Anda di halaman 1dari 14

Cari

VINSEN PATNO S.FIL


HIDUP ITU DIUBAH BUKANDILENYAPKAN

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

BAB I

PENDAHULUAN

1. A.    Latar Belakang

     

Pendidikan merupakan sarana yang paling utama untuk memberikan respons konstruktif terhadap permasalahan
kehidupan sehari-hari, agar kualitas kehidupan manusia semakin meningkat. Menyadari akan pentingnya posisi
strategis pendidikan sebagai sarana memajukan peradaban bangsa, Undang-undang Dasar 1945 mengamanatkan
kepada pemerintah agar menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional. Sebagaimana tercantum dalam
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pemerintah telah menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional.

      Menurut Undang-undang tersebut tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara demokratis, serta bertanggung jawab.

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu  dalam upaya
mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari bahwa peran agama amat
penting bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi agama dalam kehidupan setiap pribadi  menjadi sebuah
keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan  keluarga, sekolah maupun
masyarakat.

Pendidikan  Agama dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang maha Esa dan berakhlak mulia serta peningkatan potensi spiritual. Akhlak mulia mencakup
etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup
pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan individual ataupun kolektif
kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut  pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai
potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam
hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.

Dari pengalaman dapat dilihat bahwa apa yang diketahui (pengetahuan, ilmu) tidak selalu  membuat hidup
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan
seseorang
penggunaansukses
mereka. dan

bermutu. Tetapi kemampuan, keuletan dan kecekatan seseorang untuk mencernakan dan
mengaplikasikan
Untuk mengetahui apa
lebihyang diketahui
lanjut, termasukdalam hidup nyata,
cara mengontrol akanlihat
cookie, membuat hidup seseorang
di sini:
Kebijakan Cookie sukses dan bermutu. 
Demikian pula dalam kehidupan beragama. Orang tidak akan beriman dan diselamatkan oleh apa yang ia ketahui
tentang imannya, tetapi terlebih oleh pergumulannya bagaimana ia menginterpretasikan dan mengaplikasikan Tutup dan terima
pengetahuan imannya dalam hidup nyata sehari-hari. Seorang beriman yang sejati seorang yang senantiasa
berusaha untuk melihat, menyadari dan menghayati kehadiran Allah dalam hidup nyatanya, dan berusaha untuk
melaksanakan kehendak Allah bagi dirinya dalam konteks hidup nyatanya. Oleh karena itu Pendidikan Agama
Katolik di sekolah merupakan salah satu usaha untuk memampukan peserta didik menjalani proses pemahaman,
pergumulan dan penghayatan iman dalam konteks hidup nyatanya. Dengan demikian proses ini mengandung unsur 
pemahaman iman, pergumulan iman, penghayatan iman dan hidup nyata. Proses semacam ini diharapkan  semakin
memperteguh dan mendewasakan iman peserta didik. 

1. B.     Hakekat dan Tujuan Pendidikan Agama Katolik

1. 1.    Hakekat Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka
mengembangkan kemampuan pada siswa untuk memperteguh iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
sesuai dengan agam Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungn
kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.

Secara lebih tegas dapat dikatakan bahwa pendidikan Agama Katolik disekolah merupakan salah satu usaha untuk
memampukan siswa berinteraksi (berkomunikasi), memahami, menggumuli dan menghayati iman. Dengan
kemampuan berinteraksi antara pemahaman iman, pergumulan iman dan penghayatan iman itu diharapkan iman
siswa semakin diperteguh.

1. 2.    Tujuan Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan Agama Katolik (PAK) pada dasarnya bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk
membangun hidup yang semakin beriman. Membangun hidup beriman Kristiani berarti membangun kesetiaan pada
Injil  Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. Kerajaan Allah merupakan situasi dan
peristiwa penyelamatan: situasi dan perjuangan untuk perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan,
persaudaraan dan kesetiaan, kelestarian lingkungan hidup, yang dirindukan oleh setiap orang dari pelbagai agama
dan kepercayaan.

1. C.    Ruang Lingkup Pendidikan Agama Katolik

Ruang lingkup pembelajaran dalam Pendidikan Agama Katolik mencakup empat aspek yang memiliki keterkaitan
satu dengan yang lain. Keempat aspek yang  dibahas secara lebih mendalam sesuai tingkat kemampuan
pemahaman peserta didik adalah:

1. Pribadi peserta didik; Aspek ini membahas tentang pemahaman diri sebagai pria dan wanita yang memiliki
kemampuan dan keterbatasan, kelebihan dan kekurangan dalam berelasi dengan sesama serta lingkungan
sekitarnya.
2. Yesus Kristus; Aspek ini membahas tentang bagaimana meneladani pribadi Yesus Kristus yang mewartakan
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan
Allah Bapa dan Kerajaan Allah.
penggunaan mereka.

3. Gereja; Aspek ini membahas tentang makna Gereja, bagaimana mewujudkan kehidupan menggereja dalam
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini:
Kebijakan Cookie
realitas hidup sehari-hari.
4. 4.      Kemasyarakatan; Aspek ini membahas secara mendalam tentang hidup bersama dalam masyarakat
Tutup dan terima
sesuai firman/sabda Tuhan, ajaran Yesus dan ajaran Gereja.
 

D. Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Agama Katolik

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis
tertentu.

Dalam pendidikan Agama Katolik, Pendekatan Pembelajaran lebih ditekankan pada pendekatan yang didalamnya
terkandung 3 proses yaitu proses pemahaman, pergumulan dan penghayatan iman dalam konteks hidup nyata
sehari-hari. Proses pembelajaran Pendidikan Agama Katolik dimulai dari penggalian dan pendalaman pengalaman
hidup sehari-hari, diteguhkan dalam terang Kitab Suci / ajaran Gereja, yang pada akhirnya diwujudnyatakan dalam
tindakan konkrit sehari-hari.

 
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan
 
penggunaan mereka.

Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini:
Kebijakan Cookie
BAB II

LANDASAN PENATAAN KURIKULUM Tutup dan terima


PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

1. Landasan Yuridis

Landasan berlakunya kurikulum Pendidikan Agama Katolik sebagai berikut:

1. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)


2. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Pendidikan Keagamaan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan
4. Peraturan Mendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan
5. Peraturan  Mendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun
2006
6. Peraturan Mendiknas Nomor 6 Tahun 2007 tentang Perubahan Permendiknas  Nomor 24 Tahun 2006.

            B. Landasan teoritis

Dalam hidup anak pendidikan memiliki tempat dan peran yang amat penting. melalui pendidikan, anak dibantu dan
distimulir menumbuhkembangnya dirinya menuju kedewasaannya secara menyeluruh. Begitu juga dalam
kehidupan beragama dan beriman pendidikan iman mempunyai peran dan tempat yang utama. Meski
perkembangan hidup beriman pertama-tama merupakan karya Allah sendiri yang menyapa dan membimbing anak
menuju kesempurnaan hidup berimannya, namun manusia bisa membantu perkembangan hidup beriman anak
dengan menciptakan situasi yang memudahkan semakin erat dan mesaranya hubungan Allah dengan anak. Dengan
demikian pendidikan iman tidak dimaksudkan untuk mencampuri secara langsung perkembangan hidup beriman
anak yang merupakan suatu misteri, tetapi untuk menciptakan situasi dan nuansa kehidupan yang membantu serta
memudahkan perkembangan hidup beriman anak.

Pendidikan pada umumnya, termasuk pendidikan iman, merupakan hak dan kewajiban utama dan pertama
orangtua. Dalam membantu orangtua menjalankan hak dan kewajiban yang utama dan pertama itu mereka dibantu
oleh Negara dan lembaga pendidikan. Terkait dengan pendidikan iman, hal itu berarti bahwa orangtualah yang
memiliki hak dan kewajiban pertama dan utama dalam memberikan pendidikan iman kepada anak-anaknya.
Pendidikan iman dimulai dan dilaksanakan di rumah. Pendidikan yang dimulai di rumah diperkembangkan lebih
lanjut dengan bantuan pastor, katekis dan guru agama. Negara mempunyai kewajiban untuk menjaga dan
memfasilitasi agar pendidikan iman bisa terlaksana dengan baik sesuai dengan iman amsing-masing.

1. Pendidikan Agama Katolik

Salah satu bentuk dan pelaksanaan pendidikan iman adlah pendidikan iman yang dilaksanakan secara formal
dalam konteks sekolahyang disebut pelajaran agama. Dalam konteks Agama Katolik pelajaran agama di sekolah
dinamakan Pendidikan Agama Katolik (PAK) yang merupakan salah satu realisasi tugas dan perutusannya untuk
menjadi pewarta dan saksi Kabar Gembira Yesus Kristus.

Melalui PAK peserta didik dibantu dan dibimbing agar semakin mampu memperteguh iman terhadap Tuhan sesuai
dengan agama Katolik dengan tetap memperhatikan dan mengusahakan penghormatan terhadap agama dan
kepercayaan lain. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan  hubungan antar umat beragama yang harmonis dalam
masyarakat Indonesia yang plural demi terwujudnya persatuan nasional. Dengan kata lain PAK bertujuan
membangung hidup
Privasi & Cookie: Situssemakin beriman cookie.
ini menggunakan pesertaDengan
didik. Membangun hidup beriman
melanjutkan menggunakan Kristiani
situs web ini,berarti membangun
Anda setuju dengan
kesetiaan
penggunaan pada Injil Yesus
mereka.
Kristus yang memiliki keprihatinan tunggal terwujudnya Keajaan Allah dalam hidup
Untuk mengetahui
manusia. Kerajaanlebih
Allah lanjut, termasuk
merupakan cara mengontrol
situasi cookie,
dan peristiwa lihat di sini:
Kebijakan
penyelamatan, Cookie
yaitu situasi dan perjuangan untuk
perdamaian dan keadilan, kebahagiaan dan kesejahteraan, persaudaraan dan kesatuan, kelestarian lingkungan
hidup yang dirindukan oleh setiap orangdari pelbagai agama dan kepercayaan. Tutup dan terima
 

1. Kompetensi Peserta Didik

PAK tidak sekadar menyampaikan pengetahuan iman Katolik, tetapi dan terutama membantu dan membimbing
peserta didik agar mampu menghayati imannya, dalam arti mampu memahami, merefleksi dan menerapkan
pengetahuan imannya dalam hidup nyata sehari-hari. Pengetahuan dan ilmu tidak selalu membuat hidup seorang
menjadi sukses dan bermutu. Seorang akan berhasil dan bermutu dalam hidupnya berkat kemampuan, keuletan
dan kecekatannya mencernakkan dan menerapkan apa yang diketahuinya dalam hidup nyata sehari-hari. Demikian
juga dengan hidup beragama. Seorang diselamatkan dan dinyatakan berhasil dalam hidup berimannya bukan oleh
pengetahuan tentang imannya, tetapi terutama oleh usahanya menginterpretasi dan menerapkan pengetahuan
imannya dalam hidup nyatanya sehari-hari.

Kemampuan peserta didik dalam hidup beriman semakin mendesak pada zaman sekarang yang ditengarai oleh
adanya arus globalisasi. Kemajuan pengetahuan dan teknologi, khususnya dalam bidang media, yang menyertai
arus globalisasi membawa banyak perubahan, termasuk perubahan nilai, baik yang konstruktif maupun destruktif.
Menghadapi tawaran yang mengandung pelbagai macam nilai itu peserta didik harus dibekali dan memiliki iman
yang mempribadi dan bisa dipertanggungjawabkan. Kemampuan penghayatan iman semacam itu semakin
diperlukan dengan adanya kenyataan lain, yaitu adanya krisis multi dimensi yang sedang dialami bangsa Indonesia
saat ini. Krisis itu mencakup dalam bidang hukum, politik, ekonomi, budaya, kejujuran, keadilan, kelestarian
lingkungan hidup dan sebagainya.

1. Pendiddikan Komprehensif

PAK harus komprehensif: memuat unsur-unsur pokok iman Katolik yang menyeluruh. Unsur-unsur ini diperoleh dari
pengalaman seorang beriman Katolik. Seorang beriman Katolik menemui dirinya sebagai seorang pribadi yang unik,
memiliki kemampuan dan kekurangan yang hidup dalam kebersamaan dengan orang lain dalam lingkungan
tertentu. Dalam dirinya ada kerinduan akan yang ilahi. Kerinduan akan yang ilahi ini terpenuhi dalam dan melalui
yesus Kristus yang diimaninya sebagai Penyelamat. Ia juga menyadari akan adanya orang-orang lain yang memilii
iman yang sama. Kebersamaan dirinya denga orang-orang lain yang memiliki iman yang sama menciptakan
paguyuban orang beriman yang disebut Gereja. Ia menyadari juga bahwa Gereja dipanggil dari dan diutus ke
masyarakatnya sebagai pewarta dan sakramen keselamatan. Dari pengalaman seorang beriman Katolik semacam
itu ditemukan empat unsur yang perlu dijadikan bahan kajian dalam PAK. Keempat unsur itu iala Aku, Yesus Kristus,
gereja dan Masyarakat.

1. Pendekatan PAK

Karena PAK bertujuan untuk membantu tercapainya kompetensi peserta didik dalam penghayatan imannya,
pendekatan dan proses belajar-mengajar yang dipergunakan adalah sebagai berikut. Pertama-tama peerta didik
diajak untuk mengamati dan merefleksi kenyataan hidup di sekitarnya. Kemudian hasil pengamatan dan refleksi tiu
disoroti dan dihadapkan dengan iman yang diambil dari Kitab Suci atau ajaran Gereja. Hal ini diharapkan
menimbulkan perubahan batin peserta didik, yang diwujudkan dalam pembaruan hidup.

            C. Landasan empiris

1. Keinginan
Privasi & Cookie: mencapai kesuksesancookie.
Situs ini menggunakan hidup Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan
penggunaan mereka.

Untuk mengetahui
Pengetahuan tidaklebih
tentulanjut, termasuk
membuat caraorang
hidup mengontrol
suksescookie, lihat di sini:
Kebijakan
dan bermutu. Cookiekeuletan dan kecekatan
Tapi kemampuan,
orang mencernakan dan menerapkan pengetahuan dalam hidup nyata itulah yang membuat hidup orang sukses
dan bermutu. Tutup dan terima
Dalam hidup beragama orang diselamatkan bukan oleh pengetahuan tentang imannya, tapi oleh kemampuannya
menginterpretasi dan menerapkan pengetahuan tentang imannya dalam hidup nyata sehari-hari.

1. Arus globalisasi

Masuknya arus globalisasi menyebabkan terjadinya krisis multi dimensi pada saat ini, seperti:

1. a.      Budaya materialisme dan hedonisme.

Pandangan bahwa hidup yang betul adalah hidup berlimpah materi dan kesenangan. Hidup hanya mempunyai arti
dan manusia hanya diakui oleh orang lain bila penuh kemewahan dan kenikmatan.

1. b.      Individualisme

Individualisme terjadi sebagai akibat terjadinya pembedaan antara fungsi-fungsi dalam kehidupan, misalnya hidup
dalam keluarga dan pekerjaan semakin tidak ada sangkut pautnya satu sama lain. Kekeluargaan dibatasi pada
keluarga yang sungguh inti, pergaulan dengan tetangga dan partisipasi dalam kegiatan kampung dirasakan sebagai
gangguan. Hidup semakin individualistik dan privatistik

1. c.       Pluralisme

Orang dari pelbagai suku, daerah, agama, budaya, politik bercampur baur. Kontrol sosial, termasuk terhadap
pelaksanaan keagamaan makin berkurang. Orang semakin otonom, menentukan sendiri keterlibatan dalam agama.
Dengan demikian agama semakin menjadi urusan pribadi.

1. d.      Tantangan fundamentalisme

Kita temukan fundamentalisme dalam kehidupan beragama yang sering  ditunggangi kepentingan politik.
Ada juga fundamentalisme non-agama: regionalisme, sukuisme, dan sebagainya.

1. e.       Masyarakat Audio-Visual

Media massa (radio, TV, internet, dunia maya) memiliki kekuatan luar biasa, sehingga nilai dan pandangan hidup
masyarakat ditentukan olehnya.

1. Krisis etika dan moral

Banyak masalah yang sedang dihadapi bangsa ini terutama yang berkaitan dengan krisis etika dan moral. Masalah
utama moral bangsa kita ini antara lain hilangnya kejujuran, hilangnya rasa tanggung jawab, krisis kerjasama,
hilangnya keadilan, rendahnya disiplin, krisis kepedulian. Sehingga banyak perilaku anak bangsa ini dalam berpolitik,
berekonomi, melaksanakan hukum dan sebagainya tanpa didasari oleh etika dan moral. Kerusakan moral ini hampir
di segala bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

1. Runtuhnya keadaban publik.

Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan
Semakin disadari bersama bahwa hidup kita sekarang ini telah menjadi begitu lemah, karena tidak ditata
penggunaan mereka.

berdasarkan iman dan ajaran agama. Hidup tidak lagi sesuai dengan nilai-nilai budaya dan cita-cita mulia kehidupan
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini:
Kebijakan Cookie
berbangsa. Hati nurani tidak dipergunakan, perilaku tidak dipertanggungjawabkan kepada Allah dan sesama.
Perilaku lebih dikendalikan oleh perkara-perkara yang menarik indera dan menguntungkan sejauh perhitungan
Tutup dan terima
materi, uang dan kedudukan di tengah masyarakat. Dalam kehidupan bersama, terutama kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara manusia menjadi egoistik, konsumeristik dan materialistik. Untuk memperoleh harta dan
jabatan, orang sampai hati mengorbankan kepentingan orang lain, sehingga martabat manusia diabaikan. Semua
ini menjadi indikasi bahwa keadaban bangsa ini sudah mulai runtuh.

 
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan
penggunaan mereka.

 
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini:
Kebijakan Cookie
 
Tutup dan terima
 
 

BAB III

TEMUAN KAJIAN

1. A.       Kajian Dokumen dan Implementasi

Dalam konteks ini kajian dokumen dan implementasi memiliki urgensi sebagai usaha mengidentifikasi berbagai
permasalahan yang terdapat dalam dokumen kurikulum dan implementasinya dalam proses pembelajaran
Pendidikan Agama Katolik baik tingkat SD, SMP maupun SMA. Dengan kajian ini akan dapat diketahui kelebihan
dan kelemahan kurikulum sebagai dasar bagi upaya penataan ulang kurikulum Pendidikan Agama Katolik. Adapun
ruang lingkup kajian dokumen ini meliputi kajian kurikulum Pendidikan Agama Katolik, analisis evaluasi kompetensi
lulusan, dan analisis kebutuhan penguatan kurikulum.

           

1. 1.   Kajian Kurikulum Pendidikan Agama Katolik


1. Kajian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Katolik SD.

Dari Standar Kompetensi yang ada dalam Kurikulum Pendidikan Agama Katolik tingkat SD, didapatkan kajian
sebagai berikut:

1. Standar Kompetensi dalam kurikulum Pendidikan Agama Katolik dilihat telah sesuai dan mampu menjawab
kebutuhan ataupun keprihatinan yang menjadi tantangan dalam Pendidikan Agama Katolik
2. Standar Kompetensi dalam Kurikulum Pendidikan Agama Katolik tingkat SD telah sesuai dengan ruang
lingkup Pendidikan Agama Katolik yang dicanangkan dalam kurikulum.
3. Standar Kompetensi dalam kurikulum Pendidikan Agama Katolik telah memenuhi harapan akan pentingnya
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dan  nilai kewirausahaan dengan menjunjung tinggi kesatuan bangsa
dalam NKRI.

Dari Kompetensi Dasar yang ada dalam Kurikulum Pendidikan Agama Katolik tingkat SD, didapatkan hasil kajian
sebagai berikut:

1. Penempatan urutan KD dirasa kurang pas terutama untuk kelas I KD 2.1 dan 2.2; untuk kelas II KD 2.2;
2. Ada beberapa KD yang tumpang tindih dan atau sama seperti KD 1.3 dan 2.1 pada kelas V.
3. Ada KD yang dirasa perlu untuk digabungkan guna mempermudah pemahaman dan pelaksanaan
pembelajaran, seperti KD 1.2 dan 1.3 di kelas VI.
4. Ada beberapa standar kompetensi yang belum diterjemahkan dalam Kompetensi Dasar, dengan kata lain
perlu adanya penambahan Kompetensi Dasar agar terpenuhinya Standar Kompetensi.
5. Ada Kompetensi dasar yang belum tepat untuk ditempatkan pada kelas  III sebab belum waktunya bagi anak
untuk memahami KD tersebut (KD 2.1). Sebaiknya KD tersebut diletakkan pada kelas IV.

1. Kajian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Katolik SMP.

Dari Standar
Privasi Kompetensi
& Cookie: yang ada dalam
Situs ini menggunakan kurikulum
cookie. DenganPendidikan
melanjutkanAgama Katoliksitus
menggunakan tingkat
webSMP, didapatkan
ini, Anda kajian
setuju dengan
sebagai berikut:
penggunaan mereka.

Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini:
Kebijakan Cookie
1. Standar Kompetensi dalam kurikulum Pendidikan Agama Katolik dilihat telah sesuai dan mampu menjawab
kebutuhan ataupun keprihatinan yang menjadi tantangan dalam Pendidikan Agama KatolikTutup dan terima
2. Standar Kompetensi dalam Kurikulum Pendidikan Agama Katolik tingkat SMP telah sesuai dengan urutan dan
ruang lingkup Pendidikan Agama Katolik yang dicanangkan dalam kurikulum.
3. Standar Kompetensi dalam kurikulum Pendidikan Agama Katolik telah memenuhi harapan akan pentingnya
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dan  nilai kewirausahaan dengan menjunjung tinggi kesatuan bangsa
dalam NKRI.

Dari Kompetensi Dasar yang ada dalam Kurikulum Pendidikan Agama Katolik tingkat SMP, didapatkan hasil kajian
sebagai berikut:

1. Belum adanya Kompetensi Dasar yang membahas tentang Lingkungan Hidup di kelas VII,  padahal didalam
Standar Kompetensi kelas VII terdapat kalimat yang berisi tentang lingkungan.
2. Kesinambungan proses pembelajaran dilihat dari posisi/ penempatan Kompetensi Dasar dalam Kurikulum.
Penyusunan sistematika (penempatan/ urutan) Kompetensi Dasar (terutama untuk kelas VII dan Kelas VIII)
perlu ditinjau ulang demi berkesinambungannya proses pembelajaran.
3. Berdasarkan kenyataan dilapangan, dirasakan bahwa Kompetensi Dasar  di Kelas IX terlalu banyak, padahal
waktu pembelajaran Pendidikan Agama Katolik bagi kelas IX lebih sedikit jika dibandingkan dengan kelas VII
dan VIII.
4. Adanya Kompetendi Dasar yang tidak seharusnya ada di kelas IX, yaitu Kompetensi Dasar 1.5 yang berbicara
tentang lingkungan hidup, sementara dalam Standar Kompetensi tidak terdapat pembahasan tentang
lingkungan hidup.

1. Kajian Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Katolik SMA.

Dari Standar Kompetensi yang ada dalam kurikulum Pendidikan Agama Katolik tingkat SMA, didapatkan kajian
sebagai berikut:

1. Standar Kompetensi dalam kurikulum Pendidikan Agama Katolik dilihat telah sesuai dan mampu menjawab
kebutuhan ataupun keprihatinan yang menjadi tantangan dalam Pendidikan Agama Katolik
2. Standar Kompetensi dalam Kurikulum Pendidikan Agama Katolik tingkat SD telah sesuai dengan ruang
lingkup Pendidikan Agama Katolik yang dicanangkan dalam kurikulum.
3. Standar Kompetensi dalam kurikulum Pendidikan Agama Katolik telah memenuhi harapan akan pentingnya
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa dan  nilai kewirausahaan dengan menjunjung tinggi kesatuan bangsa
dalam NKRI.
4. Pada Standar Kompetensi kelas X semester II perlu adanya revisi ulang dengan menambahkan beberapa kata,
agar cakupan materinya menjadi lebih luas.

Dari Kompetensi Dasar yang ada dalam Kurikulum Pendidikan Agama Katolik tingkat SMA, didapatkan hasil kajian
sebagai berikut:

1. Ada beberapa kata dan kalimat dalam KD di kelas X (misalnya: KD 1.1, KD 1.3, KD 1.4, KD 1.5); kelas XI (misal
KD, 1.2 KD 1.3, KD 1.4, KD 2.1, dan KD 2.2); kelas XII (misalnya: KD 1.2, KD 1.3, KD 2.1) perlu dilakukan
peninjauan ulang agar pengertian pada kompetensi yang ada tidak menjadi abstrak dan kompetensi yang ada
tersebut dapat tercapai secara maksimal atau tidak terjadi tumpang tindih dengan KD mata pelajaran yang
lain.
Privasi & Cookie:
2.  KD Situs
2.5 pada ini menggunakan
kelas cookie.luas,
X dirasakan terlalu Dengan melanjutkan
sehingga menggunakan
mengalami kesulitansitus webmemahami
dalam ini, Anda setuju
dandengan
memaknai
penggunaan mereka.

KD tersebut oleh karenanya perlu dipecah menjadi 2 KD.


Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini:
Kebijakan Cookie
 
Tutup dan terima
1. 2.      Kajian Lapangan
Berdasarkan evaluasi kurikulum Pendidikan Agama Katolik yang telah dilaksanakan bersama wakil-wakil Guru
Agama Katolik seluruh Indonesia, diperoleh beberapa temuan sebagai bahan kajian. Adapun temuan tersebut
antara lain sebagai berikut:

1. Ada materi pembelajaran yang dirasakan tidak sesuai dengan tingkat/ kelas siswa sehingga  siswa sulit untuk
memahami materi tersebut karena memang belum waktunya bagi mereka.
2.  Metode pembelajaran yang dipergunakan oleh guru, masih banyak yang monoton (cenderung menggunakan
metode ceramah), sehingga tidak tercapai tujuan dari pembelajaran itu sendiri.
3. Sarana pembelajaran kurang mendukung untuk tercapainya tujuan pembelajaran Pendidikan Agama Katolik di
sekolah.
4. Masih banyaknya guru yang tidak kompeten dalam bidang Pendidikan Agama Katolik sehingga proses
pembelajatan tidak dapat terlaksana seperti apa yang diamanatkan oleh kurikulum.
5. Dibeberapa wilayah Indonesia Timur, guru-guru masih mempergunakan kurikulum lama (kurikulum 1994)
karena keterbatasan informasi yang membuat mereka tidak dapat mengakses perubahan dengan cepat.

BAB IV

PENUTUP

1. A.    KESIMPULAN

Berdasarkan hasil kajian yang telah dijabarkan diatas, maka dapatlah ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Standar Kompetensi dalam Kurikulum Pendidikan Agama Katolik untuk tingkat SD dan SMP telah memenuhi
tuntutan kurikulum, sesuai dengan ruang lingkup dan telah mengandung unsur-unsur nilai budaya dan
karakter bangsa serta nilai kewirausahaan.
2. Untuk Standar kompetensi Pendidikan Agama tingkat SMA/SMK, ada 1 satu Standar Kompetensi yang perlu
ditinjau ulang agar cakupan lebih luas, sedangkan Standar Kompetensi yang lainnya sudah memenuhi
tuntutan kurikulun, ruang lingkup serta mengndung unsur-unsur nilai budaya dan karakter bangsa serta nilai
kewirausahaan.
3. Kompetensi Dasar dalam Kurikulum Pendidikan Agama Katolik tingkat SD, SMP dan SMA/ SMK perlu ada
tinjauan lagi agar penempatannya runtut, perlu adanya penambahan Kompetensi Dasar.

1. B.     REKOMENDASI
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan
Berdasarkan kesimpulan
penggunaan mereka.
yang sudah disampaikan diatas, maka bersama ini direkomendasikan untuk adanya
perubahan Standarlebih
Untuk mengetahui Isi (terutama untukcara
lanjut, termasuk Kompetensi Dasar)
mengontrol bagi
cookie, Pendidikan
lihat Agama
di sini:
Kebijakan Katolik baik tingkat SD, SMP dan
Cookie
SMA/ SMK. Adapun perubahan yang direkomendasikan adalah sebagai berikut:
Tutup dan terima
 
1. Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Katolik tingkat SD

Rekomendasi untuk Standar kompetensi Pendidikan Agama Katolik tingkat SD adalah sebagai berikut:

Mempertahankan Standar kompetensi yang sudah ada karena:

1. Sudah menjawab kebutuhan/ keprihatinan yang menjadi tantangan dalam Pendidikan Agama Katolik
2. Sudah sesuai dengan ruang lingkup Pendidikan Agama Katolik
3. Sudah mencakup unsur nilai budaya dan karakter bangsa, dan nilai kewirausahaan

Rekomendasi untuk Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Katolik tingkat SMP adalah sebagai berikut:

1. Untuk Kelas I, Kompetensi Dasar 2.1 ditukar dengan Kompetensi Dasar 2.2
2. Untuk Kelas II, Kompetensi Dasar 1.1 dan 1.2 direkomendasikan untuk dijadikan satu Kompetensi Dasar
dengan sedikit merubah rumusannya, supaya tidak terjadi tumpang tindih ataupun pengulangan Kompetensi
Dasar.
3. Untuk Kelas III, direkomendasikan agar Kompetensi Dasar 2.2 urutan penempatannya menjadi 1.2 sedang
yang lainnya turun ke urutan berikutnya. Hal ini untuk memudahkan runtutan pembahasan materi
pembelajarannya.
4. Kompetensi Dasar 2.1 pada kelas III direkomendasikan untuk ditiadakan atau di pindahkan ke Kelas IV, karena
Kompetensi Dasar tersebut sebenarnya belum waktunya untuk di berikan pada kelas III.
5. Kelas V, Kompetensi Dasar 1.3 dan 2.1 memiliki kesamaan (sama) maka direkomendasikan agar Kompetensi
dasar 2.1 dihilangkan karena sudah sama dengan KD 1.3.
6. Kelas VI, Kompetensi Dasar 1.2 dan 1.3 direkomendasikan untuk dijadikan satu Kompetensi Dasar dengan
sedikit merubah rumusannya, supaya tidak terjadi tumpang tindih ataupun pengulangan Kompetensi Dasar.

1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Katolik tingkat SMP

Rekomendasi untuk Standar Kompetensi Pendidikan Agama Katolik tingkat SMP adalah sebagai berikut:

Mempertahankan Standar kompetensi yang sudah ada karena:

1. Sudah menjawab kebutuhan/ keprihatinan yang menjadi tantangan dalam Pendidikan Agama Katolik
2. Sudah sesuai dengan ruang lingkup Pendidikan Agama Katolik
3. Sudah mencakup unsur nilai budaya dan karakter bangsa, dan nilai kewirausahaan

Rekomendasi untuk Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Katolik tingkat SMP adalah sebagai berikut:

1. Untuk Kompetensi Dasar Kelas VII perlu ditambahkan sebuah Kompetensi Dasar yang membahas tentang
lingkungan hidup, agar sesuai dengan Standar kompetensi yang di canangkan untuk kelas VII.
2. Kompetensi Dasar 1.1 untuk kelas VII diusulkan kata “yang tumbuh dan berkembang bersama orang lain”
dihilangkan, sebab pada Kompetensi Dasar 1.1 secara khusus membicarakan mengenai diri sebagai citra
Allah, sedangkan perkembangan bersama orang lain akan dibahas mulai Kompetensi Dasar 1.5
3. Guna memudahkan urutan proses pembelajaran, maka direkomendasikan agar kompetensi Dasar 1.1 di kelas
VIII dipindahkan menjadi Kompetensi Dasar akhir semester ganjil, sedang Kompetensi Dasar 1.2 naik menjadi
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan
1.1.
penggunaan mereka.
4. Kompetensi

Dasar 1.5  pada kelas IX dipindahkan di kelas VII, sebab dalam Standar Kompetensi Kelas VII ada
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini:
Kebijakan Cookie
tentang lingkungan, tapi belum ada Kompetensi Dasar yang membahasnya. Sementara itu dalam Standar
Kompetensi Kelas IX tidak terdapat pembahasan mengenai lingkungan.
Tutup dan terima

 
1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Katolik tingkat SMA/ SMK

Rekomendasi untuk Standar Kompetensi Pendidikan Agama Katolik tingkat SMA/ SMK adalah sebagai berikut:

–          Mempertahankan Standar Kompetensi Kelas XI dan XII karena:

Sudah menjawab kebutuhan/ keprihatinan yang menjadi tantangan dalam Pendidikan Agama Katolik
Sudah sesuai dengan ruang lingkup Pendidikan Agama Katolik
Sudah mencakup unsur nilai budaya dan karakter bangsa, dan nilai kewirausahaan

–          Kelas X untuk  SK 2 yang berbunyi “Memahami nilai-nilai keteladanan Yesus Kristus sebagai landasan
mengembangkan diri sebagai perempuan atau  laki-laki yang memiliki rupa-rupa kemampuan dan keterbatasan
sehingga dapat berelasi dengan sesama secara lebih baik, perlu adanya penambahan kata menjadi “Memahami
nilai-nilai keteladanan Yesus Kristus seturut Kitab Suci dan tradisi sebagai landasan mengembangkan diri sebagai
perempuan atau  laki-laki yang memiliki rupa-rupa kemampuan dan keterbatasan sehingga dapat berelasi dengan
sesama secara lebih baik,

Rekomendasi untuk Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Katolik tingkat SMA/ SMK adalah sebagai berikut:

–          Kelas X  untuk KD1.1, 1.3 kata “partner”diganti dengan kata “mitra”;  KD 1.4, kata “Mengenal” (c1) diganti
dengan kata “Memahami”; KD 1.5: sudah menjawab kebutuhan, tetapi istilah “kelompok tertentu”  diganti dengan
istilah ideologi tertentu. Demikian pula dengan KD 2.5 perlu adanya pengembangan  sehingga ditambahkan KD 2.6,
yaitu  KD 2.5  Mengenal Allah Tritunggal sebagai kebenaran iman Kristen dan  KD. 2.6  Mengenal Roh Kudus yang
melahirkan, membimbing dan menghidupi Gereja

–     Kelas XI

1)    KD 1.2 Dalam rumusan KD ini “tugas dan peranan awam” agar diekplisitkan, sehingga kerangka pikir:

o   keanggotaan Gereja (hierarki – awam)

o   tugas dan peranan hierarki

o   tugas dan peranan awam

o   kerja sama hierarki – awam

2)    KD 1.3 “Memahami sifat-sifat Gereja yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik, sehingga menjaga keutuhan serta
terpanggil untuk merasul dan memperjuangkan kepentingan umum nilai-nilai Kerajaan Allah” berubah menjadi
“Memahami sifat-sifat Gereja yang Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik, sehingga terpanggil untuk memperjuangkan
nilai-nilai Kerajaan Allah”

3)    KD 1.4  ditambah dengan fungsi “persekutuan/persaudaraan” (koinonia)

4)    KD 2.1  kata “bersedia” dihilangkan

5)    KD 2.2 sangat relevan, tetapi dijaga supaya tidak tumpang tindih dengan pelajaran PKN (Piagam PBB, UU, dll),
sedangkan Kitab Suci dan Ajaran Gereja lebih ditonjolkan dengan alasan supaya tidak menjadi terlalu profan

–     Kelas XII Smt 1


Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan
penggunaan
1)    mereka.
KD 1.1 sudah

relevan
Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini:
Kebijakan Cookie
2)    KD 1.2 diubah menjadi : memahami nilai-nilai keadilan, kejujuran, kebenaran, perdamaian dan keutuhan ciptaan,
serta memperjuangkannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan peranannya Tutup dan terima

 
3 Desember 2012  Tinggalkan Balasan

« Sebelumnya Berikutnya »

Tinggalkan Balasan
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Komentar *

Nama

*
Email

*
Situs web

Kirim Komentar

Beri tahu saya komentar baru melalui email.

Beritahu saya pos-pos baru lewat surat elektronik.

Cari

Tulisan Terakhir
Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan
Gaya hidup saya
penggunaan mereka.

acara pesta nikah om eki


Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini:
Kebijakan Cookie
foto keluarga saya
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
Tutup dan terima
(tanpa judul)
Arsip

Desember 2012

Kategori

Uncategorized

Meta

Daftar
Masuk
Feed entri
Feed Komentar
WordPress.com

Lihat Situs Lengkap

Blog di WordPress.com.

Privasi & Cookie: Situs ini menggunakan cookie. Dengan melanjutkan menggunakan situs web ini, Anda setuju dengan
penggunaan mereka.

Untuk mengetahui lebih lanjut, termasuk cara mengontrol cookie, lihat di sini:
Kebijakan Cookie

Tutup dan terima

Anda mungkin juga menyukai