Pendidikan Agama Kristen adalah merupakan soal yang amat penting dalam kehidupan
Gereja dan Umatnya.
PAK merupakan tugas utama gereja, Kemudian berkembang ke luar gereja, lingkungan
keluarga, masyarakat hingga lingkungan Pendidikan.
Dalam kebijakan Pendidikan, di Indonesian Pendidikan agama mendapat tempat penting
di sekolah – sekolah, dari taman kanak – kanak hingga perguruan tinggi. Di dalal Alkitab, Baik
perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kita melihat bahwa Pendidikan Agama adalah “ Shema”
dari kehidupan orang – orang percaya. Dalam Perjanjian Lama baik Allah dan sinagoge –
sinagoge dalam masyarakat merupakan pusat berlangsunnya Pendidikan Agama demikian juga di
tengah – tengah keluarga. Dalam Perjanjian Baru, Yesus adalah teladan , Yesus disebut Guru
Agung karena di seluruh hidupNya di isi dengan pengajaran, dan Pendidikan iman bagi
umatNya. Pendidikan Agama menjadi hal mendasar dalam pelayanan Yesus. Setiap kesempatan
dimanfaatkanNya untuk mengajar orang. Orang – orang takjub mendengar pengajaranNya
sehingga banyak sekali orang yang mengikutiNya, karena bukan hanya percaya bahwa Yesus
Tuhan tetapi mereka ingin mendengar pengajaran Yesus yang menakjubkan. Prinsip inilah yang
harus diteladani orang percaya.
Semua hal dalam dunia ini adalah saling dan mempengaruhi. Agama – agama besar di
dunia telah saling bersentuhan, bahkan saling berinterkasi. Oleh karena itu, PAK menjadi sarana
penting dalam pembentukan Spiritualitas peserta didik, agar mampu menghadirkan dirinya serta
berperan aktif di dunia sekitarnya yang majemuk.
BAB II PERGUMULAN PAK DI INDONESIA
A. PAK DALAM KONTEKS GEREJA
Bagi gereja PAK adalah tugas utama yang harus dilaksanakan secara sungguh – sungguh. Dalam
kaitan keberhasilan PAK gereja harus menyadari tugas penting sebagai berikut :
1. Tugas Utama Gereja
Gereja yang menekankan pengajaran mengalami pertumbuhan yang lebih baik dari pada gereja
yang mengutamakan ibadah dan khutbah. Pengajaran akan mengantar warga jemaat pada
pertumbuhan iman & perubahan hidup. Seluruh pelayanan gerejaharus berlandaskan pengajaran
firman Allah.
2 Merupakan Usaha Sungguh – sungguh.
Bagi gereja PAK haruslah merupakan usaha yang sungguh – sungguh. Semua potensi dalam
jemaat harus terus dikembagkan untuk melaksanakan PAK dalam konteks gereja. PAK juga
harus dirancang dengan baik sesuai dengan kebutuhan – kebutuhan jemaat pada setiap bagian
pelayanan. gereja seharusnya menyediakan seluruh sarana & prasarana yang menunjang
penyelenggaraan PAK dalam konteks gereja termasuk dana sumber daya manusia.
3. Berkesinambungan
PAK haruslah dilaksanakan secara utuh agar pengetahuan dan pemahaman warga jemaat utuh
dan mendalam lewatpengajaran yang dilaksanakan. Dibutuhkan sebuah tim yang solid serta
memiliki komitmen yang sungguh – sungguh.
4. Ruang Lingkup PAK Dalam Gereja
Dalam tradisi gereja – gereja pelayanan didalam gereja dibagi dalam komisi komisi seperti :
Komisi sekolah minggu, komisi Remaja, Komisi Pemuda, Komisi Wanita, dan Komisi Pria. Pada
setiap komisi ini perlu dirancang kurikulum sebagai bahan pengajaran dan dilaksanakan secara
terus menerus. Setiap gereja hendaknya memiliki kurikulum pembinaan sesuai dengan Visi yang
ditetapkannya.
a. Learning To Know
PAK haruslah diarahkan kepada peningkatan pengetahuan akan Allah dan segala firmanNya,
sesame, diri sendiri maupun lingkungannya. Pesera didik harus diarahkan kepada pemahaman
atas keutuhan ciptaan , bahwa sejak semula Allah telah menciptakan manusia, makhluk –
makhluk, dan alam yang saling memiliki saling ketergantungan dan semuanya harus dijaga agar
tetap harmoni sesuai rencana Allah dalam penciptaan manusia.
b. Learning To Do
PAK haruslah diarahkan agar peserta didik memiliki keterampilan dalam mempraktekkan
imannya ditengah – tengah kemajemukan masyarakat, bukan menjadi batu sandungan,
melainkan menjadi berkat bagi sesame dan lingkungan. Bukan menjadi penutup diri melainkan
dapat menempatkan diri Bersama – sama dengan orang lain untuk menghadirkan shalom Allah
ditengah – tengah dunia ini.
c. Learning To Be
PAK haruslah diarahkan agar peserta didik memiliki jatidirinya dan mampu menyatakan
keberadaan dirinya dalam kehidupan sehari hari, tidak pesimis melainkan optimis, tidak negative
tetapi positif dan menyadari dirinya sangat berharga dimata Allah.
d. Learning To Live Together
PAK haruslah diarahkan agar peserta didik menyadari betul betul bahwa hidup tidak mungkin
sendirian. Keberhasilan tidak dapat diraih sendirian, kesejahteraan harus dilakukan secara
Bersama -sama. Harus dapat dihayati bahwa penerapan dan aplikasi kasih kristus melampaui
batas manusiawi, batas – batas agama maupun batas batas etnis. Inti iman kisten yang
sesungguhnya ialah bahwa ia dapat hidup dan menjadi berkat bagi sesamanya.
2. Kemandirian Iman
Dalam konteks masyarakat majemuk dalam berbagai bentuk kehidupan PAK haruslah menjadi
salah satu usaha pembentukan kemandirian iman. Yaitu peserta didik memilkiki ketetapan iman
maupun ketetapan hati meskipun dilingkungan yang amat berbeda.
3. Keterbukaan
PAK harus mampu membawa peserta didik pada sekap iman bukanlah Introvert, iman Kristen
siap untuk dilihat dan diselidiki, yang justru hidup bila diaplikasikan dalam perbuatan –
perbuatan. Keterbukaan akan mengindarkan diri dari enjelek – jelekkan agama lain tetapi melihat
secara positif bahwa dalam agama lain pun terdapat ajaran – ajaran baik yang dapat
diterapkandalam kehidupan Bersama.
D. PAK DALAM KONTEKS KELUARGA
1. Dasar Teologis
Perjanjian Lama
Dalam perjanjian Lam ditegaskan bahwa tanggung jawab orang tua adalah mendidik anak -
anaknya dengan tekun ( Ul 6;6-7) mendidik anak – anaknya untuk dapat mengenal perintah/
taurat Allah (Mzm 78:5-6), medidiknya dijlan yang benar (Ams 22:6) dan menjawab pertanyaan
seorang anak dengan tepat ( kel 12 : 26 -27 ; 13:8)
Perjanjian Baru
Dalam tradisi perjanjian baru, pendidikan terhadap anak merupakan tanggung jawab orang tua,
dalam kolose 3:21 dan efesus 6;24 disebut bahwa orangtua harus mendidik anak dalam ajaran
firman Allah kewajiban orangtua mendidik anak adalah memelihara mereka, mencukupi
kebutuhan materi dan emosi mereka serta menasehari mereka agar bertumbuh.
2. Pembentukan Dasar Konsep Nilai
Pepatah cina mengatakan “usia tiga tahun menentukan usia delapan puluh” artinya ialah segala
sesuatu yang diterima pada masa kanak – kanak akan menentukan gaya hidupnyakelak
dikemudian hari . oleh sebab itu harus ditanamkan suatu dasar yang kuat dan baik.
Kehidupan pada usia lima tahun dalam masa prasekolah adalah sebagai berikut:
a. Masa Penentuan Dasar
Lewat keluarga seorang anak mempeloreh pembentukan dalam segala halseperti, pembentukan
nilai – nilai dan etika, sikap terhadap orang tua dan keluarga dekat serta pendayaan ligkungan
sekitarnya.
b. Masa Pengembangan Karakter
Karakter seorang anak terbentuk pada masa lima tahun pertama lewat pendidikan orang tua. Oleh
karena itu orang tua hendaklah menanamkan nilai – nilai yang baik sejak awal.
c. Masa Belajar
anak harus terus dibentuk agar minat belajarnya berkembang dengan baik melalui minat belajar
yang positif pada tahun- tahun belajar masa kanak – kanak tentang hal sekitar.
3. Peran Orangtua dalam PAK
Beberapa prinsip dalam perjanjian lama yang lebih disiplin dalam hal mendidik anak.
a. Tanggung Jawab pertama dalam dan terutama terletak pada orangtua yaitu Ayah dan Ibu (
amsal 1:8). Allah sendiri telah meletakkan tugas untuk merawat, mengasuh, dan mendidik
anak anakkedalam tangan orang tua. Mereka harus mempersiapkan anak – anak mereka
agar hidup berkenan dihadapan Allah.
b. Orang tua yang baik mendidik anaknya dengan teguran dan hajaran dalam kasih (Amsal
6 :23). Teori pendidikan modern menyarankan orang tua jngan pernah menyakiti anak –
anak mereka , baik secara fisik maupun secara verbal atau melalui kata – kata karena hal
tersebut dapat menimbulkan kebencian dan dendam pada orang tua dalam diri anak –
anak . sama efektfnya dengan penapat alkitab yang menyatakan bahwa mendidik anak
dapat melalui teguran dan hajaran selama semuanya dilakukan dalam kasih.
c. Pendidikan Agama Kristen harus dilakukan secara terus – menerus melalui kata – kata,
sikap dan perbuatan ( ulangan 6 :7). Kata bahasa ibrani dalam ayat ini adalah “Sinantam”
yang berasal dari kata Shanan yang berarti mengasah atau menajamkan , biasnya pedang
atau panah. Kata ini sebagai symbol untuk menggambarkan kegiatan yang dilakukn
berulang – ulang. Orang tua harus secara rutin dan dalam segala hal menyampaikan
kebenaran. Firman Tuhan kepada anak – anak mereka dan menjadi teladan bagi anak –
anak mereka , bukan hanya melalui perkataan tetapi juga peruatan.