, sehingga memungkinkan barang dapat diproduksi secara masal, yang kedua Revolusi Industri 2.0 terjadi pada abad ke-19 dimulai dengan penggunaan listrik yang membuat biaya produksi menjadi lebih murah, ketiga Revolusi Industri 3.0 dimulai sekitar tahun 1970-an melalui penggunaan komputerisasi, dan yang terakhir yakni Revolusi Industri 4.0 masuk terjadi pada sekitar tahun 2010-an melalui rekayasa intelegensia dan internet of thing sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin. Meskipun perkembangan pendidikan belum bisa secara optimal mengikuti kecepatan akibat revolusi industri tersebut, tetapi salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk menghadapi tantangan revolusi industri 4.0 ini adalah melalui peningkatan kualitas pendidik agar mampu mengajarkan materi dengan pendekatan penerapan penggunaan Teknologi Informasi (TI) dalam proses belajar mengajar, agar tidak tertinggal di setiap zaman dan kesempatan yang ada. PAK membawa perubahan bagi setiap mahasiswa dan para mahasiswa harus dibekali dengan pemahaman yang baik tentang isu global dan diekspos ke situasi multi budaya untuk dididik menjadi warga negara global yang bertanggung jawab. Dengan demikian, maka internasionalisasi Pendidikan Tinggi menjadi hal yang tidak terhindarkan. Pada tatanan pendidikan di level perguruan tinggi jauh lebih penting berperan sebagai sumber utama negara dalam penciptaan knowledge dan talenta. Hal inilah yang seharusnya menjadi barometer untuk peningkatan model pembelajaran PAK, sehingga setiap lulusan mampu bersaing dan menjadi berkat di tengah lingkungan masyarakat. Pembelajaran PAK merupakan poin penting dari misi Tuhan yang harus dilaksanakan sesuai Matius 28:20a “dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu”. Kehendak Allah bagi manusia merupakan suatu janji yang harus digenapi. Jadi melalui pembelajaran PAK, maka jaminan Kristus bagi mereka yang terlibat dalam menjangkau jiwa-jiwa yang terhilang dan mengajar mereka untuk menaati prinsip-prinsip-Nya yang benar, akan membawa jiwa bagi Tuhan, khususnya kaum muda di era disrupsi. Dalam kondisi dan situasi apapun Yesus menyertai. Inilah jawaban bagi orang untuk terus meningktkan iman melalui pembelajaran yang ada. Melalui pembelajaran PAK, maka memotivasi generasi muda untuk hidup sesuai kehendak-Nya. Pembelajaran di era industri 4.0 melalui perkembangan teknologi digital di telah membawa perubahan dan memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk di bidang pendidikan. Sehingga menurut Hoyles & Lagrange “teknologi digital adalah hal yang paling memengaruhi sistem pendidikan di dunia saat ini. Hal ini disebabkan karena aspek efektivitas, efisiensi dan daya tarik yang ditawarkan oleh pembelajaran berbasis teknologi digital. Revolusi Industri 4.0 secara fundamental mengakibatkan berubahnya cara manusia berpikir, hidup, dan berhubungan satu dengan yang lain. Era ini akan mendisrupsi berbagai aktivitas manusia dalam berbagai bidang, tidak hanya dalam bidang teknologi saja, namun juga bidang yang lain seperti ekonomi, sosial, dan politik. Dengan demikian, maka peningkatan mutu dari pembelajaran PAK haruslah mengikuti perkembangan yang ada, guna memperkuat iman dan memahami setiap zaman sesuai perkembangan yang ada. PAK di era disrupsi membawa pengaruh yang sangat signifikan, karena selain mempelajari kebenaran Allah, tetapi juga belajar memahami media dan penggunaannya secara tepat, agar tidak terjebak dengan berbagai tindakan yang merugikan diri sendiri. Hal ini disebabkan karena kaum millenial selalu bersentuhan dengan media sosial. Tetapi melalui PAK secara digital, maka penyampaian firman Tuhan berdampak positif untuk merubah cara berpikir yang lebih dewasa. Peran PAK yang harus ditingkatkan dalam era disrupsi bukan saja terletak pada pembelajaran melalui lembaga pendidikan dalam hal ini seperti kampus-kampus yang ada, namun PAK berperan penting dalam gereja dan keluarga menyangkut dengan penggunaan teknologi agar bijak dalam bertindak di segala aspek kehidupan, karena PAK mengajarkan penggunaan teknologi sesuai iman Kristen. Era disrpusi mengajarkan kepada setiap manusia, khususnya bagi kaum millenial tentang pola interkasi yang terbaru lebih kepada inovatif dan masif. Melalui pembelajaran PAK, maka kebenaran Allah menjadi fondasi bagi mahasiswa sebagai pebelajar yang mengerti maksud dan kehendak-Nya atas diri secara pribadi. Kebenaran Allah membawa pembaharuan dan pertumbuhan iman bagi setiap mahasiswa yang dengan sungguh mau belajar untuk suatu perubahan. Era disrupsi hadir sebagai bagian dari rancangan Allah bagi manusia untuk lebih bijaksana dalam bertindak, karena dampak dari revolusi industri 4.0 peubahan karakter menjadikan manusia menjadi dewasa secara rohani dan jasmani. Menurut Mardina dalam prosiding yang ditulis oleh Fredick bahwa “dampak revolusi industri 4.0 melahirkan banyak kemajuan teknologi informasi terutama pada kehidupan manusia. Setiap kegiatan, pekerjaaan, atau entitas bisnis harus mampu adaptif terhadap teknologi terkini, agar bisa bertahan dalam memenangkan persaingan. Kesimpulan Peningkatan mutu pembelajaran di era disrupsi khususnya bagi Pendidikan Agama Kristen memperlihatkan bahwa PAK di era disrupsi bagi generasi saat ini menjadi tantangan tersendiri dalam pembelajaran, maka dibutuhkan kerangka belajar yang tersistematis dan efektif, dengan menggunakan pengetahuan (sains) dan teknologi sebagai media dan sarana belajar. MacLuhan membayangkan dunia menjadi semakin sempit berkat teknologi elektrik dan arus informasi yang sama derasnya ke setiap bagian dunia. Hal itu berarti, perkembangan teknologi informasi secara radikal turut mengubah struktur kehidupan secara sosiologis. Bentuk-bentuk komunikasi, terutama cara-cara menyampaikan pesan, opini, kritik, dan evaluasi berubah secara radikal. Berkat kecepatan informasi dan transportasi yang diciptakan teknologi, maka kebudayaan- kebudayaan yang terasing, atau paling kurang dianggap jauh, menjadi dekat dan saling berbaur. Sehingga para pendidik di era disrupsi wajib menguasai IT, materi pembelajaran dan penilaian dikemas dalam bentuk aplikasi online. Dari setiap perkembangan yang ada, terdapat dampak positif era disrupsi bagi PAK. Hal ini dapat dilihat pada saat proses belajar mengajar pendidik harus mampu mengelola waktu yang ada, dan menjadi pendidik mampu tampil menjadi pendidik yang profesional, transformer dan inspiratif. Fenomena pendidikan di era 4.0 membuktikan bahwa adanya pergeseran dalam tatanan pembelajaran yang menuntut semua kegiatan pendidikan harus berbasis teknologi digitalisasi, termasuk Pendidikan Agama Kristen atau yang disingkat PAK. Di era disrupsi 4.0 media pembelajaran sangat dibutuhkan oleh seorang pendidik dalam hal ini para dosen dalam melakukan variasi pembelajaran, sehingga mahasiswa tidak mengalami kejenuhan dalam mengikuti proses pembelajaran. Integrasi teknologi digital dalam pembelajaran merupakan tantangan bagi setiap perguruan tinggi di era industri 4.0. Pendidikan di era ini merupakan jawaban atas perkembangan yang ada, dimana setiap kehidupan manusia diselaraskan dengan teknologi untuk menghasilkan inovasi-inovasi terbaru sebagai suatu peluang baik secara kreatif dan inovatif. Dengan demikian, maka PAK di era disrupsi bukan menjadi suatu halangan, tetapi menjadi peluang untuk meningkatkan mutu pembelajaran.