Anda di halaman 1dari 7

D.

Hakikat Pendidikan Agama Kristen


PAK merupakan pengajaran yang berfokus pada konsep nilai-nilai Kristiani yang dilakukan baik
di sekolah, gereja dan yang paling terpenting yaitu di keluarga. PAK yang diselenggarakan di
sekolah mulai dari level Pendidikan Anak Usia Dini, Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar,
Sekolah Menengah sampai pada perguruan tinggi. Sedangkan PAK yang diselenggarakan di
gereja mulai dari berbagai macam pelayanan kategorial yang didalamnya ada Sekolah Minggu,
pelayanan remaja, pelayanan pemuda, pelayanan kaum ibu/kaum bapak, pelayanan lansia. PAK
yang dilaksanakan dalam keluarga merupakan pendidikan yang diberikan kepada anggota
keluarga sesuai dengan tujuan dan misi keluarga dalam dunia ini.
Daniel Nuhamara yang mengutip tulisan Thomas Groome memberi pernyataan bahwa ada
banyak istilah yang dipakai untuk menyebut PAK, seperti Christian Education (Pendidikan
Kristen), Religion Education (Pendidikan Agama), Christian Religion Education (Pendidikan
Agama Kristen), Christian Nature (Asuhan Kristen), dan Religion Instruction (Pengajaran
Agamawi). Selanjutnya Nahumara menjelaskan bahwa perbedaan istilah yang memiliki konotasi
konsep karena istilah-istilah tersebut lahir dalam latar belakang dan konteks yang berbeda-beda.
Menurut Thomas Groome istilah Christian Religious Education (PAK) merupakan istilah yang
tepat karena istilah ini lebih mendalam dalam menjelaskan arti dari PAK. Menurut Groome,
PAK sebagai kegiatan yang sangat kompleks. Ia mengungkapkan hakikat kegiatan ini sebagai
kegiatan yang dilaksanakan dalam konteks historis.86 Groome mengartikan PAK sebagai
kegiatan politis bersama peziarah dalam waktu yang secara sengaja bersama mereka memberi
perhatian pada kegiatan Allah di masa kini, pada cerita komunitas iman Kristen dan visi
Kerajaan Allah, benih-benih yang telah lahir di antara kita. Sedangkan secara deskriptif, Groome
menjelaskan bahwa hakikat PAK adalah memiliki pengaruh dalam hal ini baik naradidik maupun
pendidik harus saling berhubungan supaya dapat memahami Allah yang berkarya sepanjang
sejarah (sepanjang masa).
Pengertian PAK ini hendak mendudukan kembali arti panggilan setiap umat Kristen yang
terpanggil menjadi Gereja Kristen yang universal.88 Berbicara mengenai istilah, maka penulis
setuju dengan pendapat Groome yang lebih memilih menggunakan istilah PAK, ketimbang
istilah pendidikan agama karena pendidikan agama mengacu pada pemahaman secara umum
yang didalamnya membahas mengenai keberagaman agama di dunia sementara PAK lebih
spesifik yang menjelaskan mengenai nilai-nilai kristiani. Selain Groome yang memberikan
pendapatnya mengenai PAK, maka ada beberapa tokoh juga memiliki pendapat tentang
pengertian PAK:
Menurut G. Homrighausen:
“PAK berpangkal pada persekutuan umat Tuhan. Dalam Perjanjian Lama hakikatnya dasar-dasar
terdapat pada sejarah suci purbakala, bahwa PAK itu mulai sejak terpanggilnya Abraham
menjadi nenek moyang umat pilihan Tuhan, bahkan bertumpu pada Allah sendiri karena Allah
menjadi pendidik bagi umat-Nya.
Menurut Samuel Sidjabat:
PAK adalah pendidikan yang bercorak, berdasar, dan berorientasi kristiani serta dapat
memerdekakan setiap orang yang percaya kepada Tuhan Yesus dari perbudakan dosa serta
membawa orang dalam persekutuan Kristen supaya menerima pengampunan dan kekuatan
dengan ucapan sukur dari ketaatan serta dimampukan untuk bertumbuh.
Horward Hendricks mendefinisikan PAK adalah: “Christian education is not an option; it it not a
luxury, it is a life. It is not something nice to save, it is not a part of the work of the church, it is
the work of church. It is not extraneous, it is essential. It is our obligation, not merely an option”.
Artinya kurang lebih: PAK bukan pilihan, itu adalah perintah; itu bukan kemewahan, itu adalah
kehidupan. Itu bukan sesuatu yang baik untuk disimpan, itu adalah sesuatu yang perlu dimiliki.
Itu juga bukan bagian dari pekerjaan gereja, itu adalah pekerjaan gereja. Itu penting dan tidak
asing melainkan kewajiban kita bukan hanya sebuah pilihan.
Kristianto mengutip pendapat Campbell Wckoff, PAK adalah
“Pendidikan yang menyadarkan setiap orang akan Allah dan kasih-Nya dalam Yesus Kristus,
agar mereka mengetahui diri mereka yang sebenarnya, keadaannya, bertumbuh sebagai anak
Allah dalam persekutuan Kristen, memenuhi panggilan bersama murid Yesus di dalam dan tetap
percaya pada pengharapan Kristen”.
Beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa PAK adalah proses pembelajaran yang
diupayakan dari pihak keluarga, sekolah, dan juga gereja yang mengandung nilai-nilai kristiani
sehingga dari pembelajaran tersebut terbentuklah sikap, karakter, perilaku yang mencerminkan
teladan Kristus sehingga setiap peribadi dapat mengalami perubahan hidup yang lebih baik, dan
juga bertumbuh dalam persekutuan Kristen. Dalam perkembangan yang ada saat ini, bila melihat
potret pendidikan di Indonesia pada era revolusi industri 4.0 sangat menuntut suatu reformasi
dalam pembelajaran bagi generasi millennial, yang digambarkan sebagai bonus demografi
memasuki era Indonesia Emas pada 2045, sehingga generasi ini menjadi yang mampu bersaing,
berkolaborasi secara positif sesuai kemampuan dan kreativitas dengan skill yang dimilikinya.
Dengan demikian, maka PAK dapat menjawab setiap permasalahan dalam kehidupan generasi
muda saat ini. Pembelajaran PAK di era disrupsi ini membawa suatu perubahan positif yang
dapat berdampak dalam pengambilan keputusan baik secara jasmani maupun rohani. Hal ini
disebabkan karena melalui pembelajaran PAK dengan metode dan strategi yang sesuai
kebutuhan era ini, maka disetiap era dan zaman yang ada, dapat terlihat bahwa Allah turut
bekerja dalam setiap waktu dan kesempatan yang ada.
Pendidikan Agama Kristen di level Perguruan Tinggi merupakan fondasi untuk pembentukan
karakter bagi para mahasiswa. Sesuai dengan motto dari Universitas Kristen Indonesia (UKI)
“Melayani bukan untuk dilayani” merupakan dasar utama agar menjadikan pribadi-pribadi yang
dididik menjadi pribadi yang dewasa, saling menghargai satu dengan lainnya, tanpa
memandang, suku, agama atau etnis apapun. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai UKI:
1) Rendah hati (Humility, Fil. 2:3b). Sikap rendah hati akan memberikan rasa senang (comfort)
bagi orang lain, dan tercermin dalam perilaku yang ramah, baik, murah senyum, sabar, siap
menolong, komunikatif, pengertian, respek, dan melayani dengan hati.
2) Berbagi dan peduli (sharing and caring, Ibr. 10:24). Sikap berbagi dan peduli dapat dirasakan
orang lain dalam bentuk empati, dan tercermin dalam perilaku yang bersedia untuk mendengar,
menghargai orang lain, penuh pengertian, murah hati, bersedia memberikan waktu dan perhatian,
dan bersedia memberi informasi yang diperlukan (informative).
3) Disiplin (discipline, Ef. 5:16). Sikap disiplin akan membangun konsistensi, dan tercermin
dalam perilaku kerja yang tepat waktu, taat pada peraturan (compliance), dan konsisten.
4) Profesional (professional, Mat. 25:21). Sikap profesional akan memberikan rasa puas bagi
orang lain, dan tercermin dalam perilaku yang cepat dan tepat waktu dalam memberi respon,
akurat, dapat bekerja sama, ahli dan kompeten, memberi pelayanan yang terbaik, dapat dijamin
(assurance), membawa terobosan-terobosan, dan membawa perbaikan yang terus-menerus
(continuous improvement).
5) Bertanggung jawab (responsibility, Bil. 4:49). Sikap bertanggung jawab akan membangun
kepercayaan, dan tercermin dalam perilaku yang dapat dipercaya, transparan, adil, taat pada
peraturan (compliance), mampu mempertimbangkan risiko, dan terbuka terhadap masukan (open
to suggestions).
6) Berintegritas (Integrity, Ams. 19:1) Penerapan budaya kerja ini menciptakan kebahagiaan
(Happiness), dengan atribut: honesty, sincerity, credibility, morality, characteristically,
personality, wholeness, cohesiveness, totality, unity, spirituality, good attitudes, perfect
temperament, dan supreme habitual. Sikap integritas ini akan memberikan keuntungan kepada
semua pihak, dan tercermin dalam kesatuan antara sikap dan tindakan, perkataan dengan
perbuatan, dan konsisten dalam bertindak secara kontinu apapun risikonya (consistent and
continuous).
Hal inilah yang menjadikan UKI menjadi Perguruan Tinggi yang mencerminkan karakter
Kristus, dan melalui nilai-nilai UKI, maka pembentukan karakter para mahasiswa dimulai dari
awal agar memiliki dasar yang kuat sesuai kebenaran Alkitab, karena rancangan yang dibangun
atas dasar kehendak Allah, maka akan semakin kokoh fondasi tersebut untuk pertumbuhan iman
bagi para mahasiswa. Pendidikan Agama Kristen bukan saja berbicara tentang doktrin, tetapi
memberikan warna Kristen yang adalah dasar dari Alkitab.
Pentingnya dasar pembentukan karakter bagi mahasiswa di awal perkuliahan agar menjadi
manusia baru dengan karakter yang benar sesuai karakter Kristus, sehingga dalam budaya atau
zaman apapun serta perubahan dan tantangan bagi iman Kristen akan memberi dasar maupun
warna dalam dunia pendidikan. Hal ini terkait dengan panggilan setiap orang Kristen untuk
terlibat dalam segala bentuk kehidupan termasuk dunia pendidikan. PAK adalah pengetahuan
yang menjadi warisan tersendiri bagi setiap mereka yang belajar secara baik dan benar, serta
dapat menjadi transformasi bagi generasi lainnya. Era disrupsi dalam dunia pendidikan
merupakan bagian dari media yang strategis dan dan berpotensi untuk mengajarkan dasar iman
Kristen. Agar tunduk pada otoritas Allah melalui kebenaran Alkitab baik dalam teori maupun
praktik hidup.
Dalam kehidupan iman yang kokoh atas dasar kebenaran, maka penekanan terhadap pengajaran
Alkitab tentang status manusia yang berdosa yang memerlukan pertobatan adalah hal yang
sangat krusial. Satu hal yang sangat penting bagi manusia berdosa adalah dengan pertobatan, dan
bagaimana manusia bisa menyadari dan bertobat, itu melalui pendidikan. Dengan belajar PAK,
maka memperoleh pengampunan dosa dan pembenaran serta hidup melalui pertolongan Roh
Kudus. Kesemuanya ini akan menjadikan para mahasiswa mengalami perubahan dan
menyerupai karakter Tuhan Yesus melalui Pendidikan Kristen.

E. PAK Bagi Generasi Millenial


Fenomena Pendidikan di era 4.0 membuktikan bahwa adanya pergeseran dalam tatanan
pembelajaran yang menuntut semua kegiatan pendidikan harus berbasis teknologi digitalisasi,
termasuk Pendidikan Agama Kristen atau yang disingkat PAK.
Realnya PAK di perguruan tinggi memiliki misi yang sangat jelas, yakni untuk meningkatkan
semangat dan peningkatan iman bagi para mahasiswa, aga dapat meningkatkan nilai-nilai
kristiani dan moral secara religius dalam kehidupan sosial, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, sesuai Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2012 Pasal 35 ayat 3 tentang kurikulum
menyatakan bahwa Kurikulum Pendidikan Tinggi dikembangkan oleh setiap Perguruan Tinggi
dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi wajib memuat mata kuliah Agama,
Pancasila, Pendidikan Kewarganegaraan dan Bahasa Indonesia yang merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini sejalan dengan agenda revolusi karakter bangsa dalam
Nawacita, Mata Kuliah Wajib Umum (MKWU) di perguruan tinggi menjadi sumber nilai dan
pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi guna mengantarkan
mahasiswa memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai
dasar keagamaan dan kebudayaan, rasa kebangsaan dan cinta tanah air sepanjang hayat.
Pendidikan bagi kaum millennial dewasa kini adalah satu bagian yang perlu dikembangkan
sesuai program yang ada berbasis sistem digitalisasi. Hal ini sangat tepat sebab merupakan suatu
ciri khusus bagi kaum millennial yang sangat fasih dan familiar dalam media informasi dan
internet. Kaum millennial sangat terbuka dengan perkembangan yang ada, dan memiliki
idealisme yang dapat memajukan dirinya sesuai perkembangan yang ada. Akan tetapi, internet
yang adalah jendela pengetahuan juga dapat berdampak negatif apabila tidak dipergunakan
sesuai kebutuhan yang ada, sehingga mengakibatkan keterjebakan pada gaya hidup sosial yang
bebas, tanpa memiliki pemikiran yang tepat menyangkut dampak yang dapat memengaruhi
kehidupannya secara nyata. Gambaran ini seperti yang dinyatakan oleh Benny Susetyo bahwa
kurikulum pendidikan agama di sekolah mesti dipahami dan dimengerti sebagai sarana
komunikasi atau interaksi iman. Universitas Kristen Indonesia memahami hal ini dan
menerapkannya bagi setiap mahasiswa sesuai dengan nilai-nilai kristiani demi pembentukan
karakter dan moralitas yang pancasilais. Bila PAK pada dasarnya selalu dianggap suatu pelajaran
bagian dari Mata Kuliah Umum (MKU), maka untuk saat ini perlu ditingkatkan sebagai materi
penting yang dapat membentuk kepribadian sesuai iman yang dianut, dan bukan hanya sebagai
pelengkap saja. Di era industri 4.0 terjadi disrupsi, dan PAK perlu ditingkatkan sistem
pembelajaran dengan menggunakan metode dan strategi sesuai perkembangan yang ada secara
lebih komprehensif, sehingga ke depan PAK menjadi bagian terpenting dalam rangka
menghasilkan pribadi-pribadi yang memiliki spiritual yang kuat dalam imannya, dengan
menunjukkan karakter yang sesuai moralitas dan nilai- nilai kristiani.

F. Teknologi Digital dalam Pembelajaran PAK di Era Industri 4.0


Integrasi teknologi digital dalam pembelajaran merupakan tantangan bagi setiap perguruan tinggi
di era industri 4.0. Pendidikan di era ini merupakan jawaban atas perkembangan yang ada,
dimana setiap kehidupan manusia diselaraskan dengan teknologi untuk menghasilkan inovasi-
inovasi terbaru sebagai suatu peluang baik secara kreatif dan inovatif. Menurut Peter Fisk dalam
penjelasannya memberikan suatu pernyataan, yakni: “that the new vision of learning promotes
learners to learn not only skills and knowledge that are needed but also to identify the source to
learn these skills and knowledge.” Pernyataan ini memberikan suatu pemahaman bahwa
pembelajaran harus sesuai visi yang ditetapkan, agar adanya peningkatan yang dapat
mengajarkan setiap individu tidak hanya keterampilan, tetapi mampu mengidentifikasi sumber
dalam mempelajari keterampilan dan pengetahuan. Hal ini sejalan dengan perkembangan di era
industri 4.0 dimana perkembangan revolusi industri yang terjadi pada dunia saat ini, dikarekana
secara tidak langsung perubahan tatanan pada ekonomi turut berpengaruh pada tatanan
pendidikan di negara manapun termasuk Indonesia. Sejarah membuktikan bahwa revolusi
industri 4.0 dimulai dari: Revolusi Industri 1.0 yang terjadi pada abad ke-18, dimana
menghasilkan penemuan mesin uap, sehingga memungkinkan barang dapat diproduksi secara
masal, yang kedua Revolusi Industri 2.0 terjadi pada abad ke-19 dimulai dengan penggunaan
listrik yang membuat biaya produksi menjadi lebih murah, ketiga Revolusi Industri 3.0 dimulai
sekitar tahun 1970-an melalui penggunaan komputerisasi, dan yang terakhir yakni Revolusi
Industri 4.0 masuk terjadi pada sekitar tahun 2010-an melalui rekayasa intelegensia dan internet
of thing sebagai tulang punggung pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin. Meskipun
perkembangan pendidikan belum bisa secara optimal mengikuti kecepatan akibat revolusi
industri tersebut, tetapi salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk menghadapi tantangan
revolusi industri 4.0 ini adalah melalui peningkatan kualitas pendidik agar mampu mengajarkan
materi dengan pendekatan penerapan penggunaan Teknologi Informasi (TI) dalam proses belajar
mengajar, agar tidak tertinggal di setiap zaman dan kesempatan yang ada. PAK membawa
perubahan bagi setiap mahasiswa dan para mahasiswa harus dibekali dengan pemahaman yang
baik tentang isu global dan diekspos ke situasi multi budaya untuk dididik menjadi warga negara
global yang bertanggung jawab. Dengan demikian, maka internasionalisasi Pendidikan Tinggi
menjadi hal yang tidak terhindarkan. Pada tatanan pendidikan di level perguruan tinggi jauh
lebih penting berperan sebagai sumber utama negara dalam penciptaan knowledge dan talenta.
Hal inilah yang seharusnya menjadi barometer untuk peningkatan model pembelajaran PAK,
sehingga setiap lulusan mampu bersaing dan menjadi berkat di tengah lingkungan masyarakat.
Pembelajaran PAK merupakan poin penting dari misi Tuhan yang harus dilaksanakan sesuai
Matius 28:20a “dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan
kepadamu”. Kehendak Allah bagi manusia merupakan suatu janji yang harus digenapi. Jadi
melalui pembelajaran PAK, maka jaminan Kristus bagi mereka yang terlibat dalam menjangkau
jiwa-jiwa yang terhilang dan mengajar mereka untuk menaati prinsip-prinsip-Nya yang benar,
akan membawa jiwa bagi Tuhan, khususnya kaum muda di era disrupsi. Dalam kondisi dan
situasi apapun Yesus menyertai. Inilah jawaban bagi orang untuk terus meningktkan iman
melalui pembelajaran yang ada. Melalui pembelajaran PAK, maka memotivasi
generasi muda untuk hidup sesuai kehendak-Nya.
Pembelajaran di era industri 4.0 melalui perkembangan teknologi digital di telah membawa
perubahan dan memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk di bidang
pendidikan. Sehingga menurut Hoyles & Lagrange “teknologi digital adalah hal yang paling
memengaruhi sistem pendidikan di dunia saat ini. Hal ini disebabkan karena aspek efektivitas,
efisiensi dan daya tarik yang ditawarkan oleh pembelajaran berbasis teknologi digital.
Revolusi Industri 4.0 secara fundamental mengakibatkan berubahnya cara manusia berpikir,
hidup, dan berhubungan satu dengan yang lain. Era ini akan mendisrupsi berbagai aktivitas
manusia dalam berbagai bidang, tidak hanya dalam bidang teknologi saja, namun juga bidang
yang lain seperti ekonomi, sosial, dan politik. Dengan demikian, maka peningkatan mutu dari
pembelajaran PAK haruslah mengikuti perkembangan yang ada, guna memperkuat iman dan
memahami setiap zaman sesuai perkembangan yang ada.
PAK di era disrupsi membawa pengaruh yang sangat signifikan, karena selain mempelajari
kebenaran Allah, tetapi juga belajar memahami media dan penggunaannya secara tepat, agar
tidak terjebak dengan berbagai tindakan yang merugikan diri sendiri. Hal ini disebabkan karena
kaum millenial selalu bersentuhan dengan media sosial. Tetapi melalui PAK secara digital, maka
penyampaian firman Tuhan berdampak positif untuk merubah cara berpikir yang lebih dewasa.
Peran PAK yang harus ditingkatkan dalam era disrupsi bukan saja terletak pada pembelajaran
melalui lembaga pendidikan dalam hal ini seperti kampus-kampus yang ada, namun PAK
berperan penting dalam gereja dan keluarga menyangkut dengan penggunaan teknologi agar
bijak dalam bertindak di segala aspek kehidupan, karena PAK mengajarkan penggunaan
teknologi sesuai iman Kristen.
Era disrpusi mengajarkan kepada setiap manusia, khususnya bagi kaum millenial tentang pola
interkasi yang terbaru lebih kepada inovatif dan masif. Melalui pembelajaran PAK, maka
kebenaran Allah menjadi fondasi bagi mahasiswa sebagai pebelajar yang mengerti maksud
dan kehendak-Nya atas diri secara pribadi. Kebenaran Allah membawa pembaharuan dan
pertumbuhan iman bagi setiap mahasiswa yang dengan sungguh mau belajar untuk suatu
perubahan. Era disrupsi hadir sebagai bagian dari rancangan Allah bagi manusia untuk lebih
bijaksana dalam bertindak, karena dampak dari revolusi industri 4.0 peubahan karakter
menjadikan manusia menjadi dewasa secara rohani dan jasmani. Menurut Mardina dalam
prosiding yang ditulis oleh Fredick bahwa “dampak revolusi industri 4.0 melahirkan banyak
kemajuan teknologi informasi terutama pada kehidupan manusia. Setiap kegiatan, pekerjaaan,
atau entitas bisnis harus mampu adaptif terhadap teknologi terkini, agar bisa bertahan dalam
memenangkan persaingan.
Kesimpulan
Peningkatan mutu pembelajaran di era disrupsi khususnya bagi Pendidikan Agama Kristen
memperlihatkan bahwa PAK di era disrupsi bagi generasi saat ini menjadi tantangan tersendiri
dalam pembelajaran, maka dibutuhkan kerangka belajar yang tersistematis dan efektif, dengan
menggunakan pengetahuan (sains) dan teknologi sebagai media dan sarana belajar. MacLuhan
membayangkan dunia menjadi semakin sempit berkat teknologi elektrik dan arus informasi yang
sama derasnya ke setiap bagian dunia. Hal itu berarti, perkembangan teknologi informasi secara
radikal turut mengubah struktur kehidupan secara sosiologis. Bentuk-bentuk komunikasi,
terutama cara-cara menyampaikan pesan, opini, kritik, dan evaluasi berubah secara radikal.
Berkat kecepatan informasi dan transportasi yang diciptakan teknologi, maka kebudayaan-
kebudayaan yang terasing, atau paling kurang dianggap jauh, menjadi dekat dan saling berbaur.
Sehingga para pendidik di era disrupsi wajib menguasai IT, materi pembelajaran dan penilaian
dikemas dalam bentuk aplikasi online. Dari setiap perkembangan yang ada, terdapat dampak
positif era disrupsi bagi PAK. Hal ini dapat dilihat pada saat proses belajar mengajar pendidik
harus mampu mengelola waktu yang ada, dan menjadi pendidik mampu tampil menjadi pendidik
yang profesional, transformer dan inspiratif.
Fenomena pendidikan di era 4.0 membuktikan bahwa adanya pergeseran dalam tatanan
pembelajaran yang menuntut semua kegiatan pendidikan harus berbasis teknologi digitalisasi,
termasuk Pendidikan Agama Kristen atau yang disingkat PAK.
Di era disrupsi 4.0 media pembelajaran sangat dibutuhkan oleh seorang pendidik dalam hal ini
para dosen dalam melakukan variasi pembelajaran, sehingga mahasiswa tidak mengalami
kejenuhan dalam mengikuti proses pembelajaran. Integrasi teknologi digital dalam pembelajaran
merupakan tantangan bagi setiap perguruan tinggi di era industri 4.0. Pendidikan di era ini
merupakan jawaban atas perkembangan yang ada, dimana setiap kehidupan manusia
diselaraskan dengan teknologi untuk menghasilkan inovasi-inovasi terbaru sebagai suatu peluang
baik secara kreatif dan inovatif. Dengan demikian, maka PAK di era disrupsi bukan menjadi
suatu halangan, tetapi menjadi peluang untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai