Anda di halaman 1dari 31

KARYA TULIS ILMIAH

Tujuan Pendidikan Agama Kristen Bagi Gereja

Dosen Pengampu : Pdt. Emayus Acai, M.A

DISUSUN OLEH:

Nama : Peni

NIM : A881920002

Prodi : Pend. MATEMATIKA

MAKUL : Pendidikan Agama Kristen

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

( STKIP MELAWI)

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Puji Tuhan saya panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa yang
maha kuasa dan mahakasih, atas pimpinananya sehingga makalah ini
dapat selesai dengan baik. Merupakan perjuangan sendiri bagi saya
sehingga dalam menyusun makalah ini, yang menbutuhkan banyak waktu
untuk memahami dan merenungkan kitab-kitab Perjanjian Lama, di tengah
kesibukan saya sebagai maha siswa.

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai Tugas dan sekalian


Mata Kulia saya. Makalah Hukum Taurat ini merupakan adalah Hal yang
harus kita teliti dengan baik sehingga bisa kita pahami dengan baik juga.
Dengan demikian makalah ini lebih mudah dipahami tentang Hukum Taurat
menurut Perjanjian Lama.

Harapan saya sebagai penulis adalah semoga Makalah ini menjadi


berkat bagi orang yang menbaca terutama Hamba Tuhan dan saya
sebagai Mahasiswa Teologia yang sedang belajar. Saya sebagai penulis
menyadari tentu ada kelemahan dan kekurangan. Saran-saran positif, tentu
saya perhatikan dengan senang hati.

Dari penulis makalah ini biarlah Nama Tuhan yang selalu di permuliakan.

Tuhan Menberkati !.

 
BAB 1

PENDAHULUAN

Permasalahan sosial dan kemasyarakatan yang terjadi akhir-akhir


ini, sebagian besar disebabkan oleh krisis karakter Sumber Daya
Manusia.Setiap individu yang sudah melewati berbagai sistem pendidikan,
mulai dari pendidikan dalam keluarga, sosial, masyarakat, sampai di
pendidikan formal, kurang memiliki kualitas karakter yang baik. Kesalahan
ini bukan semata-mata terjadi dalam individu saja sebagai peserta didik,
akan tetapi sistem pendidikan yang diterapkan perlu mendapat perhatian
yang serius. Pendidikan yang hanya memperhatikan aspek kognitif dan
mengabaikan aspek afektif karena dianggap adalah aspek non akademik,
adalah sebuah sistem pendidikan gagalPraktek Pendidikan Agama Kristen
(PAK) baik yang diselenggarakan di sekolah-sekolah formal maupun di
gereja, sudah sepatutnya memperhatikan aspek afektif.Perlu diingat bahwa
sumber utama

PAK adalah Alkitab sebagai dasar kehidupan


iman Kristen.Aspek afektif dalam PAK berarti usaha menanamkan nilai-nilai
kebenaran Firman Tuhan kedalam kehidupan peserta didik.Peserta didik
yang memiliki kompetensi afektif ditandai dengan perubahan tingkah laku,
hidup menurut kebenaran Firman Tuhan.Untuk mewujudkan tujuan belajar
yang optimal, yaitu setiap peserta didik memiliki perubahan tingkah laku,
memerlukan sebuah strategi pembelajaran yang tepat.Penerapan strategi
pembelajaran yang tidak sesuai dengan tujuan belajar membuat perubahan
pada peserta didik tidak dapat diukur dengan baik. Jika yang akan
ditanamkan adalah nilai-nilai, maka strategi pembelajaran yang dipilih
adalah strategi pembelajaran afektif, yang memang pada dasarnya
memberikan penekanan kepada penanaman, dan pengindoktrinasian nilai-
nilai kebenaran Firman Tuhan.

Praktek Pendidikan Agama Kristen (PAK) baik yang


diselenggarakan di sekolah-sekolah formal maupun di gereja, sudah
sepatutnya memperhatikan aspek afektif.Perlu diingat bahwa sumber
utama PAK adalah Alkitab sebagai dasar kehidupan
iman Kristen.Aspek afektif dalam PAK berarti usaha menanamkan nilai-nilai
kebenaran Firman Tuhan kedalam kehidupan peserta didik.Peserta didik
yang memiliki kompetensi afektif ditandai dengan perubahan tingkah laku,
hidup menurut kebenaran Firman Tuhan.Untuk mewujudkan tujuan belajar
yang optimal, yaitu setiap peserta didik memiliki perubahan tingkah laku,
memerlukan sebuah strategi pembelajaran yang tepat.Penerapan strategi
pembelajaran yang tidak sesuai dengan tujuan belajar membuat perubahan
pada peserta didik tidak dapat diukur dengan baik. Jika yang akan
ditanamkan adalah nilai-nilai, maka strategi pembelajaran yang dipilih
adalah strategi pembelajaran afektif, yang memang pada dasarnya
memberikan penekanan kepada penanaman, dan pengindoktrinasian nilai-
nilai kebenaran Firman Tuhan.

Praktek PAK di Gereja dan di Sekolah perlu memfokuskan


perhatiannya pada pembentukan nilai dan watak Kristiani, untuk melahirkan
generasi yang berkarakter Kristus, hidup dalam takut akan Tuhan. Hal ini
adalah sebagai wujud tindakan preventif mengatasi berbagai persoalan
yang diakibatkan oleh krisis karakter sumber daya manusia.Kenakalan
remaja, kecanduan, perkelahian, kekerasan, kriminalitas, adalah bentuk
krisis karakter sumber daya manusia yang memerlukan perhatian serius.
Mengajarkan nilai-nilai kebenaran Firman Tuhan dimaksudkan untuk
membentuk prilaku yang benar, membawa peserta didik hidup dalam
pertobatan, sebagai manusia baru

PENGERTIAN NILAI

Nilai adalah sebuah konsep abstrak yang dapat dilihat dan diamati
pada saat nilai tersebut dianut dipercayai dan dilakukan dalam kehidupan
individu, keluarga maupun sekelompok masyarakat.Nilai adalah sesuatu
yang dianggap berharga, layak dipercayai, sesuatu yang indah, berguna,
membawa kehidupan manusia kepada keluruharan dan kemuliaan hidup
yang sesungguhnya.

Nilai adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang
sifatnya tersenbunyi, tidak berada di dalam dunia
yang empiris.Nilai berhubungan dengan pandangan seseorang tentang
baik dan buruk, indah dan tidak indah, layak dan tidak layak, adil dan tidak
adil, dan lain sebagainya.Pandangan seseorang tentang semua itu tidak
bisa diraba, kita hanya mungkin dapat mengetahuinya dari perilaku yang
dalam kehidupannya setiap hari. Pendidikan nilai pada dasarnya
merupakan proses penanaman nilai kepada peserta didik yang diharapkan,
oleh karenanya dapat berperilaku sesuai dengan pandangan yang
dianggapnya baik dan tidak bertentangan dengan norma-norma yang berla

A. HAKEKAT PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

 Pertama kali seorang manusia menerima pendidikan adalah


dalam lingkungan keluarga, setelah bertambah usia pendidikan
dilanjutkan di sekolah dalam pendidikan formal secara berjenjang.
Namun demikian proses belajar itu berlangsung sepanjang kehidupan
manusia. Selain di keluarga dan di sekolah pendidikan agama juga
senantiasa diajarkan di tempat ibadah atau dalam lembaga agama
masing-masing. Dapat dikatakan bahwa proses belajar pendidikan
agama adalah proses belajar yang paling panjang dan rutin dilakukan
oleh sebagian besar orang. Bisa jadi seseorang berhenti belajar sebuah
ilmu pengetahuan, namun tidak dapat dipungkiri di akhir hidupnya
banyak orang akan semakin tekun dalam mempelajari agamanya sendiri

Dalam Kekristenan pendidikan agama ini dikenal dengan nama


Pendidikan Agama Kristen (PAK). Istilah ini lebih baik digunakan dalam
konteks pendidikan agama di Indonesia mengingat di Indonesia memiliki
keberagaman agama, sehingga jika hanya dipakai istilah Pendidikan
Agama saja hal ini masih kabur dan belum secara khusus mengarah ke
Agama Kristen. Istilah Pendidikan Agama Kristen diambil dari
terjemahan bahasa Inggris yaitu Christian Religius Education, yang
dalam prakteknya adalah sebuah proses pembelajaran bersumber dari
kebenaran Firman Tuhan

Banyak pendapat yang memberikan pengertian dan cakupan kajian


Pendidikan Agama Kristen. Menurut Tokoh Reformasi Martin Luter
(1488-1548) PAK adalah pendidikan yang melibatkan warga jemaat
untuk belajar teratur dan tertib agar semakin menyadari dosa mereka
serta bersukacita dalam firman Yesus Kristus yang memerdekakan. Di
samping itu PAK memperlengkapi mereka dengan sumber iman,
khususnya yang berkaitan dengan pengalaman berdoa, firman tertulis
(Alkitab) dan rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka mampu melayani
sesamanya termasuk masyarakat dan negara serta mengambil bagian
dengan bertanggung jawab dalam persekutuan Kristen. Selain itu
menurut John Calvin PAK adalah pendidikan yang bertujuan mendidik
semua putra-putri gereja agar mereka terlibat dalam penelaahan Alkitab
secara cerdas sebagaimana dengan bimbingan Roh Kudus; mengambil
bagian dalam kebaktian dan memahami keesaan Gereja, diperlengkapi
untuk memilih cara-cara mengejawantahkan pengabdian diri kepada
Allah Bapa dan Yesus Kristus dalam pekerjaan sehari-hari serta hidup
bertanggung jawab di bawah kedaulatan Allah demi kemuliaan-Nya
sebagai lambang ucapan syukur mereka yang dipilih dalam Yesus
Kristus

Pendidikan Agama Kristen adalah sebuah usaha yang bersifat


pendidikan dan pembelajaran kepada seluruh warga jemaat secara
bertahap untuk mengenal Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juru selamat
pribadi, yang dituliskan dalam Alkitab sebagai sumber utama
pembelajaran, dengan demikian setiap peserta didik memiliki
pengenalan yang benar akan anak Allah, kedewasaan penuh, dan
keteguhan iman dalam menghadapi berbagai persoalan yang terjadi
dalam kehidupan setiap hari, sehingga dapat mengasihi sesama, dan
menunjukkan perananannya di tengah masyarakat luas. Dari definisi ini
dapat dijelaskan bahwa pengertian PAK adalah:

1. Usaha yang bersifat pendidikan dan pembelajaran.


2. Peserta didik adalah semua warga jemaat
3. Sumber utama materi dan kajian Pendidikan Agama Kristen
adalah dari Alkitab
4. PAK memiliki hasil yang jelas.

1. PAK adalah Usaha yang Bersifat Pendidikan dan Pembelajaran

Pendidikan jika ditinjau dari akar kataya berarti “menuntun atau


memimpin ke luar“, pengertian ini didasarkan dari bahasa Latin ducare.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan berarti memelihara dan
memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan
pikiran. Dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003, tentang Sisdiknas,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.

PAK bukanlah sekedar kegiatan biasa, akan tetapi sebuah bentuk


usaha sadar dari lembaga gereja, sekolah, dan berbagai lembaga lainnya
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Mengacu pada pegertian
pendidikan yang ada di atas dalam pelaksanaan PAK memerlukan
persiapan dan perencanaan yang matang. Pada saat menyelenggarakan
PAK diperlukan tujuan yang jelas, ada kurikulum, terdapat rencana pokok
pembelajaran, memiliki penjadwalan yang teratur, dan berbagai hal lain
yang berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran.

Sebagai sebuah usaha kegiatan pendidikan maka di dalamnya perlu


terdapat unsur-unsur utama dalam pembelajaran, yaitu guru, peserta didik,
kurikulum, strategi dan metode pembelajaran, materi, sarana dan
prasarana, pembiayaan, serta evaluasi. Selain itu yang perlu dipikirkan
adalah bahwa PAK harus berkelanjutan mulai dari masa anak-anak,
remaja, pemuda, dewasa lanjut usia, dengan pemberian materi yang diatur
dan direncanakan secara baik dan matang.

Thomas H. Groome mendefinisikan pendidikan sebagai sebuah


proses yang memiliki tiga dimensi, yaitu masa lampau, masa sekarang, dan
masa mendatang. “… Hakekat kegiatan pendidikan sebagai kegiatan politis
bersama para peziarah dalam waktu, yang dengan sengaja bersama
orang-orang memperhatikan secara sengaja dimensi kehidupan yang
transenden yang melaluinya hubungan yang sadar dengan dasar
keberadaan yang paling pokok dipromosikan dan diekspresikan.” (T.H.
Grome, 2010:32). Dari pengertian ini dapat dikatakan bahwa apa yang
sudah diterima sebagai warisan pendidikan pada masa lalu, dijadikan
modal untuk melangsungkan atau meningkatkan pendidikan pada masa
kini, sambil terus belajar untuk mempersiapkan kehidupan dimasa yang
akan datang. PAK perlu diselenggarakan dalam pemikiran pendidikan yang
terus berjalan, dan dapat menjawab berbagai kebutuhan, terutama
kebutuhan rohani orang-orang percaya di sepanjang zaman.

2.Peserta Didik adalah semua Warga Jemaat

PAK adalah kegiatan pembelajaran yang terjadi dalam kehidupan


orang percaya, sehingga dalam pelaksanaannya semua warga jemaat
perlu terlibat secara aktif dalam kegiatan PAK ini. Gereja perlu
mengadakan PAK mulai dari kategori anak-anak sampai dengan dewasa
dan lanjut usia. Selain itu pada pendidikan formal di sekolah PAK juga
menjadi salah satu bidang studi wajib yang diajarkan. Seluruh warga
jemaat adalah sasaran kegiatan PAK di gereja, atau sekolah di sepanjang
rentang kehidupannya.

Seorang anak yang sedang bertumbuh menjadi dewasa jika tidak


dibimbing dalam memahami dan melakukan iman kristennya akan menjadi
generasi yang terhilang dan tersesat. Atau kekristenannya dangkal karena
tidak mempunyai dasar-dasar yang kuat, dengan demikian akan mudah
tergoda oleh tipu daya dunia dan pada akhirnya meninggalkan iman
Kristen.

Kenyataan di dalam kehidupan sehari-hari praktek PAK biasaya


hanya terjadi pada masa anak-anak melalui kegiatan sekolah minggu,
kemudian dilanjutkan dengan katekisasi pada usia remaja serta PAK di
sekolah, setelah itu banyak gereja yang tidak memiliki kegiatan PAK
terencana dan berjalan dengan baik. dari hasil penelitian studi DGI PAK
hanya ditujukan pada anak-anak sampai kira-kira berusia 15 tahun saja
yaitu melalui Katekisasi dan PAK disekolah-sekolah umum. Hanya
sebagian dari gereja-gereja mencantumkan rencana tujuan-tujuan PAK
mereka dan menyusun kurikulum dengan baik, akan tetapi sebagian besar
dari gereja di Indonesia tidak mempunyai kurikulum sama sekali. (Eli
Tanya, 1999:151)

Para orang dewasa dan pemuda selepas katekisasi sudah tidak


pernah lagi mendapat PAK khusus, mereka menerima pengajaran Firman
Tuhan hanya dalam kebaktian umum setiap hari minggu. Hal ini adalah
suatu kesalahan besar. Bagaimanapun sulitnya Gereja harus sadar dan
melaksanakan PAK kepada setiap tingkatan usia, golongan orang secara
terencana dengan administrasi dan kurikulum yang jelas.

Perlunya menyelenggarakan PAK Pemuda sampai dengan usia


lanjut, adalah karena pada usia ini justru berbagai persoalan dalam
kehidupan semakin bertambah besar. Pada usia ini jemaat juga
diperhadapkan pada berbagai tantangan yang dapat merongrong
keteguhan iman percayanya. Kegiatan PAK yang berjalan dengan sebuah
perencanaan akan membawa kehidupan jemaat bukan saja memiliki
pengetahuan tentang kebenaran Firman Tuhan, akan tetapi Firman Tuhan
yang diterima dalam PAK dapat menjawab berbagai persoalan hidup yang
sedang dihadapi

3. sumber Utama Materi PAK adalah dari Alkitab

Alkitab adalah sumber pengajaran iman Kristen yang tertulis,


diwahyukan oleh Roh Kudus dan mejadi dasar serta sumber utama materi
Pendidikan Agama Kristen. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi telah berdampak terhadap perkembangan
Pendidikan Agama Kristen, permasalahannya adalah apakah Alkitab masih
tetap relevan sebagai sumber materi PAK, dan apakah Alkitab masih dapat
menjadi jawaban bagi berbagai persoalan di zaman modern ini.

Sekalipun banyak orang yang meragukannya, namun Alkitab telah


membuktikan dirinya sebagai dasar iman Kristen yang dapat menjawab
berbagai persoalan yang terjadi dalam kehidupan dewasa ini. Jika setiap
orang mau jujur dan berpijak pada kebenaran yang sesunggunya, mereka
tanpa ragu-ragu dapat berkata bahwa Alkitab adalah sumber utama PAK
yang relevan pada masa kini, dan akan tetap relevan pada masa yang
akan datang. Alkitab memuat fakta dan kesaksian bahwa keselamatan
hanya ada di dalam Tuhan Yesus Kristus. Peserta didik secara bertahap
perlu diajar untuk mengerti dan mengenal secara pribadi Tuhan Yesus
Kristus, melalui Alkitab.

Mengingat perkembangan di berbagai bidang terutama dalam


bidang teknologi informasi, selain Alkitab sebagai sumber utama dan dasar
dalam pembelajaran PAK, perlu juga memberikan wawasan pengetahuan
dan pemahaman kepada peserta didik dengan memakai berbagai sumber
belajar yang relevan. Dalam hal ini yang perlu diperhatikan adalah, setiap
sumber belajar harus disesuaikan dengan kebenaran Firman Tuhan.
Sumber belajar dalam PAK tidak harus berbentuk teks atau buku, akan
tetapi dapat berupa lingkungan keluarga, lingkungan gereja, tokoh-tokoh
dan pelayan dalam gereja, teman setingkat, lingkungan masyarakat,
internet, dan sumber belajar lainnya yang relevan.

a.      PAK dalam Perjanjian Lama


PAK berpangkal pada persekutuan umat Tuhan dalam Perjanjian
Lama. Dimana bangsa Yahudi yang adalah bangsa kecil tetapi kuat, sedikit
tapi menyebar keseluruh dunia, menyebar tetapi kemurnian mereka
terjaga. Mereka selalu menonjol dan member pengaruh kuat kepada dunia.
Mereka adalah bangsa yang memiliki identitas yang kuat. Hal yang paling
mengesankan dalam budaya Yahudi adalah perhatian mereka terhadap
pendidikan. Pendidikan menjadi bagian utama dan terpenting dalam
budaya Yahudi. Objek utama dalam pendidikan ialah mempelajari Taurat.
Allah menggunakan Taurat sebagai media pengajaran-Nya; pertama-tama
Allah memperkenalkan diri-Nya, menyatakan pekerjaan yang telah Dia
lakukan, kemudian mengarahkan pengajaran-Nya kepada hubungan Allah
(pribadi-Nya) dengan manusia (umat-Nya), serta manusia dengan
manusia  selaku umat yang telah dibebaskan dan diselamatkan. Kitab
Perjanjian Lama menjelaskan secara khusus perihal komponen
pembelajaran antara lain pendidik, yaitu parapemimpin Israel yang turut
berperan dalam pendidikan. Peserta didik yaitu umat Israel yang menerima
pendidikan. Kurikulum yaitu materi atau isi pendidikan yang mencakup
ketetapan dan peraturan (Ul 6:1) atau Taurat Tuhan. Sedangkan komponen
pembelajaran yang lain adalah tujuan dan metode.

Tujuan pendidikan bagi umat Israel adalah mewujudkan visi Allah


bagi bangsa-bangsa. Visi Allah merupakan dasar pendidikan yang perlu
dijalankan dari rumah orang Ibrani dalam rangka menyelamatkan bangsa-
bangsa didunia melalui keteladan hidup orang Ibrani (kej 12). Tujuan utama
pengajaran masa kini adalah menyelamatkan anak didik terlebih dulu
(percaya kepada Yesus) melalui firman Allah yang mencerminkan
kehidupan rohani dalam nilai-nilai kristiani. Selain itu tujuan pembelajaran
adalah agar para peserta didik menjadi saluran berkat bagi orang lain
dalam memberitakan kabar baik agar orang lain juga diselamatkan. Metode
dan pendekatan dalam Perjanjian Lama dilakukan melalui penglihatan
(penampakan Allah), pengajaran para imam dalam rumah-rumah ibadah,
atau pengajaran para
raja di istana dan sejumlah rumah ibadat (sinagoge)

b.  PAK dalam Perjanjian Baru


Tema pokok pengajaran dalan PL dan PB adalah sama-sama
mengenai karya penyelamatan Allah bagi manusia. Dalam PB hal ini
dinyatakan pada pribadi Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Tuhan Yesus
Kristus layak disebut Guru Agung karena pengajaran-Nya disertai kuasa
mukjizat. Sehubungan dengan itu, ada tujuh hal utama yang menjelaskan
arti penting mengajar, yaitu:
1.   Menjelaskan firman yang sudah diwahyukan (2 Tim 2:14; 3:16-17)
2.   Menguatkan iman (1 Tim 4:6, 11, 16; 6:3-5)
3.   Membentuk keharmonisan rumah tangga (1 Tim 6:1-2)
4.   Merupakan syarat mutlak bagi pendeta dan pemimpin rohani (1 Tim 3:2; 2
Tim 2:24)
5.   Mendorong seseorang untuk membaca, menghayati, dan memberitakan
firman Tuhan (1 Tim 4:13; 2 Tim 4:2)
6.   Menjelaskan pertumbuhan iman (2 Tim 2:2)
7.   Memuridkan ( Mat 28:19-20, 2 Tim 2:2)
Metode pengajaran yang Tuhan Yesus berikan untuk dijadikan
teladan bagi murid-muridnya, adalah sebagai berikut:
1.   Menarik perhatian dengan pandangan mata (Mat 4:18; Yoh 1:38)
2.   Menggunakan berbagai pertanyaan dengan menegur (Mat 21:25-27),
meyakinkan (Mrk 2:25), menguji (Yoh 21:15-17)
3.   Menggunakan ilustrasi dan cerita untuk memunculkan perhatian (Luka 8:4-
9)
4.   Menggunakan benda atau objek, misalnya anak kecil untuk mengajar
kerendahatian (Mat 18:1-6)
5.   Menggunakan ceramah dan kotbah, misalnya kotbah dibukit (Mat 5-7),
pengajaran di bukit zaitun (Mat 24-25)
Fakta yang merupakan dasar alkitabiah bagi program pendidikan
gereja yang didasarkan pada Efesus 4:11-16 adalah:
1.   Pelayanan pendidikan gereja dilakukan oleh orang-orang yang terlebih
dahulu diberi karunia oleh Roh Kudus untuk memimpin (ayat 11).
2.   Tujuannya mendewasakan umat Allah agar mereka dapat melayani (ayat
12).
3.   Proses pertumbuhan untuk menjadi serupa dengan Yesus Kristus ( ayat
13).
4.   Memahami kebenaran (ayat 14).
5.   Berfungsi dengan benar yaitu dengan menggabungkan kebenaran dan
kasih (ayat 15).
6.   Pembinaan bersama untuk berkembang secara rohani (ayat 16).
Jika seseorang ingin menjadi benar menurut kebenaran Alkitab, ia
harus mengajar seperti Yesus, Para rasul, dan para peberus mereka dalam
gereja Tuhan.
    
 c. Hakikat PAK dan Pendidikan
Hakikat PAK melingkupi beberapa pokok bagian dalam Pendidikan
Agama Kristen, yaitu:
Pendidikan
Pendidikan adalah suatu cara untuk mengembangkan, keterampilan,
kebiasaan, dan sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi
warga Negara yang baik (defenisi awam). KBBI memberi pengertian
pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau
kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan; proses, cara, perbuatan mendidik. Sedangkan
menurut ilmu psikologi pendidikan mencakup segala bentuk aktifitas yang
akan memudahkan dalam kehidupan masyarakat dengan hasil mencakup
segala perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi atau akibat dari
partisipasi individu dalam kegiatan belajar.
Agama Kristen
Menurut KBBI agama adalah system atau prinsip kepercayaan
kepada Tuhan, atau yang juga disebut Dewa atau nama lain sesuai dengan
ajaran dan kebaktian dan kewajiban yang berkaitan dengan kepercayaan
tersebut. Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti “tradisi”,
sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi, yang
berasal dari bahasa Latin dengan kata kerja re-ligare yang berarti
“mengikatkan kembali”. Maksudnya mengikatkan diri kepada Tuhan.
 Agama Kristen dianut oleh persekutuan iman Kristen (orang Kristen)
dari perspektif agama Kristen. Kristen berasal dari akar kata dalam bahasa
Yunani  (Khristos) yang diterjemahkan sebagai Mesias (Al
Masih), Yang Diurapi, abad 1 Masehi, masyarakat yang mengatakan
bahwa pengikut Yesus Kristus “seperti Kristus” (Christlike), dan merujuk
pada agama Kristen dan pengikutnya, umat Kristen.

4. PAK Memiliki Hasil yang Jelas

Kegiatan Pendidikan harus megarah pada tujuan yang diharapkan.


Tujuan ini mengarah kepada peserta didik, sebagai sasaran pelaksanaan
PAK. Hasil pembelajaran diarahkan kepada meningkatnya aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik secara seimbang. Hasil yang diharapkan ini
adalah sejumlah fakta perubahan pola pikir dan tingkah laku yang terukur,
terbukti serta dapat diamati. Misalnya setelah melalui serangkaian kegiatan
PAK pada jenjang atau kategori tertentu peserta didik memiliki iman dan
kepercayaan kepada kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan keluarga,
gereja dan masyarakat, memiliki kualitas kehidupan rohani dewasa yang
ditunjukkan dengan kesanggupannya untuk mengatasi dan menyikapi
berbagai persoalan yang muncul dalam kehidupan setiap hari. Hasil belajar
yang diharapkan perlu ditulis dan dirumuskan secara jelas dan terukur.

PAK yang Alkitabiah harus mendasarkan diri pada Alkitab sebagai


Firman Allah dan menjadikan Kristus sebagai pusat beritanya dan harus
bermuara pada hasilnya, yaitu mendewasakan jemaat. Salah satu hasil
yang perlu dipikirkan dalam praktek PAK di gereja dan sekolah adalah
seperti yang tertulis dalam Efesus 4:13, “Sampai kita semua telah
mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah,
kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan
kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-
ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu
manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan.”

PAK harus dilaksanakan sampai peserta didik memiliki pengetahuan


dan pemahaman kebenaran tentang Anak Allah yang benar dan sehat.
Melalui perencanaan dan proses pembelajaran yang sistematis hal ini akan
terwujud. Selain itu mengalami kedewasaan penuh yang dibuktikan dalam
perubahan tingkah laku setiap hari, bersikap dewasa, kuat, dalam
menghadapi berbagai persoalan dalam kehidupannya, sesuai dengan kasih
karunia yang dianugrahkan oleh Tuhan Yesus.

Proses pengenalan akan Allah ini akan membawa peserta didik menuju
kepada pertumbuhan kerohanian yang dinamis. Hasilnya adalah peserta
didik menjadi pribadi yang kuat dan memiliki keteguhan iman sehingga
tidak mudah di ombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran.
Setiap peserta didik diharapkan memiliki kekuatan sikap dan tidak mudah
terpengaruh oleh situasi dunia dengan berbagai pencobaan dan
tantangannya.

B. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Kristen


Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang
pendidikan agama dan pendidikan keagamaan, disebutkan bahwa:
pendidikan agama berfungsi membentuk manusia Indonesia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia dan
mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antarumat
beragama Pasal 2 ayat 1. Selanjutnya disebutkan bahwa pendidikan
agama bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai agama yang
menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
Pasal 2 ayat 2. Mata pelajaran PAK berfungsi untuk: a. peserta didik,
sehingga mampu memahami, menghayati, dan mengamalkannya. Tujuan
PAK: a. Menghasilkan manusia yang dapat memahami kasih Allah di dalam
Yesus Kristus dan mengasihi Allah dan sesama. b. Menghasilkan manusia
Indonesia yang mampu menghayati imannya secara bertanggung jawab
serta berakhlak mulia dalam masyarakat majemuk. Pendidikan Agama
Kristen di sekolah disajikan dalam dua aspek, yaitu aspek Allah Tritunggal
dan Karya-Nya, dan aspek Nilai-nilai Kristiani. Secara holistik,
pengembangan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar PAK pada
Pendidikan Dasar dan Menengah mengacu pada dogma tentang Allah dan
karya-Nya. Pemahaman terhadap Allah dan karya-Nya harus tampak
dalam nilai-nilai kristiani yang dapat dilihat dalam kehidupan keseharian
peserta didik. Inilah dua aspek yang ada dalam seluruh materi
pembelajaran PAK dari SD sampai SMASMK. Diunduh dari
http:bse.kemdikbud.go.id Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 13
Memperkenalkan Allah dan karya-karya-Nya agar peserta didik bertumbuh
iman percayanya dan meneladani Allah dalam hidupnya. b. Menanamkan
pemahaman tentang Allah dan karya-Nya kepada

Pendidikan Kristen dilaksanakan di sekolah memiliki tujuan yang


jelas. Tujuan PAK bukanlah pergumulan kini tetapi berlangsung dalam
sejarah keKristenan. Di mana ada komunitas Kristen di sana berlangsung
proses pergumulan itu. Itulah sebabnya maka kita menemukan banyak
rumusan tujuan tentang PAK.

Tujuan Pendidikan Agama Kristen dari masa ke masa mengalami


perkembangan, khususnya dalam rumusan tujuan Pendidikan Agama
Kristen. Ada banyak formula atau rumusan tujuan pendidikan Kristen yang
dikemukakan pendidik Kristen (ahli praktika maupun dogmatika/teolog).
Formula-formula itu tidak dapat dideskripsikan secara menyeluruh dalam
postingan ini, disini hanya dikemukakan beberapa formula rumusan tujuan
Pendidikan Kristen.

Marthen Luther dalam Boehlke (2002:340) memang tidak memakai


istilah tujuan pendidikan Kristen karena istilah ini dipakai secara teratur
setelah pokok pendidikan itu dijadikan sebagai ilmu tersendiri. Akan tetapi
dari karya dan perhatian Luther terhadap pendidikan maka dapat
dirumuskan tujuan pendidikan Kristen menurut Marhin Luther yaitu
menyadarkan anak didik dan orang dewasa tentang keadaan mereka yang
sebenarnya, yaitu mereka orang berdosa. Maka setiap warga harus
bertobat dan berseru kepada Allah agar diampuni. Dengan kata lain, tujuan
pendidikan Kristen menurut Marhin Luther yaitu melibatkan semua warga
jemaat, khususnya yang muda dalam rangka belajar teratur dan tertib agar
semakin sadar akan dosa mereka serta bergembira dalam Firman Yesus
Kristus yang memerdekakan mereka di samping memperlengkapi mereka
dengan sumber iman, khususnya pengalaman berdoa, Firman tertulis,
Alkitab, dan rupa-rupa kebudayaan sehingga mereka mampu melayani
sesamanya termasuk masyarakat dan negara serta mengambil bagian
secara bertanggungjawab dalam persekutuan kristen yaitu Gereja.

Menurut Calvin, pendidikan Kristen adalah proses pemupukan akal orang-


orang percaya dengan Firman Allah di bawah bimbingan Roh Kudus
melalui sejumlah pengalaman belajar yang dilaksanakan gereja sehingga di
dalam diri mereka dihasilkan pertumbuhan rohani yang berkesinambungan
yang diaplikasikan semakin mendalam melalui pengabdian diri kepada
Yesus Kristus, berupa tindakan-tindakan kasih terhadap sesamanya

Berdasarkan pemahaman Calvin tentang pendidikan Kristen maka menurut


John Calvin, tujuan Pendidikan Kristen adalah mendidik semua warga
gereja agar mereka dilibatkan dalam penelaahan Alkitab secara cerdas
sebagaimana dibimbing oleh Roh Kudus, diajar mengambil bagian dalam
kebaktian serta diperlengkapi untuk memilih cara-cara mewujudkan suatu
pengabdian diri kepada Tuhan Yesus Kristus dalam kehidupan mereka
sehari- hari, serta hidup bertanggung jawab di bawah kedaulatan Allah,
demi kemuliaan namaNya sebagai lambang ucapan syukur mereka yang
dipilih dalam Yesus Kristus.

Tujuan utama Pendidikan Kristen ialah membawa peserta didik untuk


mengalami perjumpaan dengan Kristus, mengasihi Allah dengan sungguh-
sungguh, hidup dalam keataatan serta mampu mempraktekkan imannya
dalam kehidupan sehari hari.
Selain tujuan di atas, ada pula tujuan pendidikan Kristen di sekolah
diselenggarakan dengan arah yang jelas. Arah itu disebut dengan tujuan.
Ada tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan Kristen di sekolah.
Dalam konteks ini, ada beragam pandangan tentang tujuan pendidikan di
sekolah. Pembahasan ini sengaja dipisahkan dengan tujuan pendidikan
Kristen menurut Kurikulum Pemerintah karena di dalam kurikulum
pemerintah telah dirumuskan tujuan pendidikan Kristen mulai dari SD
sampai Perguruan Tinggi. Dalam kurikulum pemerintah telah dirumuskan
“Standar Kompetensi” dan “Kompetensi Dasar” serta indikator-indikatornya.
Dengan demikian pembahasan tujuan pendidikan Kristen dalam bahasan
ini hendak mengemukakan beragama pandangan tentang pendidikan
Kristen kemudian pada pokok “pendidikan Kristen di Sekolah sesuai
Kurikulum Pemerintah RI, akan dibahas tujuan pendidikan Kristen di
sekolah berdasarkan rumusan tujuan atau standar kompetensi yang
dikeluarkan pemerintah. Dan sejauh mana isi kurikulum itu mempengaruhi
siswa Kristen terhadap berbagai gerakan, khususnya “Geraka Zaman Baru”
BAB II

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN SEBAGAI TUGAS DALAM GEREJA

1.1. Pendidikan Agama Kristen Sebagai Tugas dalam Gereja

Pengajaran memang tidak dititikberatkan pada hanya salaH satu


tugas panggilan gereja, sebab berbicara tentang pengajaran sebenarnya
mencakup ketiga panilan tugas tersebut. Setiap tugas pangilan gereja
sesunggunya harus mengandung unsur pengajaran. Setiap persekutuan
pelayanan serta kesaksian yang dilakukan mengjarkan kepada setiap
anggotanya bagaimana kehidupan sesunggunya dari gereja.
Gereja ditugaskan untuk mengajarkan kepada semua bangsa segala
sesuatu yang telah Yesus perintahkan (Mat. 28:18-20). Pengajaran yang
dilakukan gereja haruslah menyebabkan pengetahuan, pengertian serta
perubahan untuk mencapai kedewasaan penuh dalam Kristus (Ef. 4:11-16).
Kristus adalah Guru Agung, Dia adalah teladan yang sempurna dalam segala
bentuk pelayanan termasuk di dalamnya mengajar, sebab Dia sendiri melakukan
apa yang Ia ajarkan dan apa yang Ia ajarkan, itu pula yang Ia lakukan.
Penulis Didakhè mengatakan dengan tajam, bahwa setiap nabi yang tidak
melakukan kebenaran yang ia ajarkan adalah nabi palsu (11:10).

Gereja sebagai persekutuan yang organis, fungsinya mencakup


penyusunan pengajaran (didache) yang berasal dari pemberitaan
(kerygma) yang dasariah. Ini merupakan bentuk kesadaran gereja atas
pengutusannya. Lebih lanjut Cully menjelaskan bahwa makna pemberitaan
itu menyangkut keseluruhan perbuatan-perbuatan Allah yang besar dalam
melawat dan menebus umatNya. Pemberitaan ini menghasilkan
pengajaran, dengan kata lain pengajaran bersumber dari pemberitaan,
sehingga pengajaran tidak bisa dipisahkan dari kerygma. Apabila hal itu
terjadi maka pengajaran itu cenderung menyimpang. Pengajaran
dibutuhkan untuk memelihara hasil-hasil penginjilan sehingga semakin hari
semakin menuju pada kedewasaan rohani.

Bagaimana gereja mengajar menurut penjelsan Cully, dapat di uraikan


sebagai berikut:

1. Gereja mengajar melalui ibadah bersama;


2. Gereja mengajar melalui perayaan
kelender hari-hari raya gerejawi;
3. 3)    Gereja mengajar melalui hubungan-
hubungan yang ada antara orang dewasa dan anak-anak di gereja;
4. Gereja mengajar melalui sekolah gereja;
5. Gereja mengajar melalui partisipasi anak-
anak dan orang dewasa dalam keseluruhan kehidupan umat Kristen;
6. Gereja mengajar melalui partisipasi
keluarga-keluarga dalam persekutuan yang beribadah.

Semuanya itu menunjukkan pengajaran terjadi dalam persekutuan dan


menuntut adanya keterlibatan aktif dari seluruh anggota gereja tanpa
terkecuali, dari anak-anak sampai orang dewasa. Kegiatan mengajar oleh
gereja tidak boleh berhenti, melainkan harus terus menerus dilakukan dari
generasi ke generasi (Ul. 6:4-9). Daniel Nuhamara secara eksplisit
mengatakan bahwa pengajaran adalah bagian dari pendidikan. Sejalan
dengan itu, Horace Bushnell sebagaimana yang dicatat Boehlke dalam
bukunya, menyebutkan orang tua, jemaat sendiri, pendeta dan anak-anak
sebagai pengajar sedangkan pelajarnya yaitu kaum muda, orang tua dan
warga jemaat.

Berkaitan dengan tugas ini, maka kita mengenal Pendidikan Agama


Kristen (PAK). Istilah ini berasal dari bahasa Inggris Christian Religious
Education, yang oleh beberapa ahli didefinisikan sebagai berikut:

1. Martin Luther (1483-1548)

PAK adalah pendidikan yang melibatkan semua warga jemaat khususnya


kaum muda, agar bisa belajar secara teratur dan tertib sehingga sadar
akan dosa dan kemerdekaan yang Allah kerjakan melalui Yesus Kristus.
Disamping itu memperlengkapi mereka dengan berbagai sumber iman
sehingga mampu mengambil bagian secara bertanggung jawab dalam
pelayanan terhadap masyarakat, negara dan gereja.

2. Yohanes Calvin (1509-1664)

PAK adalah pendidikan gereja yang bertujuan untuk mendewasakan umat


Allah. Berkaitan dengan hal ini, Calvin mengutip tulisan Paulus dalam
Efesus 4: 10.

3.  Homrighausen (1955).

PAK adalah pendidikan yang melaluinya “segala pelajar, tua dan muda
memasuki persekutuan iman yang hidup dengan Tuhan sendiri dan oleh
dan dalam Dia mereka terhisap pula pada persekutuan jemaat-Nya yang
mengakui dan mempermuliakan Nama-Nya di segala waktu dan tempat”.
4.  E.G. Homrighausen (1955)
PAK adalah pendidikan yang melaluinya “segala pelajar, tua dan  muda
memasuki persekutuan iman yang hidup dengan Tuhan sendiri dan oleh
dan dalam Dia mereka terhisap pula pada persekutuan jemaat-Nya yang
mengakui dan mempermuliakan Nama-Nya di segala waktu dan tempat”

5. Clement Suleeman/ Lee Sian Hui (1980)

PAK adalah pelayanan gerejawi dalam “mendidik anggota dan calon


anggotanya untuk hidup dalam kehidupan Kristen

Dari pengertian beberapa ahli di atas, maka dapat ditarik kesimpulan


bahwa pusat Pendidikan Agama Kristen adalah Allah sendiri dengan
kedewasaan iman jemaat-Nya sebagai tujuannya. Para pelajar PAK
sendiri, pada dasarnya para ahli di atas setuju bahwa semua warga jemaat
adalah pelajar, kendatipun Marthin Luther menekankan kekhususan dari
kaum muda. Sejalan dengan tugas ini, maka dapatlah dimengerti bahwa di
mana gereja ada, disitu pula gereja melaksanakan tugas mengajar ini.
Sehingga bisa dikatakan PAK ada dimana gereja ada yakni di
rumah/keluarga, di sekolah, juga di gereja yang dalam pengertian gereja
loka

alam penerapannya, setiap warga gereja berapapun usianya berhak


mendapatkan pendidikan agama Kristen. Pertumbuhan dan perkembangan
manusia baik fisik, psikis, sosial, emosional dan kerohanian, turut
memengaruhi daya tangkap, cara berpikir, tingkah laku dan kebutuhan-
kebutuhan manusia itu sendiri, termasuk di dalamnya kebutuhan akan
pendidikan.

Perbedaan kemampuan dan kebutuhan dari tingkat usia inilah yang


menuntut adanya perhatian khusus oleh gereja. Sehingga dalam
pelaksanaannya, kita mengenal berbagai kategori dalam PAK yakni PAK
untuk anak-anak (usia 0-11 tahun), PAK untuk Remaja (usia 12-17 tahun),
dan PAK untuk orang dewasa (usia 18 tahun ke atas). Bahkan dalam PAK
untuk orang dewasa masih juga dibagi dalam 3 kelompok yakni kelompok
dewasa muda (usia 18-34 tahun), dewasa menengah (usia 35-60 tahun)
dan dewasa lanjut usia (usia 60 tahun ke atas). Di samping PAK untuk
orang dewasa, ada juga PAK dalam keluarga. Setiap kategori usia
membutuhkan pendekatan pendidikan berdasarkan ciri khas dari
perkembangannya.
1.2. Gambaran Sekilas Konteks PAK Dalam Beberapa Periode

Abad2 pertama: PAK diberikan secara “ketat” dari gereja kepada


umat sebelum menjadi anggota sidi gereja, karena umat harus dilengkapi
dengan ajaran yang benar agar tidak disesatkan. Dalam abad ke dua
misalnya, pendidikan gereja terhadap calon-calon untuk baptisan orang
dewasa telah diatur dengan seksama. Gereja menuntun supaya mereka
belajar selam tiga tahun, baru mereka diuji dan diterima pada Baptisan dan
Perjamuan Suci.

Abad pertengahan: praktik PAK semakin merosot karena dominasi


gereja yang lebih mementingkan “kristenisasi” ketimbang aspek pengajaran
PAK itu sendiri. Pada masa ini gereja banyak mendidik melalui Sakramen
Baptisan, Sakramen Misa, drama agamawi, seni lukis/patung dan juga
melalui seni bangunan gereja.

Abad reformasi: praktik PAK sangat diperhatikan oleh para reformator


gereja. Sola Scriptura menjadi semboyan semangat untuk mengajarkan
PAK secara baik dan benar, dan bukan dilakukan sebagai tradisi gereja.
Masa ini diwakili oleh Luther dan Calvin. Luther menghasilkan karya yang
berkaitan PAK yakni Katekismus. Luther mengaitkan pendidikan dengan
teologi atau dengan kata lain teologinya merupakan dasar teori
pendidikannya. Sedangkan Calvin menghasilkan karyanya Institutio.

Abad 17-18: revolusi industri membuat PAK bergumul di dalam


situasi ketidakadilan terhadap perlakuan manusia sebagai “mesin” pekerja,
namun  diupah tak sebanding (ex: Robert Raikers; pendiri Sekolah
Minggu).

 Abad 19: gerakan evangelikal dan revival berkembang. PAK pada masa ini
dititikberatkan pada pertobatan manusia sebagai mausia berdosa. Inilah
tema-tema yang terdapat dalam ibadah-ibadah KKR pada waktu itu. Lagu-
lagunya pun dipilih berkisar tentang tema tersebut, misalnya Amazing
Grace (KJ 40), dan Just As I Am (KJ 27). 

Abad 20: gerakan ekumenis, PAK dititkberatkan pada hubungan oikumene,


ketimbang sikap ekslusif masing-masing kelompok (ex: hubungan Kristen
dan Katolik).

Dari gambaran di atas paling tidak menunjukan dimana sekarang kita


berada. Posisi kita sekarang berada di  abad 21, yang mana masih kental
dengan konteks hubungan oikumene dari abad ke 20. Secara khusus
konteks Asia akan dibahas dalam tulisan ini, karena penggambaran
konteks di atas semuanya lahir dari konteks Eropa dan Amerika.
Penjelasan lebih lanjut akan dilihat nanti, tetapi sebelumnya perlu untuk
merumuskan tentang definisi konsep dari judul tulisan ini

2.3.PEMBAHASAN PAK Dalam Masyarakat Majemuk

 Ada banyak definisi mengenai Pendidikan Agama Kristen (PAK) yang


diberikan oleh para ahli PAK, namun di sini dibatasi dengan beberapa
pandangan para ahli saja. Tentu saja Bushnell memberikan definisi
demikian karena ia adalah seorang yang menekankan PAK dalam keluarga
yang menuntut tanggung jawab orangtua di dalam mendidik anak.

Menurut Enklar & Homrighausen PAK berarti menerima pendidikan itu,


segala pelajar, muda dan tua, memasuki persekutuan iman yang hidup
dengan Tuhan sendiri, dan oleh dan dalam Dia mereka terhisab pula pada
persekutuan jemaat-Nya yang mengakui dan mempermuliakan nama-Nya
di segala waktu dan tempat.

Menurut Calvin: PAK adalah pendidikan gereja yang mendewasakan umat


Allah. Berkaitan dengan hal ini, Calvin mengutip tulisan Paulus dalam
Efesus 4:10.

Dari definisi-definisi di atas kita dapat melihat perbedaannya masing-


masing, karena setiap ahli mempunyai perspektif tersendiri. Bushnell
memberikan definisi berkaitan dengan tanggung jawab orangtua dalam
mendidik anak. Enklar & Homrighausen memberikan definisi yang
berkaitan dengan persekutuan. Sedangkan Calvin mengarahkannya lebih
kepada pembinaan umat. Demikian dari ketiga definisi di atas, dapat dilihat
begitu dinamisnya PAK. Mulai dalam keluarga, gereja, hingga masyarakat
di segala waktu dan tempat.

Dalam tulisan ini, sedikit menantang kita untuk melihat PAK bukan dalam
lingkup keluarga atau gereja, melainkan melihat dalam lingkup yang lebih
jauh, yakni lingkup masyrakat. Masyarakat yang bagaimana? Masyrakat
yang bukan homogen, melainkan heterogen. Bukan masyarakat Eropa atau
Amerika, melainkan masyarakat Asia. PAK ditantang untuk melihat
masyarakat yang serba majemuk dalam konteks Asia.

1.      MASYARAKAT MAJEMUK

Masyarakat dalam arti luas adalah keseluruhan dari semua dalam


hidup bersama dengan tidak dibatasi oleh lingkungan, bangsa, dan lain-
lain. Masyarakat dalam arti sempit adalah sekelompok manusia yang
dibatasi oleh aspek-aspek tertentu. Jadi, pengertian masyarakat secara
umum adalah kelompok manusia yang telah lama tinggal dalam suatu
daerah tertentu dan memiliki aturan bersama untuk mencapai tujuan
bersama yaitu kesejahteraan bersama.
Masyarakat majemuk yaitu masyarakat Indonesia yang ditandai
dengan kenyataan adanya keragaman kesatuan sosial yang berdasarkan
ras, suku, adat istiadat, budaya dan agama. Kriteria klasifikasi suatu ras
digunakan berdasarkan ciri-ciri biologis atau fisik. Secara garis besar
tanda-tanda fisik yang digunakan adalah bentuk badan, bentuk kepala, raut
muka, bentuk hidung, warna kulit dan bentuk rambut. Ras ditandai dengan
adanya ciri-ciri fisik, dapat dibedakan empat kelompok ras yaitu papua
melanesoid, negroid, weddoid, dan melayu mongoloid
Oleh karena itu, masyarakat Indonesia dikatakan masyarakat yang
majemuk. Namun, masyarakat Indonesia tetap memilki satu status dan
kedudukan yang sama yakni sebagai masyarakat Indonesia yang memiliki
hak dan kewajiban yang sama sebagai warga negara Indonesia, yang
dituntut untuk selalu bersatu tanpa mempedulikan berbagai perbedaan
yang ada demi menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ada beberapa pendapat tentang pengertian masyarakat majemuk,
diantaranya adalah sebagai berikut:
a.        Depdiknas tahun 2002, Masyarakat majemuk adalah masyarakat yang
terbagi dalam kelompok persatuan yang sering memilki kebudayaan yang
berbeda.
b.        Soekanto tahun 2001, Masyarakat majemuk yaitu kemajemukan
budaya, dengan kelompok etnik dan minoritas serta terpelihara identitasnya
dalam suatu masyarakat.
c.         Ilmu sosial, Masyarakat majemuk adalah suatu keadaan masyarakat
dimana setiap kelompok kebudayaan memilki lembaga-lembaga yang
berkaitan dengan setiap bidang kehidupan kecuali politik, dimana lembaga
setiap kelompok kebudayaan tertentu memegang kekuasaan dalam
masyarakat yang bersangkutan.
d.        Konteks politik, Masyarakat majemuk adalah suatu sistem yang
memungkinkan semua kepentingan dalam masyarakat bersaing secara
bebas untuk mempengaruhi proses politik, sehingga terhindar dari
terjadinya suatu kelompok mendominasi kelompok yang lain.
Masyarakat majemuk atas dasar pengertian tersebut dibedakan atas
tiga kategori yaitu:
          Kemajemukan sturuktural, dominasi politik dipegang oleh suatu
kelompok tertentu.
          Kemajemukan sosial, suatu keadaan dimana hak dan kewajiban
tersebar secara merata diantara kelompok sosial yang ada.
          Kemajemukan budaya, seluruh warga masyarakat merupan bagian dari
publik tanpa memperhatikan identifikasi yang ideal maupun yang nyata.
Jadi, masyarakat majemuk adalah suatu keadaan masyarakat yang
terdiri dari berbagai kepentingan dan kebudayaan yang berdeba-beda yang
melebur dan membentuk satu kesatuan yang mempunyai tujuan dan cita-
cita yang sama.

Masyarakat majemuk  merupakan suatu topik yang menarik untuk


diuraikan. Bhinneka Tunggal Ika, demikian slogan yang dicengkeram oleh
Garuda, burung lambang negara kesatuan Republik Indonesia. Ironisnya,
atas dasar tersebut, asumsi yang kini terus bertahan adalah Indonesia
selalu dianggap majemuk bukan multikultur. Asumsi ini harus mulai
dipertanyakan karena pola masyarakat majemuk sarat bias kolonial
Belanda. Sejumlah ahli kemasyarakatan Indonesia, semisal Parsudi
Suparlan, berupaya mendekonstruksi asumsi majemuk masyarakat
Indonesia menjadi multikultural. Asumsi majemuk dianggap tidak sehat
dalam menciptakan harmoni dan integrasi Indonesia yang ditengarai
berbagai kerusuhan berbias etnis maupun agama. Pada kesempatan ini
perlu dinyatakan kaum

intelektual Indonesia pun dianggap bertanggung jawab karena turut


mempertahankan konsepsi masyarakat majemuk Indonesia ke dalam
wacana publik. 

Terdapat kehendak kuat mengganti asumsi beragamnya primordial


Indonesia dengan tidak lagi menggunakan denotasi majemuk melainkan
multikultural. Dalam multikultural, etnis-etnis yang

Menurut J.S. Furnivall, Masyarakat Majemuk merupakan masyarakat yang


terdiri atas dua atau lebih komunitas maupun kelompok-kelompok yang
secara budaya dan ekonomi trpisah secara memiliki strukutyr kelembagaan
yang berbeda satu dengan lainnya. Nasikun, menyatakan bahwa
masyarakat majemuk merupakan suatu masyrakat yang menganut system
nilai yang berbeda di antara berbagai kesatuan sosial yang menjadi
anggotanya. Para anggota masyarakat tersebut kurang memiliki loyalitas
terhadap masyarakat sebagai suatu keseluruhan, kurang memiliki
homogenitas

Jenis-Jenis Masyarakat Majemuk

Menurut konfigurasi dari komunitas etnisnya, masyarakat majemuk dapat


dibedakan menjadi empat kategori sebagi berikut :

1.Masyarakat majemuk dengan kompetisi seimbang, yaitu masyarakat


majemuk yang terdiriatas sejumlah komunitas atau kelompok etnis yang
memilki kekuatan kompetitif seimbang.
2.Masyarakat majemuk dengan mayoritas dominan, yaitu
masyarakatmajemuk yang terdiri atas sejumlah komunitas atau kelompok
etnis yang kekuatan kompetitip tidak seimbang.

3. Masyarakat majemuk dengan minoritas dominan, yaitu masyarakat yang


antara komunitas atau kelompok etnisnya terdapat kelompok minoritas,
tetapi mempunyai kekuatan kompetitip di atas yang lain, sehingga
mendominasi politik dan ekonomi.

Prinsip-prinsip PAK dalam Masyarakat Majemuk

Prinsip-prinsip PAK dalam masyarakat majemuk adalah salah satu


kompetensi dasar dalam mata kuliah PAK dalam masyarakat
majemuk. Apakah prinsip-prinsip itu? silakan diikuti dalam bahasan
Prinsip PAK dalam masyarakat majemuk. Namun sebelumnya saya
memulai dengan ucapan terimakasih untuk penemu Blogspot dan
pemerintah Indonesia. Saya kini boleh memakai Free weblog (blog)
berbasis blogspot untuk mengonlinekan bahan ajarku. Tidak sia-sia
saya membahas Pemanfaatan Free Weblog Sebagai Bahan Ajar Online
terhadap Efektivitas Proses Pembelajaran di STT. Variabel ini
merupakan salah satu dari empat (4) variabel bebas yang saya teliti
dalam disertasiku dengan variabel utama: Efektivitas Proses
Pembelajaran di STT IKSM SA, STT Arrabona, STT Paulus dan STT
Rahmat Emmanuel. Sebagai wujud kerinduan itu maka blog ini adalah
blog khusus untuk mata kuliah PAK dalam Masyarakat Majemuk. Saya
berharap ada rekan-rekan dosen dari STT ini dan STT lain yang
membangun blog (free weblog) untuk mengonlinekan bahan ajar yang
diasuh. Mari kita onlinekan hasil berpikir. Juga untuk mahasiswa STT
IKSM SA dan STT lain, ayo manfaatkan free weblog untuk aktivitas
akademikmu.

Prinsip adalah kebenaran yang menjadi dasar berpikir dan


bertindak. Sedangkan PAK merupakan singkatan dari Pendidikan
Agama Kristen. Unsur yang ada dalam Pendidikan adalah orang
dewasa dan yang belum dewasa (guru/pendidik dan murid/peserta
didik/anak yang belum dewasa). Ini berarti Pendidikan Agama Kristen
adalah upaya orang dewasa (mengajar dan memberi teladan
hidup/panutan/garam/perbuatan baik) kepada orang yang belum
dewasa (peserta didik) dalam nilai-nilai Pendidikan Agama Kristen
yang bersumber dari Alkitab. Jadi prinsip-prinsip PAK/Pendidikan
Agama Kristen dalam masyarakat majemuk adalah bagaimana orang
dewasa (guru/dosen/pendidik/orangtua) memberi pendidikan
(pengajaran/mengajar, menasehati, memberi teladan hidup) kepada
yang belum dewasa dengan nilai-nilai Pendidikan Kristen dalam
konteks masyarakat majemuk.

Dengan kata lain bagaimana mendidik anak dalam konteks


keragaman sosial, keragaman budaya, keragaman bahasa, keragaman
warna kulit, keragaman ekonomi, keragaman agama supaya mereka
mampu membangun kehidupan bersama dalam kemajemukan
masyarakat Indonesia. Guru/Dosen PAK yang pluralis, Guru/Dosen
PAK yang eksklusif, Guru/dosen PAK yang inklusif, Peserta didik yang
pluralis, peserta didik yang eksklusif, peserta didik yang inklusif?
Terakhir tentang kata “kebenaran”. Ada banyak teori kebenaran,
misalnya teori kebenaran koherensi, teori kebenaran korespondensi,
teori kebenaran prakmatis dll. Ada kebenaran dalam proses berpikir
dan ada kebenaran iman (Kebenaran Agama). Kristen mengakui
Alkitab (isi Alkitab) adalah kebenaran, walaupun ada sekolompok
pendapat menyatakan bahwa ada kesalahan dalam Alkitab. Namun isi
Alkitab adalah penyataan Allah.
Allah menyatakan maksud-Nya kepada para penulis Alkitab. Biasanya para
bapa Gereja menyebut Alkitab adalah “kebenaran langsung” (silakan baca
buku Runtut Pijar Sejarah Pemikiran Kristen). Penegasannya hanya Allah
(TUHAN) yang tidak dapat salah artinya Dialah kebenaran itu. Baiklah kita
mulai dengan kebenaran (prinsip) PAK dalam Masyarakat majemuk

a.Kemajemukan Budaya: PAK mesti memanfaatkan atau dilaksanakan


dalam kebudayaan. Contoh: PAK melalui wayang, PAK melalui gondang dll
b. Kemajemukan Bahasa: PAK mesti memanfaatkan keragaman bahasa
bagi tersalurnya nilai-nilai Kristiani: Contoh Yerusalem Syalom, Indonesia
salam sejahtera
c. Kemajemukan suku: PAK tidak boleh membeda-beda suku. Contoh
Guru, peserta didik hanya satu suku, memberi nilai berdasarkan kesamaan
suku, kemauan mendidik berdasarkan kesamaan suku, tidak suka mendidik
berlainan suku dll
d. Kemajemukan Agama: PAK mesti dilaksanakan secara pluralis, inklusif
(terbuka) tetapi tetap mempertahankan nilai-nilai atau identitas Kristen,
tetap melaksanakan misi TUHAN (missio dey).

2. PAK Dalam Konteks Agama-agama


1.   PAK dan Keterbukaan
Pendidikan Agama Kristen di sekolah haruslah dapat memberi
pengajaran iman yang menuju keterbukaan dan bukan ketertutupan apalagi
fanatisme keagamaan. Prinsip pengajar Kristen adalah bahwa setiap orang
beriman harus fanatik akan imannya tapi tidak boleh fanatisme, karena
fanatisme adalah salah satu sikap buruk dalam keagamaan.

2.  Penginjilan
Penginjilan adalah merupakan perintah Kristus kepada semua orang
percaya. Inti dari amanat agung itu adalah “jadikanlah semua bangsa
murid-Ku”, artinya bahwa orang-orang harus dibawa kepada Kristus,
sehingga mereka beriman dan menyerahkan diri kepada Dia. 
Penginjilan bertujuan untuk melipat gandakan orang-orang percaya.
Dengan penginjilan jemaat terus bertambah. Penginjilan tidak akan pernah
terjadi sebelum orang-orang percaya itu menjadi orang-orang Kristen yang
berubah dan telah memperoleh pengajaran dari rasul-rasul Tuhan.
3   Kekuatan Dan Kelemahan Heterogenitas Agama-agama
1)  Kekuatan
a. Agama-agama Sebagai Potensi
Indonesia kaya akan aliran-aliran keagamaan mulai dari yang diakui
pemerintah maupun sempalan-sempalan keagamaan. Supaya semua
dapat rukun bersama dalam wadah NKRI, maka pemerintah mengatur
pergaulan antaragama yakni dengan Trilogi Kerukunan Umat Beragama
yaitu: Kerukunan Intern Umat Beragama, Kerukunan Antar Umat
Beragama, dan Kerukunan Umat Beragama dengan Pemerintah.

b.    Berbeda MerupakanRealitas
Negara Indonesia yang terdiri dari beberapa pulau, suku, adat dan
istiadat juga termasuk agama adalah suatu kenyataan. Dari perbedaan
inilah hendaknya manusia Indonesia semakin bersyukur dengan keaneka
ragaman di atas.
c.    Persamaan Hak dan Kewajiban
-       Persamaan Hak:
1. umat beragama diberikan hak yang sama untuk melakukan ibadah
sesuai dengan ajarannnya.
2. umat beragama berhak untuk memeluk agamanya sesuai dengan
keyakinannya.
-       Persamaan kewajiban
1. umat beragama berkewajiban saling menghormati antar umat beragama,
2. umat beragama berkewajiban menjaga kedamaian atau menciptakan
perdamaian antar umat beragama.

d. Mengemban Pola Kerukunan


Sekalipun pemerintah sudah melakukan kegiatan yang berkaitan dengan
kerukunan antar umat beragama tetappi masih ada gesekan – gesekan
yang timbul, seperti penutupan tempat ibadah serta melarang kegiatan-
kegiatan Kristen lainnya.
Ada beberapa kegiatan untuk menggalangkan kekuatan antaragama
Indonesia antara lain:
1. kerjasama akademik antarailmuwan dari kalangan berbagai agama
untuk melakukan penelitian sosial tentang kehidupan keagamaan di
Indonesia
2. mengadakan doa bersama antarumat beragama untuk mendoakan
bangsa dan negara Indonesia.
3. mengadakan kerjasama sosial atau bakti sosial bersama pada
masyarakat kumuh.
2)  Kelemahan
a  Sensitivisme
Ditengah masyarakat Indonesia masalah agama adalah masalah yang
sangat sensitif dan bisa menimbulkan konflik antaragama. Oleh karena itu
di Indonesia sangat dilarang untuk menjelek-jelekkan, menghina, dan
melecehkan agama orang lain.

b  Egoisme
Egoisme keagamaan adalah suatu paham yang hanya mementingkan
dirinya sendiri tanpa mementingkan orang lain. Dengan egoisme
keagamaan, agama-agama menghadap bahwa agamanyalah yang paling
benar dan paling suci.

c  Netralitas agama
Pemerintah harus memiliki sikap netral bagi semua agama di Indonesia
memperlaukan semua agama yang sama. Pemerintah tidak boleh
diskriminasi dan harus memberikan dukungan yang seluas-luasnya bagi
semua agama di Indonesia.

 
3. Konteks Asia
Antone Hope, dalam bukunya Pendidikan Kristiani Kontekstual,
memberikan banyak gambaran tentang PAK dalam konteks Asia. Untuk itu,
pada pembahasan tentang konteks Asia, akan banyak dikutip dari buku
tersebut.

Bila ada suatu kata yang dapat melukiskan dengan tepat wilayah di Asia,
kata itu adalah pluralitas atau kemajemukan. Asia, benua dengan jumlah
penduduk yang paling padat di dunia, merupakan wilayah di dunia yang
sangat beragam dari segi budaya, bahasa, suku bangsa, dan agama.
Kemajemukan budaya, bahasa, suku bangsa, dan agam seperti itu kadang
terlihat sebagai sumber kesejahteraan dan kebanggaan. Namun, hal ini
juga dilihat sebagai alasan untuk banyak konflik dan masalah. Memang,
ada orang-orang Asia yang merasa bangga dengan karunia kemajemukan
itu.

 Namun, ada juga orang-orang yang mempersalahkan hal ini sebagai salah
satu penyebab dari masalah intoleran, kebencian, dan kekerasan yang
terus terjadi di wilayahnya. Namun, kemajemukan inilah yang menjadikan
wilayah Asia seperti itu. Hal ini membuat Asia menjadi suatu konteks yang
bukan monolitik, tetapi mungkin, lebih tepat sekelompok konteks geografis

Th. Sumartana mengatakan bahwa tantangan keagamaan yang mendasar


yang kita hadapi sekarang ini bisa kita ungkap dengan satu kata, yaitu
pluralisme. Tidak ada maksud mengatakan bahwa pluralisme merupakan
satu-satunya tantangan akan tetapi bila tantangan itu tidak diperhatikan
dengan sungguh-sungguh, maka agama-agama akan kehilangan persepsi
yang benar tentang dunia dan masyarakat sekarang. Pluralisme telah
menjadi ciri esensial dari dunia masyarakat sekarang. Dunia telah menjadi
satu dan menjadi

Secara geografis, di Asia banyak negara-negara yang memiliki wilayah,


yang tidak terhubungkan satu dengan yang lain “the Asia-mainland”, sebab
dikelilingi oleh air laut. Jelas bahwa kondisi geografis mempengaruhi
kondisi ekonomi dan polotik antar bangsa. Jika dilihat secara demografi
bahwa negara-negara yang jumlah penduduknya terbanyak di dunia ialah
beberapa negara Asia. Asia memiliki banyak buruh sebagai kekuatan
terbesar dalam ketenagakerjaan. Dari segi ekonomi pada umumnya
negara-negara di Asia tergolong negara berkembang. Meskipun ada
beberapa negara boleh dikatakan sudah maju, tapi disisi lain ada juga yang
termasuk bilangan negara miskin, bahkan di Asia terdapat negara termiskin
di dunia.

Berteologi dalam konteks Asia atau Teologi Asia maksudnya adalah Asia
secara umum tidak mengandaikan Asia sebagai satu kesatuan, entah
secara budaya, struktur sosial maupun politik. Kendatipun terdapat
pluralitas budaya, ideologi politik, dan struktur sosial, namun kita dapat
melihat penampilan wajah umum tertentu dibalik apa yang diterangkan oleh
orang-orang Asia atau dari apa yang mereka gumulkan, karena
pengungkapan “Teologi Asia” dalam bentuk tunggal, kiranya dapat juga
dibenarkan. Mana kala insan-insan Kristen Asia berteologi menanggapi
situasi mereka di Asia, maka ada sumbangsih tertentu

Dari berbagai kemajemukan yang saling berpaut di Asia, kemajemukan


agama dan budaya menjadi realitas utama yang mencolok untuk dihadapi.
Asia mempunyai populasi Muslim paling banyak, dengan Indonesia yang
mempunyai populasi Muslim terbesar di antara semua negara di dunia.
Asia juga mempunyai populasi terbesar dari penganut Budha, Taoisme,
dan Hinduisme. Kekristenan adalah agama minoritas di seluruh wilayah
Asia, kecuali di Filipina di mana agama ini menjadi agama yang paling
banyak dianut.

Realitas lain dari konteks Asia adalah persoalan kemiskinan, perjuangan,


dan penderitaan. Sering dikatakan bahwa pada masa kini, kecuali kematian
yang diakibatkan oleh bencana alam, yang sekarang dan kemudian terjadi,
lebih banyak orang mati karena konflik agama dan suku daripada karena
kelaparan atau penyakit. Bagaimanapun, akar konflik agama dan etnis ini
seringkali sungguh-sungguh disebabkan oleh karena ketidakadilan sosial-
ekonomi dan politik.

5. Tantangan & Harapan

Jika konteks Asia sudah kita lihat di atas, menjadi pertanyaannya apa dan
bagaimana yang harus dilakukan PAK di dalam konteks Asia yang
demikian. Konteks ini merupakan suatu tantangan tetapi juga
sekaligus harapan

Dua tantangan tersebut tidak bisa dihindari lagi. Karena itulah, amat
diharapkan agar Gereja (klerus) harus terus-menerus menyadarkan umat
beriman bahwa para katekis sebenarnya telah diberi tugas khusus untuk
melaksanakan tugas penting dan mulia ini.

Umat tidak boleh berpikir bahwa tugas pewartaan hanya merupakan tugas
para pastor. Umat harus dibiasakan untuk mengetahui bahwa Yesus
sendiri sudah memberikan tugas pewartaan kepada siapa saja dan bukan
hanya kepada orang-orang tertentu saja.

Jadi, sebenarnya, siapa saja termasuk para katekis dan umat lainnya
merupakan elemen penting dalam tugas pewartaan. Gereja Katolik tidak
pernah mengeksklusifkan tugas ini menjadi hanya tugas kaum tertahbis
saja.
Gereja mendukung karya awam seperti katekis dalam karya pewartaan.
Artinya, memberi peluang sebesar-besarnya kepada awam agar
berpartisipasi dalam tugas mulia ini.

Di tengah persoalan pelik yang melanda dunia sosial dewasa ini,


komunikasi dan kerjasama antara para agen pastoral awal (seperti katekis)
dan klerus adalah hal mutlak.

Mereka berperan secara komplementaris dan tidak bisa secara sendiri-


sendiri. Hal ini juga penting agar memiliki persepsi yang sama dalam
mencermati dan memberikan solusi terhadap persoalan yang saat ini
sedang gencarnya menyerang kehidupan umat.

Persosalan-persoalan kontekstual seperti tambang, kapitalisasi pariwisata,


korupsi dan berbagai persoalan moral yang selama ini melanda dunia
sosial akan bisa diatasi jika katekis atau awam diberi kesempatan berkreasi
lalu bersama kaum tertahbis mencari jalan yang efektif.

Hal ini sesuai dengan harapan Konsili Vatikan II dalam Apostolicam


Actuositatem (dekrit tentang kerasulan awam) No. 1 yang mengatakan:
“Sebab kerasulan awam, yang bersumber pada panggilan Kristiani mereka
sendiri tak pernah dapat tidak ada dalam Gereja… Adapun zaman kita
menuntut semangat merasul kaum awam yang tidak kalah besar”.

Pewartaan mengandaikan ada orang yang diutus untuk melakukannya. Di


sini, yang diutus tidak harus klerus, tetapi awam (katekis) sesungguhnya
bisa “mengambil alih” tugas perutusan seperti itu.

Hal seperti inilah yang harus dipikirkan Gereja ke depannya. Gereja harus
tegas dan berani memilih serta menyerahkan tugas seperti ini kepada
awam (katekis).

Gereja mesti mesti percaya bahwa Tuhah memampukan awam atau para
katekis dalam melaksanakan tugas suci ini. Gereja harus memberikan
kesempatan dan ruang kepada para katekis untuk menjadi ujung tombak
dalam pewartaan.
Memang benar bahwa selama ini, Gereja sudah memberikan porsi kepada
para katekis. Tetapi menurut saya, hal ini tidak didukung oleh usaha-usaha
militan agar para katekis benar-benar memiliki ruang untuk melakukan itu.
Ruang gerak mereka masih dibatasi

Ini menarik. Sebab, di satu sisi, Gereja menginginkan agar para awam dan
katekis melaksanakan tugas pewartaan, tetapi di sini lain Gereja masih
“setengah hati” mempercayakan tugas ini kepada katekis.

Saya berharap agar Gereja memberikan perhatian khusus kepada mereka.


Gereja harus mencari solusi sehingga para katekis tidak melihat tugas
pewartaan sebagai beban atau membuang-buang waktu dan tenaga saja.

Para katekis harus diberi pemahaman dan kepastian bahwa mereka adalah
andalan Gereja. Selain itu, amat diharapkan agar para katekis menyadari
bahwa mereka adalah elemen utama dalam tugas pewartaan.
BAB III

kesimpulan

Setiap zaman mempunyai tantangannya tersendiri. Kita perlu belajar dari


kisah hidup Yesus  yang mampu menghadapi tantangan karena mampu
melihat harapan, dan lebih dari itu ialah berkat. Dengan melihat konteks
Asia yang serba majemuk dan juga jumlah komunitas Kristen yang kecil
dibanding agama-agama lain, PAK tidak harus menjadi pesimis. Justru
dengan inilah PAK ditantang untuk melihat harapan dan juga berkat yang
ada di depan. Bersentuhan dengan agama dan juga budaya lain tidak
harus membuat PAK bersifat eksklusif melainkan meliahatnya
sebagai kairos seperti yang diungkapkan Lesslie Newbigin.

Saran

– Tantangan konteks Asia ini membuat PAK agar mampu membawa


pendidikan untuk kedamaian  (education for peace) bagi segala lapisan
masyrakat.

– Sikap-sikap eksklusif perlu dipertimbangkan kembali karena itu tidak


selalu membawa berkat bagi  masyarakat yang lain melainkan konflik yang
terjadi.

– Mengingat Asia banyak sekali budayanya, maka PAK Asia hendaknya


melihat kearifan lokal      masing-masing agar dapat mendesain bahan PAK
yang menjadi ciri khas tesendiri dan bukan PAK  produk Eropa atau
Amerika
DAFTAR PUSTAKA

Boehlke Robert, 2011, Sejarah Perkembangan Pikiran Dan Praktek


Pendidikan Agama Kristen Jilid I & II, Jakarta : BPK Gunung Mulia

Christian Conference Of Asia, 2003, Religion Education In Asia, Hong


Kong

Enklar & Homrighausen, 2011, Pendidikan Agama Kristen, Jakarta : BPK


Gunung Mulia

Alkital Indoneisa terjemahan LAI, tahun 1979

Kagoya Beny.Membangun Disiplin Diri melalui Kesadaran Rohani dan


Kesabaran Emosional. (Jakarta, 2013) hlm 1.
DAFTAR ISI

Daftar isi

BAB 1 PENDAHULUAN

A. HAKIKAT PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

B.FUNGSI DAN TUJUAN PENDIDIKDN AGAMA KRISTEN

BAB 2 PEMBAHASAN

1.1 PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN SEBAGAI TUGAS DALAM


GEREJA
1.2 GAMBARAN SEKILAS KONTEKS PAK DALAM BEBERAPA
PRIODE
1.3 PEMBAHASAN PAK DALAM MASYARAKAT MAJEMUK

BAB 3 PENUTUP

KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai